PEMANFAATAN MEDIA VIDEO SENAM LANSIA PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ) GONDOKUSUMAN, YOGYAKARTA.

(1)

PEMANFAATAN MEDIA VIDEO SENAM LANSIA PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ)

GONDOKUSUMAN, YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Maria Gorety NIM 11102241010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

 Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

(1 Timotius 4:12)  Orang lanjut usia yang berorientasi pada kesempatan adalah orang muda yang tidak pernah menua; tetapi pemuda yang berorientasi pada keamanan, telah menua sejak muda

(Mario Teguh)  Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan ketika kita mau percaya, berdoa dan

melakukan bagian kita.


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Segala Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, akhirnya perjalanan ini telah sampai pada jenjang pendidikan yang tinggi. Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Aji Prasetyo dan Ibu Christin Ekowati atas kasih sayang, didikan, dan doa yang selalu beliau berikan untuk anak-anaknya.

2. Almamater tercinta Universitas Negeri Yogyakarta terkhusus Jurusan Pendidikan Luar Sekolah.


(7)

vii

PEMANFAATAN MEDIA VIDEO SENAM LANSIA PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA GEREJA KRISTEN JAWA (GKJ)

GONDOKUSUMAN, YOGYAKARTA

Oleh Maria Gorety NIM 11102241010

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Pemanfaatan media video senam lansia pada lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta, 2)Pengaruh pemanfaatan media video senam lansia dalam mengurangi stres yang dialami lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta, 3) Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pemanfaatan media video senam lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dan mengambil lokasi di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta. Subyek dalam penelitian ini adalah pengasuh dan lansia yang berada di panti wredha. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian, yang dibantu dengan pedoman observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik yang digunakan dalam melakukan analisis data adalah reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan. Keabsahan data yang dilakukan untuk menjelaskan data dengan menggunakan triangulasi sumber.

Hasil penelitian menunjutkan bahwa: 1) Pemanfaatan media video senam lansia pada lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman Yogyakarta dilakukan dengan tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Pelaksanaan kegiatan senam dengan menggunakan media video senam lansia dilakukan sebanyak dua kali seminggu dengan model pemanfaatan yang digunakan yaitu pemanfaatan media diluar situasi kelas secara terkontrol dan dilakukan secara berkelompok. 2) Pemanfaatan media video senam lansia dalam jangka pendek dapat mengurangi stres yang dialami lansia. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruhnya dalam jangka panjang. 3) Faktor pendukung dari pemanfataan media video senam pada lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman Yogyakarta antara lain: adanya fasilitas yang mendukung, gerakan dalam video senam lansia merupakan gerakan sehari-hari, dan media video senam lansia dapat digunakan sewaktu-waktu. Faktor penghambat, adalah: ruangan yang terbatas, terdapat salah satu gerakan yang tidak dapat dilakukan oleh lansia yaitu mengangkat satu kaki, serta kesulitan penggunaan alat.


(8)

viii

KATA PENGANTAR Salam sejahtera,

Segala Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih karunia dan hikmat-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Media Video Senam Lansia pada Lansia di Panti Wredha Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman, Yogyakarta” dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Selama menyusun skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan rekomendasi sehingga mempermudah proses perizinan penelitian.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kelancaran dan kemudahan di dalam proses penyelesaian penelitian ini.

3. Bapak Dr. Sujarwo, M.Pd, selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan, kesabaran, masukan dan saran yang telah diberikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Puji Yanti Fauziah, M.Pd, selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan akademik disela-sela waktunya.


(9)

ix

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu dalam penyusunan skripsi ini.

6. Pengelola, Pengasuh Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta serta lansia yang telah memberikan izin penelitian dan bantuan dalam penelitian ini. 7. Nenekku, Papah dan Mamahku, serta seluruh keluargaku tercinta yang selalu dengan sabar memberikan motivasi, dukungan, bantuan moral/materi, doa, kasih sayang dan waktunya disela-sela kesibukannya.

8. Kakak dan adikku, Oh Febri, Ci Lia, Oh Yosep, Sella, dan Dewi yang menjadi alasan bagi penulis untuk berusaha menjadi adik dan kakak yang membanggakan dan patut dicontoh.

9. Enggar Nindi Yonatan yang selalu memberikan semangat dan memberikan banyak bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Ibu Rita yang selalu memberikan kemudahan dan semangat dalam melakukan penelitian di Panti Wredha, serta informasi dan sharing yang telah dibagikan. 11.Seluruh teman-teman mahasiswa PLS 2011 dan PMK UNY yang selalu

memberikan dukungan dan semangat.

12.Seluruh teman-teman kos PMJ-com, Elysabeth Ervina dan Lucky Nindy R yang selalu mendukung dan menemani dalam penyusunan skripsi.

13.Komsel Purpose People dan EO Star 4 yang telah memberikan bantuan dan dukungan doa.


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 12

1. Lanjut Usia ... 12

2. Masalah-masalah yang dialami Lansia ... 16

3. Program-program Kegiatan Lansia ... 27

4. Senam Lansia ... 33

5. Media Pembelajaran Video ... 36

6. Video Senam Lansia ... 44

B. Penelitian yang Relevan ... 49


(12)

xii

D. Pertanyaan Penelitian ... 53

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 55

B. Setting Penelitian ... 56

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 57

D. Prosedur Pemanfaatan Video ... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ... 59

F. Instrument Penelitian ... 61

G. Teknik Analisis Data ... 64

H. Keabsahan Data... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umun Panti Wredha Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman, Yogyakarta ... 69

1. Lokasi dan Sejarah Berdirinya ... 69

2. Visi dan Misi Panti Wredha GKJ Gondokusuman Yogyakarta ... 70

3. Struktur Organisasi ... 71

4. Persyaratan menjadi Anggota atau Penghuni Panti Wredha GKJ Gondokusuman ... 72

5. Program Kegiatan Panti Wredha ... 73

6. Sarana dan Prasarana ... 75

B. Hasil Penelitian ... 76

1. Pemanfaatan Media Video Senam Lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta ... 76

2. Pengaruh Pemanfaatan Media Video Senam Lansia Terhadap Stres yang Dialami Lansia ... 86

3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pemanfaatan Media Video Senam Lansia ... 100

C. Pembahasan ... 109

1. Pemanfataan Media Video Senam Lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta ... 109


(13)

xiii

2. Pengaruh Pemanfaatan Media Video Senam lansia Terhadap Stres

yang Dialami Lansia ... 115

3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pemanfaatan Media Video Senam Lansia ... 119

D. Keterbatasan Penelitian ... 121

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 123

B. Saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Kerangka Berpikir... ... 51


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 62 Tabel 2. Pedoman Wawancara ... 63


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 130

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ... 134

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 135

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 146

Lampiran 5. Reduksi, Display, dan Kesimpulan Hasil Wawancara ... 184

Lampiran 6. Foto Kegiatan ... 196

Lampiran 7. Data Dokumentasi ... 199


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Warga Negara lanjut usia diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Dalam Undang-Undang tersebut, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas. Kondisi lansia di Indonesia menjadi lebih terjamin dengan adanya Undang-Undang tersebut. Undang-Undang-undang tersebut juga sebagai acuan oleh para lansia dalam menjalani kehidupan.

Pemerintah mencatat, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota yang memiliki jumlah penduduk lanjut usia (lansia) tertinggi di Indonesia. Dari total penduduk di kota pelajar tersebut, diperkirakan, lansia mencapai 13,4 persen pada 2015, meningkat 14,7 persen (2020), dan 19,5 persen (2030) (merdeka.com). Hal ini disebabkan karena banyak orang yang pensiun memilih untuk berada dan tinggal di kota Yogyakarta. Selain itu, hal ini juga dikarenakan Yogyakarta memiliki angka harapan hidup yang cukup tinggi dibandingkan dengan propinsi lainnya. Menurut Kepala Badan Kependudukan danKeluarga Berencana Nasional (BKKBN) Profesor Fasli Jalal dalam Seminar Solusi Hidup Sehat, Bahagia dan Berguna di Usia Tua Untuk Menuju Adi Yuswa, Sabtu (3/5/2014), hasil proyeksi dasar sensus penduduk (SP) tahun 2010, usia harapan hidup orang di Yogyakarta 74,2 tahun. Berturut-turut setelahnya, provinsi dengan harapan hidup tinggi yakni Kalimantan Timur (72,9 tahun), Jawa Tengah (72,7 tahun), dan DKI


(18)

2

Jakarta (71,4 tahun) (tribunnews.com.jakarta). Hal ini menunjukkan bahwa adanya korelasi antara usia harapan hidup dengan jumlah lansia di daerah tersebut. Semakin tinggi usia harapan hidup daerah tersebut, semakin tinggi pula jumlah lansia. Berdasarkan data proyeksi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di D.I. Yogyakarta menunjukkan bahwa jumlah lansia dengan usia 60 tahun keatas mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan jumlah lansia perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah lansia laki-laki (yogyakarta.bps.go.id).

Menjadi tua merupakan salah satu hal yang harus dialami oleh seseorang. Seseorang yang belum siap untuk menjadi tua, maka seseorang tersebut tidak dapat bertahan dengan baik. Menjadi tua bukanlah hal yang mudah, karena menjadi tua bukan hanya berarti sudah pensiun, ataupun sudah menyelesaikan tugas-tugasnya selama masih muda. Namun, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan ketika seseorang menjadi tua karena secara biologis, penuaan itu sendiri juga berarti menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit. Keadaan kemunduran yang dialami oleh lanjut usia dikarenakan manusia mengalami fase regresif, dimana dalam fase ini manusia lebih kearah kemunduran yang dialami oleh sel yang merupakan bagian terkecil dari manusia. Departemen kesehatan RI dalam Rita, dkk (2008:168) menyatakan bahwa:

“menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat dari gejala kemunduran fisik antara lain: 1) kulit mulai mengendur pada wajah timbul keriput secara garis-garis yang menetap; 2) rambut mulai beruban dan menjadi putih; 3) gigi mulai tanggal; 4) penglihatan dan pendengaran mulai berkurang; 5) mulai lelah; 6) gerakan menjadi


(19)

3

lamban dan kurang lincah; dan 7) ketrampilan tubuh menghilang, terjadi timbunan lemak terutama pada bagian perut dan pinggul.” Kemunduran fisik tersebut memanglah tidak terjadi secara langsung dan begitu saja, namun hal-hal tersebut terjadi secara bertahap. Namun apabila seseorang tidak siap dalam menghadapi masa tua, maka seseorang akan tidak sanggup dalam bertahan di masa tua. Kemunduran secara fisik tersebut mengakibatkan lanjut usia lebih rentan terhadap serangan penyakit. Hal tersebut bukan hanya disebabkan karena daya tahan tubuh yang menurun, selain itu juga berkurangnya aktifitas fisik yang membuat lanjut usia mudah lelah, sehingga lanjut usia jarang melakukan aktifitas fisik (olahraga). Selain hal-hal secara fisik tersebut, kemunduran juga terjadi secara kognitif yaitu menurunnya kemampuan dalam belajar dan mengingat. Departemen Kesehatan RI dalam Rita, dkk (2008: 169-170) menyatakan bahwa:

“menjadi tua ditandai oleh adanya kemunduran-kemunduran kognitif, antara lain: 1) mudah lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik; 2) ingatan kepada hal-hal masa muda lebih baik daripada kepada hal-hal yang baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama-nama; 3) orientasi unum dan persepsi terhadap waktu dan ruang/tempat mundur, karena daya ingat sudah mundur dan juga penglihatan biasanya kabur; 4) meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam tes intelegensi menjadilebih rendah; dan 5) tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru.”

Selain mengalami kemunduran secara fisik maupun psikologis, lansia juga lebih rentan dalam mengalami stres. Stres merupakan hal yang dialami oleh setiap manusia, namun tidak semua manusia dapat menghadapi stress yang dialaminya sebagai tantangan dalam kehidupan. Setiap manusia memiliki kondisi dimana ia tidak dapat menahan atau mengatasi apa yang terjadi dalam hidupnya.


(20)

4

Bahayanya adalah bila terlalu banyak mengalami stres. Saat kita tidak lagi mampu mengatasi meningkatnya tuntutan pada waktu dan energy, kita dapat menjadi semakin lelah dan merasa bahwa hidup adalah sesuatu yang sulit. Jika hal ini terjadi, kita mungkin mendapati diri kita menderita karena serangan penyakit, baik penyakit mental maupun fisik (Bourke, 2005:245).

Stres tidak hanya dialami oleh lansia yang tinggal bersama dengan keluarganya, namun juga lansia yang berada di Panti Wredha. Hal ini disebabkan karena warga binaan yang berada di Panti Wredha berada jauh dengan keluarganya, bahkan terdapat lansia yang sudah tidak memiliki keluarga. Keluarga memiliki peran yang penting dalam mengurangi stres yang dialami oleh seseorang, khususnya lansia. Berdasarkan hasil penelitian (Yeniar Indriana, dkk, 2010) bahwa:

“dari subjek penelitian sejumlah 32 lansia Panti Wredha Pucang Gading Semarang menunjukkan tingkat stres yang tinggi dengan skor di atas 150 dengan 81,25% menunjukkan keluhan berat dan 18,75% menunjukkan keluhan sedang. Faktor-faktor yang menyebabkan stres bagi para lansia Panti Wredha ini dalam urutan 5 besar antara lain : perubahan dalam aktivitas sehari-hari, perubahan dalam perkumpulan keluarga, kematian pasangan, kematian anggota keluarga, dan perubahan dalam pilihan maupun kuantitas olahraga maupun rekreasi, dan perubahan dalam pekerjaan.”

Stres juga lebih mudah dialami oleh para lansia yang berada di Panti Wreda Gereja Kristen Jawa (GKJ) Gondokusuman, Yogyakarta. Di Panti Wreda ini, warga binaan sosial semuanya berjenis kelamin perempuan. Warga binaan sosial panti wreda ini berasal dari berbagai daerah, bukan hanya yang berasal dari Yogyakarta saja. Mereka bukanlah warga binaan yang dititipkan oleh keluarganya, yang kemudian akan dijenguk ataupun dijemput oleh keluarganya. Kebanyakan dari mereka sudah tidak memiliki


(21)

5

keluarga dan sanak saudara. Stres yang dialami lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman ditunjukan dengan Simbah HA dan SH yang sering melamun, bahkan saat sedang bersama-sama, Simbah HA melamun dan tidak menanggapi simbah-simbah lainnya yang sedang bercerita. Terdapat juga lansia yang menghindar dari sesama lansia, yaitu Simbah YY, beliau memilih tidak keluar kamar apabila simbah-simbah sedang berkumpul.

Pengasuh Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Ibu RW, mengatakan bahwa mereka (warga binaan) sudah tidak punya keluarga, karena kebanyakan dari mereka tidak menikah. Namun, terdapat pula lansia yang menikah dan memiliki anak tetapi mereka berada jauh dengan keluarganya. Kondisi ini akan semakin mudah membuat para lansia di panti wreda ini menjadi stres. Hal ini juga ditunjukkan dengan pernyataan salah satu warga binaan Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Simbah MJ, yang mengatakan bahwa beliau tujuh bersaudara, namun sekarang hanya tinggal beliau. Saudara-saudaranya sudah tidak ada (meninggal). Simbah MJ sudah lama tidak pulang kampung sejak tahun 1969.

Kondisi tersebut menyebabkan lansia di Panti Wreda GKJ Gondokusuman, Yogyakarta sangat mudah menjadi stres, sehingga mereka harus mengerti kondisi kesehatannya agar dapat menjaga diri mereka. Menjaga kesehatan lansia juga dapat mengurangi resiko stres, karena dengan kondisi kesehatan yang baik, maka stres tidak akan memberikan dampak yang buruk dalam tubuh lansia. Untuk mengetahui kondisi kesehatan lansia, dapat dilakukan dengan cara melakukan check-up kesehatan. Ketika diperoleh hasil


(22)

6

dari check-up kesehatan tersebut, lansia dapat mengerti kondisinya sehingga lansia dapat mengetahui bagaimana ia menjaga dirinya dengan apa yang lansia konsumsi, serta apa yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuhnya. Hal ini dapat membuat lansia mempraktekan cara menjaga gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat yang dapat dilakukan oleh lansia antara lain adalah dengan melakukan olahraga sesuai dengan kondisi kesehatan lansia, melakukan istirahat yang cukup, serta melakukan diet yang teratur. Menurut Nancye Bourke (2005:43) menyatakan bahwa:

“ada berbagai macam saran olahraga, akan tetapi melakukan olahraga aerobic minimal 30 menit, sebanyak 3 kali seminggu sangatlah penting. Olahraga yang bersifat aerobic meliputi jalan cepat, jogging, senam, memotong rumput, dan memotong kayu. Berjalan kaki setiap hari juga disarankan, karena selain mendapat manfaat olahraga, tubuh Anda juga akan mendapatkan manfaat dari udara segar dan sinar matahari. Kegiatan ini akan membuat Anda dapat menjalin keakraban dengan para tetangga dan lingkungan sekitar anda.”

Kegiatan-kegiatan olahraga yang dapat dilakukan oleh lansia sangat beragam, dan tidak memerlukan biaya yang besar untuk melakukan olahraga. Dalam melakukan olahraga tidaklah harus ke gym, ataupun tempat-tempat yang memerlukan biaya, namun kegiatan olahraga dapat dilakukan di sekitar tempat tinggal. Seperti jalan kaki, senam dan lain-lain. Kegiatan olahraga ini dilakukan agar lansia tetap dapat menjaga kesehatan tubuhnya sehingga tidak mudah terserang penyakit. Kementrian pemberdayaan perempuan dalam menegpp.go.id menyatakan bahwa:

Dari sisi kualitas hidup, selain pendidikan, penduduk lanjut usia juga mengalami masalah kesehatan. Data menunjukkan bahwa ada kecenderungan angka kesakitan lanjut usia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi ini tentunya harus mendapatkan perhatian berbagai pihak. Lanjut usia yang sakit-sakitan akan menjadi beban


(23)

7

bagi keluarga, masyarakat dan bahkan pemerintah, sehingga akan menjadi beban dalam pembangunan. Oleh sebab itu, kita harus menjadikan masa lanjut usia menjadi tetap sehat, produktif dan mandiri.

Olahraga merupakan salah satu alternatif yang dapat menjadikan diri kita tetap sehat. Salah satu kegiatan olahraga yang dapat dilakukan tanpa mengeluarkan biaya serta dapat mengakrabkan diri dengan orang lain adalah kegiatan senam. Kegiatan senam dilakukan secara bersama-sama sehingga dapat membuat lansia berinteraksi dengan orang lain. Kegiatan senam ini dapat dilakukan bersama dan dipandu dengan instruktur senam, selain itu juga dapat dilakukan tanpa adanya instruktur, dapat menggunakan alat bantu media. Kegiatan senam yang dilakukan bersama-sama dengan instruktur memiliki kelebihan dimana peserta dapat melihat dan dapat berinteraksi secara langsung. Kegiatan ini juga memiliki kelemahan yaitu apabila istruktur berhalangan hadir, maka kegiatan senam tidak dapat terselenggara. Sedangkan kegiatan senam dengan menggunakan media (tanpa adanya instruktur) dapat dilakukan setiap waktu jika diinginkan. Seperti yang dialami oleh para lansia di Panti Wreda GKJ Gondokusuman, Yogyakarta, mereka tidak melakukan kegiatan senam lansia dikarenakan tidak adanya instruktur yang dapat hadir, sehingga mereka kurang melakukan kegiatan olahraga.

Penjaga Panti Wreda GKJ gondokusuman, Yogyakarta, BR, mengatakan bahwa dulu pernah dilakukan senam secara rutin, tapi instrukturnya sakit jadi tidak bisa datang lagi untuk menjadi instrukur senam lansia. Kegiatan senam yang dilakukan di Panti Wreda GKJ Gondokusuman, Yogyakarta ini tidak dapat berjalan dikarenakan permasalahan intruktur,


(24)

8

sehingga dibutuhkan media yang dapat membantu para lansia untuk melakukan kegiatan senam. Para lansia pernah menggunakan media teks panduan senam yang diberikan oleh mahasiswa, namun tidak dapat digunakan secara maksimal karena terdapat nenek yang tidak bisa membaca, selain itu juga karena lansia harus menggerakkan badan sambil membaca.

Media yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan senam antara lain adalah modul atau panduan senam, poster gerakan senam, tape recorder, dan juga video. Dari media yang tersedia, video merupakan media yang dapat digunakan secara efektif. Hal ini disebabkan media video ini bukan hanya menampilkan gambar, namun juga terdapat suara. Selain itu, gambar yang ditampilkan pun berupa gambar bergerak, sehingga lebih mudah diikuti dan juga lebih menarik untuk dilakukan.

Berdasarkan uraian tersebut, timbul pemikiran untuk meneliti bagaimana pemanfaatan media video senam lansia sebagai salah satu alternatif mengurangi stres pada lansia di Panti Wreda GKJ gondokusuman, Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jumlah lansia di kota Yogyakarta yang semakin meningkat setiap tahun sehingga membutuhkan penangan dan pelayanan yang lebih baik.


(25)

9

2. Stres yang lebih mudah dialami oleh warga binaan sosial Panti Wreda GKJ Gondokusuman, Yogyakarta dikarenakan latar belakang warga binaan yang jauh dari keluarga bahkan sudah tidak memiliki keluarga maupun sanak saudara.

3. Kegiatan senam lansia yang tidak berjalan di Panti Wreda GKJ Gondokusuman, Yogyakarta dikarenakan tidak ada instruktur senam. 4. Belum tersedianya media yang mampu menggantikan peran pelatih senam

di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta.

5. Belum tersedianya media yang mampu menarik minat lansia untuk melakukan kegiatan senam lansia secara rutin.

C. Batasan Masalah

Dengan keterbatasan waktu dan tenaga, maka penelitian ini hanya dibatasi pada belum tersedianya media yang mampu menggantikan peran pelatih/intruktur senam lansia dan mampu menarik minat lansia untuk melakukan kegiatan senam lansia secara rutin di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pemanfaatan media video senam lansia pada lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta?


(26)

10

2. Bagaimana pengaruh pemanfaatan media video senam lansia dalam mengurangi stres yang dialami lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman?

3. Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat pada pemanfaatan media video senam lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dipaparkan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Pemanfaatan media video senam lansia pada lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta.

2. Pengaruh pemanfaatan media video senam lansia dalam mengurangi stres yang dialami lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta. 3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pemanfaatan media video

senam lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan kajian serta pertimbangan dalam pengambilan keputusan serta bagi para peneliti pendidikan diharapkan dapat digunakan sebagai literatur dalam penelitian yang lebih lanjut yang relevan dimasa depan.


(27)

11 2. Manfaat Praktis

a. Bagi warga binaan sosial Panti Wredha GKJ Gondokusuman, Yogyakarta penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan tentang pentingnya penggunaan media video senam dalam sebagai salah satu alternatif mengurangi stres pada lansia di Panti Wreda GKJ Gondokusuman, Yogyakarta. Media dalam penelitian ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan kegiatan senam lansia yang dapat digunakan kapanpun.

b. Bagi Panti Wreda GKJ Gondokusuman Yogyakarta, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menghadapi masalah-masalah terkait dengan hal-hal yang mempengaruhi stres yang dialami oleh lansia yang berada di Panti Wreda GKJ Gondokusuman Yogyakarta, serta media yang dapat digunakan dalam mendukung terlaksananya kegiatan senam lansia.


(28)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Lanjut Usia

a. Pengertian Lanjut Usia

Masa lanjut usia (lansia) merupakan masa terakhir dalam kehidupan manusia, dimana masa lansia ini akan berakhir dengan kematian. Masa ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menata kembali kesehatan, masa pensiun dan menyesuaikan diri dengan peran-peran sosial (Santrock, 2006). Usia tua merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurlock, 1999).

Barbara Newman dan Philip Newman membagi masa lansia kedalam 2 periode, yaitu masa dewasa akhir (later adulthood) (usia 60 sampai 75 tahun) dan usia yang sangat tua (very old age) (usia 75 sampai meninggal dunia) (Newman & Newman, 2006). Papalia (2004) membagi masa lansia kedalam tiga kategori yaitu: 1) orang tua muda (young old): usia 60 tahun sampai 74 tahun; 2) orang tua tua (old-old): usia 75 tahun sampai 84 tahun; 3) orang tua yang sangat tua (oldest old): usia 85 tahun keatas. Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Sosial memberikan pengertian bahwa lansia adalah seseorang yang telah


(29)

13

mencapai usia 60 tahun keatas, yang kemudian membaginya kedalam dua kategori yaitu usia lanjut potensial dan usia lanjut non potensial. Usia lanjut potensial adalah usia lanjut yang memiliki potensi dan dapat membantu dirinya sendiri bahkan sesamanya. Sedangkan usia lanjut non potensial adalah usia lanjut yang tidak memperoleh penghasilan dan tidak dapat mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhannya sendiri (Undang-undang No. 13 Tahun 1998)

Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian lanjut usia, dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan masa terakhir dalam rentang kehidupan manusia, dimana seseorang dapat dikatakan lanjut usia apabila sudah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia dibagi kedalam dua kategori, yaitu usia lanjut potensial dan usia lanjut non potensial. Pembagian kategori tersebut berdasarkan potensi atau kemampuan yang dimiliki oleh lanjut usia dalam memenuhi kebutuhannya.

b. Karakteristik Lanjut Usia

Pertambahan usia seseorang seiring dengan perubahan yang timbul di dalam diri sendiri. Perubahan yang khas pada lanjut usia adalah perubahan fisik yang terjadi pada diri sendiri. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia bukan hanya pada fisik, melainkan hal-hal lain seperti fungsi kognitif dan sosio-emosional. Departemen Kesehatan RI dalam Rita, dkk (2008: 168) menyatakan bahwa menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat dari gejala kemunduran fisik antara lain:


(30)

14

1) Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap;

2) Rambut mulai beruban dan menjadi putih; 3) Gigi mulai tanggal;

4) Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang; 5) Mulai lelah;

6) Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah; dan

7) Kerampingan tubuh menghilang, terjadi timbunan lemak terutama dibagian perut dan pinggul.

Menurut Rowe & Kahn dalam King (2010:212) hingga belum lama ini, paruh baya dan orang tua dipandang mengalami penurunan fisik, kognitif dan sosio-emosional yang panjang dan dimensi positif dari penuaan diabaikan. Departemen kesehatan RI dalam Rita, dkk (2008: 169-170) menyatakan bahwa menjadi tua ditandai oleh adanya kemunduran-kemunduran kognitif, antara lain sebagai berikut:

1) Mudah lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik;

2) Ingatan kepada hal-hal pada masa muda lebih baik dari pada kepada hal-hal yang baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama-nama;

3) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang/tempat mundur, karena daya ingat sudah mundur dan juga karena penglihatan biasanya sudah mundur;

4) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam tes intelegensi menjadi lebih rendah; dan

5) Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru.

Perubahan pada lanjut usia juga terjadi pada sosio-emosionalnya. Berdasarkan teori disangegement menurut Lafrancois dalam Rita, dkk (2008:171) berpendapat bahwa semakin tinggi usia manusia akan diikuti secara berangsur-angsur oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik, dan emosi dengan kehidupan dunia. Lanjut usia akan lebih, menikmati waktunya dengan teman dari pada dengan keluarga, karena dengan sesama lanjut usia mereka lebih dapat berdiskusi dengan


(31)

masalah-15

masalah yang mereka hadapi bersama dan saling membantu memecahkan maslah masing-masing (Rita dkk, 2008:173). Lansia akan lebih sulit dalam menerima orang-orang baru, dikarenakan mereka lebih nyaman dengan orang-orang yang sudah berada didekat mereka terlebih dahulu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menjadi tua merupakan suatu prosesdalam kehidupan yang harus dialami oleh setiap manusia. Dalam proses penuaan tersebut terdapat hal-hal yang mengalami perubahan dimana hal tersebut menjadi karakteristik lanjut usia. Karakteristik tersebut tidak hanya terjadi pada fisik saja, namun juga terjadi pada fungsi kognitif serta sosial-emosionalnya. Karakteristik fisik pada lansia yaitu kulit mengendur dan timbul keriput, rambut mulai beruban, gigi mulai tanggal, penglihatan danpendengaran berkurang, mulai lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, kerampingan tubuh menghilang.

Karakteristik fungsi kongnitif pada lansia yaitu: mudah lupa, ingatan pada hal-hal pada masa muda lebih baik, orientatasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang/tempat mundur, skor yang dicapai dalam tes intelegensi lebih rendah, tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru. Sedangkan karakteristik pada sosio-emosionalnya yaitu mundurnya interaksi sosial, emosi dengan kehidupan dunia, lebih menikmati waktunya dengan temannya daripada dengan keluarganya. Dengan mengetahui karakteristik pada lanjut usia ini, kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi kebutuhan lansia dalam menjalani


(32)

16

kehidupannya dengan perubahan-perubahan hidup yang dialami oleh mereka. Kita juga dapat membantu dalam menfasilitasi tentang hal-hal yang terjadi kemunduran sehingga mereka tetapdapat bertahan dan produktif.

2. Masalah-Masalah yang dialami Lansia

Setiap manusia mengalami masalah dalam kehidupannya. Masalah-masalah yang dialami pada masing-masing tahapan usia berbeda-beda, begitu pula masalah pada masing-masing individu. Namun, masalah-masalah yang dialami dapat dikelompokan menjadi masalah psikologis dan juga psikis. Masalah yang dialami lanjut usia antara lain penurunan fungsi kognitif, mudah terserang penyakit dan juga mudah terserang stres.

a. Penurunan fungsi kognitif

Pada lanjut usia, mereka mengalami penurunan secara drastis pada aspek intelegensi, ingatan, dan bentuk-bentuk dari fungsi mental. Orang lanjut usia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengingat nama, tanggal, informasi-informasi lain; faktanya, kecepatan proses kognitif secara umum menurun drastis (Carole Wade & Carol Tavris, 2008: 274). Bagi beberapa orang, penuaan dan kematian orang tua mereka menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam diri (Bourke, 2012: 226).


(33)

17

Departemen kesehatan RI dalam Rita, dkk (2008: 169-170) menyatakan bahwa menjadi tua ditandai oleh adanya kemunduran-kemunduran kognitif, antara lain sebagai berikut:

1) Mudah lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik;

2) Ingatan kepada hal-hal pada masa muda lebih baik dari pada kepada hal-hal yang baru terjadi, yang pertama dilupakan adalah nama-nama;

3) Orientasi umum dan persepsi terhadap waktu dan ruang/tempat mundur, karena daya ingat sudah mundur dan juga karena penglihatan biasanya sudah mundur;

4) Meskipun telah mempunyai banyak pengalaman, skor yang dicapai dalam tes intelegensi menjadi lebih rendah; dan

5) Tidak mudah menerima hal-hal atau ide-ide baru. b. Serangan Penyakit

Serangan penyakit yang sering dihadapi oleh lansia antara lain tekanan darah tinggi (Hipertensi), kencing manis (Diabetes Melitus), radang sendi (Artritis/Rematik), Pikun (Demensia), jantung koroner, stroke, dan kanker (Anonim, 2010:55-64).

1) Tekanan darah tinggi: penyakit yang disebabkan oleh tekanan darah yang melewati batas tekanan darah normal. Pencegahan yang dapat dilakukan: mengurangi mengkonsumsi garam; berolahraga dengan teratur dan melakukan kegiatan fisik ringan; menjaga agar tidak kegemukan; tidak merokok; menghindari minum-minuman keras dan yang beralkohol. 2) Kencing manis: penyakit yang disebabkan tingginya kadar glukosa dalam

darah. Pencegahan yang dapat dilakukan: mengkonsumsi makanan yang rendah lemak; banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dan protein; mengurangi makanan yang manis; gunakan pemanis alternatif; mengurangi mengkonsumsi makanan yang asin; tidak


(34)

18

merokok, dan hindari minuman keras serta beralkohol; mengurangi berar badan yang berlebihan.

3) Radang sendi: penyakit yang menyerang sendi, tulang, otot, atau jaringan tubuh disekitar sendi. Pencegahan yang dapat dilakukan: jangan melakukan kegiatan yang terlalu berat; turunkan berat badan jika kegemukan; diet yang bergizi seperti seafood, sayur-sayuran hijau, buah-buahan, kacang-kacangan, jahe, makanan berserat dan rendah kalori; minum minimal 8 gelas air putih sehari.

4) Pikun: gejala yang disebabkan oleh timbulnya gangguan pada fungsi otak (mental). Pencegahan yang dapat dilakukan: melatih otak dan merangsang otak agar tidak menurun drastis; mengkonsumsi makanan bergizi, seperti telur, vitamin B 12, makanan yang mengandung zat besi, kacang-kacangan, tepung gandum dan biji-bijian; menghindari minuman yang mengurangi daya ingat seperti alkohol.

5) Jantung koroner: suatu penyakit jantung yang disebabkan oleh mengeras dan menyempitnya pembuluh darah koroner. Pencegahan yang dapat dilakukan: mengkonsumsi makanan yang rendah kolesterol; tidak merokok; tidak minum minuman keras dan yang beralkohol; mengurangi makanan yang asin; mengurangi berat badan jika kegemukan; berolahraga secara teratur; tidak minum kopi secara berlebihan.

6) Stroke: penyakit gangguan peredaran darah di otak. Pencegahan yang dapat dilakukan: berolahraga secara teratur; makan makanan yang megandung vitamin C; mengurangi makanan asin; tidak merokok dan


(35)

19

minum minuman keras atau alkohol; mengurangi makanan yang berlemak; mengurangi berat badan.

7) Kanker: penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan mekanisme dalam pergantian sel yang merusak DNA. Fungsi dan karakter fisik sel berubah menjadi sel yang reaktif dan ganas. Pencegahan yang dapat dilakukan: mengkonsumsi makanan yang berserat; mengurangi makanan berlemak; mengurangi makanan yang diasinkan, diasap, dan atau yang difermentasi; minum teh hijau yang mengandung catechins.

c. Stres

Dalam istilah psikologi, kita dapat mendefinisikan stres sebagai respon individu terhadap stresor (stressor), yaitu lingkungan atau peristiwa yang mengancam mereka dan membebani kemampuan coping mereka (King, Laura A. 2010:138). Selye dalam Alimul (2006:10) mendefinisikan stres sebagai situasi dimana suatu tuntutan yang bersifat tidak spesifik dan mengharuskan seseorang memberikan respon atau mengambil tindakan. Stres adalah stimulus atau situasi yang menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang (Isaacs, 2004). Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan (Sunaryo, 2004).

Lansia yang tidak sehat, akan lebih mudah terkena stres, karena dengan kondisi tubuh yang tidak sehat akan membuat seseorang tidak


(36)

20

dapat berfikir dengan baik. Jelaslah, keadaan fisik, seperti sakit dan sehat mempengaruhi cara kita berfikir (King, 2010:34). Depresi pada lansia memiliki latar belakang yang agak berbeda dengan orang dewasa lainnya, karena depresi yang dialami pada lansia lebih sering timbul akibat berbagai penyakit fisik yang dideritanya (Margatan, 1996:69). Berbagai peristiwa yang umum terjadi pada usia paruh baya seperti kesulitan kerja, masalah keluarga, merawat orang tua yang lanjut usia, depresi yang terjadi terkait dengan masalah kehilangan pasangan hidup, timbulnya penyakit fisik, atau pensiun (Anonim, 2010:10-11).

Seseorang yang mengalami stres akan memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang yang tidak mengalami stres. Menurut Bourke (2012:246) tanda-tanda peringatan fisik meliputi sakit kepala, insomnia, kelelahan, jantung berdebar, keringat berlebihan, sendi atau otot yang tegang, sembelit, masalah pencernaan, atau kejang perut, kehilangan hasrat seksual, ruam kulit atau gatal, tekanan darah tinggi, sering mengalami kedutan, kejang otot atau kedutan pada kelopak mata, menangis untuk alasan yang tidak jelas, dan seing terkena pilek atau flu.

Karakteristik tersebut tidak hanya pada kondisi fisik saja, namun juga terdapat gejala-gejala seperti peringatan mental dan lainnya. Gejala tersebut meliputi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan respon sosial. Hal serupa dikatakan oleh Stuart, Gail W. dan Laraia, Michele T. (2005:67) “appraisal of stressor involves determining the meaning of and understanding the impact of the stressful situation for the individual. It


(37)

21

include cognitive, affective, physiological, behavioral, and social

responses”.

Gejala peringatan stres pada aspek kognitif dapat dilihat dari cara berfikir, dan cara pandang orang tersebut. Stuart dan Laraia (2005:67) mengatakan if person uses passive, hostile, avoidant, or self-defeating tactics, the source of stress is not likely to go away. Tanda-tanda orang yang mudah terkena stres yang dapat dilihat dari segi kognitif seseorang adalah pasif, suka bermusuhan, menghindari, dan suka menang sendiri.

Gejala stres juga terjadi pada aspek afektif. Pada aspek afektif ini terlalu umum untuk dikategorikan dalam stres karena dapat menjadi emosi. Hal ini diungkapkan oleh Stuart dan Laraia (2005:67) in the appraisal of a stressor, the major affective response is a nonspecific or generally anxiety reaction, which becomes expressed as emotion. Emosi yang termasuk didalamnya yaitu sukacita, kesedihan, ketakutan, kemarahan, penerimaan, ketidakpercayaan, antisipasi atau terkejut.

Pada aspek fisiologis, seseorang yang mengalami stres mengalami penurunan pada sistem kekebalan tubuhnya. Hal serupa dikatakan oleh Stuart dan Laraia (2005:67) additionally, stress has been shown to affect

the body’s immune system, affecting one’s ability to fight disease.

Seseorang dapat diketahui kondisi stres dengan mengetahui bagaimana kondisi fisiologi dengan hormone-hormon yang dimiliki oleh tubuh. Hormone yang dimiliki oleh tubuh mempengaruhi kesehatan seseorang,


(38)

22

sehingga orang yang mengalami stres akan lebih mudah terserang penyakit.

Aspek perilaku dapat memberikan informasi yang lebih tentang kondisi stres seseorang. Stuart dan Laraia (2005:67), behavioral responses are the resultof emotionaland physiological responses, as well as one’s cognitive analysis of the stressful situation.

Menurut Caplan dalam Stuart dan Laraia (2005:67) mendeskripsikan empat fase respon perilaku individu terhadap stres, yaitu:

Phase 1 is behavior that changes the stressful environment or allows the individual to escape from it. Phase 2 is behavior that allows the individual to change the external circumstances and their aftermath. Phase 3 is intrapsychic behavior that serves to defend against unpleasant emotional arousal. Phase 4 is intrapsychic behavior that help one come to terms with the event and its sequelae by internal readjustment.

Hal tersebut menjelaskan bahwa dalam mengalami stres, individu menunjukan perilaku dalam 4 tahap. Tahap 1: perilaku yang mengubah lingkungan stres atau mengizinkan individu untuk melepaskan diri dari stres; tahap 2: perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaan eksternal dan akibatnya; tahap 3: perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan diri dari rangsangan emosional yang tidak menyenangkan; tahap 4: perilaku intrapsikis yang membantu seseorang berdamai dengan gejala sisa dengan cara menyesuaikan diri kembali secara internal.


(39)

23

Respon sosial merupakan aspek yang juga perlu mendapatkan perhatian. Banyak respon sosial yang diberikan oleh orang yang mengalami stres. Menurut Mechanic dalam Stuart dan Laraia (2005:67-68) sifat yang tepat pada respon seseorang didasarkan pada tiga ativitas, yaitu search for meaning (pencarian arti), social attribution (atribusi sosial), social comparison (perbandingan sosial). Seseorang yang melakukan respon sosial diluar dari dasar aktivitas tersebut, memungkinkan mengalami stres.

Gejala stres berdasarkan skala HARS antara lain: perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatic (otot), gejala somatic (sensorik), gejala kardoivaskuler, gejala repisatori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala otonom, tingkah laku pada wawancara. Tanda-tanda peringatan mental meliputi ketidakmampuan bersantai, susah berkonsentrasi dan ingatan yang buruk, kesulitan menyelesaikan tugas, mudah marah, melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang, kehilangan semangat hidup, atau sulit membuat keputusan (Bourke, 2012:246).

Menurut Robert J. Van Amberg dalam Hawari (2010:46-48) stres dapat dibagi ke dalam enam tahap berikut:

1) Tahap pertama: tahap ini merupakan tahap stres yang paling ringan dan biasanya ditandai dengan munculnya semangat yang berlebihan, penglihatan lebih “tajam” dari biasanya, dan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya (namun tanpa disadari


(40)

24

cadangan energi dihabiskan dan timbulnya rasa gugup yang berlebihan).

2) Tahap kedua: pada tahap ini, dampak stres yang semula „menyenangkan‟ mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan karena habisnya cadangan energi. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan antara lain merasa letih sewaktu bangun pagi dalam kondisi normal, badan (seharusnya terasa segar), mudah lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang makan sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.

3) Tahap ketiga: keluhan semakin nyata, seperti gangguan lambung dan usus (gastritis atau maag, diare), ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur (sulit untuk mulai tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, atau bangun terlalu pagi dan tidak dapat tidur kembali), tubuh terasa lemah seperti tidak bertenaga.

4) Tahap keempat: pada kondisi berkelanjutan akan muncul gejala seperti ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas rutin karena perasaan bosan, kehilangan semangat, terlalu lelah, karena gangguan pola tidur, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun, serta muncul rasa takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya.

5) Tahap kelima: tahap ini ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana,


(41)

25

gangguan pada sistem pencernaan semakin berat, serta semakin meningkatnya rasa takut dan cemas.

6) Tahap keenam: tahap ini merupakan tahap puncak, biasanya ditandai dengan timbulnya rasa panik dan takut mati yang menyebabkan jantung berdetak semakin cepat, kesulitan bernafas, tubuh gemetar dan berkeringat dan kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah dialami oleh setiap manusia, baik anak-anak hingga lanjut usia. Masalah yang sering dihadapai oleh lanjut usia antara lain yaitu penurunan fungsi kognitif seperti membutuhkan waktu lama untuk mengingat nama, tanggal serta informasi lainnya; mudah terserang penyakit, penyakit-penyakit yang mudah dialami oleh lansia antara lain tekanan darah tinggi, kencing manis, radang sendi, pikun, jantung koroner, stroke, dan kanker; mudah terkena stres, stres yang dialami lansia lebih sering timbul akibat penyakit, kehilangan pasangan hidup dan keluarga, serta pensiun. Tanda-tanda seseorang mengalai stres tidak hanya dilihat dari segi fisik saja, namun juga terdapat pada aspek kognitif, afektif, psikis, perilaku serta respon sosial. Karakteristik fisik dan mental yang terjadi pada seseorang yang mengalami stres antara lain: perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatic (otot), gejala somatic (sensorik), gejala kardoivaskuler, gejala repisatori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala otonom, tingkah laku pada


(42)

26

wawancara. Stres dibagi dalam enam tahap, dimana setiap tahapan menunjukan peningkatan stres yang dialami seseorang.

Tahap pertama merupakan tahap stres yang paling ringan ditandai dengan munculnya semangat yang berlebihan, penglihatan lebih “tajam” dari biasanya, dan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.

Tahap kedua, dampak stres yang semula „menyenangkan‟ mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan karena habisnya cadangan energi. Keluhan yang sering terjadi yaitu merasa letih sewaktu bangun pagi dalam kondisi normal, badan (seharusnya terasa segar), mudah lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang makan sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.

Tahap ketiga, keluhan semakin nyata, seperti gangguan lambung dan usus, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur, tubuh terasa lemah seperti tidak bertenaga. Tahap keempat, muncul gejala seperti ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas rutin karena perasaan bosan, kehilangan semangat, terlalu lelah, karena gangguan pola tidur, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun, serta muncul rasa takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya.

Tahap kelima, ditandai dengan kelelahan fisik yang sangan, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana, gangguan pada


(43)

27

sistem pencernaan semakin berat, serta semakin meningkatnya rasa takut dan cemas. Tahap keenam, merupakan tahap puncak, biasanya ditandai dengan timbulnya rasa panik dan takut mati yang menyebabkan jantung berdetak semakin cepat, kesulitan bernafas, tubuh gemetar dan berkeringat dan kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.

Gejala stres juga ditandai dengan aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan juga respon sosial. Pada aspek kognitif sseorang akan bersifat pasif, suka bermusuhan, menghindari dan suka menang sendiri. Pada aspek afektif seseorang akan terlarut dalam emosinya, emosi tersebut meliputi sukacita, kesedihan, ketakutan, kemarahan, penerimaan, ketidakpercayaan, antisipasi atau terkejut. Pada aspek fisiologis seseorang akan lebih mudah terserang penyakit apabila mengalami stres. Pada aspek perilaku merupakan sikap yang diberikan oleh seseorang terhadap stres yang dialaminya, melepaskan diri dari stres atau tetap bertahan dalam kondisi stres. Sedangkan pada aspek respon sosial meliputi tiga aktivitas yaitu pencarian arti, atribusi sosial dan perbandingan sosial.

3. Program-Program Kegiatan Lansia

a. Program untuk meningkatkan fungsi Kognitif

Fungsi kognitif pada lanjut usia mengalami penurunan secara drastis, sehingga diperlukan program-program yang dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia. Program-program kegiatan lansia yang dapat dilakukan antara lain:


(44)

28

1) Permainan Dakon: penggunaan permainan dakon ini dapat digunakan untuk membantu meningkatkan daya ingat. Permainan dakon ini dapat digunakan untuk lansia dalam meningkatkan daya ingat pada lansia, sehingga lansia tidak mudah mengalami kepikunan. Penggunaan permainan dakon ini juga digunakan oleh Panti WredhaGKJ Gondokusuman, Yogyakarta untuk membantu lansia meningkatkan daya ingat, sehingga warga binaan di Panti Wredhaini tidak mudah mengalami kepikunan.

2) Pemberian menu khusus: untuk meningkatkan fungsi kognitif dapat dilakukan dengan memberikan menu khusus yang dapat meningkatkan fungsi kognitif. Makanan-makanan yang dapat meningkatkan fungsi kognitif antara lain: kubis, telur, berries, ikan, brokoli, dan teh (www.jpnn.com).

b. Program untuk meningkatkan kesehatan lansia

Kementerian Kesehatan dalam upaya untuk meningkatkan status kesehatan para lanjut usia, melakukan beberapa program yaitu (Departemen Kesehatan Republik Indonesia):

1) Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para lansia di pelayanan kesehatan dasar, khususnya Puskesmas dan kelompok lansia melalui program Puskesmas Santun Lanjut Usia.

2) Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia melalui pengembangan Poliklinik Geriatri di Rumah Sakit.

3) Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi usia lanjut.

Program-program lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lansia yaitu olahraga dan juga diet yang bergizi. Diet yang


(45)

29

bergizi dapat memberikan pencegahan terhadap penyakit-penyakit yang mudah di alami oleh lansia dimana lansia pada umumnya mengalami kegemukan. Oleh karena itu, untuk melakukan diet diperlukan makanan yang bergizi agar asupan gizi yang diterima oleh tubuh tetap ada. Kegiatan diet ini biasa dilakukan bersamaan dengan kegiatan olahraga. Olahraga atau latihan fisik yang dapat dilakukan sangatlah beragam. Senada dengan hal tersebut, Nancye Bourke (2005:43) menyatakan bahwa:

Ada berbagai macam saran olahraga, akan tetapi melakukan olahraga aerobic minimal 30 menit, sebanyak 3 kali seminggu sangatlah penting. Olahraga yang bersifat aerobik meliputi jalan cepat, jogging, senam, memotong rumput, dan memotong kayu. Berjalan kaki setiap hari juga disarankan, karena selain mendapat manfaat olahraga, tubuh Anda juga akan mendapatkan manfaat dari udara segar dan sinar matahari. Kegiatan ini akan membuat Anda dapat menjalin keakraban dengan para tetangga dan lingkungan sekitar anda.

Kegiatan olahraga sangat mempengaruhi kondisi fisik seseorang, terlebih untuk lansia yang rentan mengalami penyakit, sangat penting melakukan olahraga. Selain dapat meningkatkan stamina tubuh, dengan kondisi tubuh yang sehat, lansia tetap dapat melakukan aktivitas sehingga sering melakukan kegiatan dan persendianpun tidak mudah kaku.

c. Program untuk mengatasi stres yang dialami lansia

Untuk mengatasi stres yang dialami oleh lansia dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya yaitu self-talk. Self-talk positif dapat menumbuhkan keyakinan yang membebaskan kita untuk menggunakan bakat-bakat kita dengan maksimal (King, 2010:140). Terdapat teknik


(46)

30

dalam memanajemen stres yang dialami, beberapa manajemen stres yang dapat dilakukan adalah (Alimul, 2006:22-23):

1) Mengatur diet dan nutrisi: pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi atau mengatasi stres. Ini dapat dilakukan dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai porsi dan jadwal yang teratur.

2) Istirahat dan tidur: istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan kebugaran tubuh.

3) Olahraga teratur: olahraga yang teratur adalah salah satu cara meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga yang dilakukan tidak harus sulit. Olahraga yang sederhana seperti jalan pagi atau lari pagi dilakukan paling tidak dua kali seminggu dan tidak harus sampai berjam-jam.

4) Berhenti merokok: berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan status kesehatan serta menjaga ketahanan dan kekebalan tubuh.

5) Menghindari minuman keras: minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres.

6) Mengatur berat badan: berat badan yang tidak seimbang (terlalu gemu atau terlalu kurus) merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres. 7) Mengatur waktu: pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam


(47)

31

8) Terapi psikofarmaka: terapi ini menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres yang dialami melalui pemutusan jaringan antara psiko, neuro, dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain.

9) Terapi somatik: terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak mengganggu sistem tubuh yang lain.

10)Psikoterapi: terapi ini menggunakan teknik psiko yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang.

11)Terapi psikoreligius: terapi ini menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi masalah psikologis.

Latihan fisik juga menimbulkan kelegaan mental dan emosional yang membantu seseorang mengatasi dan mencegah stres (Swarth, 2006:51-52). Menurut sejumlah penelitian olahraga dapat mengendalikan stres (Anonim, 2010:12). Latihan fisik yang teratur akan membuat seseorang waspada, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit dan menghilangkan perasaan depresi dan kecemasan (Swarth, 2006:26).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudah banyak program-program yang telah diadakan baik oleh pemerintah maupun oleh lembaga dan perseorangan guna mengatasi masalah-masalah yang dialami oleh para lansia. Untuk mengatasi masalah penurunan kognitif yang dialami lansia dapat dicegah dengan menggunakan


(48)

32

permainan dakon dan melakukan diet yang bergizi. Untuk mengatasi masalah kesehatan, pemerintah telah meningkatkan dan memantapkan upaya kesehatan para lansia di pelayanan kesehatan dasar, meningkatkan upaya rujukan kesehatan bagi lansia, meningkatkan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi usia lanjut. Selain upaya yang dilakukan pemerintah, untuk mengatasi masalah kesehatan dapat dilakukan dengan diet makanan yang bergizi, dan juga olahraga yang teratur. Sedangkan untuk mengatasi masalah stres dapat dilakukan dengan self-talk, mengatur diet dan nutrisi, istirahat dan tidur, olahraga teratur, berhenti merokok, menghindari minuman keras, mengatur berat badan, mengatur waktu, terapi psikofarmaka, terapi somatik, psikoterapi, dan terapi psikoreligius.

Dari semua cara mengatasi masalah yang dialami lansia, hal yang penting diperhatikan adalah dalam hal olahraga. Olahraga merupakan hal yang cukup berperan penting dalam mengatasi masalah yang dialami oleh seseorang khususnya lansia. Menanggapi hal tersebut, diperlukan olahraga bagi lansia. Olahraga tidak hanya dapat meningkatkan kebugaran jasmani saja, namun dengan berolahraga juga dapat mengurangi rasa kehilangan yang dialami oleh para lansia. Dengan meningkatnya kondisi kesehatan yang dialami oleh lansia, dan berkurangnya rasa kehilangan keluarga dapat juga mengurangi stres yang dialami oleh lansia tersebut.


(49)

33 4. Senam Lansia

a. Olahraga

Olahraga merupakan aktifitas yang dapat dilakukan oleh semua golongan usia. Olahraga berasal dari kata dari olah dan rogo, berasal dari kata bahasa jawa “olah” yang artinya berlatih, melakukan kegiatan dengan tekun dan “rogo” yang berarti badan atau jasmani, sehingga olah raga waktu itu memiliki pengertian “gerak badan”. Olahraga merupakan salah satu jenis rekreasi yang dapat dilakukan kapan saja. Pengertian olahraga dapat disesuaikan dengan tujuan dan pelaku dari kegiatan keolahragaan tersebut. Dimana tujuan dari olahraga dapat bermacam-macam. Pelaku dari setiap olahragapun berbeda disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.

Kegiatan olahraga sangat penting dilakukan bagi tubuh. Selain kegiatan olahraga dapat dilakukan dengan mudah, olahraga juga memiliki manfaat. Manfaat yang diperoleh ketika melakukan kegiatan olahraga yaitu (Giam dan Teh, 1993): 1) dapat meningkatkan dan mempertahankan kebugaran; 2) menjaga ketahanan kardio-respirator (jantung-paru-peredaran darah) atau kebugaran aerobic; 3) untuk meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot dan kelenturan sendi dan otot; 4) untuk meningkatkan tonus otot, kelenturan sendi dan otot.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa olahraga merupakan suatu latihan yang dilakukan oleh badan atau tubuh dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Manfaat yang dapat diperoleh dari


(50)

34

kegiatan olahraga ini adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan kebugaran baik dalam hal kardio-respirator, aerobik, serta kelenturan otot dan sendi.

Selain manfaat tersebut, olahraga juga memiliki manfaat lain yaitu dalam bidang pendidikan, dimana melalui kegiatan olahraga seseorang dapat membagikan ataupun memperoleh nilai-nilai pendidikan. Tujuan yang kedua yaitu kesehatan, dengan melakukan kegiatan olahraga seseorang dapat memperoleh manfaat dalam menjaga stamina tubuh sehingga tubuh dapat semakin sehat dan jarang terserang sakit. Ketiga, manfaat adaptif yaitu dengan melakukan kegiatan olahraga kita dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah. Keempat, manfaat rekreasi yaitu dengan melakukan olahraga kita dapat berekreasi dari kesibukan yang dialami selama seharian dan menghilangkan stres serta kebosanan yang sering dialami. Kelima, manfaat rehabilitasi yaitu dengan melakukan olahraga dapat merehabilitasi orang yang terkena penyakit ataupun mengalami kecanduan pada obat. Dan yang keenam, manfaat kompetisi yaitu dengan olahraga dapat menjadi sebuah kompetisi dimana kompetisi olahraga mengutamanakan sportif.

b. Senam Lansia

Senam dalam bahasa Inggris disebut “gymnastic” yang berasal dari kata gmynos bahasa Yunani yang berarti berpakaian minim atau telanjang. Senam merupakan kegiatan olahraga dimana terdiri dari


(51)

35

gerakan-gerakan yang menyeluruh dan banyak (Anggriyana dan Atikah, 2010:114).

Terdapat berbagai macam jenis senam, mulai dari senam nifas, senam osteoporosis, hingga senam lansia. Senam lansia adalah olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan, yang dapat diterapkan pada lansia (Anggriyana dan Atikah, 2010:114).

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga dapat berpengaruh dalam peningkatan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Anggriyana dan Atikah, 2010:114).

Dalam pelaksanaan kegiatan senam lansia terdapat masalah yang terjadi didalamnya. Permasalahan tersebut bisa terjadi baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah terjadinya kebosanan pada lansia. Permasalahan yang biasanya terjadi yang merupakan hambatan dalam melakukan senam lansia adalah perasaan bosan (Anggriyana dan Atikah, 2010:115). Permasalahan bosan dapat di atasi dengan memberikan variasi jenis senam yang dilakukan. Selain itu juga penggunaan media juga dapat mempengaruhi kebosanan dalam melakukan senam lansia. Apabila media yang digunakan tidak menarik, akan meningkatkan rasa bosan pada lansia.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa senam merupakan kegiatan olahraga yang gerakan-gerakannya menggunakan bagian-bagian tubuh secara menyeluruh. Terdapat berbagai jenis senam,


(52)

36

salah satunya adalah senam lansia. Senam lansia merupakan olahraga yang dapat dilakukan oleh lansia. Sesuai dengan namanya, senam lansia ini diperuntukan untuk para lansia agar tetap dapat menjaga kesehatan mereka dengan melakukan kegiatan olahraga. Gerakan yang dilakukan di senam lansia ini pun disesuaikan dengan karakterstik lansia, dimana gerakan-gerakannya tidak memberatkan lansia.

Pelaksanaan senam lansia sangat bermanfaat bagi kesehatan lansia, namun hal yang sering terjadi pada lansia dalam melakukan senam lansia adalah kebosanan. Kebosanan ini dapat membuat lansia enggan untuk melakukan senam lansia lagi, sehingga dibutuhkan media pembelajaran yang dapat mengurangi kebosanan pada lansia dalam melakukan senam lansia. Pelaksanaan senam lansia di Panti WredhaGKJ Gondokusuman tidak dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan senam lansia yang cukup penting ini tidak dapat terlaksana dikarenakan tidak adanya intruktur senam. Diperlukan media yang dapat membuat kegiatan senam lansia di Panti WredhaGKJ Gondokusuman berjalan lancar dan dapat menggantikan peran instruktur dalam melakukan kegiatan senam lansia di Panti Wredha.

5. Media Pembelajaran Video a. Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin, yaitu “medium” yang memiliki arti perantara. Perantara itu sendiri bermakna segala sesuatu yang


(53)

37

menyalurkan informasi dari sumber kepada penerima. Menurut Chomsin S. Widodo dan Jasmadi (2008: 28-29) mengemukakan bahwa media menjadi salah satu komponen dari empat komponen yang harus ada dalam suatu proses komunikasi. Media yaitu pemberi informasi atau sumber informasi, informasi itu sendiri, penerima informasi dan media. Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi (Sadiman, Arif A. dkk, 2003: 6)

Pengertian media sangatlah luas, oleh karena itu masalah tersebut kita batasi kearah yang relevan yaitu media pembelajaran. Hal serupa juga dikatakan oleh Smaldino E. Sharon and Russell D. James (2005: 45), mengemukakan:

“Media is a means of communication and source of information.

Derived from the Latin word meaning “between,” the term refers

anything that carries information between a source an a receiver. Examples include video, television, diagrams, printed materials, computer programs, and instructors. These are considered instructional media when they provide messages with an

instructional purpose.”

Media yang digunakan harus memiliki tujuan yang jelas sehingga pesan yang akan disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan dengan baik. Senada dengan hal ini, Daryanto (2010: 5) mengemukakan bahwa kata media berasal dari bahasa latin yang adalah bentuk jamak dari medium batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita


(54)

38

dapat membatasi pada media pendidikan saja yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan dalam kegiatan pembelajaran. Sependapat dengan hal ini, Ns. Roymond H. Simamora (2008: 65) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media merupakan perantara yang digunakan dalam proses komunkasi agar pesan yang disampaikan oleh sumber dapat diterima dengan baik dan benar oleh penerima pesan. Media digunakan dalam banyak bidang, salah satunya adalah bidang pembelajaran. Media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran kepada penerima pesan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Dengan menggunakan media pembelajaran juga dapat memudahkan dalam penyampaian pesan pembelajaran yang ingin disampaikan, sehingga pesan tersebut dapat diterima dengan mudah oleh penerima pesan.

b. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Briggs dalam Sadiman, dkk (2006:23) mengidentifikasi 13 macam media yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu: objek, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar.


(55)

39

Secara umum, terdapat tiga jenis media, yaitu media grafis, media audio, dan media proyeksi diam. Jenis media grafis (Sadiman, dkk, 2006) yaitu gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta atau globe, papan flanel dan papan buletin. Jenis dari media audio yaitu: radio, alat perekam pita magnetik, dan laboratorium bahasa. Sedangkan jenis media proyeksi diam, yaitu: film bingkai, film rangkai, media transparansi, proyektor tak tembus pandang, mikrofis, film, film gelang, televisi, video, permainan dan simulasi.

Media bukan hanya dalam bentuk alat ataupun benda, namun manusia dan juga lingkungan merupakan bagian dari media yang dapat menjadi perantara dalam menyampaikan pesan. Menurut Anderson dalam Sadiman, dkk (2006:89), media dibagi dalam sepuluh kelompok, yaitu: media audio, media cetak, media cetak bersuara, media proyeksi (visual) diam, media proyeksi dengan suara, media visual gerak, media audio visual gerak, obyek, sumber manusia dan lingkungan, serta media komputer. Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokan dalam dua jenis, yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat dipasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), dan media rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud dan tujuan pembelajaran tertentu (media by design) (Sadiman, dkk, 2006:83)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis media dibagi menjadi media audio, media cetak, media proyeksi diam,


(56)

40

media proyeksi dengan suara, media visual gerak, media audio visual gerak, obyek, sumber manusia dan lingkungan, serta media komputer. Jenis media yang akan digunakan disesuaikan dengan kebutuhan serta kegunaan dari media tersebut.

c. Manfaat Media Pembelajaran

Selain sebagai perantara, media juga memiliki manfaat lain. Manfaat dari media sangatlah beragam sesuai dengan bidang masing-masing. Dalam bidang pembelajaran, media juga memiliki manfaat yang tidak hanya untuk menyampaikan pesan pembelajaran saja. Media memiliki beberapa fungsi (Ahmad, 2012:126), diantaranya adalah:

1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh audience.

2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang promosi. 3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung

antara audience dengan lingkungannya.

4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan

5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret dan realistis.

6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru

7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar

8) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari konkret sampai dengan abstrak.

Senada dengan Ahmad, Daryanto (2010) mengemukakan kegunaan media secara umum, antara lain:

1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas

2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga, dan daya indra. 3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara

murid dengan sumber belajar

4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori, dan kinestetiknya

5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.


(57)

41

6) Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari media pembelajaran tidak hanya sebagai perantara dalam menyampaikan pesan, namum media pembelajaran juga memiliki manfaat seperti: dapat mengatasi keterbatasan pengalaman, dapat melampaui batasan ruang promosi, memungkinkan adanya interaksi langsung antara audience dengan lingkungannya, menghasilkan keseragaman pengamatan, menanamkan konsep dasar yang benar, konkret dan realistis, membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar, memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari konkret sampai dengan abstrak, memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalitas, mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga, dan daya indra, menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.

Manfaat yang dibutuhkan dalam media yang akan digunakan dalam kegiatan senam lansia adalah dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan biaya, serta membangkitkan motivasi dan merangsang warga binaan untuk melakukan kegiatan senam lansia. Selain itu, manfaat yang dibutuhkan lainnya adalah mengatasi keterbatasan pengalaman dimana di Panti


(58)

42

Wredhayang tidak melaksanakan senam lansia karena tidak adanya intruktus tetap dapat melaksanakan senam lansia tanpa instruktur.

d. Pemilihan Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan pesan haruslah disesuaikan dengan apa yang menjadi kebutuhan dalam pembelajaran. Menentukan media yang akan digunakan harus mengetahui apa saja jenis media dan juga apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih media. Anderson melihat pemilihan media sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan instruksional (Sadiman, dkk, 2006:89). Kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan (Sadiman, dkk, 2006:85).

Kriteria paling utama dalam pemilihan media bahwa harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai (Ahmad, 2012:133). Dick dan Carey dalam Sadiman (2006:87) menyebutkan bahwa selain kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, masih ada empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu: ketersediaan sumber setepat; ketersediaan dana, tenaga dan fasilitasnya; keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media untuk waktu yang lama; serta efektifitas biaya dalam jangka waktu yang panjang. Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media


(59)

43

adalah sebagai berikut: 1) motivasi; 2) perbedaan individual; 3) tujuan pembelajaran; 4) organisasi isi; 5) persiapan sebelum belajar; 6) emosi; 7) partisipasi; 8) umpan balik; 9) penguatan (reinforcement); 10) latihan dan pengulangan; dan 11) penerapan (Kustandi, Cecep dan Sutjipto, Bambang, 2011: 79-80).

Kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media adalah: 1) Sesuai dengan tujuan atau standar yang ingin dicapai; 2) Praktis, luwes dan bertahan; 3) penyaji terampil menggunakannya; 4) pengelompokan sasaran (Ahmad, 2012:133). Menurut Arsyad ( 2005: 76-76) terdapat beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, yaitu: 1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; 2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi; 3) praktis, luwes dan bertahan; 4) guru terampil menggunakannya; 5) pengelompokan sasaran; dan 6) mutu teknis.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam proses pemilihan media pembelajaran yang digunakan harus mengetahui apa tujuan yang ingin dicapai melalui penggunaan media tersebut. Media dapat ditentukan dengan baik apabila mengetahui tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan pertimbangan kepraktisan, keluwesan dan ketahanan dari media, bagaimana penggunaan media, kelompok sasaran, serta efektifitas dalam waktu panjang.

Tujuan yang ingin dicapai adalah lansia dapat melakukan kegiatan senam secara teratur tanpa harus bergantung dengan kehadiran


(60)

44

instruktur senam. Kelompok sasaran dari tujuan ini merupakan lansia di Panti Wredha GKJ Gondokusuman yang membutuhkan media yang praktis, luwes, dan tahan lama serta biaya yang efektif. Media video merupakan media yang dapat digunakan, karena media ini merupakan media yang dapat dilihat dan digunakan oleh semua usia, serta penggunaannya yang praktis, serta dapat bertahan lama. Kekurangan dari media video adalah dalam proses pembuatannya membutuhkan biaya, namun media ini dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

Berdasarkan kriteria pemilihan media yang akan digunakan, penelitian ini menfokuskan pada media video senam lansia. Media yang dipilih adalah media yang dapat digunakan sebagai panduan dalam lansia melakukan kegiatan senam lansia dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.

6. Video Senam Lansia a. Video

Video merupakan bagian dari media visual gerak dengan audio, didalamnya mencakup gambar gerak yang dilengkapi dengan adanya suara. Ciri utama teknologi media audio visual adalah sebagai berikut (Kustandi, Cecep dan Sutjipto, Bambang, 2011: 30):

1) Bersifat linear

2) Menyajikan visualisasi yang dinamis

3) Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang atau pembuatnya

4) Merupakan representasi fisik dari gagasan riil atau gagasan abstrak


(61)

45

5) Dikembangkan menurut fisik psikologi behaviorisme dan kognitif

6) Umumnya berorientasi pada guru, dengan tingkat keterlibatan interaktif siswa yang rendah.

Video sistem dalam penggunaannya sebagai peralatan pemain ulang (play back) dari suatu program rekaman (Sadiman, 2003: 268). Video digunakan untu dapat mengulang kegiatan yang sudah dilakukan agar dapat di lihat kembali. Video juga merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan tuntas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung (Daryanto, 2010: 87). Kelebihan video antara lain: dapat menarik perhatian untuk periode-periode singkat dan rangsangan luar lainnya; dengan alat perekam pita video sejumlah penonton dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli; demonstrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkan sebelumnya; menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang; kamera TV bisa mengamati lebih dekat obyek yang sedang bergerak atau berbahaya; keras lemahnya suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan; gambar proyeksi biasa dibekukan untuk diamati seksama; dan ruangan tidak perlu digelapkan waktu menyajikan (Sadiman, dkk, 2006:74-75).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa video merupakan bagian dari jenis media visual gerak dengan suara dimana terdapat gambar yang bergerak serta dilengkapi dengan suara. Video berfungsi sebagai play back, sehingga tidak perlu melakukan kegiatan berulang untuk memberikan contoh. Video ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan media lainnya yaitu dapat menarik perhatian;


(62)

46

penonton dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli; demonstrasi yang sulit dapat dipersiapkan dan direkan sebelumnya; menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang; kamera TV bisa mengamati lebih dekat obyek yang sedang bergerak atau berbahaya; keras lemahnya suara yang ada bisa diatus dan disesuaikan; gambar proyeksi biasa dibekukan untuk diamati seksama; dan ruangan tidak perlu digelapkan waktu menyajikan.

Video senam lansia yang akan dibuat diharapkan dapat berfungsi sebagai playback untuk para lansia dalam melakukan kegiatan senam sehingga mereka tidak bergantung pada intruktur senam. Kegiatan senam pun dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya kendala ketidakhadiran instruktur senam. Keuntungan yang diperoleh dengan adanya video senam lansia ini adalah dapat menarik perhatian dan minat lansia dalam melakukan kegiatan senam lansia; menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang; keras lemahnya suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan; gambar proyeksi biasa dibekukan untuk diamati seksama; video dapat diputar kapanpun ketika lansia membutuhkan kegiatan senam; serta ruangan tidak perlu digelapkan waktu memutar video senam lansia.

b. Pemanfaatan Media Video

Pemanfaatan program media perlu dirancang dengan baik agar media yang dibuat dapat efektif. Berikut ini pola pemanfaatan media pembelajaran yang dapat dilakukan (Sadiman, dk, 2006:189-197):


(63)

47

1) Pemanfaatan media dalam situasi kelas: pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas.

2) Pemanfaatan media di luar situasi kelas: pemanfaatan di luar situasi kelas dibedakan dalam dua kelompok yaitu pemanfaatan secara bebas dan pemanfaatan media secara terkontrol.

3) Pemanfaatan media secara perorangan, kelompok atau massal: pemanfaatan perorangan artinya media dapat digunakan oleh orang saja; pemanfaatan secara berkelompok dapat berupa kelopmpok kecil dengan anggota 2 s.d. 8 orang atau kelompok besar yang beranggotakan 9 s.d. 40 orang. Pemanfaatan secara berkelompok harus memenuhi syarat seperti suara harus cukup keras, gambar atau tulisan harus cukup besar, perlu ada alat penyaji yang dapat memperkeras suara dan gambar; pemanfaatan secara missal dapat disiarkan melalui pemancar seperti radio atau televisi.

Setelah menentukan pola pemanfaatan yang akan digunakan, terdapat langkah-langkah atau strategi dalam pemanfaatan media. Supaya media dapat digunakan secara efektif dan efisien ada tiga langkah utama yang perlu diikuti dalam menggunakan media, yaitu (Sadiman, dkk, 2006: 198-200):

1) Persiapan sebelum menggunakan media

Persiapan yang perlu dilakukan adalah membaca buku petunjuk dalam memudahkan belajar dengan media tersebut, mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media tersebut, penempatan media


(64)

48

alat yang digunakan untuk menayangkan media agar semua dapat melihat dan mendengar dengan jelas.

2) Kegiatan selama menggunakan media

Hal yang perlu dijaga adalah ketenangan, agar tidak ada gangguan yang mengganggu perhatian dan konsentrasi. Hal yang perlu diperhatikan saat menggunakan media adalah mencatat hal-hal perlu diingat dan menuliskan pertanyaan.

3) Kegiatan tindak lanjut

Maksud kegiatan tidak lanjut adalah untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai, serta untuk memamntapkan pemahaman tentang materi yang disampaikan melalui media.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pemanfaatan media pembelajaran ada tiga jenis yaitu pemanfaatan dalam situasi kelas; pemanfaatan media diluar kelas meliputi: pemanfaatan secara bebas dan pemanfaatan secara terkontrol; serta pemanfaatan media secara perseorangan, kelompok atau masal. Langkah-langkah dalam pemanfaatan media pembelajaran meliputi: persiapan sebelum menggunakan media, kegiatan selama menggunakan media, dan kegiatan tindak lanjut.

Dalam pemanfaatan media pembelajaran video senam ini digunakan pola pemanfaatan media di luar situasi kelas dengan pemanfaatan secara terkontrol untuk mengontrol agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Selain itu, juga menggunakan pola pemanfaatan secara berkelompok karena media yang digunakan di Panti Wredha, maka


(65)

49

digunakan secara berkelompok oleh lansia. Langkah-langkah dalam pemanfaatan media video senam lansia ini yaitu persiapan sebelum menggunakan media meliputi mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam menggunakan media video senam lansia seperti DVD-player, Televisi, pengeras suara; kegiatan selama menggunakan media meliputi kegiatan senam lansia yang dilakukan oleh lansia di Panti WredhaGKJ Gondokusuman dengan mengikuti panduan video senam lansia, peneliti mencatat hal-hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan kegiatan senam dengan menggunakan media video senam lansia; dan kegiatan tindak lanjut untuk mengetahui ketercapaian tujuan dari media video senam yang telah dibuat.

B. Penelitian yang Relevan

1. Berdasarkan hasil penelitian Indriana, Yeniar, dkk (2010) menyatakan subjek penelitian sejumlah 32 lansia Panti WredhaPucang Gading Semarang menunjukkan tingkat stres yang tinggi dengan skor di atas 150 dengan 81,25% menunjukkan keluhan berat dan 18,75% menunjukkan keluhan sedang. Faktor-faktor yang menyebabkan stres bagi para lansia Panti Wredhaini dalam urutan 5 besar antara lain: perubahan dalam aktivitas sehari-hari, perubahan dalam perkumpulan keluarga, kematian pasangan, kematian anggota keluarga, dan perubahan dalam pilihan maupun kuantitas olahraga maupun rekreasi, dan perubahan dalam pekerjaan.


(1)

198 Lampiran 7. Data Dokumentasi

STRUKTUR ORGANISASI KOMISI PANTI WREDHA

GKJ GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA

MAJELIS PEKERJA HARIAN GKJ GODOKUSUMAN

SIDANGDIAKONIA PENDETA PENDAMPING

PENGURUS BIDANG DIAKONIA

KETUA SEKRETARIS BENDAHARA

KOMISI PANTI WREDHA

KETUA SEKRETARIS BENDAHARA


(2)

199

SUSUNAN PENGURUS BIDANG DIAKONIA A. BIDANG DIAKONIA

Pendeta pendamping : Pdt. Seno Adi Nugroho, S.Si Pengurus harian

Ketua I: Bp Tito Margus Cahyo Ketua II Bp Yudi Widjananto Sekretaris I Bp Yudhianto Sekretaris II Bp Purwadi

Bendahara I Ibu Nuk Sri Setyaningsih M Bendahara II Ibu Martinah Cornus B. KOMISI-KOMISI

1. Komisi Panti Wredha

Ketua : Bp. Soewondo Sekretasis : Bp. Catur Harsono

Bendahara : Ibu Ersti Wati Meganingsih Anggota : Ibu Pusrohesti Novianingrum

Ibu Hartini Joko Setiarso Bp. Rukmono Wuryantoro


(3)

200

DATA PENGHUNI PANTI WREDHA Pengasuh Panti Wredha adalah Sdri. Rita Winarni

Berikut Daftar Penghuni Panti Wredha Perandan Padudan

No Nama Tempat Lahir Tanggal Lahir Usia

1 Mujirah Sleman 31 Desember 1924 90 th

2 Sumiyatiningsih Sleman 31 Desember 1951 63 th 3 Maria Kalengkongan Temanggung 01 Oktober 1939 75 th 4 Sri Rahaju Kulon progo 06 Juli 1954 60 th 5 Sumirah Yogyakarta 31 Desember 1954 68 th

6 Jasmi Sokaraja 05 Oktober 1944 70 th

7 Suhilah Yogyakarta 31 Desember 1926 88 th 8 Subiroh Yogyakarta 15 Februari 1936 78 th

9 Sri Hartini Klaten 15 Agustus 1932 82 th

10 Suharni Klaten 14 Oktober 1933 81 th


(4)

(5)

(6)