Stres Masalah-Masalah yang dialami Lansia
23 Respon sosial merupakan aspek yang juga perlu mendapatkan
perhatian. Banyak respon sosial yang diberikan oleh orang yang mengalami stres. Menurut Mechanic dalam Stuart dan Laraia 2005:67-
68 sifat yang tepat pada respon seseorang didasarkan pada tiga ativitas, yaitu search for meaning pencarian arti, social attribution atribusi
sosial, social comparison perbandingan sosial. Seseorang yang melakukan respon sosial diluar dari dasar aktivitas tersebut,
memungkinkan mengalami stres. Gejala stres berdasarkan skala HARS antara lain: perasaan cemas,
ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatic otot, gejala somatic sensorik, gejala
kardoivaskuler, gejala repisatori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala otonom, tingkah laku pada wawancara. Tanda-tanda peringatan
mental meliputi ketidakmampuan bersantai, susah berkonsentrasi dan ingatan yang buruk, kesulitan menyelesaikan tugas, mudah marah,
melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang, kehilangan semangat hidup, atau sulit membuat keputusan Bourke, 2012:246.
Menurut Robert J. Van Amberg dalam Hawari 2010:46-48 stres dapat dibagi ke dalam enam tahap berikut:
1 Tahap pertama: tahap ini merupakan tahap stres yang paling ringan
dan biasanya ditandai dengan munculnya semangat yang berlebihan, penglihatan lebih “tajam” dari biasanya, dan merasa mampu
menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya namun tanpa disadari
24 cadangan energi dihabiskan dan timbulnya rasa gugup yang
berlebihan. 2
Tahap kedua: pada tahap ini, dampak stres yang semula „menyenangkan‟ mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan
karena habisnya cadangan energi. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan antara lain merasa letih sewaktu bangun pagi dalam
kondisi normal, badan seharusnya terasa segar, mudah lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang makan sore, sering mengeluh
lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.
3 Tahap ketiga: keluhan semakin nyata, seperti gangguan lambung dan
usus gastritis atau maag, diare, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur sulit untuk mulai tidur,
terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, atau bangun terlalu pagi dan tidak dapat tidur kembali, tubuh terasa lemah seperti tidak
bertenaga. 4
Tahap keempat: pada kondisi berkelanjutan akan muncul gejala seperti ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas rutin karena perasaan
bosan, kehilangan semangat, terlalu lelah, karena gangguan pola tidur, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun, serta muncul rasa
takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya. 5
Tahap kelima: tahap ini ditandai dengan kelelahan fisik yang sangat, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana,
25 gangguan pada sistem pencernaan semakin berat, serta semakin
meningkatnya rasa takut dan cemas. 6
Tahap keenam: tahap ini merupakan tahap puncak, biasanya ditandai dengan timbulnya rasa panik dan takut mati yang menyebabkan
jantung berdetak semakin cepat, kesulitan bernafas, tubuh gemetar dan berkeringat dan kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah dialami oleh setiap manusia, baik anak-anak hingga lanjut usia. Masalah
yang sering dihadapai oleh lanjut usia antara lain yaitu penurunan fungsi kognitif seperti membutuhkan waktu lama untuk mengingat nama, tanggal
serta informasi lainnya; mudah terserang penyakit, penyakit-penyakit yang mudah dialami oleh lansia antara lain tekanan darah tinggi, kencing
manis, radang sendi, pikun, jantung koroner, stroke, dan kanker; mudah terkena stres, stres yang dialami lansia lebih sering timbul akibat
penyakit, kehilangan pasangan hidup dan keluarga, serta pensiun. Tanda- tanda seseorang mengalai stres tidak hanya dilihat dari segi fisik saja,
namun juga terdapat pada aspek kognitif, afektif, psikis, perilaku serta respon sosial. Karakteristik fisik dan mental yang terjadi pada seseorang
yang mengalami stres antara lain: perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatic
otot, gejala somatic sensorik, gejala kardoivaskuler, gejala repisatori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala otonom, tingkah laku pada
26 wawancara. Stres dibagi dalam enam tahap, dimana setiap tahapan
menunjukan peningkatan stres yang dialami seseorang. Tahap pertama merupakan tahap stres yang paling ringan ditandai
dengan munculnya semangat yang berlebihan, penglihatan lebih “tajam” dari biasanya, dan merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya. Tahap kedua, dampak stres yang semula „menyenangkan‟ mulai
menghilang dan timbul keluhan-keluhan karena habisnya cadangan energi. Keluhan yang sering terjadi yaitu merasa letih sewaktu bangun
pagi dalam kondisi normal, badan seharusnya terasa segar, mudah lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang makan sore, sering mengeluh
lambung atau perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.
Tahap ketiga, keluhan semakin nyata, seperti gangguan lambung dan usus, ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang,
gangguan pola tidur, tubuh terasa lemah seperti tidak bertenaga. Tahap keempat, muncul gejala seperti ketidakmampuan untuk melakukan
aktifitas rutin karena perasaan bosan, kehilangan semangat, terlalu lelah, karena gangguan pola tidur, kemampuan mengingat dan konsentrasi
menurun, serta muncul rasa takut dan cemas yang tidak jelas penyebabnya.
Tahap kelima, ditandai dengan kelelahan fisik yang sangan, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan ringan dan sederhana, gangguan pada
27 sistem pencernaan semakin berat, serta semakin meningkatnya rasa takut
dan cemas. Tahap keenam, merupakan tahap puncak, biasanya ditandai dengan timbulnya rasa panik dan takut mati yang menyebabkan jantung
berdetak semakin cepat, kesulitan bernafas, tubuh gemetar dan berkeringat dan kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan.
Gejala stres juga ditandai dengan aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan juga respon sosial. Pada aspek kognitif sseorang akan
bersifat pasif, suka bermusuhan, menghindari dan suka menang sendiri. Pada aspek afektif seseorang akan terlarut dalam emosinya, emosi
tersebut meliputi sukacita, kesedihan, ketakutan, kemarahan, penerimaan, ketidakpercayaan, antisipasi atau terkejut. Pada aspek fisiologis seseorang
akan lebih mudah terserang penyakit apabila mengalami stres. Pada aspek perilaku merupakan sikap yang diberikan oleh seseorang terhadap stres
yang dialaminya, melepaskan diri dari stres atau tetap bertahan dalam kondisi stres. Sedangkan pada aspek respon sosial meliputi tiga aktivitas
yaitu pencarian arti, atribusi sosial dan perbandingan sosial.