PERENCANAAN PEMELIHARAAN PERALATAN BATCHING PLANT OPERATION DENGAN METODE MARKOV CHAIN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DI PT PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA SIDOARJO.

(1)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat ALLOH SWT atas taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis mampu untuk dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini dengan baik dan lancar sampai tersusunnya laporan skripsi ini dengan judul “Perencanaan Pemeliharaan Peralatan Batching Plant Operation Dengan Menggunakan Metodre Markov Chain Guna Meminimumkan Biaya Perawatan Di. PT. PANGGUNG CITRABUANA - SIDOARJO”.

Penelitian skripsi ini dilaksanakan pada Januari 2005-Juni 2005, guna menambah wawasan dan pengetahuan masiswa serta menunjang teori yang didapat selama masih kuliah juga sebagai bahan refrensi di perpustakaan UPN ”Veteran” Jatim.

Semua ini tidak dapat terlaksana atau tercapai tanpa adanya bantuan dari semua pihak ataupun instansi yang berhubungan dengan laporan ini oleh karena itu tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya laporan tugas akhir ini. Penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir.Sutiyono , MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jatim.

2. Bapak Ir. H. MT. Safirin, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Jatim.

3. Bapak Ir. Didi samanhudi , MMT selaku Dosen Pembimbing I Skripsi. 4. Ibu. Farida Pulansari, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II Skripsi


(2)

5. Bapak Delta Adhiputra, ST, selaku Manager Plant dan Bapak Bambang selaku Kabag. Maintanance yang telah meluangkan waktu dan dengan sabar memberikan penjelasan data-data yang diperlukan dan berbagai fasilitas serta kemudahan kepada penulis.

6. Ayah, Ibu, Istri dan Putra-Putri serta Adik-adikku yang terkasih atas dukungan moral maupun material.

7. Semua teman-teman mahasiswa UPN satu pararel “ D “ Angkatan 2006, atas bantuan dan dukungannya saya ucapkan banyak terimakasih.

8. Adikku Rizka makasih banyak atas do’anya dan sudah ngasih semangat buat aku….. ^_^

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna mengingat masih terbatasnya kemampuan penyusun serta pemakaian kata yang kurang tepat dan belum dimengerti, oleh sebab itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dimasa-masa yang akan datang dalam penyusunan laporan bisa menjadi lebih baik dan sempurna.

Akhir kata semoga laporan Tugas Akhir ini berguna bagi semua Amin . Surabaya, Mei 2010


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 2

1.3.Batasan Masalah ... 3

1.4.Asumsi-Asumsi ... 3

1.5.Tujuan Penelitian ... 4

1.6.Manfaat Penelitian ... 4

1.7.Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemeliharaan ... 7

2.2. Kebijaksanaan Pemeliharaan ... 8

2.3. Tujuan Pemeliharaan ... 9

2.4. Jenis-Jenis Pemeliharaan ... 11

2.5. Keuntungan Pemeliharaan Terencana ... 13

2.6. Klasifikasi Kerusakan ... 17


(4)

2.7.1. Kegunaan Probabilitas dan keputusan Markov ... 21

2.8. Analisa Biaya ... 26

2.8.1. Biaya Down Time ... 26

2.8.2. Biaya kerusakan ... 27

2.8.3. Biaya Rata-rata Ekspektasi ... 27

2.9. Penjadwalan Perencanaan Mesin ... 27

2.10. Referensi – Referensi Peneliti Sebelumnya ... 28

2.11. Jurnal Penelitian Tentang Perawatan dan Pemeliharaan dengan Menggunakan Metode Markov Chain ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu penelitian ... 35

3.2. Identifikasi dan definisi Variabel operasional ... 35

3.2.1 Identifikasi Vsriabel...35

3.2.2 Definisi Operasional Variabel...35

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 39

3.5. Penjelasan Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data ... 55

4.1.1. Data Jumlah Peralatan Batching Plant Operation ... 55

4.1.1.1. Data Peralatan Batching Plant Operation yang Mengalami Perubahan Kondisi Mesin ... 55


(5)

4.1.2.Data Jumlah Peralatan Batching Plant Operation Pada Kondisi Baik, Kerusakan Ringan, Kerusakan Sedang, Dan Kerusakan

Berat ... 58

4.1.3. Data Waktu Pemeliharaan Corective ... 62

4.1.4. Data Biaya Down Time ... 67

4.1.4.1. Data Biaya Down Time corective ... 67

4.1.4.2. Data Biaya Down Time preventive ... 68

4.2. Pengolahan Data ... 69 `

4.2.1. Kondisi Riil Perusahaan ... 69

4.2.1.1. Selco ... 69

4.2.1.2. Holzma ... 74

4.2.1.3. Rover ... 77

4.2.2. Perencanaan Pemeliharaan Yang Diusulkan ... 80

4.2.2.1.Perencanaan Pemeliharaan Usulan Selco ... 81

4.2.2.2. Perencanaan Pemeliharaan Usulan Holzma... ... 83

4.2.2.3. Perencanaan Pemeliharaan Usulan Rover... ... 85

4.3. Ekspektasi Biaya Pemeliharaan Steady State Perusahaan (Ba) Dan Ekspektasi Biaya Pemeliharaan Steady State Usulan Menggunakan Metode Markov Chain (Be) ... 88


(6)

4.4.1. Perencanaan Penjadwalan Perawatan Pencegahan dengan Menggunakan Metode Markov Chain ... 90 4.5. Analisa danPembahasan ... 92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 94 5.2. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 – 4 Diagram Transisi Probabilitas ... 23

Gambar 3 – 1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 40

DAFTAR TABEL Tabel 2 – 1 Status dan Kondisi Kerusakan ... 18

Tabel 2 – 2 Keputusan dan Tindakan Yang Dilakukan ... 22

Tabel 2 – 3 Policy ... 22

Tabel 2 – 5 Diagram Transisi Probabilitas ... 23

Tabel 3 – 1 Probabilitas Transisi Item Bulan Januari 2009- Desember 2009 .. 46

Tabel 4 – 1 Data Jenis Peralatan Batching Plant Operation ... 55

Tabel 4 – 2 Data Mesin Selco yang Mengalami Perubahan Status ... 55

Tabel 4 – 3 Data Mesin Holzma Yang Mengalami Perubahan Status ... 57

Tabel 4 – 4 Data Mesin Rover Yang Mengalami Perubahan Status ... 57

Tabel 4 – 5 Data Jumlah Peralatan Yang Berada Pada Kondisi 1 (Baik) ... 58

Tabel 4 – 6 Data Jumlah Peralatan Yang Berada Pada Kondisi 2 (Kerusakan Ringan) ... 59


(9)

Tabel 4 – 7 Data Jumlah Peralatan Yang Berada Pada Kondisi 3

(Kerusakan Sedang) ... 60

Tabel 4 – 8 Data Jumlah Peralatan Yang Berada Pada Kondisi 4 (Kerusakan Berat) ... 61

Tabel 4 – 9 Data Waktu pemeliharaan Corective mesin Selco ... 62

Tabel 4 – 10 Data Waktu pemeliharaan Corective mesin Holzma ... 63

Tabel 4 – 11 Data Waktu pemeliharaan Corective mesin Rover ... 64

Tabel 4 – 12 Data Waktu Pemeliharaan Corective ... 65

Tabel 4 – 13 Data Waktu Pemeliharaan preventive ... 66

Tabel 4 – 14 Data Biaya Down Time Corective ... 67

Tabel 4 – 15 Data Biaya Down Time Preventive ... 68

Tabel 4 – 16 Probabilitas Transisi Mesin Selco ... 69

Tabel 4 – 17 Probabilitas Transisi Mesin Holzma ... 74

Tabel 4 – 18 Probabilitas Transisi Mesin Rover ... 77

Tabel 4 – 19 Ekspektasi Biaya Pemeliharaan ... 89

Tabel 4 – 20 Jumlah Waktu Pemeliharaan Corective ... 90

Tabel 4 – 21 Biaya Pemeliharaan Kondisi Rill Perusahaan Dan Metode Markov Chain Periode Januari 2009- Desember 2009. ... 92


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

LAMPIRAN 2 PERHITUNGAN PERINCIAN BIAYA LAMPIRAN 3 PERHITUNGAN SOFTWARE


(11)

ABSTRAKSI

Persaingan industri yang ketat mendorong perkembangan industri yang ada akan meningkat dan setiap saat akan berubah. Perusahaan yang memproduksi manufaktur pada saat ini berkembang dengan pesat sehingga permasalahan yang ada harus dihadapi oleh perusahaan akan semakin meningkat.

PT. PANGGUNG CITRABUANA - SIDOARJO adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam manufaktur. dalam menjalankan aktifitas produksinya secara continue , perusahaan menghadapi permasalahan pada perencanaan pemeliharaan peralatan dan biaya perawatan yang besar tentang dalam kondisi seperti apa pemeliharaan harus dilakukan sehingga peralatan produksi bisa menjamin lancarnya proses produksi sehingga pesanan bisa sampai tepat waktu kepada konsumen dan bisa menekan biaya pemeliharaan seminimum mungkin.

Untuk memecahkan permasalahan tersebut perusahaan diharapakan dapat menerapkan teknik perencanaan pemeliharaan peralatan produksi dengan baik dan benar dengan maksud meminimalkan baiaya perawatan. Metode ini dikenal dengan metode Markov Chain.

Total biaya pemeliharaan pada Kondisi Rill biaya perawatan perusahaan adalah sebesar Rp. 220.327.340,- dan setelah menggunakan metode Markov Chain menjadi Rp. 113.033.946,- sehingga terjadi penghematan sebesar Rp.107.293.394,- atau presentase sebesar ( 51,30 %). Hal ini membuktikan bahwa metode Markov Chain memang dapat dipakai untuk meminimumkan biaya perawatan peralatan di perusahaan. Perencanaan perawatan peralatan Batching Plant Operation berdasarkan perhitungan perawatan pencegahan, sebagai berikut: Perawatan pencegahan terhadap item Selco dilakukan setiap 2 bulan sekali untuk mencegah terjadinya kerusakan,Perawatan pencegahan terhadap item Holzma dilakukan setiap 2 bulan sekali untuk mencegah terjadinya kerusakan,Perawatan pencegahan terhadap item Rover dilakukan setiap 2 bulan sekali untuk mencegah terjadinya kerusakan.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Perkembangan teknologi yang semakin canggih sekarang ini mengakibatkan kebutuhan akan tenaga manusia mulai bergeser untuk kemudian digantikan dengan mesin atau peralatan produksi lainnya. Produktivitas dan efisiensi suatu mesin dapat dilihat dari kondisi mesin dan peralatan yang mendukungnya. Penggunaan mesin secara kontinyu akan mengalami penurunan tingkat kesiapan mesin itu sendiri. Dalam usaha untuk menjaga tingkat kesiapan mesin agar hasil produksi tetap terjamin akibat penggunaan mesin secara terus- menerus , maka dibutuhkan kegiatan pemeliharaan mesin.

Penjadwalan pada pemeliharaan pada mesin dapat diselesaikan dengan metode Marcov Chain. Metode Marcov Chain adalah metode yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang dalam proses ini diasumsikan bahwa probabilitas sebuah objek yang bergerak dari satu keadaan ke keadaan berikutnya semata-mata hanya tergantung dari kedua keadaan tersebut, misalkan dari keadaan awal ke keadaan berikutnya. Metode Marcov Chain juga merupakan suatu keputusan harus di ambil untuk memperoleh hasil yang optimum yakni memaksimumkan keuntungan dan kerugian pengambilan keputusan.

Permasalahan yang di hadapi PT.PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA Jl.Waru No.1 – SIDOARJO perusahaan selama ini adalah adanya penjadwalan peralatan mesin yang tidak teratur dan biaya perawatan mesin yang besar. Dalam


(13)

hal ini perusahaan melakukan penjadwalan ulang dan meminimumkan biaya perawatan pada peralatan batching plant operation. Jika hal tersebut terjadi maka akan sangat merugikan perusahaan, menimbulkan kondisi kerja yang membahayakan dan menimbulkan biaya-biaya yang lebih besar seperti biaya down time, biaya perbaikan. Disamping itu juga proses produksi tidak berjalan dengan lancar .

Dengan adanya masalah tersebut, maka akan dilakukan perencanaan pemeliharaan peralatan Batching Plant Operation menggunakan metode Markov Chain dengan harapan dapat meminimumkan biaya perawatan. Dengan mengadakan kegiatan pemeliharaan peralatan Batching Plant Operation secara berkala dan teratur yang meliputi kegiatan pengontrolan, perbaikan dan penggantian suku cadang, hal ini akan menjanjikan hasil poduksi yang terjamin.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas masalah yang dihadapi perusahaan sekarang ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“ Bagaimana seharusnya perusahaan PT.PANGGUNG CITRABUANA - SIDOARJO melakukan pemeliharaan peralatan Batching Plant Operation dengan metode markov chain sehingga bisa meminimumkan biaya pemeliharaan. “??


(14)

1.3 Batasan Masalah

Agar penulisan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan alurnya maka perlu di berikan batasan-batasan masalah sebagai berikut :

1. Pemeliharaan Peralatan Batching Plant Operation saja, yaitu : a. Mesin Selco

b. Mesin Holzma

c. Mesin Rover

2. Spare part yang digunakan dan penyebab kerusakan tidak termasuk dalam pembahasan.

1.4 Asumsi-Asumsi

Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam penelitian untuk memecahkan permasalahan pemeliharaan peralatan Batching Plant Operation. Adapun asumsi-asumsi tersebut antara lain :

1. Tenaga kerja untuk pemeliharaan peralatan Batching Plant Operation di PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA Jl. Waru No. 1 - SIDOARJO tetap.


(15)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :

1. Membuat jadwal pemeliharaan peralatan Batching Plant Operation agar peralatan Batching Plant Operation terhindar dari seringnya terjadi kerusakan sehingga proses produksi tetap dapat berjalan lancar.

2. Meminimumkan biaya pemeliharaan yang didasarkan pada biaya down time bisa seminimal mungkin.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian diharapkan berguna untuk : a. Bagi Perusahaan

Memberikan masukan bagi perusahaan dalam pemeliharaan perlatan produksi yang lebih sistematis dan teratur, sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar serta pencapaian biaya pemeliharaan mesin yang seminimal mungkin sehingga keuntungan perusahaan dapat meningkat.

b. Bagi Universitas

Penulis akan menambah kepustakaan Universitas yang sudah ada khususnya dibidang Teknologi Industri mengenai pemeliharaan peralatan produksi yang tepat agar keandalannya dapat menjamin lancarnya proses produksi.

c. Bagi Penulis

Menerapkan teori yang didapat dibangku perkuliahan serta memperluas wawasan pengetahuan melalui penelitian.


(16)

1.7 Sistematika Penulisan

Pada dasarnya sistematika penulisan berisikan mengenai uraian yang akan dibahas pada masing-masing bab, sehingga dalam setiap bab akan mempunyai pembahasan topik tersendiri. Adapun sistematika penulisan dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah yang diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang dipakai dalam penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi dasar-dasar teori yang digunakan untuk mengolah dan menganalisa data-data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian, yaitu teori mengenai penjadwalan dan pemeliharaan mesin dengan menggunakan metode marcov chain.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini yaitu hal-hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian atau gambaran atau urutan kerja menyeluruh selama pelaksanaan penelitian.

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi pengolahan dari data yang telah dikumpulkan dan melakukan analisisa,langkah-langkah pemecahan masalah dan metode analisis sertapembahasan penelitian.


(17)

BAB V KESIMPULAN

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari analisa yang telah dilakukan sehingga dapat memberikan suatu rekomendasi sebagai masukan bagi pihak perusahaan .

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

BAB II

LANDASAN TEORI

Adanya mesin-mesin sangat membantu manusia dalam melakukan proses produksi suatu barang, sehingga barang-barang dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih pendek, jumlah yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik. Dalam bab ini akan dibahas mengenai pemeliharaan secara luas dan teori yang mendukungnya.

2.1. Pengertian Pemeliharaan

Istilah pemeliharaan ( maintenance ) dapat diartikan sebagai suatu kondisi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau memperbaikinya sampai suatu kondisi standar yang dapat diterima (Anthony corder, 1988, hal. 4).

Sedangkan menurut (Sofjan Assauri, 1993, hal. 124), pengertian perawatan adalah “ suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu pengadaan operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan”.

Sedangkan menurut ( Supandi, 2000 hal 15 ) perawatan yaitu, pengorganisasian operasi perawatan untuk memberikan pandangan umum mengenai perawatan fasilitas industri.


(19)

Jadi dengan adanya kegiatan maintanance ini maka fasilitas atau peralatan pabrik dapat dipergunakan untuk produksi sesuai dengan rencana, dan tidak mengalami kerusakan selama fasilitas atau peralatan tersebut dipergunakan untuk proses produksi atau sebelum jangka tertentu yang direncanakan tercapai. Sehingga dapatlah diharapkan proses produksi dapat berjalan lancar dan terjamin, Karena kemungkinan-kemungkinan kemacetan yang disebabkan tidak baiknya beberapa fasilitas atau peralatan produksi telah dihilangkan atau dikurangi guna kelancaran proses produksi.

2.2. Kebijaksanaan Pemeliharaan

Secara alamiah tidak ada barang yang dibuat manusia tidak akan rusak, tetapi usia kegunaanya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan berkala dengan melakukan suatu aktifitas yang dikenal dengan pemeliharaan ( Anthony (Corder, 1988, hal. 1).

Penentuan kebijaksanaan pemeliharaan diperlukan untuk menyusun suatu rencana yang akan diterapkan dalam sistem produksi yang telah berlangsung. Apabila terabaikan, hal ini berakibat terganggunya proses produksi yang berdampak penurunan jumlah barang yang akan diproduksi. Kebijaksanaan ini ditetapkan sendiri untuk masing-masing perusahaan. Adakalanya perusahaan mengabaikan jadwal rencana pemeliharaan yang didasarkan pada analisa matematis guna meminimumkan waktu kerusakan dan memberikan cara terbaik untuk beroperasi.


(20)

2.3. Tujuan Pemeliharaan

Sedangkan tujuan perawatan yang utama dapat didefinisikan dengan jelas sebagai berikut (Anthony Corder, 1988, hal. 3). :

1. Untuk memperpanjang usia kegunaan asset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan dan isinya). Hal ini terutama penting dinegara berkembang, karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantian. Di negara-negara maju kadang-kadang lebih menguntungkan untuk ‘mengganti’ daripada ‘memelihara’.

2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (Return Of Investment) maksimum yang mungkin.

3. Untuk menjamin operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya unti cadangan, unit pemadam kebakaran dan penyelamat dan sebagainya.

4. Menjamin keselamatan orang atau personil yang menggunakan sarana tersebut.

Sedangkan menurut Sofjan Assauri tujuan utama dari fungsi maintenance (Sofjan Assauri, 1993, hal: 124) adalah :

1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana perusahaan.

2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu.


(21)

3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan mengenai investasi tersebut.

4. Untuk mencapai tingkat biaya maintenance sehemat mungkin, dengan melaksanakan kegiatan maintenance secara efektif dan efisien keseluruhanya. 5. menghindari kegiatan maintenance yang dapat membahayakan keselamatan

para pekerja.

6. Mengadakan suatu kerjasama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya dari perusahaan, dan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu tingkat keuntungan atau return of investment yang sebaik mungkin dan total biaya yang terhemat.

Sedangkan beberapa tujuan utama pemeliharaan untuk menunjang aktifitas dalam bidang perawatan menurut ( Supandi, 2000 hal 16 ) adalah :

1. memperpanjang waktu pengoperasian fasilitas indusri yang digunakan semaksimal mungkin, dengan biaya perawatan seminimum mungkin dan adanya proteksi yang aman dari investasi modal.

2. menyediakan biaya tertentu dan informasi – informasi lainnya yang dapat menunjang penuh dalam bidang perawatan.

3. menentukan metode evaluasi prestasi kerja yang dapat berguna untuk manajemen secara umum dan bagi pengawas ( supervisor ) perawatan khususnya.


(22)

4. membantu dalam menciptakan kondisi kerja yang aman, baik untuk bagian operasi maupun personil perawatan lainnya dengan menetapkan dan menjaga standart perawatan yang benar.

5. meningkatkan keterampilan para pengawas dan para operator perawatan melalui latihan.

2.4. Jenis-Jenis Kegiatan Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dapat dilaklukan dalam suatu perusahaan berupa pemeliharaan terencana dan pemeliharaan tidak terencana (Sofjan Assauri, 1993, hal. 124). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada hubungan antara berbagai bentuk pemeliharaan dibawah ini :

a. Preventive Maintanance

Yang dimaksud dengan preventive maintanance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas produksi yang mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi.

Dengan demikian semua fasilitas produksi yang mendapatkan preventive maintanance lebih berkemungkinan akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap pakai untuk setiap operasi atau proses produksi pada setaiap saat, sehingga dapatlah dimungkinkan pembuatan suatu rencana produksi yang lebih tepat.


(23)

Dalam prakteknya, preventive maintanance yang dilakukan oleh suatu perusahaan pabrik dapat dibedakan atas : Routine Maintanance, And Periodic Maintanance.

Routine Maintanance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara routine, misalnya setiap hari. Sebagai contoh dari kegiatan routine maintanance adalah pembersihan peralatan pabrik, pelumasan serta pengecekan isi bahan bakar dan mungkin termasuk pemanasan (warming up) daripada mesin-mesin selama beberapa menit sebelum dipakai produksi sepanjang hari.

Sedangkan periodic maintanance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara periodic atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap 1 minggu sekali, lalu meningkat setiap 1 bulan sekali dan akhirnya setiap 1 tahun sekali. Periodic Maintanance dapat dilakukan pula dengan memakai lamanya jam kerja mesin setiap 100 jam kerja mesin sekali, lalu meningkat setiap 500 jam kerja mesin sekali dan seterusnya. Jadi sifat kegiatan maintanance ini tetap berkala. Kegiatan periodic maintanance adalah jau lebih berat daripada kegiatan routine maintanance. Sebagai contoh dari kegiatan periodic maintanance adalah pembongkaran kalburator atau alat-alat lainnya di bagian sitsem aliran bensin, penyetelan katub-katub pemasukan dan pembangunan silinder mesin tersebut untuk penggantian pelor roda (bearing), serta service dan overhaul besar ataupun kecil.


(24)

b. Corective Maintanance

Corective Maintanance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan, sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat terjadi akibat tidak dilakukannya preventive maintanance ataupun telah dilakukan preventive maintanance tetapi sampai pada waktu tertentu fasilitas atau peralatan tersebut tetap rusak.

Secara sepintas lalu kelihatan, corective maintanance saja adalah lebih murah biayanya daripada mengadakan preventive maintanance. Hal ini adalah benar selama kerusakan belum terjadi pada fasilitas sewaktu proses produksi berlangsung. Tetapi sesekali kerusakan terjadi pada peralatan utama selama proses produksi berlangsung, maka akibat daripada kebijaksanaan preventive maintanance saja akan lebih parah daripada corective maintanance.

Oleh karerna itu corective maintanance ini mahal, maka sedapat mungkin harus dicegah dengan menginvestasikan kegiatan preventive maintanance. Disamping itu perlu kita pertimbangkan bahwa dalam jangka panjang untuk peralatan-peralatan yang mahal dan termasuk dalam “critical unit” dari prose produksi, preventive maintanance akan lebih menguntungkan daripada corective maintanance saja.

2.5. Keuntungan Pemeliharaan Terencana

Kebanyakan orang akan setuju bahwa pemakaian teknik pemeliharaan terencaana yang tepat mengurangi keadaan darurat dan waktu menganggur


(25)

mesin-mesin, dan sementara kedua alasan ini merupakan prinsip utama penenrapan pemeliharaan-pencegahan terencana. Keuntungan-keuntungan (Anthony Corder, 1988, hal : 118) tersebut antara lain :

1. Pengurangan Pemeliharaan Darurat.

Ini tak diragukan lagi merupakan alasan utama untuk merencanakan pekerjaan pemeliharaan. Dan perencanaan tersebut, sebagaimana telah kita lihat, memberikan sumber informasi yang tidak tersedia sebelumnya, yang dapat kita gunakan secara menguntungkan.

2. Pengurangan Waktu Menganggur.

Hal ini tidaklah sama dengan pengurangan waktu reparasi pemeliharaan darurat. Waktu yang digunakan untuk pembelian suku cadang, baik dibeli dari luar atau lokal, mengakibatkan waktu menganggur meskipun pekerjaan darurat tersebut misalnmya hanya memasang bagian mesin yang tidak lama ; misalnya mengganti tali kipas dalam suatu mobil ketika kerusakan darurat terjadi di gelap malam dan jauh dari mana-mana.

3. Menaikkan Ketersediaan (Availability) Untuk Produksi.

Hal ini erat hubungannya dengan pengurangan waktu manganggur pada suatu mesin atau pelayanan. Tetapi jika mesin tersebut merupakan salah satu mesin produksi lini-aliran (flowline), maka jika sebuah mesin rusak, dapat mengakibatkan terhentinya seluruh proses atau lini produksi. Rusaknya salah satu mesin untuk pelayanan pabrik bisa menyebabkan berhentinya produksi diseluruh pabrik.


(26)

4. Meningkatkan Penggunaan Tenaga Kerja untuk Pemeliharaan dan Produksi. Karyawan berjaga (standby) untuk pemeliharaan darurat tidak lagi diperlukan dan dapat digunakan secara lebih efektif untuk melaksanakan tugas-tugas pemeliharaan produktif terencana. Operator mesin tidak lagi menganggur sebagaimana terjadi ketika mesin mereka tiba-tiba rusak. Pemeliharaan produktif terencana dilakukan meskipun para operator produksi itu tidak dibayar untuk memperbaiki mesin mereka. Pengalihan seorang operator ke mesin cadangan seketika pada waktu diberitahu jarang sekali dimungkinkan, dan jika terjadi hal seperti ini, penerapan pemeliharaan pencegahan terencana harus dipertimbangkan lagi.

5. Memperpanjang Waktu Antara Overhaul.

Peningkatan standart pemeliharaan dengan memperhatikan secara teratur pemberian pelumasan, penyetelan dan penggantian komponen yang rusak sebelum menyebabkan rusaknya bagian lain yang mahal memperpanjang umur mesin. Kebutuhan overhaul besar menjadi sangat berkurang, dan banyak program overhaul yang biasa terdengar dilakukan diakhir tahun tidak lagi diperlukan. Penghematan biaya yang ditujukan dari catatan dalam hal ini cukup besar.

6. Pengurangan Penggantian Suku Cadang, Membantu Pengendalian Persediaan. Pemeliharaan berkala, sebagaimana point 5, menjamin penggantian komponen yang rusak sebelum terjadi kerusakan yang lebih parah.

7. Meningkatkan Effesiensi Mesin Ini Adalah Suatu Aspek Pemeliharaan Terencana Yang Sering Tidak Diberikan Penilaian.


(27)

Banyak perusahaan yang berpuas diri dengan kenyataan bahwa senua mesin bekerja dengan baik, dan tim pemeliharaan tidak dipanggil sampai terjadi keruskan yang menyebabkan mesin berhenti. Bahkan meskipun suatu mesin diketahui tidak bekerja dengan semestinya, bagian produksi tetap mengoperasikannya dan tidak memandang hal ini sebagai kerusakan, karena adanya anggapan bahwa lebih baik ada sejumlah produksi daripada tidak ada sama sekali. Hal yang sama terjadi ketika digunakan metode pemeliharaan darurat karena bagian pemeliharaan-pencegahan terencana, effesiensi mesin harus diperiksa dan dijaga pada standart yang bisa diterima dan ditentukan sebelumnya , keluaraan mesin ditambah dan persentase bahan sisa terbuang dikurangi.

8. Memberikan Pengendalian Anggaran Dan Biaya Yang Bisa Diandalkan. Hal ini telah dibahas lengkap dan ini saja telah merupakan alasan yang kuat untuk menerapkan teknik pemeliharaan-pencegahan terencana.

9. Memberikan Informasi Untuk Pertimbangan Penggantian Mesin.

Selain sudah kuno, sulit untuk menentukan dari sudut keuangan penggantian suatu mesin yang masih bekerja, kecuali adanya sejumlah informasi biaya operasi yang bisa diandalkan, termasuk juga biaya pemeliharaan, tersedia untuk manajemen. Ketika jelas bahwa suatu mesin telah berada di atas batas reparasi ekonomis, tibalah waktunya untuk mempertimbangkan penggantiannya.


(28)

2.6. Klasifikasi Kondisi Kerusakan

Untuk menghitung nilai probabilitas transisi dari suatu proses Markov Chain dalam masalah ini, maka sistem mesin akan dikelompokkan sesuai dengan kondisi kerusakannya. Kondisi disini adalah tingkat kesiapan mesin saat dilakukan pemeliharaan periodik terhadap mesin tersebut. Untuk menentukan ini, sistem diperiksa secara berkala. Setelah dilakukan pemeriksaan kondisi mesin dapat digolongkan menjadi 4 yaitu :

1. Kondisi baik

Suatu mesin dikatakan dalam kondisi baik apabila mesin tersebut dapat digunakan untuk operasi dengan ketentuan-ketentuan yang telah disetujui (baik), seperti keadaan mesin baru. Pemeliharaan pencegahan dan pemeriksaan rutin dilakukan supaya mesin dapat beroperasi dengan baik. Selanjutnya kondisi semacam ini disebut sebagai status 1.

2. Kondisi kerusakan ringan

Suatu mesin dikatakan dalam kondisi kerusakan ringan apabila mesin tersebut dapat beroperasi dengan baik, tetapi kadang-kadang terjadi kerusakan kecil. Kerusakan yang ditimbulkan relatif ringan dengan biaya perbaikan yang relative kecil. Kondisi ini disebut sebagai status 2.

3. Kondisi kerusakan sedang

Suatu mesin dikatakan dalam kondisi kerusakan sedang apabila mesin tersebut dapat beroperasi tetapi dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Selanjutnya kondisi ini disebut sebagai status 3.


(29)

4. Kondisi kerusakan berat

Suatu mesin dikatakan dalam kondisi kerusakan berat apabila mesin tersebut tidak dapat digunakan untuk beroperasi sehingga proses produksi terhenti. Waktu untuk perbaikan relatif lama dengan biaya perbaikan yang relatif besar kadang juga diikuti dengan penggantian komponen (overhaul). Selanjutnya kondisi semacam ini disebut status 4.

Tabel 2-1. Status dan Kondisi Kerusakan

Status Kondisi

1 2 3 4

Baik Kerusakan ringan Kerusakan sedang Kerusakan berat . ( Penelitian Operasional. Hamdi Handoko, 2000. Hal 327 )

2.7 Proses Markov Chain

Sebelum kita membahas metode untuk menentukan kemungkinan transisi akan diuraikan dulu tentang pengertian dasar rantai markov ( Markov Chains ) dan proses stokastik, karena metode Markov Chain merupakan kejadian khusus dari proses stokastik.

Rantai Markov ( Markov Chains ) adalah suatu teknik matematika yang biasa digunakan untuk melakukan pembuatan modeling bermacam-macam sistem dan proses bisnis. Teknik ini dapat digunakan untuk memperkirakan perubahan – perubahan di waktu yang akan datang dalam variable-variabel dinamis atas dasar


(30)

perubahan – perubahan variable dinamis tersebut di masa lalu (Ariyani Enny, Penelitian Operasional, 2008, hal 81 ).

Rantai Markov telah banyak diterapkan untuk menganalisa tentang perpindahan merk ( Brand Sitching ) dalam pemasaran, perhitungan rekening, pemeliharaan mesin, antrian, perubahan harga pasar saham, dan administrasi rumah sakit. Namun, yang akan dibahas disini mengenai korelasi antara metode Markov Chain dengan pemeliharaan mesin.

Proses Stokastik {X(t) : t ε T} adalah sekelompok variabel acak X(t) dimana t diambil dari sekumpulan data (T) yang telah diketahui. Seringkali T merupakan suatu kelompok bilangan bulat non negatif dan X(t) menyatakan karakteristik yang dapat diukur dari sesuatu pada waktu t. Karena X(t)

Proses stokastik dapat dibedakan menjadi dua yaitu proses bebas dan proses Markov. Dalam masalah ini hanya akan dibahas yang berkaitan dengan proses Markov, yang mempunyai ruang status terbatas dan himpunan parameter waktu T yang diskrit terbatas.

adalah variabel random maka tidak dapat diketahui dengan pasti pada status manakah suatu proses akan berada pada waktu t, bila t menunjukkan saat terjadinya status diwaktu yang akan datang. Dimana t = 0,1,2,…( Hilier Liebermen, Operation Research, bab 16, hal 162 ).

Suatu proses stokastik dikatakan sebagai proses Markov Chain apabila perkembangannya dapat disebut sebagai deretan peralihan-peralihan diantara nilai-nilai tertentu yang disebut sebagai status probabilitas yang mempunyai sifat bahwa bila diketahui proses berada pada status tertentu, maka kemungkinan


(31)

berkembangnya proses dimasa yang akan datang hanya tergantung pada status saat ini dan tidak tergantung dari cara-cara bagaimana proses itu mencapai status tersebut.

Suatu proses stokastik dikatakan memiliki sifat Markov Chain jika memenuhi syarat sebagai berikut:

P (Xt+1=j| Xo = k0, X1=k1,……, Xt-1= kt-1, Xt = P ((X

=i ) t+1=j| Xt

Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa proses Markov apabila diketahui proses saat ini, maka masa depan proses tidak tergantung pada proses masa lalunya, tetapi hanya tergantung pada status proses saat ini.

=i ), dimana t = 0,1,2,….

Sedang secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses Markov Chain adalah suatu proses stokastik dimana setiap variabel random X(t), hanya tergantung variabel yang mendahuluinya yaitu Xt-1, dan hanya mempengaruhi variabel random berikutnya yaitu Xt+1

Probabilitas bersyarat P ((X

, sehingga istilah chain disini adalah menyatakan adanya kaitan (mata rantai) antara variabel-variabel random yang saling berdekatan.

t+1=j| Xt=i ) disebut juga probabilitas transisi.Jika untuk masing-masing I dan j, P ((Xt+1=j| Xt=i ) = P (Xi=j| X0=i), untuk t = 0,1,2,… , maka disebut probabilitas transisi (satu langkah) dan biasanya dilambangkan oleh Pij. Sedangkan, P (Xt+n=j| Xt =i) = P( Xn=j| X0=i ) dimana n = 0,1,2,…, untuk t = 0,1,2,…. Probabilitas bersyarat ini biasanya dilambangkan dengan Pij(n) dan disebut sebagai probabilitas transisi n langkah. Jadi Pij(n) adalah probabilitas bersyarat bahwa variabel random X(t), yang dimulai dari status i, akan


(32)

berada pada status j setelah n langkah. Untuk n=0, Pij(0) maka P (X0 = j| X0

Dimana P

=i ) sehingga mengakibatkan bernilai 1 ketika i=j dan 0 ketika i = j.

ij(n)

M

≥ 0, untuk semua i dan j, dan n = 0,1,2,...

Pij(n) = i, untuk semua i dan n = 0,1,2,…

j = 0

2.7.1 Kegunaan Probabilitas dan Keputusan Markov

Di dalam operasinya suatu item akan mengalami beberapa kemungkinan transisi status yang berubah dari satu status ke status yang lain. Bila dikatakan bahwa dalam selang yang cukup pendek terdapat 4 kemungkinan status, maka untuk mengubah kondisi status yang dialami dilakukan beberapa tindakan yang sesuai dengan kondisi status. Sebagai misal , jika perbaikan item baru dilakukan setelah item tersebut mengalami kerusakan berat (status 4), dengan kata lain untuk status 1,2 dan 3 tetap dibiarkan saja. Tetapi seandainya kebijaksanaan itu dirubah dimana perawatan dilakukan apabila item berada pada status 2,3 dan 4 sehingga menjadi status juga bisa dilakukan. Keputusan-keputusan yang diambil dalam menentukan perawatan dapat dituliskan sebagai berikut :


(33)

Tabel 2-2. Keputusan dan Tindakan Yang Dilakukan

Keputusan Tindakan yang dilakukan

1 2

3

Tidak dilakukan tindakan

Dilakukan pemeliharaan pencegahan (sistem kembali ke status sebelumnya )

Pemeliharaan korektif (sistem kembali ke status 1) ( Operasional research, Hilier Liberman 2006. Hal 319 )

Tabel 2-3. Policy

Policy Keterangan d1(p) d2(P) d3(P)

d4(P) P

P 0

1

P2

P3

P

Pemeliharaan korektif pada status 4

4

Pemeliharaan korektif pada status 4 dan pemeliharaan pencegahan pada status 3 Pemeliharaan korektf pada status 3 dan 4 dan pemeliharaan pencegahan pada status 2

Pemeliharaan korektif pada status 4 dan pemeliharaan pencegahan pada status 2 dan 3

Pemeliharaan korektf pada status 3 dan satus 4

1 1 1 3 1 1 2 3

1 2 3 3

1 2 2 3

1 1 3 3


(34)

Dimana P0 adalah pemeliharaan yang dilakukan perusahaan, yang merupakan matrik transisi awal sedangkan P1, P2,P3, dan P4

Jika suatu item berada pada status kerusakan ringan dan kerusakan sedang, maka item tersebut tidak akan mengalami transisi ke status baik, dengan kata lain bahwa suatu item yang berada pada status kerusakan ringan dan kerusakan sedang akan tetap berada pada status kerusakan ringan dan kerusakan sedang atau hanya akan beralih ke status kerasakan berat. Dan jika item berada pada status kerusakan berat atau dengan kata lain suatu item yang memburuk akan tetap memburuk sampai selang pemeriksaan berikutnya, atau bila tidak item akan mengalami kerusakan berat selama selang tersebut akan diperbaiki pada selang pemeriksaan berikutnya. Dari uraian tersebut dapat dibuat skematis himpunan tertutup (close set) dan peralihan status sebagai berikut:

adalah usulan pemeliharaan yang didapat dari perubahan pada matrik awal sesuai dengan tindakan yang dilakukan.


(35)

( Operasional Research, Hillier liberman 2006 .hal 168 ) \

Keterangan :

1. Menyatakan status 1 (baik)

2. Menyatakan status 2 (kerusakan ringan) 3. Menyatakan status 3 (kerusakan sedang) 4. Menyatakan status 4 (kerusakan berat)

Dari uraian diatas Probabilitas transisi dapat dinyatakan dalam bentuk matrik adalah sebagai berikut:

Status 0 1 M

0 P00(n) …… P0M(n)

1 ……

M PM0(n) …… PMM(n)

Untuk n = 0,1,2,…… Atau

P00(n) …………. P0M

. .

(n)

. .

P(n)

P

= - ……. -

M0(n) PMM(n)

( Operasional Research, Hillier Liberman 2006. Hal 165 )


(36)

Matrik P ini dikatakan suatu peralihan yang homogin atau matrik stokastik, karena probabilitas transisi (P) adalah konstan dan tidak tergantung pada waktu. Sifat Markov Chain dalam jangka panjang, probabilitasnya menjadi status mapan (steady state ). Untuk Markov Chain Ergodic (positif dan terjadi secara berulang-ulang) dan tidak dapat diperkecil lagi maka:

Limit Pij(n)

n → a

nyata tidak tergantung pada i.

Selain daripada itu limit Limit Pij(n) = π

n → a

j

Dimana π

j

π

merupakan probabilitas pada status j yang memenuhi persyaratan steady state.

j

M > 0

πj = ∑ πj Pij(n) untuk j dan n = 0,1,2,…M j = 0

M

πj = 1

j = 0

Bertitik tolak pada asumsi di atas maka dapat diungkapkan bahwa suatu item mempunyai probabilitas transisi Pij, yang menyatakan bahwa suatu item berada pada status i maka pada selang waktu berikutnya akan beralih pada status j.


(37)

Dalam bentuk matriks, probabilitas-probabilitas transisi tersebut diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tabel 2-5. Probabilitas Kerusakan Status akhir ( j )

1 2 3 4

1 P11 P12 P13 P14

2 0 P22 P23 P24

3 0 0 P33 P34

4 1 0 0 0

( Operasional Research, Hillier Liberman 2006. Hal 165 )

2.8 Analisa Biaya

Penentuan biaya pemeliharaan meliputi biaya pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan korektif yang dilakukan pada saat mesin berhenti dan hanya menitikberatkan pada biaya down time yang terjadi.

Dengan membuat perecanaan atau jadwal pemeliharaan preventive bagi suatu sistem, jumlah pemeliharaan corective dan perbaikan emergensi dapat ditekan sehingga mengurangi biaya down time. Hal inilah yang menjadi tujuan utama dari sistem pemeliharaan.

Untuk menentukan model yang akan digunakan dalam menentukan besarnya biaya pemeliharaan dan besarnya biaya yang hilang akibat adanya down time

Status Awal ( i )


(38)

maka perlu dijelaskan mengenai biaya-biaya yang timbul akibat ada dan tidaknya perencanaan pemeliharaan.

2.8.1 Biaya Down Time

Akibat dari sistem yang tidak produktif yang diakibatkan sistem dalam pemeliharaan atau perbaikan mengakibatkan hilangnya profit perusahaan. Biaya tersebut disebut biaya down time. Elemen-elemen biaya yang menentukan biaya down time adalah biaya operator mesin, hilangnya sebagian output produksi, atau umumnya dinyatakan dalam profit per satuan waktu yang hilang. Dari data perusahaan didapatkan biaya down time yang terjadi jka suatu mesin di unit produksi berhenti beroperasi terdapat pada bab 4.

2.8.2 Biaya Kerusakan

Kerusakan merupakan suatu kondisi dimana sistem tidak dapat berfungsi untuk menghasilkan output. Hal ini akan menyebabkan adanya biaya tambahan untuk pemeliharaan korektif, tetapi apabila diadakan pemeliharaan rutin yang terjadwal, kerusakan dapat dicegah atau dikurangi.

2.8.3 Biaya Rata-rata Ekspektasi

Berdasarkan pada biaya-biaya pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan korektif maka akan didapatkan biaya-biaya pemeliharaan untuk masing-masing item. Dan apabila dikalikan dengan probabilitas status dalam keadaan mapan


(39)

(steady state) pada jangka panjang maka akan didapatkan biaya rata-rata ekspektasi ( biaya rata-rata yang diharapkan) untuk masing-masing pemeliharaan.

2.9 Penjadwalan Perawatan Mesin

Proses perawatan mesin produksi tidak mungkin dihindari oleh suatu perusahaan, karena hal ini berkaitan erat dengan kelancaran proses produksi. Perawatan mesin yang biasanya dilakukan oleh perusahaan hanya berupa corrective maintenance yaitu mengganti komponen jika terjadi kerusakan. Tanpa disadari tindakan tersebut justru mengakibatkan peningkatan biaya produksi karena penggantian komponen dilakukan pada saat proses produksi sedang berjalan. Berbeda dengan preventive maintenance, yang dapat memperkecil kemungkinan kerusakan mesin produksi sehingga proses dapat berjalan dengan lancar. Selain itu umur teknis dari mesin-mesin produksi akan lebih lama. Untuk itu akan dibuat system penjadwalan preventive maintenance yang diharapkan dapat menekan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan ( Didik Wahjudi, Jurnal ).

2.10 Referensi Peneliti - Peneliti Sebelumnya

1. Perencanaan Pemeliharaan Peralatan Batching Plant Operation Dengan Metode Markov Chain Guna Meminimumkan Biaya Perawatan Di PT. Merak Jaya Beton – Surabaya Oleh R. Faizal Fitrohny 9932010306.


(40)

Perkembangan teknologi masa kini mendorong persaingan industri yang yang semakin meningkat dan ketat . Perusahaan yang memproduksi beton cor atau Readaymix pada saat ini berkembang sangat pesat sehingga permasalahan yang dihadapi perusahaan semakin kompleks dan berkesinambungan.

PT. Merak Jaya Beton merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi beton cor atau Readymix . dalam menjalankan aktifitas produksinya secara berkesinambungan dan continue, perusahaan menghadapi permasalahan pada perencanaan pemeliharaan peralatan khususnya mesin produksi yang berperan sangat penting dalam laju produksi suatu perusahaan.

Oleh karena itu, solusi dalam permasalahan tersebut perusahaan diharapakan mampu mengimplementasikan teknik perencanaan pemeliharaan peralatan produksi dengan baik dan benar dengan tujuan untuk meminimalkan biaya perawatan. Metode ini dikenal dengan metode Markov Chain.

Total biaya pemeliharaan pada kondisi riil perusahaan bulan Januari 2005-Juni 2005 sebesar Rp. 119.812.050,- sedangkan total biaya pemeliharaan dengan menggunakan metode Markov Chain bulan Januari 2005-Juni 2005 sebesar Rp. 91.097.100,-sehingga terjadi penghematan sebesar Rp. 28.714.950,-


(41)

2. Penjadwalan Pemeliharaan BATCHING PLANT OPERATION Dengan

Metode MARKOV CHAIN Guna Meminimumkan Biaya

Pemeliharaan Di P.T SARI BUMI – GRESIK Oleh UMAR SAID ZAINURI - 0632015007.

Persaingan industri yang ketat mendorong perkembangan industri yang ada akan meningkat dan setiap saat akan berubah. Perusahaan yang memproduksi pupuk dolomite dan phospate pada saat ini berkembang dengan pesat sehingga permasalahan yang ada harus dihadapi oleh perusahaan akan semakin meningkat.

P.T Sari Bumi adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam produksi pupuk dolomite dan phospate . dalam menjalankan aktifitas produksinya secara continue , perusahaan menghadapi permasalahan pada perencanaan pemeliharaan peralatan tentang dalam kondisi seperti apa pemeliharaan harus dilakukan sehingga peralatan produksi bisa menjamin lancarnya proses produksi sehingga pesanan bisa sampai tepat waktu kepada konsumen dan bisa menekan biaya pemeliharaan seminimum mungkin.

Untuk memcahkan permasalahan tersebut perusahaan diharapakan dapat menerapkan teknik perencanaan pemeliharaan peralatan produksi


(42)

dengan baik dan benar dengan maksud meminimalkan baiaya perawatan. Metode ini dikenal dengan metode Markov Chain.

Total biaya pemeliharaan pada kondisi riil perusahaan bulan Januari 2008-Juni 2008 sebesar Rp. 8.775.000,- sedangkan total biaya pemeliharaan dengan menggunakan metode Markov Chain bulan Januari 2008-Juni 2008 sebesar Rp. 989.919,-sehingga terjadi penghematan sebesar Rp. 7.785.081,- atau sebesar 79.724 %.

2.11 Jurnal Penelitian Tentang Perawatan dan Pemeliharaan dengan menggunakan Metode Markov Chain

1. Analisis kebijakkan Manajemen Pemeliharaan dan Peremajaan Mesin dengan Menggunakan Metode Markov Chain dan Therbog'h Model di Drum Plant Area PT Pertamina (Persero) UP IV Cilacap Galih Chrissetyo

ABSTRAK Galih Chrissetyo, NIM : I0302031. Analisis Kebijakan Manajemen Pemeliharaan Dan Peremajaan Mesin Dengan Menggunakan Metode Markov Chain dan Therbog’h Model Di Drum Plant Area PT Pertamina (Persero) UP IV Cilacap.Skripisi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2006.

Kerusakan mesin merupakan salah satu hal yang dapat menghambat jalannya proses produksi, apabila pada proses produksinya menggunakan aliran flow shop, kerusakan salah satu mesin pada stasiun


(43)

kerja dapat mempengaruhi seluruh jalannya sistem produksi, maka perlu dilakukan suatu rencana pemeliharaan yang tepat sehingga mesin dapat bekerja dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan usulan perencanaan kebijakan pemeliharaan mesin, pengaruh kerusakan mesin tersebut terhadap kontribusi pendapatan perusahaan serta menganalisis waktu yang tepat dalam penerapan kebijakan peremajaan dan penggantian terhadap mesin-mesin yang ada sebagai langkah investasi perusahaan apabila tidak menguntungkan mempertahankan mesin lama. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode rantai Markov,dengan membagi status mesin dalam empat status yaitu status baik, status ringan, status sedang, status berat kemudian ditentukan tindakan pemeliharaan yang akan dilakukan sedangkan untuk analisis peremajaan mesin dilakukan dengan menggunakan metode therbog’h model. Hasil penelitian diketahui bahwa mesin memiliki MTBF sebesar 154,8 jam/kerusakan dan memiliki keandalan sebesar 95 %. Spare part lower upper harus diganti setiap 3.291 jam sedangkan jumlah persediaan maksimum spare part lower upper adalah sebesar 38 unit dan jumlah persediaan minimum sebesar 10 unit. Setelah dilakukan beberapa usulan kebijakan, maka dipilih kebijakan 2 yang memiliki biaya pemeliharaan paling minimum, yaitu sebesar Rp 1.072.209.965 dengan ketentuan pemeliharaan: pemeliharaan preventif pada kerusakan ringan dan sedang. Pada kebijakan 2 terdapat penghematan biaya pemeliharaan, bila dibandingkan dengan biaya pemeliharaan yang dilakukan perusahaan, yaitu sebesar Rp.


(44)

920.438.706,-.Analisis waktu peremajaan mesin yang paling tepat berdasarkan hasil penelitian adalah pada tahun 2002 tetapi karena penelitian ini baru dilakukan pada tahun 2006 maka peremajaan mesin harus dilakukan pada tahun 2006. Kata kunci : MTBF, Reliability, Rantai Markov,Therbog’h model.

2. PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN BERDASARKAN

NILAIMTBF DAN ANALISIS AVAILABILITAS STANDBY SYSTEM DENGAN METODE CONTINOUS TIME MARKOV CHAIN DI SISTEM KARBAMAT UNIT UREA K-1 PT. PUPUK KALTIM

Yuliana, Nani Kurniati Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111

Email: uly ajah21@yahoo.com

Abstrak

PT. Pupuk Kaltim merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan pupuk di Indonesia. Sebagai salah satu industri besar, kegagalan pada suatu peralatan kritis akan mengganggu proses produksi dan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Obyek yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sistem peralatan pompa karbamat unit urea kaltim 1. Pompa karbamat bertekanan tinggi ini berfungsi untuk


(45)

memompa larutan karbamat ke reaktor urea. Untuk setiap plant, sistem ini terdiri dari 4 pompa, dimana 3 pompa dioperasikan bersama-sama sedangkan 1 pompa sebagai unit standby. Konfigurasi sistem ini termasuk dalam standby system.

Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi keandalan suatu peralatan adalah dengan Markov Modelling. Pada penelitian tugas akhir ini digunakan Continous Time Markov Chain, dimana sistem diidentifikasi ke dalam state yang mungkin terjadi pada sistem dan digambarkan ke dalam diagram transisi. Kemudian, setelah menentukan laju transisinya, perhitungan probabilitas transisi dilakukan dengan metode Continous Time Markov Chain yang melibatkan penggunaan matriks laju transisi. Evaluasi sistem dilakukan berdasarkan hasil perhitungan probabilitas transisi untuk menentukan nilai availabilitas asimtot dan MTBF sistem.

Sistem diidentifikasi menjadi 2 state, yaitu operating state dan failed state. Operating system adalah sistem beroperasi dengan minimal 2 unit pompa sedangkan dikatakan failed state apabila sistem beroperasi dengan 1 unit pompa saja. Dari hasil penelitian, nilai availabilitas asimtot sistem adalah sebesar 0,8038. Sedangkan nilai MTBF sistem adalah 17 hari dan Mean Up-Time (MUT) sistem adalah 13 hari sehingga MTTR sistem adalah 4 hari. Sehingga penentuan interval perawatan berdasarkan nilai MTBF sistem yaitu setiap 17 hari sekali. Kata Kunci: Pompa Karbamat, Sistem standby, Continous time Markov chain, Availabilitas, MTBF


(46)

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA Jl. Waru No.1 SIDOARJO Waktu pengambilan dimulai bulan januari 2009 sampai dengan desember 2009.

3.2. Identifikasi dan definisi Variabel Operasional 3.2.1 Identifikasi Variabel

Ditinjau dari segi penelitian, variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai nilai. Adapun variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : a. Variabel terikat adalah biaya pemeliharaan.

b. Variabel bebas terdiri dari : 1. Data biaya downtime.

2. Data durasi pemeliharaan pencegahan . 3. Data durasi kerusakan mesin .

3.2.2 Definisi Operasional Variabel

Ditinjau dari segi penelitian, variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai nilai. Adapun variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut:


(48)

1. Variabel terikat adalah biaya pemeliharaan.

Suatu biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam perawatan atau pemeliharaan mesin.

2. Variabel bebas terdiri dari :

o Data biaya downtime ialah biaya kerugian saat mesin tidak beroperasi pada masing - masing mesin per jam kerja.

o Data durasi pemeliharaan pencegahan ialah jumlah pemeliharaan pada masing – masing mesin.

o Data durasi kerusakan mesin ialah jumlah kerusakan pada masing – masing mesin.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini data-data yang dikumpulkan (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant), adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Yang dimaksud data primer adalah melakukan studi lapangan dengan maksud memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian guna memecahkan masalah akan perencanaan pemeliharaan peralatan Batching Plant Operation di PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA Jl. Waru No.1 SIDOARJO yang dilakukan dengan pengambilan data (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant), dan pengamatan langsung dilapangan.


(49)

Dimana metode pengumpulan data yang digunakan adalah : a. Observasi Langsung

Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan aktifitas langsung pada obyeknya dilapangan.

b. Interview

Pengumpulan data dengan melakukan interview/tanya jawab langsung dengan responden/pihak yang memiliki kaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti. Dalam hal ini dengan pimpinan, staf dan karyawan perusahaan.

2. Data Sekunder

Yaitu pengumpulan data dengan mencatat data-data dari dokumen (arsip) perusahaan (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant). yang berkaitan dengan obyek penelitian termasuk didalamnya.

a. Studi Pustaka (Library Research)

Studi pustaka ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data pustaka sebagai nara sumber yang dapat dijadikan pedoman dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan.

b. Dokumen dari perusahaan yang merupakan arsip-arsip yang dikumpulkan dan ada kaitannya dalam penelitian ini (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant).


(50)

• Data Peralatan Batching Plant Operation (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant) yang dipakai oleh PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA Jl. Waru No.1 SIDOARJO unit produksi adalah: - Mesin Selco

- Mesin Holzma - Mesin Rover

• Peralatan Batching Plant Operation yang mengalami perubahan status selama 1 (satu) tahun, mulai tanggal Januari 2009 sampai dengan tanggal desember 2009. (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant). Dengan perubahan status sebagai berikut:

a. Kondisi baik ke kondisi baik b. Kondisi baik ke kerusakan ringan c. Kondisi baik ke kerusakan sedang d. Kondisi baik ke kerusakan berat

e. Kondisi kerusakan ringan ke kerusakan ringan f. Kondisi kerusakan ringan ke kerusakan sedang g. Kondisi kerusakan ringan ke kerusakan berat h. Kondis kerusakan sedang ke kerusakan sedang i. Kondisi kerusakan sedang ke kerusakan berat j. Kondisi kerusakan berat ke kondisi baik


(51)

• Data jumlah peralatan yang berada pada status baik, kerusakan ringan, kerusakan sedang dan kerusakan berat selama 1 (satu) tahun, mulai tanggal Januari 2009 sampai dengan tanggal desember 2009. (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant).

• Data biaya pemeliharaan preventive untuk setiap item selama 1 (satu) tahun, mulai tanggal Januari 2009 sampai dengan tanggal

desember 2009. (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant).

• Data waktu rata-rata perbaikan preventive \selama 1 (satu) tahun, mulai tanggal Januari 2009 sampai dengan tanggal desember 2009. (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant).

• Data waktu rata-rata perbaikan corective selama 1 (satu) tahun, mulai tanggal Januari 2009 sampai dengan tanggal desember 2009. (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant).

• Data biaya Down Time. (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant).


(52)

3.4. Langkah - Langkah Penelitian

Untuk langkah pada proses pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 yaitu diagram alir proses pelaksanaan penelitian.


(53)

Survei Pendahuluan Studi literatur

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Identifikasi variabel : - Variabel Terikat :

• Biaya pemeliharaan - Variabel Bebas :

• Data biaya downtime

• Data durasi pemeliharaan pencegahan • Data durasi kerusakan mesin

Pengumpulan data : Bulan Januari 2009 sampai dengan

Desember 2009 - Data jumlah peralatan.

- Data waktu pemeliharaan preventif

- Data waktu pemeliharaan corrective

- Data biaya down time

Usulan Metode Markov Chain Probabilitas pemeliharaan usulan

Matrik Transisi satu langkah

Probabilitas steady state

Apakah Be < Ba ? Kondisi perusahaan

Identifikasi Variabel

Analisa Biaya Pemeliharaan

Ekspetasi Biaya Steady state

Perusahaan ( Ba )

Probabilitas pemeliharaan usulan

Matrik Transisi satu langkah

Probabilitas steady state

Mulai

Analisa Biaya Pemeliharaan

Ekspetasi Biaya Steady state

berdasarkan Metode Markov Chain ( Be )

B


(54)

Gambar 3.1

Diagram Alir Proses Penelitian

A

Kesimpulan & Saran

Selesai Metode di Terima

ya tidak

B

Hasil Analisa & Pembahasan


(55)

3.5 Penjelasan Langkah-langkah pemecahan masalah 1. Mulai

Merupakan langkah pertama sebelum melakukan penelitian. 2. Studi Literatur dan Studi Lapangan

Langkah ini merupakan usaha untuk memahami konsep dasar teori-teoti yang berhubungan dan dapat menunjang penelitian ini didapat dari buku dan jurnal ilmiah. Tinjauan pustaka memberikan pengetahuan dasar yang mendalam bagi peneliti untuk memahami objek penelitian. Dari hasil tinjauan pustaka ini diharapkan peneliti tidak membuat kesalahan dalam menyusun penelitian dan menentukan variable-variabel yang terlibat dalam penelitian.

3. Perumusan Masalah

Langkah pertama adalah merumuskan permasalahan yang ada diperusahaan dengan melakukan studi lapangan berupa pengamatan secara langsung dan wawancara dengan pihak-pihak terkait serta melakukan studi literature untuk mencari literature-literature yang dapat mendukung serta memperkuat hasil penelitian.

4. Tujuan Penelitian

Langkah kedua adalah menetapkan tujuan dari penelitian yang dilakukan berdasarkan perumusan masalah yang telah dibuat.

5. Identifikasi Variabel

Setelah menentukan perumusan masalah dan tujuan penelitian, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi variable-variabel yang mempengaruhi permasalahan tersebut.


(56)

6. Pengumpulan Data

Mencari biaya pemeliharaan yang minimum berdasarkan biaya down time dengan menggunakan data-data dari perusahaan, antara lain :

• Data Peralatan Batching Plant Operation yang dipakai oleh P.T PANGGUNG CITRABUANA- Sidoarjo unit produksi adalah:

 Mesin Selco  Mesin Holzma

 Mesin Rover

• Data jumlah peralatan yang berada pada status baik, kerusakan ringan, kerusakan sedang dan kerusakan berat selama 1 ( Satu ) tahun, mulai tanggal Januari 2009 sampai dengan tanggal Desember 2009.

• Data waktu rata-rata perbaikan preventive dan perbaikan corective selama 1 ( Satu ) tahun, mulai tanggal Januari 2009 sampai dengan tanggal Desember 2009. (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant).

• Data biaya Down Time. (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant).

7. Kondisi Riil Peralatan Perusahaan • Kondisi peralatan Baik

Dapat digunakan untuk operasi dengan ketentuan-ketentuan yang telah disetujui (baik), seperti keadaan baru. Pemeliharaan pencegahan dan pemeriksaan rutin dilakukan supaya dapat beroperasi dengan baik., apabila


(57)

tidak dilakukan pemeliharaan maka peralatan tersebut akan mengalami perubahan kondisi, menjadi ke kondisi B/Kr.

• Kondisi peralatan B/Kr

Pada kondisi ini Pemeliharaan pencegahan dan pemeriksaan rutin dilakukan supaya dapat beroperasi , apabila tidak dilakukan pemeliharaan maka peralatan tersebut akan mengalami perubahan kondisi, menjadi ke kondisi B/Ks.

• Kondisi peralatan B/Ks

Pada kondisi ini Pemeliharaan pencegahan dan pemeriksaan rutin dilakukan supaya dapat beroperasi, apabila tidak dilakukan pemeliharaan maka peralatan tersebut akan mengalami perubahan kondisi, menjadi ke kondisi B/Kb.

• Kondisi peralatan B/Kb.

Pada kondisi ini akan dilakukan perbaikan atau pergantian komponen dari peralatan Batching Plant Operation.

• Kondisi peralatan Kr

Pada kondisi ini Pemeliharaan pencegahan dan pemeriksaan rutin dilakukan supaya dapat beroperasi , apabila tidak dilakukan pemeliharaan maka peralatan tersebut akan mengalami perubahan kondisi, menjadi ke kondisi Kr/Kr.

• Kondisi peralatan Kr/Kr

Pada kondisi ini Pemeliharaan pencegahan dan pemeriksaan rutin dilakukan supaya dapat beroperasi , apabila tidak dilakukan pemeliharaan


(58)

maka peralatan tersebut akan mengalami perubahan kondisi, menjadi ke kondisi Kr/Ks.

• Kondisi peralatan Kr/kS

Pada kondisi ini Pemeliharaan pencegahan dan pemeriksaan rutin dilakukan supaya dapat beroperasi , apabila tidak dilakukan pemeliharaan maka peralatan tersebut akan mengalami perubahan kondisi, menjadi ke kondisi Kr/Kb.

• Kondisi peralatan Ks

Pada kondisi ini Pemeliharaan pencegahan dan pemeriksaan rutin dilakukan supaya dapat beroperasi k, apabila tidak dilakukan pemeliharaan maka peralatan tersebut akan mengalami perubahan kondisi, menjadi ke kondisi Ks/Ks.

• Kondisi peralatan Ks/Ks

Pada kondisi ini Pemeliharaan pencegahan dan pemeriksaan rutin dilakukan supaya dapat beroperasi , apabila tidak dilakukan pemeliharaan maka peralatan tersebut akan mengalami perubahan kondisi, menjadi ke kondisi Ks/Kb.

8. Perhitungan probabilitas untuk masing-masing item

Dengan menentukan probabilitas status akan ditentukan dulu besarnya probabilitas transisi yang dapat dihitung dari proporsi jumlah komponen-komponen dari Peralatan Batching Plant Operation yang mengalami transisi status, selanjutnya dibentuk matrik transisi awal yang merupakan pemeliharaan yang dilakukan perusahaan


(59)

Tabel 3-1. Pobabilitas Transisi item Bulan Januari 2009-Desember 2009

Bulan Status

P11 P12 P13 P14 P22 P23 P24 P33 P34 P41

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sept

Okt

Nov

Des

Jumlah

Keterangan :

P

11 =

P

Kondisi baik ke kondisi baik

12 =

P

Kondisi baik ke kondisi kerusakan ringan

13 =

P

Kondisi baik ke kondisi kerusakan sedang

14 =

P

Kondisi baik ke kondisi kerusakan berat

22 =

P

Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan ringan

23 =

P

Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan sedang

24 =

P

Kondisi kerusakan ringan ke kondisi kerusakan berat

33 =

P

Kondisi kerusakan sedang ke kondisi kerusakan sedang


(60)

P

41 =

Dengan menentukan probabilitas status akan ditentukan dulu besarnya probabilitas transisi yang dapat dihitung dari proporsi jumlah item-item yang mengalami transisi status.

Kondisi kerusakan kerusakan berat ke kondisi baik

9. Matrik Transisi awal

A. Matrik transisi satu langkah item – i yang merupakan pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahan (P0) adalah

j I

1 2 3 4

1 2 3 4 P 0 11 0 P P 41 P 12 0 22 0 P P 13 P 23 0 33 P P 14 P 24 0 34 πj M > 0

πj

=

πj Pij(n) untuk j dan n = 0,1,2,…M j = 0

M

πj = 1

j = 0

[

]

            =             0 0 0 0 0 0 41 34 33 24 23 22 14 13 12 11 4 3 2 1 4 3 2 1 P P P p p p p p p p π π π π π π π π P0 =


(61)

Catatan : π1 + π2 +π3 +π4

maka akan didapat persamaan sebagai berikut: = 1

π1 + π2 + π3 + π4 P

= 1 11 π1 + P41 π4 = π P

1 12 π1 + P22 π2 = π P

2

13 π1 + P23 π2 + P33 π3 = π P

3

14 π1 + P24 π2 + P34 π3 = π4

B. Perencanaan Pemeliharaan yang diusulkan

Untuk mendapatkan pemeliharaan yang lebih baik sehingga bisa mengurangi biaya pemeliharaan, maka diusulkan empat perencanaan pemeliharaan komponen dari Peralatan Batching Plant Operation yang didapat dari perubahan matrik transisi awal sesuai dengan tindakan yang dilakukan. Dari keempat usulan tersebut yang akan dipilih adalah usulan yang mempunyai biaya ekspektasi terkecil.

1. Pemeliharaan korektif pada status 4 dan pemeliharaan pencegahan pada status 3. Matrik transisinya sebagai berikut :

j I

1 2 3 4

1 2 3 4 P 0 11 0 1 P P 12 1 22 0 P P 13 0 23 0 P P 14 0 24 0


(62)

Dengan menggunakan persaman serta hasil matrik transisi tersebut, dalam jangka panjang probabilitas terjadi kerusakan dan dalam keadaan mapan (steady state) dapat dituliskan sebagai berikut:

[

]

            =             0 0 0 1 0 0 1 0

0 22 23 24

14 13 12 11 4 3 2 1 4 3 2 1 p p p p p p p π π π π π π π π

Catatan : π1 + π2 +π3 +π4

maka akan didapat persamaan sebagai berikut: = 1

π1 + π2 + π3 + π4 P

= 1 11 π1 + π4 = π P

1

12 π1 + P22 π2 + π3 = π P

2

13 π1 + P23 π2 = π P

3

14 π1 + P24 π2 = π

2. Pemeliharan korektif pada status 3 dan 4 dan pemeliharaan pencegahan pada status 2. Matrik transisinya adalah sebagai berikut :

4

j I

1 2 3 4

1 2 3 4 P 1 11 1 1 P 0 12 0 0 P 0 13 0 0 P 0 14 0 0


(63)

Dengan menggunakan persamaan serta hasil matrik transisi tersebut, dalam jangka panjang probabilitas terjadi kerusakan dan dalam keadaan mapan (steady state) dapat dituliskan sebagai berikut:

[

]

            =             0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 14 13 12 11 4 3 2 1 4 3 2

1 p p p p

π π π π π π π π

Catatan : π1 + π2 +π3 +π4

maka akan didapat persamaan sebagai berikut: = 1

π1 + π2 + π3 + π4 P

= 1 11 π1 + π2 + π3 + π4 P

= 1 12 π1 + = π P

1

13 π1 + = π P

3

14 π1 + = π

3. Pemeliharaan korektif padastatus 4 dan pemeliharaan pencegahan pada status 2 dan 3. Matrik transisinya adalah sebagai berikut :

4

J I

1 2 3 4

1 2 3 4 P 1 11 0 1 P 0 12 1 0 P 0 13 0 0 P 0 14 0 0


(64)

Dengan menggunakan persamaan serta hasil matrik transisi tersebut, dalam jangka panjang probabilitas terjadi kerusakan dan dalam keadaan mapan (steady state) dapat dituliskan sebagai berikut:

[

]

            =             0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 14 13 12 11 4 3 2 1 4 3 2

1 p p p p

π π π π π π π π

Catatan : π1 + π2 +π3 +π4

maka akan didapat persamaan sebagai berikut: = 1

π1 + π2 + π3 + π4 P

= 1

11 π1 + π2 + π4 = π1 P

12 π1 + π3 = π

P

2

13 π1 + = π P

3

14 π1 + = π4

4. Pemeliharaan korektif pada status 3 dan status 4. Matrik transisinya adalah sebagai berikut :

J I

1 2 3 4

1 2 3 4 P 0 11 1 1 P P 12 0 22 0 P P 13 0 23 0 P P 14 0 24 0


(65)

Dengan menggunakan persaman serta hasil matrik transisi tersebut, dalam jangka panjang probabilitas terjadi kerusakan dan dalam keadaan mapan (steady state) dapat dituliskan sebagai berikut:

[

]

            =             0 0 0 1 0 0 0 1

0 22 23 24

14 13 12 11 4 3 2 1 4 3 2 1 p p p p p p p π π π π π π π π

Catatan : π1 .π2 .π3 .π4

maka akan didapat persamaan sebagai berikut: = 1

π1 + π2 + π3 + π4 P

= 1 11 π1 + π3 + π4 = π P

1

12 π1 + P22 π2 = π P

2 13 π1 + P23 π2 = π P

3 14 π1 + P24π2 = π4

5. Analisa biaya pemeliharaan

Sebelum menghitung biaya pemeliharaan masing-masing item, perlu dihitung dulu waktu rata-rata perbaikan yang diperlukan yang sudah terlampir. Dimana waktu rata-rata pemeliharaan pencegahan per 1 tahun dilambangkan dengan ∑w11. dan waktu rata-rata pemeliharaan korektif per 1 tahun dilambangkan dengan ∑ w21. melalui perhitungan biaya down time /jam yang didapat dari data perusahaan (Data diperoleh dalam bentuk dokumen dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan Manager Plant), maka biaya pemeliharaan dapat dihitug sebagai berikut:


(66)

• Biaya Pemeliharaan Pencegahan ( C1i C

)

1i = Waktu rata-rata pemeliharaan X Biaya down time • Biaya Pemeliharaan Korektif ( C2i

C

) 2i

6. Ekspektasi biaya pemeliharaan pada keadaan mapan (steady state) pada pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahaan. Didapat dari, probabilitas steady state untuk masing-masing item dikalikan dengan biaya pemeliharaan yang didasarkan pada biaya down time. Akan didapat biya rata-rata pemeliharaaan yang dilakukan oleh perusahaan (Ba).

= Waktu rata-rata kerusakan X Biaya down time

7. Ekspektasi biaya pemeliharaan pada keadaan mapan (steady state) pemeliharaan usulan dengan menggunakan metode Markov Chain.

Didapat dari, probabilitas steady state usulan untuk masing-masing item dikalikan dengan biaya pemeliharaan yang didasarkan pada biaya down time. Akan didapat biya rata-rata pemeliharaaan usulan dengan menggunakan metode Markov Chain (Be).

8. Be < Ba

Langkah ini merupakan suatu langkah untuk mengambil keputusan, apakah system pemeliharaan yang dilakukan oleh perusahaan lebih baik ataukah sistem pemeliharaan usulan dengan menggunakan metode Markov Chain yang lebih baik ?

Dari pernyataan ini , maka akan muncul jawaban ya atau tidak. Jika ya (Ba > Be) maka ususlan tersebut dapat diterapkan . jika tidak (Ba < Be) maka


(67)

langsung pada hasil dan pembahasan yang berarti sistem pemeliharaan yang diterapkan oleh perusahaan lebih baik daripada metode usulan.

9. Metode usulan diterima

Metode usulan diterima apabila hasil metode usulan lebih kecil jika dibandingkan dengan metode yang diterapkan perusahaan. Sehingga langkah selanjutnya dapat diterapkan.

10.Perencanaan Penjadwalan Perawatan Mesin

Setelah metode usulan diterima langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan/penjadwalan perawatan mesin untuk mencegah terjadinya kerusakan.

13.Hasil dan Pembahasan

Dari hasil perhitungan dengan metode Markov Chain, maka akan dapat diketahui perencanaan pemeliharaan peralatan Batching Plant Operation yang optimal sehingga dapat meminimumkan biaya pemeliharaan yang didasarkan pada biaya down time.

14.Kesimpulan dan Saran

Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dari keseluruhan langkah-langkah diatas serta memberikan saran-saran yang dapat menjadi masukan dan pertimbangan dalam merencanakan manajemen perawatan yang reliable.


(68)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pegumpulan Data

4.1.1 Data Jumlah Peralatan Batching Plant Operation

Tabel. 4.1 Data Jumlah Peralatan Batching Plant Operation

No NAMA MESIN JUMLAH

1 Selco 4

2 Holzma 3

3 Rover 5

Sumber: Perusahaan PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA

4.1.1.1 Data Peralatan Batching Plant Operation yang mengalami perubahan Kondisi Mesin.

1 Data Mesin Selco yang Mengalami Perubahan kondisi mesin Periode Januari 2009 – Desember 2009.

Tabel 4.2 Perubahan Status Periode Januari 2009 – Desember 2009.

Bulan Status

B/B B/Kr B/Ks B/Kb Kr/Kr Kr/Ks Kr/Kb Ks/Ks Ks/Kb Kb/B

JAN 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0

FEB 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0

MAR 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0

APRIL 2 1 0 0 0 0 0 1 0 0

MEI 2 0 0 1 0 0 1 0 0 0

JUNI 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0


(1)

2.5 P4 ( Pemeliharaan korektif pada Status 3 dan 4 )

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Problem Specification ∙ Enter the following fields to define your problem. ∙ Specify if you want to define the state names. ∙ Specify if you know the intial state probabilities. ∙ Specify if you know the cost/profit associated with each state.

Problem Name? [Holzma ] Number of states? [4 ] State name: ( ) Default (Sn) (♦) You define Initial state probabilities: ( ) Known (♦) Unknown Cost/profit of states: ( ) Known (♦) Unknown < OK > < Print > < Cancel >

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Transition Probabilities for Holzma From \ To:│ S1 S2 S3 S4

S1 │[0.48 ][0.16 ][0.12 ][0.24 ] S2 │[0 ][0.4286 ][0.2857 ][0.2857 ] S3 │[1 ][0 ][0 ][0 ] S4 │[1 ][0 ][0 ][0 ] < OK > < PgUp > < PgLt > < PgRt > < Help > < Print > < Cancel >

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Steady State Solution for Holzma 07-01-2004 02:02:22 Page: 1 of 1

State │ State │ Recurrence │ State │ State │ Recurrence │ Name │Probability │ Time │ Name │Probability │ Time │ S1 │ .5555512 │ 1.798632 │ S3 │ .1111102 │ 9.004472 │ S2 │ .1555621 │ 6.443599 │ S4 │ .1777764 │ 5.625142 │ Expected Cost/Profit = 0 Elapsed CPU Seconds = 0


(2)

3.

Rover ( Items 3 )

3.1

Po ( Pemeliharaan korektif pada status 4 )

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV

Problem Specification ∙ Enter the following fields to define your problem. ∙ Specify if you want to define the state names. ∙ Specify if you know the intial state probabilities. ∙ Specify if you know the cost/profit associated with each state. Problem Name? [Rover ]

Number of states? [4 ]

State name: ( ) Default (Sn) (♦) You define Initial state probabilities: ( ) Known (♦) Unknown Cost/profit of states: ( ) Known (♦) Unknown < OK > < Print > < Cancel >

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Transition Probabilities for Rover From \ To:│ S1 S2 S3 S4 S1 │[0.7608 ][0.1087 ][0.0870 ][0.0435 ] S2 │[0 ][0.5 ][0.3333 ][0.1667 ] S3 │[0 ][0 ][0.6 ][0.4 ] S4 │[1 ][0 ][0 ][0 ] < OK > < PgUp > < PgLt > < PgRt > < Help > < Print > < Cancel >

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Steady State Solution for Rover 07-01-2004 02:02:22 Page: 1 of 1

State │ State │ Recurrence │ State │ State │ Recurrence │ Name │Probability │ Time │ Name │Probability │ Time │ S1 │ .5390114 │ 1.855248 │ S3 │ .2148761 │ 4.653845 │ S2 │ .1171811 │ 8.533802 │ S4 │ .1289315 │ 7.756055 │ Expected Cost/Profit = 0 Elapsed CPU Seconds = 0


(3)

3.2

P1 ( Pemeliharaan korektif pada status 4 dan pemeliharaan Pencegahan pada

Status 3 ).

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV

Problem Specification ∙ Enter the following fields to define your problem. ∙ Specify if you want to define the state names. ∙ Specify if you know the intial state probabilities. ∙ Specify if you know the cost/profit associated with each state. Problem Name? [Rover ]

Number of states? [4 ]

State name: ( ) Default (Sn) (♦) You define Initial state probabilities: ( ) Known (♦) Unknown Cost/profit of states: ( ) Known (♦) Unknown < OK > < Print > < Cancel >

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Transition Probabilities for Rover From \ To:│ S1 S2 S3 S4 S1 │[0.7608 ][0.1087 ][0.0870 ][0.0435 ] S2 │[0 ][0.5 ][0.3333 ][0.1667 ] S3 │[0 ][1 ][0 ][0 ] S4 │[1 ][0 ][0 ][0 ] < OK > < PgUp > < PgLt > < PgRt > < Help > < Print > < Cancel >

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Steady State Solution for Rover 07-01-2004 02:02:22 Page: 1 of 1

State │ State │ Recurrence │ State │ State │ Recurrence │ Name │Probability │ Time │ Name │Probability │ Time │ S1 │ .3458475 │ 2.891448 │ S3 │ .1654128 │ 6.04548 │ S2 │ .4060129 │ 2.462976 │ S4 │ 0.082726 │ 12.08799 │ Expected Cost/Profit = 0 Elapsed CPU Seconds = 0


(4)

3.3

P2 ( Pemeliharaan Korektif Pada Status 3 dan 4 dan Pemeliharaan Pencegahan

pada Status 2 ).

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV

Problem Specification ∙ Enter the following fields to define your problem. ∙ Specify if you want to define the state names. ∙ Specify if you know the intial state probabilities. ∙ Specify if you know the cost/profit associated with each state. Problem Name? [Rover ]

Number of states? [4 ]

State name: ( ) Default (Sn) (♦) You define Initial state probabilities: ( ) Known (♦) Unknown Cost/profit of states: ( ) Known (♦) Unknown < OK > < Print > < Cancel >

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Transition Probabilities for Rover From \ To:│ S1 S2 S3 S4 S1 │[0.7608 ][0.1087 ][0.0870 ][0.0435 ] S2 │[1 ][0 ][0 ][0 ] S3 │[1 ][0 ][0 ][0 ] S4 │[1 ][0 ][0 ][0 ] < OK > < PgUp > < PgLt > < PgRt > < Help > < Print > < Cancel >

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Steady State Solution for Rover 07-01-2004 02:02:22 Page: 1 of 1

State │ State │ Recurrence │ State │ State │ Recurrence │ Name │Probability │ Time │ Name │Probability │ Time │ S1 │ .8069723 │ 1.2392 │ S3 │ 0.070206 │ 14.24368 │ S2 │ 0.087717 │ 11.40018 │ S4 │ 0.035103 │ 28.48736 │ Expected Cost/Profit = 0 Elapsed CPU Seconds = 0


(5)

3.4

P3 ( Pemeliharaan korektif pada status 4 dan Pemeliharaan Pencegahan pada

status 2 dan 3 ).

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV

Problem Specification ∙ Enter the following fields to define your problem. ∙ Specify if you want to define the state names. ∙ Specify if you know the intial state probabilities. ∙ Specify if you know the cost/profit associated with each state. Problem Name? [Rover ]

Number of states? [4 ]

State name: ( ) Default (Sn) (♦) You define Initial state probabilities: ( ) Known (♦) Unknown Cost/profit of states: ( ) Known (♦) Unknown < OK > < Print > < Cancel >

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Transition Probabilities for Rover From \ To:│ S1 S2 S3 S4 S1 │[0.7608 ][0.1087 ][0.0870 ][0.0435 ] S2 │[1 ][0 ][0 ][0 ] S3 │[0 ][1 ][0 ][0 ] S4 │[1 ][0 ][0 ][0 ] < OK > < PgUp > < PgLt > < PgRt > < Help > < Print > < Cancel >

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Steady State Solution for Rover 07-01-2004 02:02:22 Page: 1 of 1

State │ State │ Recurrence │ State │ State │ Recurrence │ Name │Probability │ Time │ Name │Probability │ Time │ S1 │ .7540341 │ 1.3262 │ S3 │ 0.065600 │ 15.24368 │ S2 │ .1475645 │ 6.776699 │ S4 │ 0.032800 │ 30.48736 │ Expected Cost/Profit = 0 Elapsed CPU Seconds = 0


(6)

3.5

P4 ( Pemeliharaan korektif pada Status 3 dan 4 )

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV

Problem Specification ∙ Enter the following fields to define your problem. ∙ Specify if you want to define the state names. ∙ Specify if you know the intial state probabilities. ∙ Specify if you know the cost/profit associated with each state. Problem Name? [Rover ]

Number of states? [4 ]

State name: ( ) Default (Sn) (♦) You define Initial state probabilities: ( ) Known (♦) Unknown Cost/profit of states: ( ) Known (♦) Unknown < OK > < Print > < Cancel >

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Transition Probabilities for Rover From \ To:│ S1 S2 S3 S4 S1 │[0.7608 ][0.1087 ][0.0870 ][0.0435 ] S2 │[0 ][0.5 ][0.3333 ][0.1667 ] S3 │[1 ][0 ][0 ][0 ] S4 │[1 ][0 ][0 ][0 ] < OK > < PgUp > < PgLt > < PgRt > < Help > < Print > < Cancel >

Modules-1 Modules-2 Input Data Solution Options Help - MKV Steady State Solution for Rover 07-01-2004 02:02:22 Page: 1 of 1

State │ State │ Recurrence │ State │ State │ Recurrence │ Name │Probability │ Time │ Name │Probability │ Time │ S1 │ .6865303 │ 1.4566 │ S3 │ .1094737 │ 9.134612 │ S2 │ .1492517 │ 6.700092 │ S4 │ 0.054744 │ 18.26674 │ Expected Cost/Profit = 0 Elapsed CPU Seconds = 0


Dokumen yang terkait

PERENCANAAN PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN METODE MARKOV CHAIN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN.

0 4 12

PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI DENGAN METODE MARKOV CHAIN UNTUK MEMINIMALISIR BIAYA PEMELIHARAAN DI PT TUNAS MELATI PERKASA SIDOARJO.

7 10 133

PERENCANAAN PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN METODE MARKOV CHAIN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DI CV SURYA ELECTRICAL GRESIK.

37 72 113

PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARKOV CHAIN UNTUK MENGURANGI BIAYA PEMELIHARAAN DI PT. PHILIPS INDONESIA.

4 8 148

ANALISIS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN POWER PACK PLANT DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARKOV CHAIN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PEMELIHARAAN DI PT. LASER JAYA SAKTI GEMPOL – PASURUAN.

0 3 124

PERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE REABILITY MAINTENANCE(RCM II) PADA MESIN ANDI PTP 3013 DI PT. PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA.

5 12 104

PERENCANAAN PEMELIHARAAN PERALATAN BATCHING PLANT OPERATION DENGAN METODE MARKOV CHAIN GUNA MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DI CV. PRIMADONA SNACK.

6 18 98

PERENCANAAN DAN PEMELIHARAAN PERALATAN BATCHING PLANT OPERATION DENGAN METODE MARKOV CHAIN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DI PT UNIVENUS - SIDOARJO.

17 37 88

KATA PENGANTAR - PERENCANAAN PEMELIHARAAN PERALATAN BATCHING PLANT OPERATION DENGAN METODE MARKOV CHAIN UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DI PT PANGGUNG ELECTRIC CITRABUANA SIDOARJO

0 0 17

PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI DENGAN METODE MARKOV CHAIN UNTUK MEMINIMALISIR BIAYA PEMELIHARAAN DI PT TUNAS MELATI PERKASA SIDOARJO SKRIPSI

0 0 16