0,003362 dan berdasarkan multiple benchmark index –0,004889,
keduanya lebih baik dari return Anggrek yang bernilai –0,012929.
B. Analisis Perbandingan Kinerja
Analisis pengolahan data pada bahasan point sebelumnya menghasilkan angka-angka yang perlu dianalisa kembali sebagai bahan informasi atas arti yang
terkandung didalamnya. Pengolahan data yang bersifat sistematik menurut kelompok jenis perhitungan tersebut di atas, di sini dirangkum kembali menurut pengelompokan
kebutuhan penganalisaan, yang pada penulisan ini mengacu pada perbandingan hasil akhir risiko, tingkat pengembalian dan
risk adjust performance semua produk yang penulis teliti. Data-data dikelompokan pada variabel-variabel yang akan
dibandingkan sehingga hasil angka pada variabel yang dibandingkan tersebut dapat terlihat jelas dan dapat mempermudah proses penganalisan. Adapun hasil akhir
penganalisaan ini adalah untuk membandingkan kinerja Reksa Dana Syariah yang
dalam investasi portofolionya menggunakan proses screening dengan Reksa Dana
Konvensional yang tidak perlu melewati proses tersebut. Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan awal bab ini, bahwa untuk
pengukuran perbandingan Reksa Dana Syariah terhadap Reksa Dana konvensional
menggunakan dua kali perhitungan, yaitu dengan menggunakan multiple benchmark
index dan single benchmark index. Dasar penggunaan
multiple benchmark index, dimana Reksa Dana Syariah menggunakan
benchmark yang berbeda dengan Reksa Dana Konvensional. Dengan pertimbangan untuk kasus di Indonesia, bahwa portofolio pasar untuk Reksa Dana
83
Syariah adalah Jakarta Islamic Index JII, sementara portofolio pasar bagi Reksa Dana Konvensional adalah Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. himpunan
semesta kedua Reksa dana berbeda. JII dijadikan acuan bagi Reksa Dana Syariah,
karena tidak mungkin mengikuti IHSG yang masih melibatkan saham tidak halal. Sedangkan dasar penggunaan
single benchmark index, yaitu penggunaan benchmark yang sama dalam penulisan ini adalah IHSG, dilakukan untuk
memperoleh temuan pemeringkatan risk-adjust return tanpa melakukan pembedaan
bencmark. Argumen yang dimajukan adalah pembatasan pemilihan kesempatan investasi dengan faktor-faktor non finansial merupakan risiko yang harus ditanggung
sendiri dan yang dianggap sebagai benchmark tetap saja indeks yang lebih luas,
dalam hal ini IHSG daripada JII. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa JII adalah pasar yang
dijadikan acuan untuk portofolio syariah. Pemilihan proses portofolio syariah di JII
tidak begitu saja terbentuk dengan sendirinya, tapi mengacu pada portofolio yang terdapat dalam IHSG, yang kemudian diseleksi untuk mendapatkan portofolio yang
sesuai dengan syariat Islam. Jadi tingkat keterkaitan JII dan IHSG adalah sangat erat, dimana JII berkedudukan sebagai variable dependent yang merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari IHSG sebagai variable dependent. Sebagai pembuktian keeratan hubungan antara kedua indeks tersebut dapat di
lihat pada hasil pengolahan covariant, koefisien korelasi dan koefisien determinasi kedua indeks tersebut berdasarkan perhitungan pada lampiran 9 dan 10 juga
terangkum dalam table 4.10 berikut:
84