commit to user 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA merupakan pelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu siswa harus
mempunyai alat bantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan supaya siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar serta dirinya sendiri.
Pelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA memiliki kekuatan untuk membangkitkan
minat siswa serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta
yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga fakta penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam baru dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara
berkelanjutan untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Untuk anak-
anak sekolah dasar yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan
kurang berkesan jika sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, kenyataan yang terjadi di SD 2 Banjarharjo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul
khususnya kelas IV, mata pelajaran IPA kompetensi dasar mengenal wujud dan sifat benda sangat memprihatinkan. Mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan
kurang disukai siswa. Bahkan, banyak siswa yang mengeluh dalam hal menerima pelajaran. Siswa seringkali merasa bosan dan kurang puas terhadap apa yang telah
diketahuinya. Sesuai dengan Lampiran halaman dari 16 siswa yang ada, hanya 5 siswa yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal. Padahal kriteria
commit to user 2
ketuntasan minimal yang telah ditetapkan pada kompetensi dasar wujud benda dan sifatnya hanya 60 seperti yang terlampir dalam Lampiran 1 halaman 89. Hal ini
dikarenakan dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD 2 Banjarharjo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul sangat berpusat pada guru. Siswa tidak berperan aktif
dalam proses pembelajaran untuk membangun dan menemukan sendiri melalui proses interaksi langsung dengan lingkungan sekitar. Siswa cenderung hanya
memperoleh pengetahuan melalui fakta – fakta yang telah ditulis di buku. Padahal pola pembelajaran yang hanya terpaku pada buku dan tidak dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari akan menyulitkan dalam memahami suatu konsep. Temuan inilah yang kemudian mendasari penulis untuk melaksanakan perbaikan
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas. Proses pembelajaran ini perlu diperbaiki supaya siswa mampu memahami konsep akademik yang yang
dipelajari. Khususnya pada mata pelajaran IPA kompetensi dasar wujud dan sifat benda.
Untuk mengatasi masalah mengenal wujud benda dan sifat benda tersebut maka sebaiknya guru harus mampu memilih dan menggunakan model
pembelajaran yang tepat. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan membuat proses pembelajaran lebih efektif. Model pembelajaran juga merupakan
alat untuk mencapai tujuan pengajaran yang ingin dicapai, sehingga penggunaan model pembelajaran yang baik dan tepat akan semakin berhasil sebagai sarana
pencapaian tujuan. Karena siswa adalah pembelajar, guru sebagai pengelola pembelajaran di kelas perlu memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan siswa
dalam menuangkan ide yang terkait dengan mata pelajaran yang diberikan, khususnya mata pelajaran IPA. Dengan demikian kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan akan memunculkan kreatifitas tinggi yang pada akhirnya siswa mampu mengenal wujud benda dan sifatnya dengan baik.
Salah satu model pembelajaran yang cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD adalah model pembelajaran Contextual Teaching And Learning CTL.
Menurut Karnadi 2008: 59, CTL adalah konsep pembelajaran yang membantu dalam mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata, dan memotivasi
commit to user 3
siswa membuat hubungan anatara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Model pembelajaran ini menekankan adanya pengamatan
secara langsung terhadap suatu objek yang akan dipelajari. Melalui model pembelajaran ini siswa belajar melalui kegiatan yang dialami sendiri. Anak tidak
hanya menghafal seperangkat fakta-fakta dan konsep yang siap diterima, tetapi anak lebih dirangsang untuk terampil mengembangkan sendiri fakta-fakta dan
konsep dari apa yang dilihatnya secara nyata Nurhadi : 2002. Dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran CTL, siswa dilibatkan
untuk turut berfikir sehingga emosi siswa dapat terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran guna meningkatkan keterampilan siswa melalui suatu
kegiatan, serta mengamati suatu proses atau kejadian dengan sendirinya, sehingga akan memperkaya pengalaman dan meningkatkan serta membangkitkan rasa ingin
tahu. Dengan model pembelajaran CTL dalam pembelajaran IPA, siswa akan lebih memahami sesuatu yang bersifat abstrak dan lebih mampu mengingat dalam
jangka waktu yang relatif lebih lama. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ”PENINGKATAN MENGENAL WUJUD BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING CTL PADA SISWA KELAS IV SD 2 BANJARHARJO, KECAMATAN DLINGO, KABUPATEN BANTUL
TAHUN PELAJARAN 20102011”.
B. Identifikasi Masalah