Tepung Terigu Landasan Teori

E. Tepung Terigu

Tepung terigu merupakan tepung yang dihasilkan dari penggilingan biji gandum. Tepung terigu merupakan bahan utama dalam pembuatan biskuit dan sebagai bahan pengikat dalam formula cookies. Tepung terigu yang berkualitas untuk produksi biskuit adalah tepung terigu hasil penggilingan gandum lunak soft dan lemah weak yang cenderung memberikan tekstur yang lembut dan eating quality yang bagus. Tepung terigu lunak mempunyai kandungan protein 8-9 , kadar air 14,5, dan kadar abu 0,6. Warna dari tepung ini putih, karena mempunyai kandungan protein yang rendah Anonymous, 1986. Menurut Bennion 1980, protein tepung terigu terdiri dari 4 bagian, yaitu: Albumin larut dalam air, Globulin Larut dalam garam tapi tidak larut dalam air, Gliadin larut dalam alkohol 70 - 90 dan glutenin larut dalam larutan garam dan alkohol. Gluten hanya terdapat pada biji gandum, diperlukan untuk pembuatan cookies karena menentukan sifat produk yang dihasilkan terutama tekstur dan kenampakannya Anonymous, 1986. Tepung terigu dengan kandungan protein rendah digunakan agar pengembangan adonan akibat gluten yang terbentuk tidak terjadi secara berlebihan sifat gluten yang tidak begitu kuat karena pada cookies bukan pengembangan adonan yang diperlukan Astawan, 2001.

F. Bahan pendukung pembuatan cookies 1. Gula

Gula merupakan bahan penting dalam pembuatan adonan cookies karena memberikan rasa manis, pembentuk tekstur dan pemberi warna pada permukaan cookies. Gula yang digunakan adalah gula kristal sukrosa Eliason,1996. Gula merupakan senyawa kimia yang termasuk karbohidrat yang larut dalam air serta merupakan bahan makanan yang penting karena mudah dicerna dalam tubuh dan sebagai sumber kalori. Sukrosa merupakan oligosakarida yang mempunyai peranan penting dalam pengolahan makanan. Untuk industri makanan biasa digunakan dalam bentuk kristal halus Winarno, 1997. Kristal gula membentuk butiran melakukan aksi pemotongan rantai protein Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tepung, ketika adonan kue keringan dibentuk sehingga membantu proses pengempukan, kristal gula yang tidak terlarut dalam adonan kue kering yang mencair oleh pemanasan akan membentuk penyebaran dan aliran atau keempukan, bila dibandingkan dengan gula butiran Desrosier, 1988. Menurut Kaplan 1971, gula halus paling baik digunakan untuk membuat cookies. Penambahan gula yang terlalu banyak akan menimbulkan rasa yang terlalu manis dan pencoklatan pada cookies. Penambahan gula terlalu banyak , dapat mengakibatkan adonan meleleh dan hancur selama pemanggangan, karena terbentuknya butiran keras akibat koagulasi pati dan glutein tepung Ketaren, 1986.

2. Kuning Telur

Telur dapat melembutkan tekstur cookies karena daya emulsi yang terdapat dalam kuning telur Matz, 1978. Penggunaan kuning telur tanpa putih telur pada pembuatan cookies akan menghasilkan cookies yang lembut dengan cita rasa yang sempurna. Tabel 7. Komposisi Kimia Telur Ayam Komponen Telur Utuh Putih Telur Kuning Telur Kadar air Kadar protein Kadar lemak Kadar karbohidrat 73,7 12,9 31,9 11 87,8 10,8 - 0,8 49,4 16,3 31,9 0,7 Sumber : Sultan 1983 Kuning telur adalah protein yang bersifat sebagai emulsifier yang kuat paling sedikit sepertiga kuning telur terdiri dari lemak, tetapi yang menyebabkan daya emulsifier yang kuat adalah kandungan lesitinnya yang terdapat dalam bentuk yang kompleks sebagai lipoprotein sebesar 21 Winarno, 1997. Kuning telur mengandung sejumlah besar lipid dan sebagian dari lipid itu terdapat dalam bentuk terikat sebagai lipoprotein de Man, 1971. Kuning telur pada pembuatan cookies berfungsi sebagai pengempuk, karena adanya emulsifier yang mempunyai peran dapat menghasilkan cookies yang empuk dan renyah serta dapat memperbaiki tekstur Manley, 1981. Kuning telur terdiri atas lemak dan protein, sebagian besar protein kuning telur adalah lesitin merupakan emulsifier yang memiliki kemampuan untuk Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. berikatan dengan air maupun lemak karena terdapat ikatan hidrofil dan hidrofob Winarno, 1997.

3. Garam

Garam merupakan bahan makanan yang umumnya ditambahkan dalam pengolahan makanan. Penambahan tersebut dimaksudkan untuk penambahan cita rasa, dalam hal ini garam bersifat menginaktifkan rasa manis dari gula. Selain itu garam sebagai bahan makan tambahan juga berfungsi sebagai pengawet . Garam yang digunakan untuk rasa, memperbaiki butiran dan susunan cookies Anonim, 1983. Sebagian besar formula menggunakan 1 garam atau kurang Matz, 1968. Penggunaan garam bertujuan untuk memberikan cita rasa, karena adonan cookies tanpa garam akan menghasilkan rasa yang hambar Anonymous, 1986.

4. Lemak

Lemak merupakan bahan baku yang sangat penting dalam pembuatan cookies. Selama pengadukan suatu adonan, lemak akan mengelilingi terigu sehingga jaringan gluten didalamnya diputus dan setelah menjadi cookies teksturnya akan lebih lembut dan tidak terlalu keras Husain, 1993. Menurut Kaplan 1971, lemak juga membantu mencampur adonan menjadi homogen dan lembut pada saat pengocokan serta mencegah campuran adonan dari penggumpalan pada waktu creaming. Jenis lemak yang digunakan bisa berasal dari lemak nabati, seperti margarine dan lemak hewani mentega. Mentega terbuat dari 80 lemak susu, 16 air dan 0,15 laktosa dan 0,1 – 0,3 abu. Penggunaan mentega bertujuan untuk meningkatkan penerimaan terhadap cookies khususnya aroma dan rasa. Rendahnya titik cair mentega menyebabkan produk menjadi berminyak. Untuk mengurangi efek berminyak yang dihasilkan mentega, biasanya ditambahkan margarine Matz, 1978. Mentega putih adalah lemak padat yang pada umumnya berwarna putih dan mempunyai titik cair, sifat plastis dan kestabilan tertentu. Menurut Winarno 1984 pemberian shortening dapat menghalangi terbentuknya massa serabut - serabut gluten dari gandum yang padat dan keras, sehingga serabut gluten menjadi lebih pendek dan produk akhir menjadi lebih empuk. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Pada pembuatan cookies ini lemak tidak terlarut, tetapi terabsorbsi pada permukaan partikel dan permukaan gluten, membentuk lapisan yang membungkus dan memisahkan partikel gluten sehingga tekstur cookies menjadi lebih renyah Anonymous, 1989.

5. Susu Skim

Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal sesudah krim diambil sebagian atau seluruhnya. Susu skim mengandung semua zat makanan dari susu kecuali lemak dan vitamin yang larut didalam lemak Buckle et al, 1985. Penggunaan susu skim ini dimaksudkan untuk memperbaiki penerimaan warna, rasa dan aroma, sebagai bahan pengisi serta untuk meningkatkan nilai gizi cookies. Penggunaan susu bubuk lebih menguntungkan dibandingkan susu cair. Zat ini berisi laktosa yang membantu mengatur warna lemak, meningkatkan rasa dan sebagai penahan cairan Anonymous, 1981.

6. Bahan pengembang

Bahan kimia yang biasa ditambahkan dalam pembuatan cookies adalah soda kue atau natrium bikarbonat. Dalam pembuatan cookies bahan ini akan melepaskan gas CO2 yang dihasilkannya, lalu dengan teratur membebaskan gas tersebut selama pemanggangan sehingga adonan pengembang dengan sempurna. Hal tersebut menyebabkan seragamnya kerenyahan cookies, menjaga penyusutan dan agar kue tidak jatuh Anonymous,1983. Bahan pengembang yang banyak digunakan dalam pembuatan produk kering, terutama cookies adalah soda kue atau natrium bikarbonat NaHCO3 Anonymous, 1981.

7. Penambah aroma dan rasa

Pemberian bahan penambah aroma dan rasa pada cookies ditujukan untuk memberi rasa tertentu guna meningkatkan penerimaan produk. Bahan – bahan yang dapat ditambahkan pada produk cookies sebagai penambah aroma dan rasa adalah keju, vanila, strawberry, almond , coklat dan caramel. Penambah aroma dan rasa relatif stabil pada suhu pemanggangannya, tetapi dapat berubah drastis bila dibakar dengan api Manley, 1983. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

G. Proses Pembuatan Cookies

Proses pembuatan cookies meliputi tiga tahap yaitu pembuatan atau pencampuran adonan Mixing, pencetakan adonan forming dan pemanggangan baking Manley, 1983.

1. Pembuatan atau pencampuran adonan Mixing

Tahap pembuatan atau pencampuran mixing adonan cookies dilakukan dengan cara membuat krim terlebih dahulu antara kuning telur, gula, lemak dan garam. Selanjutnya baru ditambahkan campuran antara tepung, baking powder serta bahan tambahan lainnya yang diperlukan sambil ditambahkan air. Dalam pembuatan adonan ini bahan dicampur dan diaduk dengan tujuan menyeragamkan massa adonan yang homogen Manley, 1983. Tujuan dari tahap pembuatan atau pencampuran ini untuk memastikan distribusi yang merata dari bahan – bahan yang digunakan untuk memperoleh adonan yang halus serta mendapatkan adonan yang homogen dan akan mempengaruhi keragaman rasa, tekstur dan juga warna kue. Pencampuran dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana yang dioperasikan secara manual dengan tangan dan dalam jumlah besar digunakan peralatan yang lebih sesuai yaitu mixer Manley, 1983.

2. Pencetakan atau pembuatan adonan forming

Tahap selanjutnya adalah tahap pembentukan atau tahap pencetakan adonan yang diperoleh. Pembentukan dan pencetakan adonan ini dilakukan dengan cara membuat adonan menjadi lempengan dan menekan cetakan cookies diatasnya. Adonan yang diperoleh setelah proses pencampuran, di roll dan kemudian dicetak sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Metode yang digunakan pada umumnya tergantung pada produk yang akan dibuat. Adonan cookies dibuat lembaran – lembaran rolling dan dipotong dengan pisau ataupun alat pencetak cookies.

3. Pemanggangan baking

Adonan yang telah dicetak, ditempatkan pada loyang atau nampan untuk selanjutnya dipanggang dalam oven. Menurut Desrosier 1988, pemanggangan merupakan hal yang penting dari seluruh urutan proses yang mengarah pada Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. produk yang berkualitas. Ukuran cookies yang dimasukkan kedalam oven pada setiap pemanggangan harus sama. Hal ini bertujuan untuk mencegah lengketnya cookies pada loyang, biasanya loyang yang akan digunakan dioles dengan sedikit lemak atau melapisi loyang dengan kertas roti Sultan, 1983. Proses pemanggangan merupakan proses yang paling kritis dalam produksi cookies. Banyak faktor yang mempengaruhi pemanggangan diantaranya tipe oven yang digunakan, metode pemanasan dan tipe bahan – bahan yang akan digunakan. Suhu dan lama waktu pemanggangan mempengaruhi kadar air pada cookies. Pada oven sebaiknya tidaklah terlalu panas ketika cookies dimasukkan sebab bagian luar akan terlalu cepat matang. Hal ini dapat menghambat pengembangan dan permukaan cookies yang dihasilkan menjadi retak – retak Lasmini, 2002. Suhu oven untuk proses pemanggangan tergantung jenis, bentuk dan ukuran dari produknya yang dibuat, dan juga sifat – sifat dari bahan – bahan penyusunnya. Pada umumnya suhu pemanggangan untuk produk cookies antara 170 – 180ºC dalam waktu 15 – 20 menit Manley,1983. Gula, garam, lemak, kuning telur, soda kue Tepung Cookies Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Cookies Manley, 1983 Pencetakan loyang Pencampuran I Pencampuran II Pemanggangan 170 – 180ºC 15 menit Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

H. Analisa Keputusan

Keputusan adalah suatu kesimpulan dari suatu proses untuk memilih tindakan yang terbaik dari jumlah alternatif yang ada. Pengambilan keputusan adalah proses yang mencakup semua pikiran dan kegiatan yang diperlukan guna membuktikan dan memperlihatkan pilihan yang terbaik Siagian, 1987. Analisis keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur yang logis dan kuanttatif dan tidak hanya menerangkn pengambilan keputusan, tetapi juga merupakan suatu cara untuk keputusan Mangkusubroto dan Listiani, 1987 Analisis keputusan pada penelitian ini adalah untuk memilih alternatif terbaik yang dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kualitas dan kuantitas dari formulasi produk cookies sebagai makanan pendamping – ASI dengan perlakuan proporsi tepung kacang merah : tepung beras merah kemudian dilanjutkan dengan analisa finansial.

I. Analisis Finansial

Suatu studi kelayakan merupakan pekerjaan membuat ramalan atau taksiran yang didasarkan atas anggapan – anggapan yang selalu bisa dipenuhi. Konsekuensinya adalah bisa terjadi penyimpangan – penyimpangan. Salah satu penyimpangan itu ialah apabila pabrik berproduksi dibawah kapasitasnya. Hal ini menyebabkan pengeluaran yang seharusnya mempengaruhi keuntungan Susanto dan Saneto, 1994. Beberapa parameter yang sering digunakan dalam analisis finansial antara lain :

1. Titik Impas Break Even Point Susanto dan Saneto, 1994.

Suatu analisa yang menunjukkan hubungan antara keuntungan, volume produksi dan hasil penjualan adalah penentuan Break Even Point BEP. BEP adalah suatu keadaan tingkat produksi tertentu yang menyebabkan besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan besarnya nilai atau hasil penjualan atau laba. Perhitungan dapat dilihat sebagai berikut : a. Biaya titik impas BEP =   tan appendapa tidak tet biaya 1 Tetap Biaya  Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Presentase Titik impas: BEP =   Pendapatan Rp BEP  100

2. Net Present Value NPV Susanto dan Saneto, 1994.

Net Present Value NPV adalah selisih antara nilai penerimaan sekarang dengan nilai biaya sekarang. Bila dalam analisa diperoleh nilai NPV lebih besar dari 0 nol, berarti proyek layak untuk dilaksanakan, jika nilai NPV diperoleh dalam perhitungan lebih kecil dari 0 nol, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Bentuk rumus NPV dapat dilihat sebagai berikut :      n 1 t it 1 Ct Bt NPV Keterangan : Bt = Benefit social kotor dengan suatu proyek pada tahun t Ct = Biaya sosial kotor sehubungan dengan proyek pada tahun t t = 1, 2, 3,…….. n n = Umur ekonomi daripada proyek i = sosial discount rate suku bunga bank

3. Gross Benefit Cost Ratio Gross BC Ratio Susanto dan Saneto, 1994.

Gross Benefit Cost Ratio Gross BC merupakan metode perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya kotor yang telah dirupiahkan sekarang present value. Proyek dapat dijalankan apabila nilai gross BC lebih besar atau sama dengan 1. Rumus Gross Benefit Cost Ratio dapat dituliskan sebagai berikut : Nilai BC Ratio = 4. Payback Period Susanto dan Saneto, 1994. Payback Period merupakan metode yang mencoba mengukur kecepatan pengembalian modal investasi yang dinyatakan dalam tahun. Proses perhitungan metode ini berpedoman pada aliran kas bukan pada laba yang dihasilkan. Aliran Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kas diartikan sebagai jumlah laba dan nilai depresiasi yang dikeluarkan. Nilai Payback Period dinyatakan sebagai perbandingan biaya pertahun Intial Cash Flow dengan aliran kasnya Cash Flow. Nilai perbandingan ini dapat diterima apabila lebih pendek dari yang diisyaratkan. Rumus dapat dilihat sebagai berikut Pp = Keterangan : I = Jumlah modal Ab = penerimaan bersih pertahun

5. Internal Rute of Return Susanto dan Saneto, 1994.

Internal Rute of Return merupakan tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai penerimaan kas bersih sekarang dengan jumlah investasi awal dari proyek yang sedang di nilai. Dengan perkataan lain IRR adalah tingkat bunga yang menyebabkan NPV = 0. Jika ternyata IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku di bank untuk proyek dapat diteruskan. IRR = 1 + i ”-i’ Keterangan : NPV’ = NPV positif hasil percobaan nilai NPV” = NPV negatif hasil percobaan nilai i = Tingkat bunga

J. Landasan Teori

MP - ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Menurut Krisnatuti dan Yenrina 2006, formulasi MP-ASI harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut: memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi, memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan, dapat diterima oleh pencernaan bayi, harga relatif murah, bersifat padat gizi, dan diperoleh dari bahan pangan lokal, dan kandungan serat kasar yang sukar dicerna dalam jumlah yang minimal, karena serat kasar yang terlalu banyak dapat mengganggu pencernaan bayi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dalam memproduksi MP – ASI , selain harus memperhatikan kandungan gizi juga harus diperhatikan sifat fisik produk yang dihasilkan. MP – ASI harus mempunyai densitas kamba dan kapasitas pengikat air. Sifat kekambaan harus minimal, tetapi memiliki kandungan protein serta kepadatan energi yang tinggi Muchtadi, 1994. Pemberian makanan pendamping biasanya dilakukan setelah pemberian makanan setengah padat yaitu bayi berumur 6 bulan keatas. Makanan pendamping yang diberikan dapat berupa roti, biskuit, cookies, kue dan makanan lokal serta beras seperti nasi tim Anwar, 1987. Penggunaan cookies sebagai makanan pendamping bayi berumur 6 -12 bulan, karena bayi sudah dapat memegang makanan dengan menggunakan tangannya. Kacang merah dikenal sebagai sumber protein nabati. Kacang merah memiliki kandungan protein yang tinggi. Kacang merah mampu memberikan protein yang setara dengan daging. Selain itu, kandungan asam amino essensial kacang merah cukup lengkap Kay, 1979. Asam amino pembatas pada protein kacang merah adalah metionin dan sistein dengan kandungan yang relatif rendah yaitu 10,56 dan 8,48 mg100 g, namun protein kacang – kacangan biasanya mengandung lisin yang memadai Afriansyah, 2004. Pembuatan tepung kacang merah dilakukan untuk meningkatkan kualitas gizi dan nilai gizi kacang merah Astawan, 2009. Beras merah disamping merupakan sumber utama karbohidrat, juga mengandung protein, beta-karoten, antioksidan dan zat besi Frei, 2004 . Beras merah juga mengandung vitamin B1 yang diperlukan untuk mencegah penyakit beri – beri pada bayi. Beras merah juga mengandung antosianin yang merupakan pigmen merah yang terkandung pada perikarp dan tegmenlapisan kulit beras. Antosianin adalah senyawa fenolik yang masuk kelompok flavonoid dan berfungsi sebagai antioksidan Anonymous, 2010. Asam amino yang terdapat pada serealia seperti beras merah kaya akan metionin dan sistin tetapi sedikit kandungan lisin Astawan, 2003. Kombinasi antara kacang – kacangan dan serealia akan menghasilkan suatu pola komposisi asam amino essensial yang lebih mendekati pola standar bila dibandingkan dengan pola komposisi asam amino essensial bahan makanan tersebut secara sendiri – sendiri Nursanyoto, 1992. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Berdasarkan sifat kimianya, kombinasi tepung komposit dalam produk cookies MP – ASI dapat meningkatkan kadar protein dan melengkapi kandungan asam amino. Berdasarkan sifat fisiknya, kombinasi tepung komposit dapat menyebabkan kekerasan pada produk maka dapat diatasi dengan penambahan kuning telur dan margarin yang diharapkan dapat menurunkan kekerasan. Beberapa proses penting dalam pembuatan cookies adalah pencampuran dan pemanggangan. Pada proses pencampuran adonan kuning telur sebagai emulsifier yang berfungsi untuk menstabili emulsi yang terjadi antara lemak dan air sehingga adonan menjadi homogen. Selain itu juga pada saat pencampuran terjadi persaingan pada permukaan tepung antara fase air dari tepung dan lemak. Pemanggangan dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 150 – 180 °C selama 15 menit. Selama proses pemanggangan baking terjadi proses yang mengakibatkan perubahan fisik dan kimia pada adonan cookies, yaitu karamelisasi dan reaksi Maillard. Karamelisasi yaitu proses perubahan warna yang terjadi karena gula dipanaskan melebihi suhu 160°C. Reaksi Maillard yaitu reaksi yang terjadi antara gula pereduksi dengan gugus amina primer yang menghasilkan adonan berwarna coklat Winarno, 2004. Reaksi Maillard berlangsung dengan tahapan-tahapan berikut: 1. Suatu aldosa bereaksi bolak-balik dengan asam amino atau gugus amino dari protein sehingga menghasilkan basa Schiff. 2. Perubahan terjadi menurut reaksi Amadori sehingga menjadi amino ketosa. 3. Dehidrasi dari hasil reaksi Amadori membentuk turunan furfuraldehid, misalnya pentosa akan menghasilkan senyawa furfural, sementara heksosa akan menghasilkan hidroksimetil furfural. 4. Proses dehidrasi selanjutnya menghasilkan metil-alfa-dikarbonil yang diikuti penguraiannya menghasilkan reduktor-reduktor dan alfa-dikarboksil, seperti metilglioksal, asetol dan diasetil. 5. Aldehid-aldehid aktif hasil tahapan 3 dan 4 akan terpolimerisasi tanpa atau dengan asam amino membentuk senyawa coklat yang disebut melanoidin.

K. Hipotesis