Pembuktian Hipotesis HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
94
bentuk-bentuk kiasan, dan d anak tunarungu kurang menguasai irama dan gaya bahasa”.
Permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah penguasaan kosakata benda siswa tunarungu kelas P1 di SLB dena
Upakara Wonosobo. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa perbendaharaan kosakata siswa masih rendah, selain itu
pengajaran kosakata benda dilakukan karena untuk mempermudah siswa nantinya ketika siswa mulai belajar menyusun kalimat dimana didalamnya
membutuhkan kosakata kerja, Oleh kerena itu kosakata kerja diajarkan ketika siswa sudah banyak menguasai tentang kosakata benda. Dengan
masalah tersebut maka diperlukan adanya media pembelajaran yang dapat mendukung pembelajaran khususnya untuk meningkatkan kosakata benda
siswa. Melihat karakteristik belajar siswa tunarungu yang lebih banyak
menggunakan indera pengelihatan dan mudah menangkap pelajaran yang divisualisasikan Permanian Somad dan Tati Hernawati 1996: 35-36,
maka media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kosakata benda siswa tunarungu haruslah media yang dapat menarik perhatian dan
minat siswa dalam pembelajaran, terlebih siswa tunarungu adalah siswa yang pemata. Oleh karena itu media yang dapat mempermudah siswa
dalam mengkap informasi haruslah media yang berbasis visual. Media yang dapat menarik minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran salah
satunya yaitu media Pop-up. Pada penellitian ini peneliti memilih media
95
Pop-up sebagai upaya meningkatkan penguasaan kosakata benda siswa
tunarungu adalah berdasar dari pendapat Dale dalam Ibrahim.R dan Nana Syaodih 2003 yang mengatakan bahwa hasil belajar seseorang diperoleh
melalui pengalaman langsung konkrit, kenyataan yang ada pada lingkungan sekitar kemudian melalui benda tiruan hingga sampai kepada
lambang verbal abstrak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar Kerucut Pengalaman The Cone of Experience dibawah ini:
Gambar 8 Kerucut Pengalaman menurut Edgar Dale Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa pembelajaran yang
melibatkan indera pengelihatan dapat menyerap setidaknya 30 dari pembelajaran yang diberikan, hal ini membuat peneleliti memutuskan
untuk memilih media Pop-up dalam upaya meningkatkan kosakata siswa tunarungu karena dengan media Pop-up tersebut dapat memaksimalkan
indera pengelihatan siswa tunarungu dalam pembelajaran mengingat
96
karakteristik siswa tunarungu yang lebih mengandalkan indera pengelihatanya dalam menangkap informasi.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II, di mana siklus I dilakukan
dengan 3 kali pertemuan dan siklus II dilakukan dengan 2 kali pertemuan. Penelitian ini dihentikan apabila seluruh subjek telah mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu mencapai kriteria ketuntasan minimal KKM 70.
Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus II dan II menunjukan bahwa kemampuan penguasaan kosakata benda siswa tunarungu kelas P1
mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan kemampuan pada saat dilakukan pre-test. Peningkatan penguasaan kosakata benda siswa
tunarungu dapat dilihat dari presentase pencapaian yang diperoleh pada saat pre-test, post-test siklus I dan post-test siklus II dilakukan. Beberapa
faktor mengapa penggunaan media Pop-up ini dapat meningkatkan penguasaan kosakata benda siswa tunarungu adalah media ini memiliki
kelebihan-kelebihan yang mampu memenuhi kebutuhan belajar siswa tunarungu, seperti: media Pop-up adalah media yang berbasis visual, dapat
mengatasi masalah ruang, waktu serta pengetahuan, memiliki tampilan yang menarik, dapat mempermudah pemahaman siswa dalam
pembelajaran dan bersifat multimedia. Kelebihan media Pop-up tersebut didukung oleh pendapat
beberapa ahli, yaitu: Menurut Dzuanda 2011: 1 yang menjelaskan bahwa