Gross Benefit Cost RatioSusanto dan Saneto, 1994

Rumus penentuannya adalah sebagai berikut : Payback Periods = Ab 1 Keterangan : I = jumlah modal Ab = penerimaan kas bersih pertahun 4. Internal Rate of Return IRR Susanto dan Saneto, 1994 Internal Rate of Return IRR merupakan suku bunga yang menggunakan nilai penerimaan kas bersih sekarang dengan jumlah investasi awal dari proyek yang sedang dinilai. Dengan kata lain IRR adalah tingkat suku bunga yang akan menyebabkan NPV = 0, jika ternyata IRR dari tingkat suku bunga yang berlaku di bank maka proyek dapat diteruskan. IRR = 1 + NPV NPV NPV  I – i Keterangan : NPV = NPV positif hasil percobaan nilai i NPV = NPV negative percobaan nilai i i = tingkat suku bunga I = tingkat suku bunga yang akan datang

5. Gross Benefit Cost RatioSusanto dan Saneto, 1994

Gross Benefit Cost Ratio adalah merupakan perbandingan antara penerimaan kotor dengan biaya kotor yang telah di present value dirupiahkan sekarang Susanto dan Saneto, 1994 Gross BC = Σ Bt 1 + it Σ Ct 1 + it Dimana : Bt : Penerimaan pada tahun ke-t Ct : Biaya pada tahun ke-t i : Suku bunga bank. F. Landasan Teori Roti tawar merupakan suatu produk pangan dari tepung terigu yang dibuat melalui tahapan proses pengadukan, fermentasi dan pemanggangan. Bahan yang memegang peranan penting dalam pembuatan roti tawar adalah jenis protein gluten yang terdapat dalam tepung terigu Suhardi, 1989. Pada proses pengulenan adonan roti akan terbentuk sifat elastis kohesif dari gluten yang mengikat molekul air. Terjadinya struktur elastis kohesif adonan dengan terjadinya ikatan hidrogen antara molekul protein tepung terigu sehingga membentuk struktur melingkar, selain itu juga terjadi ikatan disulfida. Pada pencampuran dengan air, protein tepung terigu mengikat air hingga keseluruhan adonan menjadi kalis Wibowo, 1992. Menurut Fance 1975 di dalam Rony, 2006, jika pengadonan dilangsungkan terus maka akan terjadi pengenduran lebih lanjut karena adonan menjadi lembek dan lengket disebabkan terjadinya pemutusan ikatan disulfida -s-s- yang berlebihan. Tepung bekatul kaya akan protein, lemak dan serat makanan yang memiliki aktivitas biokimia spesifik dan berpotensi sebagai makanan sehat. Tepung bekatul tidak mengandung gluten sehingga adonan campuran tepung terigu dan tepung bekatul tidak mampu menahan gas CO 2 hasil fermantasi Luh, 1980. Gluten bersifat sangat elastis sehingga dapat menahan gas yang terdapat di dalam adonan. Pada tingkat substitusi tepung bekatul yang tinggi pada tepung terigu, kadar gluten di dalam adonan praktis mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan adonan bersifat kurang elastis sehingga kurang mengembang selama pemanggangan Charley, 1982. Menurut Stauffer 1990, penambahan serat pada roti akan menimbulkan beban pada gluten sehingga kemampuan gluten untuk menahan gas berkurang dan akan menghasilkan pengembangan yang kurang baik. Adonan roti tawar dapat mengembang dengan baik karena adanya gas CO 2 sebagai hasil fermentasi gula oleh yeast. Ketidakberadaan protein gluten dalam tepung bekatul akan berpengaruh terhadap keseimbangan pembentukan dan penahanan gas CO 2 selama fermentasi serta mutu organoleptik roti tawar yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu penambahan bahan surfaktan seperti gliserol monostearat. Menurut Hidayat 2006, gliserol monostearat berfungsi untuk membantu dalam meningkatkan volume roti tawar. Hal ini disebabkan gliserol monostearat mempunyai dua gugus yaitu gugus polar dan gugus non polar. Gugus polar akan berinteraksi dengan fraksi amilosa dan membentuk ikatan kompleks dan matriks film sehingga dapat membantu kerja gluten dalam memerangkap gas CO 2 hasil fermentasi, sedangkan gugus non polar juga berinteraksi dengan amilopektin yaitu pada pemanasan pati lebih lanjut mengakibatkan pelarutan. Molekul-molekul amilosa menjadi terlarut berbentuk puntiran-puntiran. Atom-atom hidrogen dan oksigen mengarah ke dalam, sehingga bagian dalam puntiran bersifat hidrofobik. Bagian tersebut dapat merangkap gugus hidrofobik senyawa lain seperti gliserol monostearat Hidayat, 2006. Menurut Winarno 1986, gliserol monostearat merupakan emulsifier buatan yang tersusun dari radikal asam stearat sebagai gugus non polar dan mempunyai dua gugus hidroksil dan gliserol sebagai gugus polar. Menurut Bailey’s 1996, Adanya gugus hidroksil dari gliserol sebagai gugus polar maka satu gugus hidroksil -OH pada akhir rantai gliserol monostearat bereaksi dengan moleku-molekul amilosa secara heliks. Akibat reaksi tersebut membentuk ikatan antar molekul-molekul amilosa sehingga selama fermentasi gas CO 2 dapat tertahan dan adonan menjadi mengembang.

G. Hipotesis