Analisis Data Deskripsi Data Hasil Penelitian
110 yang baik bagi subyek dalam mengembangkan pembelajaran
operasi perkalian menggunakan media dakon. bahkan kebiasaan subyek yang biasa ribut dengan subyek WB dapat
berubah pada saat siklus II setelah diberikan tindakan yaitu dengan memindakan tempat duduk.
b Subyek HN
Peningkatan pada saat pra tindakan, pasca tindakan siklus I, dan pasca tindakan siklus II juga terjadi pada subyek HN.
Subyek HN pada saat pra tindakan mendapat nilai sebesar 40. Setelah tindakan siklus I terjadi peningkatan yaitu sebesar
20. Meskipun belum memenuhi kkm namun peningkatan tersebut telah sedikit mengubah kebiasaan anak yang pada saat
mengerjakan soal mandiri biasa menggunakan media jari namun setelah diberi tindakan siklus II subyek dalam
mengerjakan soal operasi perkalian menggunakan media permainan dakon. Setelah diberikan tindakan siklus II
perubahan terjadi pada sikap subyek yang biasanya malu serta kurang percaya diri dalam mengerjakan soal mandiri subyek
menjadi mau untuk mengerjakan tanpa harus dipaksa oleh guru. Pada pasca tindakan siklus II subyek mendapat nilai 80
dan telah memenuhi kkm sebesar 70. Pada saat tindakan siklus I subyek terkadang masih
menggunakan jari sebagai media menghitung hal tersebut mempengaruhi proses pembelajaran operasi perkalian dengan
menggunakan media
dakon. Penggunaan
media jari
111 sebenarnya masih boleh digunakan asal tidak menyulitkan
pemahaman subyek dalam menggunakan media dakon. Sementara pada tindakan siklus II subyek menjadi lebih
memahami penggunaan media dakon karena motivasi belajar yang diberikan oleh subyek FT. Subyek HN lebih bersemangat
dalam pembelajaran operasi perkalian setelah memahami penggunaan media dakon.
Hal tersebut mampu meningkatkan keterampilan siswa dalm menggunakan media dakon serta mampu meningkatkan
nilai setelah dilakukan pasca tindakan siklus II. c
Subyek SS Pada awalnya subyek SS memiliki kemampuan awal
yang paling rendah dalam pembelajaran operasi perkalian. Hal tersebut dibuktikan dari nilai saat pra tindakan subyek SS
mendapat nilai 30. Namun peningkatan terjadi setelah diberikan tindakan siklus I, setelah dilakukan tes pasca
tindakan siklus I subyek meningkat menjadi 50 peningkatan yang dialami subyek sebesar 20. Meskipun kemampuan
awal subyek paling rendah apabila dibandingkan dengan subyek lain namun subyek SS memiliki semangat belajar yang
tinggi, subyek SS juga memiliki sifat percaya diri sehingga mudah menyampaikan pembelajaran operasi perkalian dengan
menggunakan dakon. Pada saat tindakan siklus I subyek belum memahami
peralatan yang ada di media dakon. subyek belum mehamhami
112 alasan jumlah biji disesuaikan dengan bilangan yang
digunakan sebagai indikator pembelajaran. Setelah diberikan perhatian yang lebih dibanding dengan subyek lain maka
peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada subyek SS. Subyek mampu memahami penggunaan media dakon
meskipun subyek tidak mampu memainkan media dakon sebagai media permainan. Setelah tes pasca tindakan siklus II
subyek mendapat nilai 80. Nilai tersebut memenuhi kkm dan melebihi target yang peneliti perkirakan. Nilai tersebut didapat
karena subyek sangat bersemangat serta dapat menjaga kosentrasi pada saat mengerjakan soal pasca tindakan siklus II.
d Subyek WB
Kemampuan awal subyek WB sebenarnya hampir sama dengan subyek FT namun karena subyek WB memiliki
perilaku yang negatif seperti suka ribut dengan subyek FT, sering terburu-buru dalam menyelesaikan soal mandiri, mudah
terganggu kosentrasi karena diganggu teman dari kelas lain, serta tidak mau merapikan peralatan setelah belajar. Hal
tersebut menjadi pembelajaran yang diterima subyek WB menjadi kurang maksimal akibatnya pada saat pasca tindakan
nilai yang didapat subyek kurang maksimal. Pada saat tindakan siklus II guru lebih memberikan perhatian agar anak
lebih focus dan mampu menjaga kosentrasi dalam belajar. Penguatan tersebut kemudian membuahkan hasil setelah pasca
113 tindakan tindakan siklus II nilai subyek WB hampir maksimal
yaitu 90. Pada saat pembelajaran dengan menggunakan media dakon siklus I
subyek kurang teliti dalam memasukkan biji dakon kedalam lubang dakon di samping itu subyek juga juga terlihat kesulitan dalam membedakan
lubang dakon besar untuk biji warna kuning dan biji berwarna hitam. Kekurangan tersebut juga membuat subyek terkadang salah dalam
menentukan hasil akhir saat menyelesaikan soal. Kekurangan terbut kemudian diperbaiki sehingga penggunaan media dakon dalam proses
pembelajaran yang subyek pahami tentang penggunaan media permainan dakon mampu subyek laksanakan pada saat mengerjakan sol pasca
tindakan siklus II. Peningkatan prestasi belajar mata pelajaran matematika operasi
perkalian setiap subjek mulai dari kegiatan pra tindakan, pasca tindakan siklus I dan pasca tindakan siklus II juga ditampilkan pada grafik berikut:
114
Gambar 8. Grafik Histogram Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Operasi Perkalian Dari Pra
Tindakan, Pasca Tindakan Siklus I dan Pasca Tindakan Siklus II
Grafik di atas memberikan informasi bahwa kemampuan seluruh subjek semakin meningkat, dimulai dari data kemampuan awal subjek
yang masih rendah, mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan siklus I dan semakin meningkat setelah diberikan tindakan pada siklus II.
Pada akhirnya seluruh subjek mampu mencapai indikator ketercapaian yang ditentukan peneliti dan guru. Peningkatan prestasi belajar mata
pelajaran matematika operasi perkalian pada setiap subjek tidak terlepas dari kerja keras guru dalam menjelaskan setiap materi dan
mengkondisikan siswa selama mengikuti kegiatan belajar. Modifikasi tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan siklus II semakin
meningkatkan kualitas kemampuan setiap subjek. Hal tersebut merupakan pengaruh dari aktivitas subjek yang lebih kondusif dan maksimal pada
pelaksanaan tindakan siklus II. Selain itu, secara keseluruhan peneliti menganggap bahwa guru berhasil menerapkan media permainan dakon
20 40
60 80
100 120
FT HN
SS WB
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR OPERASI PERKALIAN
nilai pra tindakan nilai pasca tindakan siklus
I nilai pasca tindakan siklus
II
115 dalam pembelajaran operasi perkalian. Skenario pembelajaran yang telah
ditetapkan peneliti bersama guru terlaksana sesuai dengan rencana.