56 terhadap belajar. 5 Mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam pembelajaran
mata pelajaran tertentu. 6 Melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar. 7 Kesan umum kinerja guru calon guru. APKG 1 dan APKG 2 dapat dibaca pada
Lampiran 23 dan 24 untuk pertemuan pertama. Sedangkan, untuk pertemuan kedua dapat dibaca pada Lampiran 25 dan 26.
3.7 Uji Prasayarat Instrumen
Uji prasyarat instrumen berupa pengujian validitas dan reliabilitas instrumen untuk mengetahui ketepatan dan kekonsistenan suatu instrumen.
Berikut ini merupakan pengertian dan rumus pengujian validitas dan reliabilitas, yaitu:
3.7.1
Pengujian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen, dimana instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan Arikunto, 2010: 211. Menurut Gay 1983 dalam Sukardi 2011: 121 suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen yang
digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid
memiliki validitas rendah. Instrumen yang baik harus mempunyai validitas internal dan eksternal. Instrumen yang mempunyai validitas internal atau rasional,
jika kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional teoritis telah mencerminkan apa yang diukur Sugiyono, 2010: 174.
Hal yang pertama dilakukan yakni uji validitas isi yang akan memberitahu hasil pemikiran yang
57 dilakukan apakah sesuai dengan kaidah penyusunan alat tes. Selanjutnya, diujikan
dengan validitas empiris untuk memberitahu hasil pengujian alat tes berdasarkan pengalaman di lapangan berupa uji coba instrumen. Pengertian validitas logis dan
empiris yaitu sebagai berikut:
3.7.1.1 Validitas Isi
Validitas isi merupakan validitas yang diperkirakan lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh para ahli
Azwar, 2012: 42. Validitas isi mencakup validitas logis dan validitas tampang. Validitas logis merupakan validitas sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan
valid berdasarkan hasil penalaran Arikunto, 2012: 80. Sedangkan validitas tampang merupakan validitas yang didasarkan pada penilaian terhadap format
penampilan tes dan kesesuaian konteks aitem dengan tujuan ukur tes Azwar, 2012: 43.
Pada penelitian ini validitas isi akan diuji oleh penilai ahli yaitu dosen pembimbing, dan guru kelas V SD Negeri Debong Kidul Kota Tegal. Penilaian
yang dilakukan berupa kesesuaian butir-butir soal dengan kisi-kisi soalnya. Berdasarkan hasil penilaian dari penilai ahli, instrumen dinyatakan sudah layak
digunakan sebagai instrumen penelitian untuk pengambilan data. Lembar validasi butir soal dapat dibaca pada Lampiran 15.
3.7.1.2 Validitas Empiris Empirical Validity
Berdasarkan pendapat Arikunto 2012: 81, pengujian validitas empiris dilakukan dengan pengujian di lapangan untuk mengetahui hasilnya berdasarkan
pengalaman penggunaan instrumen yang telah diuji validitas logisnya. Pengujian
58 lebih lanjutnya yaitu dengan membandingkan kondisi instrumen yang
bersangkutan dengan kriterium. Arikunto 2012: 85 menerangkan bahwa untuk mengetahui nilai kesejajaran instumen tes dengan kriteriumnya, dapat
menggunakan rumus korelasi product moment yang ditemukan oleh Pearson. Instrumen
diujikan kepada
responden yang
bukan responden
sesungguhnya. Langkah ini bisa disebut dengan uji coba instrumen. Uji coba ini akan dilaksanakan kepada responden kelas VI A SD Negeri Debong Kidul
Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal. Dengan alasan siswa tersebut telah mendapatkan pembelajaran membaca pemahaman ketika mereka duduk di kelas
V. Uji coba instrumen dilakukan, pada kelas uji coba dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa.
Berdasarkan data nilai hasil belajar siswa kelas uji coba, maka dilakukan uji validitas instrumen menggunakan rumus Bivariate pearson. Untuk
mempermudah perhitungan tanpa mempengaruhi hasil, peneliti menggunakan bantuan program Software Statistical Product and Service Solution SPSS versi
20. Untuk mencari validitas dalam SPSS 20 ini menggunakan menu Analyze –
Correlate – Bivarate. Pengambilan keputusan pada uji validitas dilakukan dengan
batasan r
tabel
dengan signifikansi 0,05 dan uji dua sisi. Untuk batasan r
tabel
dengan jumlah n = 40 didapat r
tabel
sebesar 0.312
pada tabel r. Jika nilai korelasi lebih dari batasan yang ditentukan maka item dianggap valid, sedangkan jika kurang dari
batasan yang ditentukan maka item dianggap tidak valid. Kriterianya yaitu butir soal dikatakan valid jika r
xy
≥ r
tabel
pada taraf signifikansi 0,05, maka hasil r
xy
pada butir tertentu dinyatakan valid dan jika r
xy
r
tabel
, maka hasil r
xy
pada butir
59 tertentu dinyatakan tidak valid. Hasil output validitas soal menggunakan SPSS 20
dapat dibaca pada Lampiran 12. Adapun rekap data hasil perhitungan SPSS 20 dapat dibaca pada Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3. Rekap Hasil Uji Validitas Soal Tes Uji Coba dengan r
tabel
= 0,312; Taraf Signifikansi = 0,05 dan n= 40 Nomor
Butir Soal
Pearson Correlation
Kriteria 1
.435 Valid
2 .035
tidak valid 3
-.174 tidak valid
4 .587
Valid 5
.020 tidak valid
6 .211
tidak valid 7
.079 tidak valid
8 .467
Valid 9
.037 tidak valid
10 .442
Valid 11
.327 Valid
12 .366
Valid 13
.437 Valid
14 -.172
tidak valid 15
.162 tidak valid
16 .077
tidak valid 17
.558 Valid
18 .111
tidak valid 19
.137 tidak valid
20 .219
tidak valid 21
.439 Valid
22 .441
Valid 23
.515 Valid
24 .272
tidak valid 25
.434 Valid
Nomor Butir
Soal Pearson
Correlation Kriteria
26 -.009
tidak valid 27
-.284 tidak valid
28 .403
Valid 29
-.054 tidak valid
30 .258
tidak valid 31
.422 Valid
32 .435
Valid 33
.117 tidak valid
34 .268
tidak valid 35
.277 tidak valid
36 .355
Valid 37
.248 tidak valid
38 .446
Valid 39
.292 tidak valid
40 .450
Valid 41
.435 Valid
42 .202
tidak valid 43
.529 Valid
44 -.196
tidak valid 45
.416 Valid
46 .666
Valid 47
.392 Valid
48 .554
Valid 49
.294 tidak valid
50 .536
Valid Dari Tabel 3.3 dapat disimpulkan bahwa, dari 50 soal uji coba terdapat 25
soal yang memenuhi kriteria valid, yaitu nomor: 1, 4, 8, 10, 11, 12, 13, 17, 21, 22, 23, 25, 28, 31, 32, 36, 38, 40, 41, 43, 45, 46, 47, 48, dan 50. Sedangkan soal yang
60 tidak valid terdapat 25 soal, yaitu nomor: 2, 3, 5, 6, 7, 9, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 24,
26, 27, 29, 30, 33, 34, 35, 37, 39, 42, 44, dan 49.
3.7.2
Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi instrumen dapat diandalkan Arikunto, 2010: 221. Untuk
mengetahui reliabilitas tes yang berbentuk pilihan ganda digunakan rumus Kuder dan Richardson KR-21. KR-21 digunakan untuk mengetahui relaibilitas soal
yang mempunyai jawaban benar atau salah, dengan kriteria bila benar bernilai 1 dan salah bernilai 0 Sugiyono, 2012: 180. Setelah instrumen diuji validitasnya,
langkah selanjutnya yaitu menguji reliabilitas instrumen. Item yang valid dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan rumus Kuder dan Richardson KR-21.
Berdasarkan hasil penghitungan menggunakan rumus Kuder dan Richardson KR-21 diperoleh r
hitung
sebesar 0,956, sedangkan r
tabel
yaitu 0,312. Jika hasil r
hitung
dibandingkan dengan r
tabel
diperoleh r
hitung
r
tabel
0,956 0,312, maka semua butir soal yang valid dinyatakan reliabel.
3.7.3
Analisis Butir Soal
Berdasarkan pendapat Arikunto 2012: 222, analisis butir soal bertujuan mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang jelek.
Analisis butir soal tersebut berupa perhitungan taraf kesukaran dan daya pembeda soal. Pengertian taraf kesukaran dan daya pembeda yaitu sebagai berikut:
3.7.3.1 Taraf Kesukaran
Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas soal yang baik, di samping memenuhi validitas dan reliabilitas, adalah adanya keseimbangan dari
61 tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksudkan adalah adanya
soal-soal yang termasuk mudah, sedang, sukar secara proporsional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam
menjawabnya, bukan dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal Sudjana, 2011: 135. Pada saat penyusunan instrumen soal, peneliti menentukan taraf kesukaran
seperti yang tercantum dalam kisi-kisi soal. Namun setelah soal diujicobakan, tetap dilakukan analisis taraf kesukaran soal berdasarkan hasil ujicoba yang
diperoleh. Hasil perhitungan taraf kesukaran soal selengkapnya ada pada lampiran 17. Setiap butir soal yang valid dihitung taraf kesukarannya. Hasil perhitungan ini
berdasarkan hasil uji coba yang dilaksanakan sebelumnya. Ringkasan hasil analisis taraf kesukaran butir soal dapat dibaca pada Tabel 3.5. Untuk mengetahui
tingkat kesukaran soal tes menggunakan rumus Sudjana, 2011: 137:
Keterangan: I
= Indeks Kesukaran B
= Banyaknya jumlah siswa yang menjawab benar N
= Jumlah peserta tes Pada tahap analisis ini, instrumen yang dihitung tingkat kesukarannya
yaitu instrumen yang berbentuk pilihan ganda. Peneliti menggunakan perhitungan manual untuk mencari tingkat kesukaran soal. Rekapitulasi tingkat kesukaran soal
dapat dibaca pada Tabel 3.5.
62 Tabel 3.5 Analisis Tingkat Kesukaran Soal
Nomor Butir
Soal P
Taraf Kesukaran
1 0.75
Mudah 2
0.675 Sedang
3 0.475
Sedang 4
0.3 Sukar
5 0.725
Mudah 6
0.375 Sedang
7 0.475
Sedang 8
0.3 Sukar
9 0.725
Mudah 10
0.525 Sedang
11 0.5
Sedang 12
0.25 Sukar
13 0.775
Mudah 14
0.6 Sedang
15 0.375
Sedang 16
0.275 Sukar
17 0.725
Mudah 18
0.525 Sedang
19 0.375
Sedang 20
0.2 Sukar
21 0.825
Mudah 22
0.625 Sedang
23 0.35
Sedang 24
0.275 Sukar
25 0.725
Mudah Nomor
Butir Soal
P Taraf
Kesukaran 26
0.425 Sedang
27 0.625
Sedang 28
0.225 Sukar
29 0.775
Mudah 30
0.55 Sedang
31 0.375
Sedang 32
0.2 Sukar
33 0.9
Mudah 34
0.525 Sedang
35 0.4
Sedang 36
0.3 Sukar
37 0.775
Mudah 38
0.4 Sedang
39 0.375
Sedang 40
0.225 Sukar
41 0.75
Mudah 42
0.375 Sedang
43 0.525
Sedang 44
0.275 Sukar
45 0.75
Mudah 46
0.375 Sedang
47 0.625
Sedang 48
0.275 Sukar
49 0.425
Sedang 50
0.3 Sukar
Berdasarkan Tabel 3.5. soal yang valid dan reliabel terdiri dari 7 soal mudah, 9 soal sedang, dan 9 soal sukar. Jumlah soal yang akan digunakan dalam
penelitian yaitu 20 soal dengan komposisi 30 soal mudah, 40 soal sedang, dan 30 soal sulit. Untuk soal mudah yaitu nomor 1, 13, 17, 21, 25, dan 45. Soal
sedang yaitu nomor 10, 11, 22, 23, 31, 38, 46, dan 47. Sedangkan untuk soal sulit yaitu nomor 4, 12, 28, 40, 48, dan 50.
63
3.7.3.2 Daya Pembeda
Arikunto 2012: 226 menjelaskan bahwa “daya pembeda soal adalah
kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan bodoh
”. Setelah dilakukan uji coba, setiap butir soal dicari daya pembedanya. Daya beda soal berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Soal dengan daya beda 0,00-
0,20 dikategorikan jelek, 0,21-0,40 dikategorikan cukup, 0,41-0,70 dikategorikan baik dan 0,71-1,00 dikategorikan baik sekali. Hasil perhitungan daya beda soal
selengkapnya pada lampiran 16. Besarnya daya pembeda yaitu indeks diskriminasi bersimbol D. Untuk menentukan besarnya D, Arikunto 2012: 228-
229, menggunakan rumus berikut:
Dimana: J = jumlah peserta tes
J
A
= banyaknya peserta kelompok atas J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar P
A
= proporsi kelompok atas yang menjawab benar P
B
= proporsi kelompok bawah yang menjawab benar Pada tahap analisis ini, instrumen yang dihitung daya pembedanya yaitu
instrumen yang berbentuk pilihan ganda. Peneliti menggunakan perhitungan manual untuk mencari daya pembeda soal. Rekapitulasi daya pembeda soal dapat
64 dibaca pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Hasil penghitungan Daya Pembeda Soal Nomor
Butir Soal
D Kriteria Daya
Beda 1
0.5 Baik
2 0.05
Jelek 3
-0.15 Jelek Sekali
4 0.6
Baik 5
-0.05 Jelek Sekali
6 0.05
Jelek 7
-0.05 Jelek Sekali
8 0.3
Cukup 9
0.05 Jelek
10 0.35
Cukup 11
0.3 Cukup
12 0.3
Cukup 13
0.25 Cukup
14 -0.2
Jelek Sekali 15
0.15 Jelek
16 0,05
Jelek 17
0.45 Baik
18 0.15
Jelek 19
0.15 Jelek
20 0,00
Jelek Sekali 21
0.35 Cukup
22 0.45
Baik 23
0.4 Cukup
24 0.25
Cukup 25
0.35 Cukup
Nomor Butir
Soal D
Kriteria Daya Beda
26 -0.05
Jelek Sekali 27
-0.35 Jelek Sekali
28 0.25
Cukup 29
-0.15 Jelek Sekali
30 0.2
Jelek 31
0.45 Baik
32 0.3
Baik 33
0,00 Jelek
34 0.35
Cukup 35
0.3 Cukup
36 0.4
Cukup 37
0.15 Jelek
38 0.4
Cukup 39
0.25 Cukup
40 0.25
Cukup 41
0.3 Cukup
42 0.35
Cukup 43
0.35 Cukup
44 -0.15
Jelek Sekali 45
0.3 Cukup
46 0.55
Baik 47
0.25 Cukup
48 0.45
Cukup 49
0.35 Cukup
50 0.4
Cukup Berdasarkan hasil pada Tabel 3.6. pada soal yang valid dan reliabel yang
berjumlah 25 soal terdapat 0 soal yang berdaya beda jelek, 18 soal cukup, dan 7 soal baik. Soal yang dapat digunakan sebagai instrumen harus minimal berdaya
beda cukup. Jadi 25 soal dapat digunakan berdasarkan daya beda.
65
3.8 Analisis Data