Uji Hipotesis ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

116 Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden termasuk ke dalam kategori yang menunjukkan prestasi kerja karyawan yang rendah. Hal ini ditunjukkan dari jumlah karyawan yang menunjukkan prestasi kerja yang rendah berjumlah 73 karyawan atau sebesar 76,0, Sedangkan karyawan yang menunjukkan prestasi kerja yang tinggi dan cukup masing-masing berjumlah 21 orang dan 2 orang, atau sebesar 21,9 dan 2,1. Sebagian besar responden yang menunjukkan prestasi kerja yang rendah dikarenakan karyawan tersebut sering bergerombol pada saat bekerja, memiliki stamina yang kurang faktor usia, tidak dapat merawat sarana dan prasarana kerja dengan baik, memiliki product knowladge yang kurang, kurang memberikan support dengan bagian lain yang membutuhkan.

B. Uji Hipotesis

1. Uji Prasarat Uji persyaratan analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Beberapa teknik analisis data menuntut uji persyaratan analisis. Analisis varian mempersyaratkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan linier. 117 a. Uji Normalitas Uji normalitas ini digunakan rumus uji satu sampel dari Kolmogorov-Smirnov, yaitu tingkat kesesuaian antara distribusi harga satu sampel skor observasi dan distribusi teoritisnya. Uji ini menetapkan suatu titik dimana teoritis dan yang terobservasi mempunyai perbedaan terbesar, artinya distribusi sampling yang diamati benar-benar merupakan observasi suatu sampel random dari distribusi teoritis Ghozali, 2002. Alat statistik untuk pengujian normalitas data penelitian ini adalah tes Kolmogorov-Smirnov. Berikut ini adalah analisis data uji normalitas dengan menggunakan SPSS 13 : Tabel V.9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Motivasi Disiplin Kompensasi Prestasi N 96 96 96 96 Normal Parametersa,b Mean 31.7396 35.7396 32.2708 2.1301 Std. Deviation 4.76665 4.30482 6.26516 .16179 Most Extreme Differences Absolute .095 .096 .109 .129 Positive .082 .089 .109 .128 Negative -.095 -.096 -.103 -.129 Kolmogorov-Smirnov Z .928 .941 1.065 1.260 Asymp. Sig. 2-tailed .355 .338 .207 .083 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013 118 Tabel V.10 Rangkuman Uji Normalitas No Variabel Asymp Sig2-tailed α Kesimpulan 1 Motivasi Kerja 0,355 0,05 Normal 2 Disiplin Kerja 0,338 0,05 Normal 3 Keadilan Kompensasi 0,270 0,05 Normal 4 Prestasi Kerja 0,083 0,05 Normal Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013 Tabel menunjukkan bahwa nilai probabilitas variabel motivasi kerja = 0,355, variabel disiplin kerja = 0,338, variabel keadilan kompensasi =0,270, dan variabel prestasi kerja = 0,083. Nilai-nilai tersebut lebih besar dari nilai α = 0,05 maka hal tersebut menunjukkan bahwa distribusi data penelitian keempat variabel penelitian ini adalah berdistribusi normal. b. Uji Linieritas Uji linieritas merupakan uji prasyarat yang biasanya dilakukan jika akan melakukan analisis korelasi. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel secara signifikan mempunyai hubungan yang linier atau tidak. Uji linieritas ini digunakan dengan analisis varians dengan menggunakan rumus F. 119 1 Motivasi Kerja dengan Prestasi Kerja Karyawan Tabel V.11 ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Prestasi Motivasi Between Groups Combined 1.335 20 .067 4.345 .000 Linearity .801 1 .801 52.178 .000 Deviation from Linearity .533 19 .028 1.827 .035 Within Groups 1.152 75 .015 Total 2.487 95 Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013 Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung variabel motivasi kerja dengan variabel prestasi kerja = 1,827 lebih kecil dari F tabel = 2,47 penentuan F tabel : dengan menggunakan rumus : df 1 = jumlah variabel – 1, dan df 2 = jumlah data – jumlah variabel – 1, dengan tingkat keyakinan 95, α = 5, sehingga hubungan variabel motivasi kerja dengan prestasi kerja bersifat linier. 2 Disiplin Kerja dengan Prestasi Kerja Karyawan Tabel V.12 ` ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Prestasi Disiplin Between Groups Combined 1.177 18 .065 3.844 .000 Linearity .647 1 .647 38.043 .000 Deviation from Linearity .530 17 .031 1.832 .039 Within Groups 1.310 77 .017 Total 2.487 95 Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013 120 Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung variabel disiplin kerja dengan variabel prestasi kerja = 1,832 lebih kecil dari F tabel = 2,47 penentuan F tabel : dengan menggunakan rumus : df 1 = jumlah variabel – 1, dan df 2 = jumlah data – jumlah variabel – 1, dengan tingkat keyakinan 95, α = 5, sehingga hubungan variabel disiplin kerja dengan prestasi kerja bersifat linier. 3 Keadilan Kompensasi dengan Prestasi Kerja Karyawan Tabel V.13 ANOVA Table Sum of Squares df Mean Square F Sig. Prestasi Kompensasi Between Groups Combined 1.463 21 .070 5.034 .000 Linearity .771 1 .771 55.735 .000 Deviation from Linearity .692 20 .035 2.422 .034 Within Groups 1.024 74 .014 Total 2.487 95 Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013 Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung variabel keadilan kompensasi dengan variabel prestasi kerja = 1,422 lebih kecil dari F tabel = 2,47 penentuan F tabel : dengan menggunakan rumus : df 1 = jumlah variabel – 1, dan df 2 = jumlah data – jumlah variabel – 1, dengan tingkat keyakinan 95, α = 5, sehingga hubungan variabel kompensasi dengan prestasi kerja bersifat linier. 2. Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya 121 gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE best linear unbiased estimator yakni tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi Sudrajat 1988 : 164. a. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Metode pengujian yang biasa digunakan yaitu dengan melihat nilai inflation Factor VIF dan Tolerance lebih dari 0,1 maka model regresi bebas dari multikolinearitas. Tabel V.14 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant .999 .115 8.666 .000 Motivasi .012 .003 .345 3.399 .001 .485 2.064 Disiplin .016 .003 .422 5.863 .000 .966 1.035 Kompensasi .006 .003 .232 2.264 .026 .477 2.098 a Dependent Variable: Prestasi Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013 122 Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai VIF variabel motivasi adalah sebesar 2,064, dan nilai Tolerance variabel motivasi adalah sebesar 0,485. Nilai VIF variabel disiplin adalah sebesar 1,035, dan nilai Tolerancenya adalah sebesar 0,966. Nilai VIF variabel kompensasi adalah sebesar 2,098, dan nilai Tolerance variabel kompensasi adalah sebesar 0,477. Ketiga variabel tersebut memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan nilai Tolerance lebih dari 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas. b. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk menguji hal tersebut. Dalam kasus ini, peneliti menggunakan metode uji korelasi spearman. Berikut ini adalah hasil analisis dengan SPSS 13 : 123 Tabel V.15 Correlations Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013 Hasil analisis pertama diperoleh koefisien korelasi r hitung sebesar -0,076 dengan probabilitas ρ sebesar 0,460. Nilai probabilitas dalam tabel diatas ρ = 0,460 α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel Motivasi kerja. Hasil analisis kedua diperoleh koefisien korelasi r hitung sebesar -0,123 dengan probabilitas ρ sebesar 0,233. Nilai probabilitas dalam tabel diatas ρ = 0,233 α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel disiplin kerja. Unstandardized Residual Motivasi Disiplin Kompensasi Spear mans rho Unstandardized Residual Correlation Coefficient 1.000 -.076 -.123 .055 Sig. 2-tailed . .460 .233 .593 N 96 96 96 96 Motivasi Correlation Coefficient -.076 1.000 .148 .652 Sig. 2-tailed .460 . .150 .000 N 96 96 96 96 Disiplin Correlation Coefficient -.123 .148 1.000 .233 Sig. 2-tailed .233 .150 . .022 N 96 96 96 96 Kompensasi Correlation Coefficient .055 .652 .233 1.000 Sig. 2-tailed .593 .000 .022 . N 96 96 96 96 124 Hasil analisis ketiga diperoleh koefisien korelasi r hitung sebesar 0,055 dengan probabilitas ρ sebesar 0,593. Oleh karena nilai probabilitas ρ = 0,593 α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel kompensasi karyawan. c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah model regresi ada korelasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode sebelumnya t-1. Model regresi yang baik adalah yang tidak adanya masalah autokorelasi. Metode pegujian yang digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson uji DW. Pengambilan keputusan pada uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut : 1. du dw 4 – du maka H diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi. 2. dw dl atau dw 4 – dl maka H ditolak, artinya terjadi autokorelasi. 3. dl dw atau 4 – du dw 4 – dl, artinya tidak ada kepastian atau kesimpulan yang pasti. Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson, berikut ini adalah penyajian data menggunakan SPSS 13 : 125 Tabel V.16 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .735a .540 .525 .11149 1.762 a Predictors: Constant, Kompensasi, Disiplin, Motivasi b Dependent Variable: Prestasi Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013 Dapat diketahui bahwa nilai Durbin Watson adalah sebesar 1,762. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data n = 96, serta k = 3 k adalah jumlah variabel independen diperoleh nilai dl sebesar 1,6039 dan du sebesar 1,7326. Dengan ini maka didapat 4 – du = 2,2674 dan 4 – dl = 2,3961. Karena nilai DW 1,762 berada pada daerah antara du dan 4-du dudw4 – du, maka H diterima, artinya tidak terjadi autokorelasi pada variabel motivasi kerja, disiplin kerja, dan kompensasi. 126 Tabel V.17 Rangkuman Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik Kesimpulan Multikolinieritas Tidak terjadi Heteroskedastisitas Tidak terjadi Autokorelasi Tidak terjadi Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013 127 3. Regresi Berganda Berikut ini adalah hasil output analisis Regresi Berganda : Tabel V.18 Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .999 .115 8.666 .000 Motivasi .012 .003 .345 3.399 .001 Disiplin .016 .003 .422 5.863 .000 Kompensasi .006 .003 .232 2.264 .026 a Dependent Variable: Prestasi Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013 Jumlah total nilai Beta β seluruh variabel : 0,345 + 0,422 + 0,232 = 0,999 a. Motivasi Kerja Rumusan hipotesis Ho = Motivasi Kerja tidak berkontribusi secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan Ha = Motivasi Kerja berkontribusi secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan Kolom Standardized Coefficient menunjukkan Nilai Beta β pada variabel motivasi sebesar 0,345 yang artinya bahwa motivasi kerja berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 0,345 : 0,999 x 100 = 34,5 sedangkan untuk menguji apakah kontribusi 128 tersebut signifikan atau tidak dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom Sig ρ. Hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan program SPSS 13 ingin menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 3.399, sedangkan nilai t tabel dengan derajat kebebasan df n-k- 1 atau 96 – 3 – 1 = 92 n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen sebesar 1,986. Hal ini berarti nilai t hitung ≥ t tabel 3,399 ≥ 1,986 dan dapat diartikan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Untuk menguji signifikansinya dapat juga dilihat dari kolom Sig. Probabilitas ditunjukkan dengan nilai 0.001 yang berarti nilai ini berada di bawah taraf signifikan 5 0,05, oleh karena Sig ≤ 0,05 0,001 ≤ 0,05 maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Motivasi kerja berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 34,5 129 b. Disiplin Kerja Rumusan hipotesis Ho = Disiplin Kerja tidak berkontribusi secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan Ha = Disiplin Kerja berkontribusi secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan Kolom Standardized Coefficient menunjukkan Nilai Beta β pada variabel disiplin sebesar 0,422 yang artinya bahwa disiplin kerja berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 0,422 : 0,999 x 100 = 42,2 sedangkan untuk menguji apakah kontribusi tersebut signifikan atau tidak dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom Sig ρ. Hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan program SPSS 13 ingin menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 5,863, sedangkan nilai t tabel dengan derajat kebebasan df n-k- 1 atau 96 – 3 – 1 = 92 n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen sebesar 1,986. Hal ini berarti nilai t hitung ≥ t tabel 5,863 ≥ 1,986 dan dapat diartikan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya disiplin kerja berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Untuk menguji signifikansinya dapat juga dilihat dari kolom Sig. Probabilitas ditunjukkan dengan nilai 0.000 yang berarti nilai ini 130 berada di bawah taraf signifikan 5 0,05, oleh karena Sig ≤ 0,05 0,000 ≤ 0,05 maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya disiplin kerja berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya disiplin kerja berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Disiplin kerja berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 42,2. c. Keadilan Kompensasi Rumusan hipotesis Ho = Keadilan Kompensasi tidak berkontribusi secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan Ha = Keadilan Kompensasi berkontribusi secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan Kolom Standardized Coefficient menunjukkan Nilai Beta β pada variabel kompensasi sebesar 0,232 yang artinya bahwa kompensasi berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 0,232 : 0,999 x 100 = 23,2 sedangkan untuk menguji apakah kontribusi tersebut signifikan atau tidak dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom Sig ρ. 131 Hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan program SPSS 13 ingin menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar 2,264, sedangkan nilai t tabel dengan derajat kebebasan df n-k- 1 atau 96 – 3 – 1 = 92 n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen sebesar 1,986. Hal ini berarti nilai t hitung ≥ t tabel 2,264 ≥ 1,986 dan dapat diartikan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya kompensasi berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Untuk menguji signifikansinya dapat juga dilihat dari kolom Sig. Probabilitas ditunjukkan dengan nilai 0.026 yang berarti nilai ini berada di bawah taraf signifikan 5 0,05, oleh karena Sig ≤ 0,05 0,026 ≤ 0,05 maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya keadilan kompensasi berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya keadilan kompensasi berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. kompensasi berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 23,2. 132 d. Motivasi Kerja, Disiplin Kerja dan Keadilan Kompensasi Rumusan hipotesis : Ho = Motivasi Kerja, Disiplin Kerja dan Keadilan Kompensasi tidak berkontribusi secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan. Ha = Motivasi Kerja, Disiplin Kerja dan Keadilan Kompensasi berkontribusi secara signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan. Tabel V.19 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .735a .540 .525 .11149 1.762 a Predictors: Constant, Kompensasi, Disiplin, Motivasi b Dependent Variable: Prestasi Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013 Hasil perhitungan yang dilakukan dengan berdasarkan program SPSS 13 menunjukkan bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,525. Hal ini berarti motivasi kerja, disiplin kerja dan keadilan kompensasi secara bersama-sama berkontribusi sebesar 52,5 terhadap prestasi kerja karyawan, sedangkan variabel lain di luar model berkontribusi sebesar 47,5. 133 Tabel V.20 ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 1.343 3 .448 36.023 .000a Residual 1.143 92 .012 Total 2.487 95 a Predictors: Constant, Kompensasi, Disiplin, Motivasi b Dependent Variable: Prestasi Sumber: Data Primer, diolah tahun 2013 Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh harga F hitung sebesar 36,023, sementara F tabel pada df 1 jumlah variabel – 1 atau 4-1 = 3 dan df 2 n-k-1 atau 96-3-1 = 92 n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen adalah sebesar 2,70 sehingga kriteria pengujian hipotesisnya 36,023 ≥ 2,70 F hitung ≥ F tabel yaitu Ha diterima, dengan demikian hipotesis keempat menyatakan motivasi kerja, disiplin kerja dan keadilan kompensasi bersama-sama berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Untuk menguji signifikansinya dapat juga dilihat dari kolom Sig. Probabilitas ditunjukkan dengan nilai 0.000 yang berarti nilai ini berada di bawah taraf signifikan 5 0,05, oleh karena Sig ≤ 0,05 0,000 ≤ 0,05 maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya motivasi kerja, disiplin kerja, dan keadilan kompensasi berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya motivasi kerja, disiplin kerja dan 134 kompensasi berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Motivasi kerja, disiplin kerja dan keadilan kompensasi berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 52,5. 4. Pembahasan a. Kontribusi Motivasi Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan Berdasarkan hasil analisis deskripsi data motivasi kerja, dari 96 responden, 68 responden atau sebanyak 70,8 memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja, sedangkan 18 responden atau sebanyak 18,8 dan 10 responden atau sebanyak 10,4 memiliki motivasi kerja yang cukup dan rendah. Selain itu pula, dari hasil analisis deskripsi data prestasi kerja karyawan dapat ditunjukkan dari 96 responden, 73 karyawan atau sebesar 76,0 memiliki prestasi kerja yang rendah, sedangkan karyawan yang menunjukkan prestasi kerja yang tinggi dan cukup masing-masing berjumlah 21 orang dan 2 orang, atau sebesar 21,9 dan 2,1. Motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan, hal tersebut terlihat dari data hasil analisis dengan menggunakan program SPSS 13. Dari data tersebut dapat dilihat kolom Sig. Probabilitas ditunjukkan dengan nilai 0.001 yang berarti nilai ini berada di bawah taraf signifikan 5 0,05, oleh karena Sig ≤ 0,05 0,001 ≤ 0,05 maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Dari hasil analisis tersebut itu pula dapat 135 ditunjukkan motivasi kerja berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 34,5 dengan melihat kolom Standardized Coefficient hasil pengujian regresi berganda yang menunjukkan Nilai Beta β pada variabel motivasi sebesar 0,345 maka 0,345 : 0,999 x 100 = 34,5. Dari kedua hasil deskripsi analisis mengenai data motivasi kerja dan prestasi kerja karyawan sebagian besar jawaban responden menyatakan bahwa motivasi kerja mendukung peningkatan prestasi kerja karyawan di PT Mirota Kampus Jalan Solo Babarsari Yogyakarta. Hal tersebut didukung dari data hasil analisis regresi berganda yang menyatakan bahwa motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Motivasi kerja berkontribusi untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan sebesar 34,5. Sebagian besar karyawan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja. Hal tersebut dapat terjadi apabila supervisor dan karyawan dapat saling berkolaborasi untuk menciptakan suasana kerja yang harmonis, selain itu juga karyawan merasa terjamin pada saat bekerja di perusahaan ini. Adanya serikat pekerja yang yang terkoordinasi secara matang merupakan salah satu faktor yang dapat memotivasi kinerja para karyawan di perusahaan tersebut, dalam prakteknya dari segi pemberian reward atau pemenuhan kebutuhan realisasi diri, kebutuhan ini secara nyata terpenuhi. Para karyawan mendapatkan 136 perhatian lebih dengan memberikan pujian atau reward dari supervisor apabila kinerja yang diberikan kepada perusahaan dapat terpenuhi dengan baik, hal tersebut juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan karyawan memiliki motivasi yang tinggi. Setelah mereview kembali kuisioner yang ada, kebanyakan karyawan yang memiliki motivasi rendah dalam bekerja merasa diri kurang terpuaskan oleh beberapa tingkat pemenuhan kebutuhan, diantaranya yaitu pemenuhan, kebutuhan egoistis, kebutuhan realisasi diri dan terkhusus pemenuhan kebutuhan kasih sayang. Karyawan yang memiliki motivasi rendah cenderung menutup diri dan memungkinkan karyawan tersebut tidak diterima menjadi anggota kelompok informal, dalam keadaan semacam ini karyawan yang memiliki motivasi rendah tidak dapat bekerja dengan baik, untuk dapat mengatasi hal tersebut peran serikat pekerja sangatlah penting. Serikat pekerja harus lebih terbuka untuk dapat merangkul karyawan secara keseluruhan. Apabila hal tersebut dapat dilakukan oleh serikat pekerja diharapkan karyawan secara keseluruhan dapat memiliki motivasi yang tinggi. Menurut Abraham H. Maslow, dalam memotivasi bawahan supervisor dapat memilih mengutamakan kebutuhan primer kebutuhan fisiologis, dan rasa aman dari karyawan, mengutamakan kebutuhan sekunder kebutuhan kasih sayang, penghargaanegoistis, 137 dan realisasi diri, atau mengutamakan semua kebutuhan karyawan baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder. Teori lima hirarki kebutuhan untuk memotivasi seseorang menurut Abraham H Maslow, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di PT Mirota Kampus Babarsari Yogyakarta. Motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan prestasi kerja karyawan sebesar 34,5. Tingginya motivasi kerja akan meningkatkan prestasi kerja karyawan. Apabila perusahaan mampu mengutamakan seluruh kebutuhan karyawan baik kebutuhan primer kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman maupun sekunder kebutuhan kasih sayang, kebutuhan egoistispenghargaan dan kebutuhan realisasi diri, hal tersebut dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. b. Kontribusi Disiplin Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan Berdasarkan hasil analisis deskripsi data disiplin kerja, dari 96 responden yang ada. Data tersebut ingin menunjukkan sebanyak 75 responden atau sebesar 78,1 memiliki disiplin tinggi dalam bekerja, 19 responden atau sebesar 19,8 memiliki disiplin yang cukup dalam bekerja, 2 responden atau sebesar 2,1 memiliki disiplin yang redah. Dari hasil analisis deskripsi data prestasi kerja karyawan dapat ditunjukkan dari 96 responden, 73 karyawan atau sebesar 76,0 memiliki prestasi kerja yang rendah, sedangkan karyawan yang 138 menunjukkan prestasi kerja yang tinggi dan cukup masing-masing berjumlah 21 orang dan 2 orang, atau sebesar 21,9 dan 2,1. Disiplin kerja berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan, hal tersebut terlihat dari data hasil analisis dengan menggunakan program SPSS 13. Dari data tersebut dapat dilihat kolom Sig. Probabilitas ditunjukkan dengan nilai 0.000 yang berarti nilai ini berada di bawah taraf signifikan 5 0,05, oleh karena Sig ≤ 0,05 0,000 ≤ 0,05 maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya disiplin kerja berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Dari hasil analisis tersebut itu pula dapat ditunjukkan disiplin kerja berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 42,2 dengan melihat kolom Standardized Coefficient hasil pengujian regresi berganda yang menunjukkan Nilai Beta β pada variabel disiplin sebesar 0,422 yang artinya bahwa disiplin kerja berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 0,422 : 0,999 x 100 = 42,2. Dari kedua hasil deskripsi analisis mengenai data disiplin kerja dan prestasi kerja karyawan sebagian besar jawaban responden menyatakan bahwa disiplin kerja mendukung peningkatan prestasi kerja karyawan di PT Mirota Kampus Jalan Solo Babarsari Yogyakarta. Hal tersebut didukung dari data hasil analisis regresi berganda yang menyatakan bahwa disiplin kerja berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. disiplin kerja 139 berkontribusi untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan sebesar 42,2. Sebagian besar karyawan memiliki kesadaran yang tinggi akan suatu sikap saling menghormati, saling menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang berbentuk lisan ataupun tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksi apabila karyawan tersebut melanggar tugas dan wewenang yang diberikannya. Dengan adanya tujuan yang jelas prioritas utama untuk mencapai target laba perusahaan serta job description yang jelas, karyawan memiliki kesadaran yang tinggi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh serta disiplin dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh supervisor. Faktor kepemimpinan seorang supervisor sangat penting dalam memberikan efek disiplin kerja kepada para karyawannya. Supervisor harus selalu melakukan pembinaan mengenai disiplin kerja secara terus-menerus di perusahaan ini. 2 responden atau sebanyak 2,1 cenderung memiliki disiplin yang rendah hal tersebut dikarenakan karyawan tersebut cenderung berlama-lama dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diberikan oleh supervisor. Peran controling dari pihak supervisor sangatlah penting untuk mengatasi hal semacam 140 ini, diharapkan dengan adanya peran controlling yang teratur dan stabil dapat menanggulangi tingkat kedisiplinan yang rendah. Menurut Sastrohadiwiryo 2005:290 agar kelangsungan perusahaan terjaga dan produktivitas mencapai target yang diharapkan, tenaga kerja perlu memperoleh pembinaan disiplin kerja yang langgeng dan merupakan fungsi yang harus dilaksanakan manajemen tenaga kerja maupun manajemen pada semua hirarki perusahaan. Sastrohadiwiryo 2005:290 menyatakan bahwa Disiplin kerja merupakan suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi- sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di PT Mirota Kampus Babarsari Yogyakarta. Disiplin kerja berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan prestasi kerja karyawan sebesar 42,2. Tingginya disiplin kerja akan meningkatkan prestasi kerja karyawan. Tingginya disiplin kerja mencakup kesadaran akan suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila karyawan melanggar tugas dan 141 wewenang yang diberikan kepadanya, hal tersebut dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan. c. Kontribusi Keadilan Kompensasi terhadap Prestasi Kerja Karyawan Berdasarkan hasil analisis deskripsi data keadilan kompensasi, dari 96 responden, 66 responden atau sebanyak 68,8 keadilan kompensasi tinggi, 17 responden atau sebanyak 17,7 keadilan kompensasi berada di taraf cukup, 13 responden atau sebanyak 13,5 keadilan kompensasi rendah. Dari hasil analisis deskripsi data prestasi kerja karyawan dapat ditunjukkan dari 96 responden, 73 karyawan atau sebesar 76,0 memiliki prestasi kerja yang rendah, sedangkan karyawan yang menunjukkan prestasi kerja yang tinggi dan cukup masing-masing berjumlah 21 orang dan 2 orang, atau sebesar 21,9 dan 2,1. Keadilan kompensasi berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan, hal tersebut terlihat dari data hasil analisis dengan menggunakan program SPSS 13. Dari data tersebut dapat dilihat kolom Sig. Probabilitas ditunjukkan dengan nilai 0.026 yang berarti nilai ini berada di bawah taraf signifikan 5 0,05, oleh karena Sig ≤ 0,05 0,026 ≤ 0,05 maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya keadilan kompensasi berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Dari hasil analisis tersebut itu pula dapat ditunjukkan keadilan kompensasi berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 23,2 dengan melihat kolom 142 Standardized Coefficient hasil pengujian regresi berganda yang menunjukkan Nilai Beta β pada variabel kompensasi sebesar 0,232 yang artinya bahwa keadilan kompensasi berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 0,232 : 0,999 x 100 = 23,2. Dari kedua hasil deskripsi analisis mengenai data keadilan kompensasi dan prestasi kerja karyawan sebagian besar jawaban responden menyatakan bahwa disiplin kerja mendukung peningkatan prestasi kerja karyawan di PT Mirota Kampus Jalan Solo Babarsari Yogyakarta. Hal tersebut didukung dari data hasil analisis regresi berganda yang menyatakan bahwa keadilan kompensasi berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Keadilan kompensasi berkontribusi untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan sebesar 23,2. Sebagian besar responden menyatakan tingkat upahgaji terhadap job description karyawan sesuai, karyawan merasa keadilan pemberian upahgaji yang dilakukan oleh perusahaan tinggi, serta karyawan menikmati program pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan. Setelah mereview kembali kuisioner yang ada sebagian kecil karyawan memiliki kadar kompensasi yang rendah, hal tersebut dikarenakan karyawan menganggap perusahaan kurang sesuai dalam memberikan upah atau gaji bila dibandingkan dengan beban kerja yang 143 dihadapi oleh para karyawan. Dalam hal ini, supervisor disarankan untuk mereview kembali kesesuaian pedoman pemberian kompensasi yang dilakukan oleh pihak perusahaan, apakah kompensasi yang diberikan bagi karyawan sudah sesuai dengan pedoman yang dibuat oleh pihak perusahaan dalam pemberian kompensasi atau belum. Dari segi keadilan pemberian upahgaji, karyawan merasa perusahaan adil dalam hal pemberian upahgaji. Yang dimaksud dengan keadilan pemberian kompensasi adalah mengenai keadilan pemberian upahgaji dari tiap-tiap divisi yang terdapat didalam perusahaan tersebut. Menurut Ranupandojo upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi karyawan. semakin besar upah yang diterima, seharusnya semakin tinggi pula prestasi karyawan. Didalam pemberian kompensasi, supervisor juga harus memperhatikan prinsip keadilan. Keadilan bukan berarti bahwa segala sesuatu mesti dibagi sama rata. Keadilan harus dihubungkan antara pengorbanan input dengan penghasilan output. Semakin tinggi pengorbanan, semakin tinggi penghasilan yang didapatkan. Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di PT Mirota Kampus Babarsari Yogyakarta. Kompensasi berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 42,2. Tingginya kompensasi akan meningkatkan prestasi kerja karyawan. yang dimaksud dengan kompensasi lebih menitik beratkan kepada 144 prinsip keadilan kompensasi, Keadilan bukan berarti bahwa segala sesuatu mesti dibagi sama rata. Keadilan harus dihubungkan antara pengorbanan input dengan penghasilan output. Semakin tinggi pengorbanan, semakin tinggi penghasilan yang didapatkan. d. Kontribusi Motivasi Kerja, Disiplin Kerja, Keadilan Kompensasi terhadap Prestasi Kerja Karyawan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat ditunjukkan bahwa motivasi kerja, disiplin kerja, dan keadilan kompensasi secara bersama-sama berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan, hal ini juga diperkuat dari hasil perhitungan yang menunjukkan nilai F hitung sebesar 36,023, sementara F tabel adalah sebesar 2,70 sehingga hasil pengujian hipotesisnya 36,023 ≥ 2,70 F hitung ≥ F tabel , serta nilai sig probabilitas sebesar 0.000 yang berarti nilai ini berada di bawah taraf signifikan 5 0,05, oleh karena Sig ≤ 0,05 0,000 ≤ 0,05 maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya motivasi kerja, disiplin kerja, dan keadilan kompensasi berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan. Hasil perhitungan yang dilakukan dengan berdasarkan program SPSS 13 menunjukkan bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,525. Hal ini berarti motivasi kerja, disiplin kerja dan kompensasi secara bersama-sama berkontribusi sebesar 52,5 terhadap prestasi kerja 145 karyawan, sedangkan variabel lain di luar model berkontribusi sebesar 47,5. Dari hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja, disiplin kerja, dan keadilan kompensasi secara bersama-sama berkontribusi terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 47,5. Prestasi kerja karyawan akan meningkat karena karyawan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja, karyawan memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi, serta frekuensi kompensasi yang tinggi. Apabila pemuasan lima hirarki kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, kasih sayang, egoistis dan realisasi diri karyawan terpenuhi, karyawan memiliki kedisiplinan yang tinggi, serta tingkat upahgaji terhadap job description karyawan sesuai, karyawan merasa keadilan pemberian upahgaji yang dilakukan oleh perusahaan tinggi, serta karyawan menikmati program pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan maka diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan kinerja atau prestasi kerja karyawan. 146

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Pada CV. Tabitha Jaya

0 34 68

PENGARUH PELATIHAN, DISIPLIN KERJA, MOTIVASI, SERTA KOMPENSASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN ( STUDI PADA KARYAWAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA )

4 55 17

DI MIROTA KAMPUS BABARSARI Employee Relations Dalam Persepsi Karyawan Di Mirota Kampus Babarsari.

0 4 15

PENGARUH MOTIVASI KERJA, KOMPENSASI, DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Pengaruh Motivasi Kerja, Kompensasi, Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 17

PENGARUH MOTIVASI KERJA, KOMPENSASI, DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN UNIVERSITAS Pengaruh Motivasi Kerja, Kompensasi, Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 1 18

Kontribusi motivasi kerja, stres kerja dan gaya kepemimpinan terhadap prestasi kerja karyawan Hotel Metro Yogyakarta.

0 1 185

PENGARUH KEADILAN KOMPENSASI, PELATIHAN KARYAWAN DAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN

0 0 165

KONTRIBUSI KEPUASAN KERJA, MOTIVASI KERJA DAN STRES KERJA TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN PT MIROTA NAYAN YOGYAKARTA

0 0 224

KONTRIBUSI KEPUASAN KERJA, MOTIVASI KERJA DAN STRES KERJA TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN PT MIROTA NAYAN YOGYAKARTA

0 1 224

KONTRIBUSI MOTIVASI KERJA, DISIPLIN KERJA, KEADILAN KOMPENSASI TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN MIROTA KAMPUS JALAN SOLO BABARSARI YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ek

0 0 200