secara individual. Oleh karena itu, idealnya dalam pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama,
siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran
kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
7. Model-model Pembelajaran Kooperatif Model-model pembelajaran kooperatif antara lain Suyatno
2009:115-131: a. Model Student Team-Achievement Division
b. Model Picture And Picture c. Model Nubered Head Together
d. Model Cooperative Script e. Model Student Teams-Achievement Divisions
f.
Model Jigsaw g. Model Problem Based Learning
h. Model Artikulasi i.
Model Mind Mapping j.
Model Make-A Match k. Model Think Phair And Share
l. Model Debat
m. Model Role Playing n. Model Group Investigation
o. Model Talking Stick p. Model Bertukar Pasangan
q. Model Snowball Throwing r.
Model Facilitator And Explaining s. Model Course Review Horay
t. Model Demonstration
u. Model Explicit Intruction v. Model Cooperative Integrated Reading And Composition
w. Model Inside-Outside-Circle x. Model Tebak Kata
y.
Model Word Square
C. Pembelajaran Kooperatif Model Role Playing
1. Pengertian Role Playing Role Playing
adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dimana siswa diajak untuk bermain peran sesuai dengan
perannya masing-masing. Role Playing juga merupakan suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai
tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik dalam Zaini, dkk 2008:98. Role Playing
berdasar pada tiga aspek utama dari pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari dalam Zaini, dkk 2008:98
yaitu sebagai berikut: a. Mengambil peran Role-taking, yaitu tekanan ekspektasi-
ekspektasi sosial terhadap pemegang peran, contohnya berdasarkan hubungan keluarga apa yang harus dikerjakan
anak perempuan, atau berdasarkan jabatan bagaimana seorang agen polisi harus bertindak, dalam situasi-situasi
sosial Goffman, 1976.
b. Membuat peran Role-making, yaitu kemampuan pemegang peran untuk berubah secara dramatisir dari satu peran ke peran
yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu- waktu diperlukan Robert, 1991.
c. Tawar-menawar peran Role-negotiation, yaitu tingkat dimana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang-pemegang peran
yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.
Dalam Role Playing, peserta melakukan tawar menawar antara peran-peran tertentu, dan tingkat dimana orang lain dapat
menerima pandangan mereka itu. Sebagaimana peserta didik yang memiliki pengalaman peran dalam kehidupannya biasanya dapat
melakukan role playing. Menurut Zaini, dkk 2008:99 dalam proses Role Playing peserta diminta untuk:
a. Mengandaikan suatu peran khusus, apakah sebagai mereka sendiri atau sebagai orang lain.
b. Masuk dalam suatu situasi yang bersifat simulasi atau skenario, yang dipilih berdasar relevansi dengan pengetahuan yang
sedang dipelajari peserta atau materi kurikulum. c. Bertindak persis sebagaimana pandangan mereka terhadap
orang yang diperankan dalam situasi-situasi tertentu ini, dengan menyepakati untuk bertindak “seolah-olah” peran-peran
tersebut adalah peran-peran mereka sendiri Jones:1980 dan bertindak berdasar asumsi tersebut Milroy:1982.
d. Menggunakan pengalaman-pengalaman peran yang sama pada masa lalu untuk mengisi gap yang hilang dalam suatu peran
singkat yang ditentukan Lowe Lewis:1994.
2. Pendekatan Role Playing Role Playing
dapat membuktikan diri sebagai suatu media pendidikan yang ampuh, di mana saja terdapat peran-peran yang
dapat didefinisikan dengan jelas, yang memiliki interaksi yang mungkin dieksplorasi dalam keadaan yang bersifat simulasi
skenario. Menurut Zaini, dkk 2008:101-104, ada empat Role Playing
yang pokok yang digunakan di kelas yaitu: a. Pendekatan berbasis keterampilan skills-based
Dalam pendekatan berbasis keterampilan, peserta diminta untuk:
1 Memperoleh suatu keterampilan, kemampuan atau sikap
yang sering melalui perilaku model dengan seperangkat kriteria.
2 Melatih sifat-sifat ini sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada.
3 Mendemonstrasikan sifat tersebut kepada yang lain biasanya dengan tujuan penilaianevaluasi Rowntree,
1987:1994. Contohnya menjadi model peran seorang ahli farmasi
b. Pendekatan berbasis isu issues-based Dalam pendekatan berbasis isu, peserta diminta untuk:
1 Meneliti sikap,
kepercayaan dan
nilai-nilai yang
mengelilingi suatu isu. 2 Meneliti sikap, kepercayaan yang dianut oleh agen manusia
tertentu. 3 Mengambil pendirian khusus terhadap suatu isu.
4 Masuk pada suatu skenario dimana pendirian ini diungkapkan, diartikulasikan, mungkin dipertahankan dan
dievaluasi, relasi terhadap posisi yang sama atau yang berbeda direpresentasikan oleh pemain Role Playing lain.
5 Menjadikan dirinya
berpihak pada
pemeran yang
memegang posisi yang sama.
6 Berunding atau berdebat dengan mereka yang memegang posisi berbeda.
7 Mungkin mengambil pendirian yang bertentangan dengan suatu isu. Contohnya membangun jalan bebas jembatan.
c. Pendekatan berbasis problem problems-based Dalam suatu pendekatan berbasis problem peserta diminta
untuk: 1 Menarik pengetahuan dari suatu wilayah disiplin ilmu
tertentu. 2 Menggunakan pengetahuannya sendiri secara tepat.
3 Menerapkan pengetahuan ini dalam serangkaian tantangan. 4 Mereaksi secara tepat terhadap problem yang muncul.
5 Mencapai solusi yang telah dipertimbangkan dengan
berdasar pada alasan yang dibenarkan. d. Pendekatan berbasis spekulasi speculative-based
Dalam suatu pendekatan berbasis spekulasi peserta diminta untuk:
1 Membangkitkan pengetahuan untuk mengisi „gap‟ antara
informasi yang diketahui dengan yang tidak diketahui. 2
Menggunakan „bukti‟ untuk membuat penilaian yang berdasar.
3 Merekonstruksi kemudian merepresentasikan interaksi kemanusiaan tertentu yang dirancang untuk menganalisis
peristiwa. Contohnya „kematian karena kecelakaan‟
misalnya dalam konser musik yang kacau. 3. Tahap-tahapan Penerapan Model Pembelajaran Role Playing.
Menurut Zaini, dkk 2008:104-116, sebagian besar Role Playing
dibagi pada tiga fase yang berbeda yaitu: a. Perencanaan dan persiapan
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh gurudosen sebelum masuk kelas dan memulai Role Playing COIC 1985
1 Mengenal peserta didik
Semakin guru mengenal peserta didik, akan semakin besar kemungkinan untuk memperkenalkan Role Playing dengan
relevan dan berhasil. Perlu dipertimbangkan: a Jumlah peserta didik. Pastikan tersedia ruang yang
cukup sebelum Role Playing dimulai, dan ceklah bahwa ada peran yang tersedia atau tugas-tugas observasi bagi
semua peserta didik.
b Apa yang diketahui peserta didik tentang materi. Peserta didik membutuhkan informasi yang cukup
berbagai peran dan skenario yang akan menjadi dasar
diskusi, pemeranan dan refleksi mereka. Bagaimana cara informasi ini akan diberikan?
c Pengalaman terdahulu tentang Role Playing. Peserta didik yang lebih berpengalaman mungkin dapat
menghandel peran-peran
yang lebih
kompleks, sementara mereka yang pengalamannya kurang,
membutuhkan bimbingan yang lebih bertahap ke dalam aktivitas.
d Kelompok umur. Peran yang berbeda mungkin menuntut tingkat pengalaman hidup yang berbeda pula.
Role Playing menuntut pentingnya hubungan dengan
pengalaman hidup peserta didik. e Latar belakang peserta. Terdapat kebutuhan untuk
mengetahui pengalaman masa lalu dan pengalaman Role Playing
peserta didik yang dapat mempengaruhi persepsi tentang peran-peran tertentu.
f Minat dan kemampuan. Adalah sangat bermanfaat untuk mengetahui sejauh mana minat dan kemampuan
peserta didik berkesesuaian dengan materi yang akan dieksplorasi melalui Role Playing.
g Kemampuan peserta didik untuk berkolaborasi. Adalah sangat bermanfaat untukk mengetahui sejauh mana
peserta didik dapat bekerja sama dalam berpasangan, kelompok atau dalam keseluruhan kelas.
2 Menentukan tujuan pembelajaran Penting untuk mendefinisikan tujuan pembelajaran,
mungkin sewaktu-waktu ada tujuan yang tentatif, atau tujuan yang berbeda dengan tujuan yang dicanangkan, akan
tetapi tujuan yang ditulis masih tetap diperlukan agar memiliki fokus kerja yang jelas. Di samping itu tujuan-
tujuan tersebut harus eksplisit bagi peserta didik sejak awal.
3 Kapan menggunakan Role Playing Role Playing
merupakan suatu media pembelajaran aktif, maka sangat penting bahwa problem atau fokus yang akan
dikerjakan membawa pada eksplorasi yang bersifat praktis. 4 Pendekatan Role Playing
Ketika seorang guru atau dosen berkeinginan untuk menggunakan salah satu pendekatan yang ada, hendaknya
pilihan pendekatan serta opsi yang tersedia didasarkan pada persepsi peserta didik, tujuan pendidikan, serta jumlah
waktu yang tersedia. Berikut ini tiga pendekatan yang umum terdapat dalam Role Playing:
a Role Playing sederhana b Role Playing latihan
c Role Playing yang diperpanjang
5 Mengidentifikasi skenario Pilihan skenario akan tergantung pada minat, fokus materi
serta pengalaman gurudosen dan peserta didik. Konstruksi skenario harus mendapatkan perhatian yang seksama untuk
menghindari orang atau peristiwa yang meniru.
6 Menempatkan peran Membuat daftar peran yang mungkin sangat berguna dalam
mengidentifikasi interaksi yang memungkinkan, jalur komunikasi yang pokok, serta perspektif untuk melihat isu.
7 Pengajar berpartisipasi sebagai pemeran dan atau mengamati saja
Gurudosen membuat
keputusan apakah
ia akan
mengandaikan suatu peran tertentu hanya partisipan, mengatur jalannya pemeranan dan mengamati hanya
pengamat atau kombinasi dari dua pendekatan tadi pengamat-partisipan.
8 Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik Role Playing
harus mempertimbangkan dulu berbagai keadaan yang berkenaan dengan piranti yang bersifat fisik.
Hal-hal tersebut antara lain apakah ruangan cukup luas, apakah kursi dan meja bisa dipindah, apakah tidak akan
membuat bising tetangga kelas dan seterusnya.
9 Merencanakan waktu yang baik Role Playing
bisa berlangsung antara lima menit untuk yang sederhana sampai satu hari atau lebih. Akibatnya
semua menuntut jumlah waktu untuk persiapan yang berbeda. Dianjurkan bahwa pengalokasian waktu bagi
diskusi pendahuluan, pemeranan dan refleksi adalah 1:2:3.
10 Mengumpulkan sumber informasi yang relevan Sumber informasi yang relevan dapat memberi peserta
didik stimulus yang cukup. b. Interaksi
Berikut ini adalah langkah-langkah mengimplementasikan rencana ke dalam aksi:
1 Membangun aturan dasar
Aturan dasar untuk pelaksanaan Role Playing harus dirundingkan oleh semua pihak sejak awal, dan akan lebih
bagus lagi jika dicatat untuk jadi rujukan nanti.
2 Mengeksplesitkan tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran sangat penting untuk memfokuskan
peserta didik lebih pada konten ketimbang strategi serta memudahkan mereka mengevaluasi tingkat keberhasilan
yang dicapai.
3 Membuat langkah-langkah yang jelas Menjelaskan tujuan yang menyokong penggunaannya
dalam konteks pembelajaran ini serta menjelaskan garis besar langkah-langkahnya.
4 Mengurangi ketakutan tampil di depan publik Penting bagi gurudosen untuk menghilangkan kecemasan
peserta didik tentang hubungan antara Role Playing dan pertunjukan.
5 Menggambarkan skenario atau situasi Skenario dibuat untuk memungkinkan pendidik mencari
pengetahuan untuk dirinya sendiri yaitu, sesuatu yang dapat diperoleh dengan cara berpartisipasi di dalamnya.
6 Mengalokasikan peran Pengalokasian biasanya dilakukan dengan misalnya,
pemegang peran kunci diberikan kepada peserta didik yang paling berpengalaman.
7 Memberi informasi yang cukup Menurut Jones dan Palmer 1987, terdapat empat tipe
informasi yang harus diberikan gurudosen: a Informasi yang dibutuhkan semua peserta
b Tambahan informasi bagi orang atau kelompok tertentu
saja c Informasi yang diberikan saat Role Playing berlangsung
d Informasi tentang macam hubungan diantara orang- orang yang terlibat
8 Menjelaskan peran pengajar dalam Role Playing Gurudosen harus menjelaskan keterlibatannya terlebih
dahulu, kapan ia mulai berakting dan kapan ia menjadi observer.
9 Memulai Role Playing secara bertahap Gurudosen mungkin dapat memulai sesi dengan cara:
a Melibatkan pesert a didik dalam “ice breaker”
Jones:1991 atau game Brandes:1977 b Peserta didik bekerja tanpa peran, baik melibatkan
seluruh kelas, kelompok kecil atau berpasangan untuk mendiskusikan suatu isu tertentu.
c Separuh peserta didik memegang peran tertentu dan separuh lagi memerankan dirinya sendiri.
d Semua peserta didik mengandaikan peran sejak dari permulaan.
10 Menghentikan Role Playing dan memulai kembali jika perlu
Gurudosen mungkin ingin menghentikan aktivitas Role Playing
untuk: a Berhubungan dengan problem yang mempengaruhi
semua orang
b Mengambil suatu tindakan tertentu c Melakukan pertukaran peran
d Dan lain-lain
11 Bertidak sebagai pengatur waktu Ketika Role Playing dimulai kemukakan pada peserta didik
waktu yang disediakan sekian menit dan seterusnya. Dan ketika waktu sudah berakhir berikanlah kode sesuai dengan
yang telah disepakati sebelumnya.
c. Refleksi dan evaluasi Tahap yang terakhir ini dalam proses Role Playing sering
dinamakan “debriefing” mengikuti istilah yang biasa digunakan dalam militer Van Ments:1994. Hal ini dapat dilihat dari
enam langkah sederhana: 1 Membawa peserta didik keluar dari peran yang
dimainkannya. 2 Meminta peserta didik secara individual mengekspresikan
pengalaman belajarnya. 3 Mengkonsolidasikan ide-ide.
4 Menfasilitasi suatu analisis kelompok. 5 Memberi kesempatan untuk melakukan evaluasi.
6 Menyusun agenda untuk masa depan.
4. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Model Role Playing Menurut Djamarah 2006:88, kelebihan dari pembelajaran
model Role Playing adalah sebagai berikut: a. Memotivasi siswa untuk terlibat aktif secara penuh dalam
proses pembelajaran. b. Melibatkan seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam proses
belajar mengajar agar siswa memiliki kesempatan untuk bekerja sama.
c. Siswa bebas untuk mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
Menurut Djamarah 2006:88 kelemahan dari pembelajaran model Role Playing adalah sebagai berikut:
a. Siswa tidak dapat memainkan semua peran yang ada. Siswa lebih difokuskan pada satu peran saja.
b. Siswa lebih memahami materi pelajaran yang diperaninya daripada materi ajar yang tidak diperankannya.
D. Motivasi