b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alatbahan. c. Mengetahui bagaimana menggunakan alatbahan.
9. MENERAPKAN KONSEP a. Menggunakan konsep yang telah dipelajari pada situasi baru
b. Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang terjadi
10. BERKOMUNIKASI
a. Memberikanmenggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik dan tabel atau diagram
b. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis c. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian
d. Membaca grafik atau tabel atau diagram e. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa
11. MELAKSANAKAN PERCOBAAN?EKSPERIMENTASI mencakup seluruh letrampilan proses sains
E. Penelitian Ilmiah Salah satu hal yang penting dalam dunia ilmu adalah penelitian
research. Research berasal dari katare yang berarti kembali dan search yang berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha
untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan. Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian
ilmiah. Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu : 1. Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara
berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan
fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai
bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual khusus atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir
untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
3. Empirik. Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari
fakta aposteriori,yaitu fakta dari kesan indra yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian
empirik ada tiga yaitu : a. Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan ada penggolongan
atau perbandingan satu sama lain b. Hal-hal empirik selalu ber ubah-ubah sesuai dengan waktu
c. Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya ada hubungan sebab akibat
4. Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh
peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan
definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
234
PENDALAMAN MATERI BIOLOGI
MATERI 2
Kompetensi Guru Mata Pelajaran : 1.8. Memahami lingkup dan kedalaman biologi sekolah
Indikator Esensial : 1.8.2. Mengidentifikasi dampak kerusakan lingkungan terhadap keberadaan komponen
ekosistem Beberapa bulan yang lalu, Ulat bulu menjadi masalah di beberapa daerah di Pulau
Jawa seperti di Probolinggo dan Jombang, Jawa Timur dan Kendal, Jawa Tengah serta beberapa kota di Bali. Warga sejumlah daerah lainnya juga melaporkan ulat bulu, seperti
Tanjung Duren, Jakarta Barat yang menyerang pepohonan. Tidak hanya itu, ulat bulu pun masuk ke rumah warga. Akibatnya sejumlah warga pun resah. Mengapa tiba-tiba ada
wabah ulat bulu? Ada beberapa faktor yang mempengaruhi.
A. Lingkungan sebagai Komponen Ekosistem
Ekosistem pada dasarnya adalah kesatuan komunitas dengan lingkungan hidupnya yang membentuk hubungan timbal balik. Lingkungan yang dimaksud dalam
hal ini dapat berupa lingkungan biotik maupun abiotik. Dengan demikian komponen penyusun ekosistem terdiri dari dua komponen yaitu komponen biotik termasuk
tumbuhan, hewan dan manusia serta komponen abiotik berupa cahaya, suhu, kelembaban, tanah, air dan udara.
B. Ulat Bulu sebagai Komponen Biotik Ekosistem
Ulat bulu termasuk salah satu komponen biotik dalam ekosistem. Keberadaanya di alam tidak lepas dari suatu bentuk respon akibat hubungan timbal balik dari
sesama komponen biotik maupun komponen abiotik yang bisa dilihat dari mekanisme aliran energy melalui rantai makanan ataupun jaring-jaring makanan yang ada.
Fenomena wabah Ulat bulu menunjukkan bahwa ada dinamika peningkatan jumlah populasinya di lingkungan.
C. Perubahan Komponen Ekosistem
Ekosistem dikatakan seimbang apabila komposisi di antara komponen- komponennya tersebut dalam keadaan seimbang. Jika keberadaan ekosistem dalam
kondisi yang seimbang maka ekosistem akan dapat bertahan lama atau kesinambungannya dapat terpelihara.
Perlu diketahui pula bahwa tidak selamanya ekosistem berada dalam kondisi keseimbangan tetapi ada kalanya mengalami perubahan. Perubahan dapat terjadi
pada lingkungan atau komponen biotik maupun komponen abiotik. Dalam suatu ekosistem, jika perubahan terjadi pada komponen biotik maka
perubahan yang terjadi sebagai berikut, jumlah tiap-tiap komponen biotik akan mengalami perubahan yang teratur sehingga perbandingannya selalu tetap.
Perubahan jumlah produsen akan diikuti oleh perubahan pada konsumen I, konsumen II, konsumen III, dan seterusnya. Perubahan pada komponen biotik ini
akan terjadi secara alamiah. Ini berarti, Tuhan telah mengatur alam sedemikian rupa sehingga jumlah populasi di dalam suatu komunitas dari waktu ke waktu seimbang.
Sebagai contoh, kita lihat keseimbangan antara populasi tumbuhan, kijang, dan harimau dalam suatu hutan seperti digambarkan pada grafik berikut:
PENDALAMAN MATERI BIOLOGI
235
Berdasarkan grafik tersebut memperlihatkan bahwa pada akhir dari perubahan
akan menuju pada keseimbangan ekosistem.
D. Pengaruh Perubahan Lingkungan terhadap Siklus Hidup Ulat Bulu
Ulat bulu yang menyerang tanaman produksi di sejumlah tempat di beberapa daerah berasal dari famili Lymantriidae atau kupu-kupu yang berkeliaran pada
malam hari. Berikut adalah siklus hidup dari ulat bulu ;
Gambar 18.2.3. Ulat bulu detik.com
Gambar 18.2.1. Grafik perubahan komponen biotik dalam suatu ekosistem
Fitrihidajati, 2010.
Gambar 18.2.2. Harimau yang sedang memburu mangsa Fitrihidajati,2010
236
PENDALAMAN MATERI BIOLOGI
Gambar 18.2.4. Siklus hidup ulat bulu detik.com Secara umum, rata-rata siklus hidup telur, larva bentuk ulat hingga menjadi
kupu-kupu malam ngengat adalah sekitar 30 hari. Namun siklus hidup ulat bulu yang ada sekarang lebih cepat 3-4 hari dari biasanya. Siklus pendek ini merupakan
gambaran umum dari perubahan ekosistem Ubaidillah dalam detik.com.,Rabu:1342011.
Siklus yang lebih pendek ini, menurutnya terjadi manakala terpenuhinya host plant atau inang sehingga menyediakan suplai makanan bagi makhluk tersebut. Fase
telur membutuhkan waktu 6-7 hari. Pada fase larva ada 4 tahapan instar yang masing-masing instar membutuhkan waktu 3-4 hari. Setelah itu, masuk fase pre-pupa
yang butuh waktu 2 hari. Lalu di tahapan pupa butuh waktu 7 hari, sehingga perkembangannya umumnya sekitar 26-30 hari.
Dinamika peningkatan populasi ulat bulu penyebabnya ada perubahan ekosistem, baik perubahan komponen biotik maupun komponen abiotik. Pada
dasarnya rangkaian perubahan ekosistem berpengaruh terhadap komponen ekosistem. Komponen ini berubah ketika ada hal-hal di alam yang berubah.
Perubahan ekosistem menyebabkan hilangnya faktor keseimbangan alami untuk sementara waktu. Sebagai suatu sistem, alam juga memiliki komponen-komponen
yang menciptakan keseimbangan. Saat salah satu komponen mengalami gangguan, keseimbangan itu akan terganggu. Begitu juga dengan yang terjadi dengan famili
Limantriidae ulat bulu saat ini.
Fenomena meningkatnya populasi ulat bulu, salah satunya disebabkan oleh faktor biotik misalnya berkurangnya pemangsa alaminya, seperti burung, kelelawar,
dan semut rangrang, dan musuh alaminya, misalnya parasitoid. Berkurangnya pemangsa alami dan peningkatan ulat bulu juga dipengaruhi unsur abiotik.
Perubahan iklim global menjadi faktor utama. Akibat adanya perubahan iklim, terjadi perubahan suhu dan kelembaban udara. Pada dasarnya semua makhluk hidup
punya kemampuan adaptasi terhadap perubahan alam yang terjadi.
PENDALAMAN MATERI BIOLOGI
237
Perubahan suhu dan kelembaban udara bisa saja mengakibatkan pemangsa alami ulat bulu berkurang, sebaliknya hal ini mengakibatkan populasi ulat bulu
menjadi meningkat. Tetapi, ini tidak akan berlangsung lama karena alam punya mekanisme penyeimbang. Pemangsa alami dan faktor penyeimbang hayati lainnya
akan kembali berfungsi normal dan dinamika populasi ulat bulu akan kembali normal sebagaimana sebelumnya.
Populasi predator pemakan ulat seperti Burung Prenjak, Jalak dan Cinenen berkurang cukup signifikan hingga mencapai 80 persen dari populasi sebelumnya.
Hal ini disebabkan ada perburuan liar yang dilakukan secara besar-besaran sebagai komoditas perdagangan menjadikan populasi burung liar pemakan ulat ini menurun
drastis, sehingga ulat-ulat tersebut bisa berkembangbiak dengan leluasa karena musuh utamanya sudah tidak ada. Sebagai contoh di wilayah Malang, populasi
predator berupa burung liar pemakan ulat serangga tersebut juga sudah hampir punah. Jika proses perburuan burung pemakan serangga ini dilakukan secara besar-
besaran dan terus menerus akan memicu terjadinya bencana ekologi. Akibatnya, akan terjadi ledakan populasi kupu-kupu dan ulat di luar kendali. Hujan yang terus
menerus mengakibatkan musuh alami ulat bulu, yakni sejenis predator bernama Braconid dan Apanteles tidak mampu bertahan hidup, sehingga musuh alami itu
tidak bisa mengontrol populasi ulat bulu yang semakin banyak, dan berkembangbiak dengan cepat, bahkan menyebar ke lingkungan penduduk.
Selain faktor di atas ada alasan lain yaitu dulu habitat ulat bulu sudah ada pada lingkungan tertentu karena serangga ini adalah bagian dari ekosistem yang memiliki
manfaat bagi lingkungannya. Yang lazim terjadi adalah peningkatan populasi, bukan serangan ulat bulu. Sebab, jenis ini tidak memiliki kemampuan menyebar secara
luas, sebagaimana wereng. Kecuali jika ia terbawa secara tidak sengaja.
Dulu serangga jenis ngengat atau kupu-kupu malam ini terkonsentrasi di beberapa kawasan hutan. Famili Lymantridae umumnya hidup di hutan dataran
rendah, Saat ini keberadaan hutan dataran rendah yang banyak terdapat di Jawa dan Sumatera, sudah banyak berkurang dan berubah. Selain itu terdapat penanaman
pohon secara homogen, yakni jenis mangga-manggaan atau dari suku suku Anacardiaceae yang menjadi makanan bagi larva jenis Lymantridae. Hanya serangga
yang tersedia makanannya secara homogen yang populasinya meledak. Kompas.com., Rabu, 11 April 2011
238
PENDALAMAN MATERI BIOLOGI
MATERI 3
Kompetensi Guru Mata Pelajaran : 1.8. Memahami lingkup dan kedalaman biologi sekolah
Indikator Esensial : 1.8.4. Mengaplikasikan pengetahuan tentang karakter suatu ekosistem dalam suatu
contoh
A. PENGERTIAN EKOSISTEM
Dalam suatu habitat, selain terdapat berbagai jenis makhluk hidup komunitas terdapat juga benda-benda seperti air, tanah, pasir, cahaya, matahari, dan udara. Di
antara anggota komunitas dan benda-benda tersebut terjadi hubungan yang saling mempengaruhi. Kesatuan ini membentuk sistem ekologi atau disebut ekosistem.
Jadi ekosistem adalah kesatuan komunitas dengan lingkungan hidupnya yang membentuk hubungan timbal balik.
B. KOMPONEN EKOSISTEM
Berdasarkan komponen yang menyusun, ekosistem terdiri dari dua komponen sebagai berikut :
1. Kompenen Biotik