Berdasarkan persentase pencapaian KKM prestasi Belajar diketahui pada prestasi awaldiproleh sebesar 44, jika dilihat pada tabel kriteria
prestasi belajar, maka dapat dikatakan prestasi awal masih sangat kurang dalam pencapaian KKM yaitu 60. Setelah dikenai tindakan pada
siklus I dengan hasil prestasi siklus I di peroleh sebesar 60, jika dilihat pada tabel kriteria prestasi belajar, maka dapat dikatakan prestasi siklus I
masih kurang dalam pencapaian KKM yaitu 60. Sedangkan setelah dikenai tindakan pada siklus II dengan hasil prestasi siklus II di peroleh
sebesar 80, jika dilihat pada tabel kriteria prestasi belajar, maka dapat dikatakan prestasi siklus II sudah cukup dalam pencapaian KKM yaitu
80.
B. Pembahasan 1. Penerapan Minat dan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri
Kalongan Depok
Penerapan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw dalam upaya meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada materi koperasi pada
siswa kelas IV SD Negeri Kalongan Depok tahun ajaran 20122013 ditempuh dengan menggunakan PTK. Dimana penelitian dilaksanakan
dalam 2 siklus. Setiap siklus melalui 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Perencanaan pada siklus I, peneliti
mendalami Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan diteliti. Peneliti juga mempersiapkan perangkat pembelajaran dan media yang
digunakan.Pertemuan I siklus I, siswa belajar tentang macam-macam kopoerasi berdasarkan jenis usahanya. Sebelum memulai pembelajaran,
guru memberi penjelasan singkat mengenai koperasi, hal ini dimaksudkan untuk memberi bekal atau memberikan pemahaman kepada siswa mengenai
materi yang akan diberikan. Sedangkan pada pertemuan 2 siklus I, siswa belajar tentang macam-
macam koperasi berdasarkan keanggotaannya. Pada pertemuan 1, siswa dibagi dalam 4 kelompok secara heterogen dan dinamakan kelompok asal.
Setiap kelompok siswa mendapatkan jenis-jenis koperasi yaitu; koperasi produksi, koperasi konsumsi, koperasi, simpan pinjam, dan koperasi serba
usaha. Siswa yang mendapatkan jenis koperasi yang sama berkumpul menjadi satu kelompok dan kelompok tersebut dinamakan kelompok ahli.
Dalam kelompok ahli siswa berdiskusi tentang jenis koperasi yang mereka dapatkan. Sedangkan pada pertemuan 2, masih dengan kelompok
yang sama, siswa berdiskusi tentang jenis-jenis koperasi berdasarkan keanggotaannya mereka dapatkan. Observasi pertemuan 1 siswa terlihat
belum terbiasa belajar kelompok dan memilih-milih teman saat belajar. Sedangkan pada pertemuan 2, siswa mulai terbiasa dalam belajar secara
kelompok. Dilanjutkan dengan refleksi pada pertemuan 1, siswa belum terbiasa belajar kelompok, karena dalam pembelajaran siswa belajar secara
individu. Pada pertemuan 2, siswa masih kebingungan dalam mengerjakan atau
melaksanakan tugas yang diberikan guru. Setelah guru memberikan penjelasan singkat mengenai materi yang akan dipelajari, guru membagi
siswa kedalam beberapa kelompok asal yang dipilih secara heterogen.
Gambar 4.1. Guru membagi siswa kedalam kelompok asal Pada saat pembagian kelompok, sebagian dari siswa lebih memilih
untukmemilih teman satu kelompok, namun guru tetap membagi siswa secara heterogen. Kemudian, siswa berkumpul dengan kelompok asal, guru
membagikan materi-materi yang akan dibahas dalam kelompok. Setelah siswa mendapat masing-masing materi yang telah dibagikan, siswa
berkumpul menjadi satu bersama dengan teman yang lain yang mendapatkan materi yang sama, kelompok tersebut dinamakan kelompok
ahli.
Gambar 4.2. Siswa berdiskusi dengan kelompok ahli
Saat siswa berkumpul kedalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan tentang materi yang mereka dapatkan, seusai berdiskusi dengan kelompok
ahli, siswa mengerjakan LKS bersama, dengan maksud agar siswa dapat saling membatu dalam mengingat materi yang telah didiskusikan. setelah itu
siswa kembali kedalam kelompok asal dan masing-masing siswa menceritakan dan mendiskusikan tentang apa yang telah mereka dapatkan
dari kelompok
ahli. Setelah
itu, perwakilan
tiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok asal di depan kelas. Pada pertemuan pertama pada siklus I, banyak sekali memakan banyak waktu,
karena kurang pemahaman guru terhadap metode yang di bawakan, sehingga membuat proses pembelajaran tidak berjalan sesuai rencana tidak
ada presentase perwakilan tiap kelompok.
Gambar 4.3. Guru memberikan penjelasan singkat terhadap materi sebelumnya dan materi yang akan diajarkan pada pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua pada siklus I, guru mengawali pembelajaran dengan memberikan penjelasan singkat mengenai materi sebelumnya dan
materi hari ini, agar siswa dapat lebih memahami materi koperasi.
Gambar 4.4. Guru membagi materi kedalam kelompok asal
Gambar 4.5. Siswa berdiskusi dalam kelompok ahli Pada pertemuan kedua ini, kelompok asal dan kelompok ahli siswa
masih sama seperti pada pertemuan pertama. Pada pembelajaran kedua, siswa sudah terlihat terbiasa dalam belajar berkelompok. Seusai siswa
berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali kedalam kelompok asal untuk mensharingkan dan mendiskusikan apa yang telah mereka dapatkan
dari kelompok ahli. Kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok asal di depan kelas.
Gambar 4.6. Salah satu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi Pada akhir siklus I, siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu.
Hal ini dimaksudkan untuk melihat pemahaman siswa mengenai materi yang telah diajarkan.
Gambar 4.7. Siswa sedang mengerjakan soal evaluasi siklus I Seusai pembelajaran, guru bersama siswa bertanya jawab dan
menyimpulkan materi yang telah diajarkan pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua pada siklus I, untuk mengetahui sampai dimana
pemahaman siswa mengenai pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua pada siklus I.
Gambar 4.8. Guru bersama siswa melakukan tanya jawab dan membuat kesimpulan terhadap materi pada pertemuan pertama dan kedua pada siklus I
Selain itu juga, peneliti melihat, bahwa pertemuan pertama dan kedua pada siklus I masih belum memuaskan dan belum berjalan sesuai rencana,
maka dari itu peneliti memutuskan untuk melanjutkan pada siklus II dengan tujuan untuk memperbaiki minat dan prestasi belajar siswa agar menjadi
lebih baik. Perencanaan pembelajaran siklus II. Siklus II diawali dengan
membuat perangkat pembelajaran, instrumen pembelajaran, dan media pembelajaran yang sudah diperbaiki dengan adanya refleksi siklus I.
Pertemuan pertama siklus II, siswa mempelajari tentang tugas dari masing- masing organisasi koperasi. Pada awal pembelajaran, guru memberikan
penjelasan singkat dan tanya jawab terhadap siswa mengenai materi sebelumnya yang telah diajarkan pada siklus I.
Gambar 4.9. Saat guru sedang memberi penjelasan singkat mengenai materi pembelajaran hari ini
Selanjutnya guru membagi siswa kedalam 4 kelompok secara heterogen, kelompok ini disebut kolompok asal, serta membagikan materi
pada masing-masing siswa. Siswa yang mendapatkan materi yang sama, siswa berkumpul menjadi satu dan kelompok ini disebut kelompok ahli.
Kelompok pada siklus II ini berbeda dari kelompok pada siklus I, hal ini dimaksudkan agar siswa dapat belajar bersama teman yang lain,
bertoleransi, saling tolong menolong dengan orang lain.Dalam kelompok siswa mendapatkan macam-macam organisasi koperasi yaitu anggota,
pengurus, pengawas dan rapat anggota. Setiap siswa yang mendapatkan macam-macam organisasi yang sama, berkumpul menjadi satu dan disebut
dengan kelompok ahli. Pada kelompok ahli siswa berdiskusi tentang tugas- tugas dari organisasi yang mereka dapatkan dan siswa membuat struktur
bagan tentang organisasi koperasi.
Gambar 4.10. Guru membagi siswa kedalam kelompok asal
Gambar 4.11. Siswa berdiskusi dengan kelompok ahli Pada kelompok ahli siswa mendiskusi tentang materi yang telah
mereka dapatkan. Seusai siswa mendiskusikan materi dalam kelompok ahli, siswa kembali berkumpul kedalam kelompok asal untuk menceritakan
mensharingkan dan mendiskusikan tentang informasi yang telah didapatkan dari kelompok ahli.
Gambar 4.12. Siswa sedang membuat struktur bagan organisasi koperasi
Selanjutnya, seusai siswa mendiskusi didalam kelompok asal, siswa membuat struktur bagan organisasi koperasi dan hasilnya dipresentasikan di
depan kelas oleh perwakilan kelompok.
Gambar 4.13. Salah satu perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Pada pertemuan kedua sikus II siswa menyimpulkan tentang keseluruhan koperasi. Sebelum memulai pelajaran, guru memberi
penjelasan mengenai materi yang akan diajarkan, membahas materi-materi sebelumnya dan melakukan tanya jawab singkat.
Gambar 4.14. Guru bersama siswa melakukan tanya jawab
Setelah itu, siswa berkumpul kedalam kelompok asal untuk membahas materi yang diberikan. Selanjutnya siswa yang mendapat materi yang sama
berkumpul kedalam kelompok ahli untuk mendiskusikan materi yang telah diberikan dan mengerjakan lembar kerja siswa bersama dengan kelompok
ahli.
Gambar 4.15. Siswa sedang mengerjakan lembar kerja siswa Setelah berdiskusi, siswa kembali kedalam kelompok asal untuk
mensharingkan apa yang mereka dapatkan dari kelompok ahli. Kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Setelah itu siswa mengerjakan soal evaluasi siklus II.
Gambar 4.16. Siswa berdiskusi dengan kelompok asal
Gambar 4.17. Siswa sedang mengerjakan soal evaluasi akhir sikus II Pada akhir pertemuan guru bersama siswa membuat kesimpulan
mengenai koperasi secara keseluruhan yang sudah diajarkan pada siklus I dan siklus II.
Gambar 4.18. Saat guru bersama siswa membuat kesimpulan mengenai materi pembelajaran
Pada pertemuan pertama dan kedua pada siklus II, siswa mulai terbiasa belajar secara berkelompok.Semua kelompok membuat bagan
dengan baik dan hanya terdpat sedikit kesalahan dibandingkan pada siklus I. Dalam penelitian ini diperoleh minat dan prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan setelah diberi tindakan.
Penelitian siklus I pada prestasi belajar, terdapat 4 siswa dari 20 siswa yaitu Deo 68, Tika 24, Fadhel 58 dan Febri 32, masih mendapat nilai
dibawah KKM yang dilihat dari hasil nilai akhir siswa dari nilai kognitif, nilai afektif, dan nilai psikomotorik. Namun, setelah diberi tindakan pada
siklus II, terdapat beberapa perubahan yang terjadi, seperti Deo mengalami peningkatan yang drastis pada prestasi belajar dan mendapat nilai akhir
yaitu 91. Hal ini dikarenakan ia aktif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Deo mampu berkonsentrasi dalam mengerjakan soal evaluasi,
sehingga ia mendapat nilai yang baik. Selain itu Deo mampu membagi tugas bersama teman-temannya saat menggambarkan struktur organisasi koperasi
dalam kelompoknya. Peningkatan prestasi belajarpun terjadi pada Tika. Tika mengalami
peningkatan secara drastis pada prestasi belajar dan mendapat nilai akhir yaitu 84. Hal ini dikarenakan ia mampu berkonsentrasi dan mampu
memahami soal dengan baik, sehingga ia mendapat nilai yang baik yaitu 70. Hal ini juga terjadi pada fadhel, pada nilai akhir siklus I, fadhel
mendapatkan nilai 58, namun pada nilai akhir siklus II, fadhel mendapat nilai baik yaitu 67. Namun peningkatan prestasi belajar tidak terjadi pada
febri, dikarenakan febri tidak pernah fokus terhadap proses pembelajaran baik siklus I maupun siklus II. Febri mengalami penurunan yang cukup
drastis, pada nilai akhir pada siklus I, febri mendapat nilai 32, sedangkan pada nilai akhir pada siklus II, febri mendapatkan nilai 20.
Penelitian siklus I pada minat belajar siswa, terdapat 1 siswa dari 20 siswa yaitu Firly 91. Setelah diberi tindakan pada siklus II, Firly
mengalami peningkatan secara drastis, dikarenakan ia selalu aktif dan berpartisipasi dengan baik terhadap proses pembelajaran, sehingga
mendapat total akhir 108. Penilaian terhadap minat belajar siswa pada penelitian ini menggunakan skala likert, dimana yang dinilai berdasarkan
nomor item soal bukan nilai per siswa, sehingga Firly mendapatkan total nilai yang paling tinggi.
2. Minat Siswa Kelas IV SD Negeri Kalongan Depok
Pada siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 31 Januari 2013 dan 4 Februari 2013. Pada pembelajaran pertemuan 1, minat belajar siswa kelas
IV masih belum terlihat. Pada saat pembelajaran siswa masih terlihat pasif. Keadaan ini disebabkan kebiasaan siswa pada waktu pembelajaran tidak
diberi kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya. Sedangkan pada pembelajaran pertemuan 2, siswa belum terlihat antusias namun cukup aktif
dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tidak terlihat tegang seperti pada pertemuan 1. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan minat belajar
siswa, dapat diperoleh rata-rata minat siswa siklus I adalah66,54 Berdasarkan pengamatan, minat belajar siswa pada siklus I masih
rendah, karena minat belajarnya masih di bawah rata-rata. Hal itu dapat diperkuat dari hasil wawancara kepada guru mata pelajaran mengatakan
bahwa: “Dalam pembelajaran pada pertemuan 1 siswa masih belum terbiasa
untuk berdiskusi, sehingga membuat siswa cenderung pasif. Apalagi teknik pembelajaran yang digunakan masih baru bagi siswa. Sehingga minat siswa
dalam pembelajaran IPS belum terlalu kelihatan. Sedangkan pada
pertemuan 2, siswa terlihat aktif karena sudah terbiasa bekerja secara berkelompok dan siswa juga sudah terlihat cukup aktif dalam menjawab
pertanyaan dari guru. Siswa merasa senang mengikuti pembelajaran IPS.” Selain dari hasil wawancara dari guru, pernyataan yang bisa
memperkuat hasil pengamatan di atas adalah hasil dari wawancara dari beberapa siswa mengatakan bahwa:
“Pada pembelajaran IPS siklus I, lebih menyenangkan dibandingkan dengan biasanya. Mereka merasa senang karena guru yang mengajar
berbeda dari guru biasanya ada dua guru. Ditambah lagi pada saat belajar siswa bisa berdiskusi dengan temannya.”
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2013 dan 11 Februari 2013. Pada pembelajaran siklus II pertemuan 1, siswa terlihat lebih berminat
dibandingkan pada siklus I. Siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Pada waktu siswa berdiskusi membuat bagan, siswa sangat
antusias dalam membuat bagan. Sedangkan pada pertemuan 2, semua siswa dapat mengikuti kegiatan
belajar mengajar. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa sudah terbiasa belajar secara
berkelompok, sehingga dalam mengerjakan tugas mereka tidak individu tetapi sudah berkelompok. Dari rata-rata minat siswa pada pertemuan 1 dan
2, maka diperoleh rata-rata minat siswa siklus II adalah 75,96. Berdasarkan pengamatan, minat belajar siswa pada siklus I masih rendah, karena minat
belajarnya sudah berada diatas rata-rata. Hal tersebut dapat diperkuat dengan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran mengatakan
bahwa:“Minat belajar siswa pada siklus II sangat meningkat dibandingkan pada siklus I. Hal tersebut terbukti dengan keadaan siswa yang sudah
terbiasa belajar secara berkelompok. Semua siswa aktif mengerjakan tugas terutama dalam membuat bagan susunan keorganisasian koperasi. Siswa
terlibat dalam pembelajaran yang berlangsung, baik dalam membuat bagan maupun mengerjakan tugas dari guru.”
Selain dari hasil wawancara dari guru, pernyataan yang bisa memperkuat hasil pengamatan di atas adalah hasil dari wawancara dari
beberapa siswa mengatakan bahwa:“Dalam pembelajaran IPS siklus II lebih menyenangkan dari pada siklus I, karena sudah tidak kebingungan dalam
pembagian kelompok, suasana kelas yang berbeda dan mereka lebih terbiasa belajar secara berkelompok. Siwa merasa lebih memahami materi IPS
secara berdiskusi dan bertanya kepada teman kelompoknya.” Hasil peningkatan minat belajar siswa dari kondisi awal, siklus I, dan
siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1. Hasil Peningkatan Minat Siswa Kelas IV SD Negeri Kalongan Depok
Variabel Indikator
Kondisi Awal
Akhir Siklus I
Akhir Siklus II
Minat Rata-rata
seluruh minat belajar siswa
38,12 66,54
75,96
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan minat siswa kelas IV SDNegeri Kalongan Depok. Ditunjukkan dengan perolehan
hasil rata-rata minat siswa pada mata pelajaran IPS, materi koperasi mensejahterakan rakyat dipertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus I,
diperoleh rata-rata minat belajar siswa adalah 66,54. Sedangkan pertemuan
1 dan pertemuan 2 pada siklus II, diperoleh rata-rata minat belajar siswa 75,96.Dari data tersebut dapat digambarkan pada grafik di bawah ini.
Gambar 4.19. Peningkatan Minat Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Kalongan Depok tahun ajaran 20122013
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan minat sesuai dengan hipotesis, bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif
metodejigsaw dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
3. Prestasi Belajar
Pembelajaran IPS dilakukan dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan dua pertemuan, pertemuan 1 pada hari Kamis tanggal 31 Januari 2013 dan
pertemuan 2 pada hari Senin tanggal 4 Februari 2013. Pada siklus I dengan sub materi macam-macam koperasi berdasarkan jenis usahanya dan
keanggotaannya. Pada saat pembelajaran siswa kelas IV yang berjumlah 20 siswa dibagi dalam empat kelompok. Setiap kelompok terdiri dari lima
siswa. Kelompok tersebut disebut kelompok asal. Dari kelompok asal, siswa 38,12
66,54 75,96
10 20
30 40
50 60
70 80
Kond_Awal Siklus I
Siklus II
Rat a-
rat a
Minat Siswa
masuk kedalam kelompok ahli yang terdiri dari empat kelompok. Setiap kelompok berjumlah lima siswa. Secara kelompok siswa mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru. Selesai mengerjakan tugas dikelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal dan mensharingkan apa yang mereka dapatkan
dari kelompok ahli. Kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas.
Pada siklus I, prestasi belajar siswa SDNegeri Kalongan mengalami peningkatan dibandingkan kondisi awal sebelum menggunakan model
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw. Setelah dilakukan tes evaluasi dan pengamatan mengenai aspek afektif dan aspek psikomotorik pada siklus I,
diperoleh nilai rata-rata kelas 75,95. Jumlah siswa yang mencapai KKM dari kondisi awal adalah 22, setelah dikenai tindakan pada siklus I jumlah
siswa yang mencapai KKM ada 12 siswa atau 60 dari 20 siswa. Sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai KKM adalah 8 siswa atau
40 dari 20 siswa. Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan
yaitu pada tanggal 7 Februari 2013 dan 11 Februari 2013 dengan sub materi struktur keorganisasian dan koperasi secara keseluruhan. Pada siklus II,
siswa dibentuk dalam kelompok yang berbeda dari kelompok siklus I. Pada siklus II siswa dibagi dalam empat kelompok asal, setiap kelompok terdiri
dari lima siwa. Pembelajaran antara siklus I dan siklus II berbeda, perbedaan siklus I dan siklus II yaitu pada submateri yang diberikan dan perbedaan
anggota kelompok. Perbedaan itu supaya tingkat pemahaman siwa dalam
kerja kelompok lebih mendalam, selain itu dapat belajar menerima kelebihan dan kekurangan dari teman-temannya.
Pada pembelajaran siklu II setiap siwa belajar dengan aktif dan terlihat tenanng. Semua kelompok mengerjakan tugas membuat bagan dan
mengerjakan LKS sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Siswa juga tidak mengerjakan secara individu tetapi sudah berdiskusi. Setelah selesai
mengerjakan LKS dan membuat bagan. Pada pertemuan kedua, semua siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. Siswa berdiskusi mengerjakan
tugas, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.
Prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kalongan pada materi koperasi siklus II mengalami kenaikan dibandingkan prestasi belajar siswa siklus I.
Hal itu terbukti dengan dengan hasil tes evaluasi yang dilakukan setelah selesai pertemuan di akhir siklus. Terdapat beberapa siswa yang mengalami
kenaikan. Akan tetapi terdapat beberapa siswa yang mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan submateri pada siklus II cenderung agak sulit
dibandingkan submateri siklus I. Selain itu, mungkin siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal siklus II. Sehingga perolehan nilai sebagaian siswa
dari siklus I ke siklus II menurun. Peningkatan prestasi belajar siswa tersebut diperkuat dengan nilai
rata-rata kelas pada siklus II adalah 83,05. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus II yaitu 16 siswa atau 80 dari 20 siswa. Sedangkan
jumlah siswa yang belum mencapai KKM ada 4 siswa atau 20 dari 20 siswa.
Tabel 4.2. Hasil Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Kalongan Depok
Variabel Indikator
Kondisi Awal
Akhir Siklus I
Akhir Siklus II
Prestasi Belajar
Rata-rata nilai ulanganevaluasi
65,37 75,95
83,05
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas IV SDN Kalongan materi koperasi
mengalami peningkatan. Dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 65,37 Setelah diberi tindakan pada siklus I mengalami kenaikan
menjadi 75,95 dan diberi tindakan menggunakan model pembelajaran metode jigsaw pada siklus II menarik kesimpulan menjadi 83,05. Dari data
tersebut dapat digambarkan pada grafik di bawah ini.
Gambar 4.20. Peningkatan Nilai Rata-rata Siswa Kelas IV SD Negeri Kalongan Persentase siswa yang mencapai KKM dari kondisi awal adalah 44,
pada siklus I adalah 60, sedangkan pada siklus II adalah 80. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar sesuai dengan
65,37 75,95
83,05
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Pres_Awal Pres_1
Pres_2
Nilai Rata-rata Kelas
hipotesis, bahwa model pembelajaran kooperatif metodejigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Dari data
tersebut dapat digambarkan pada grafik di bawah ini:
Gambar 4.21. Persentase pencapaian KKM Siswa Kelas IV SD Negeri Kalongan Depok
44 60
80
56 40
20 10
20 30
40 50
60 70
80 90
Pres_Awal Pres_ I
Pres_ II
P er
se ntas
e
Persentase Capaian KKM
Tuntas KKM Tidak Tuntas KKM
100
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif metode jigsawdalam upaya
meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada materi koperasi pada siswa kelas IV SD Negeri Kalongan Depok tahun ajaran 20122013
ditempuh dengan menggunakan PTK dengan langkah: 1 siswa dibagi kedalam kelompok asal dan kelompok ahli. 2 siswa yang mendapatkan
materi yang sama berkumpul menjadi satu kelompok, yang disebut kelompok ahli. 3 saat siswa berkumpul dalam kelompok ahli, mereka
mendiskusikan tentang materi yang ia dapatkan. 4 setelah itu siswa kembali kedalam kelompok asal dan mensharingkan apa yang telah ia
dapat dari kelompok ahli. 5 kemudian perwakilan tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dari kelompok asal.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat
meningkatkan minat belajar siswa kelas IV SD Negeri Kalongan Depok tahun ajaran 20122013. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan minat pada
kondisi awal dengan rata-rata 38,12 .Setelah dikenai mengalami tindakan pada siklus I, rata-rata minat siswa mengalami peningkatan menjadi 66,54.
Sedangkan setelah mengalami tindakan pada siklus II rata-rata minat siswa meningkat menjadi 75,96.