Prestasi Belajar KAJIAN PUSTAKA
belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam,
benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak
sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Menurut Sardiman 1986: 23 belajar adalah rangkaian kegiatan
jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa,
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari berbagai definisi belajar yang telah diuraikan, secara umum
belajar dapat dipahami sebagai kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merupakan hasil dari pengalaman dan interaksi dengan
lingkungannya yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. b.
Jenis-Jenis Belajar Menurut Muhibbin Syah 1997:122 belajar dibedakan menjadi
delapan jenis. Kedelapan jenis tersebut muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang beragam. Kedelapan
jenis belajar tersebut adalah : 1
Belajar abstrak Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara
berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata.
2 Belajar ketrampilan
Belajar ketrampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik dengan tujuan memperoleh dan menguasai
keterampilan jasmaniah tertentu misalnya belajar menari, melukis, belajar olahraga.
3 Belajar sosial
Belajar sosial adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memcahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah
untuk menguasai pemahan dan kecakapan dalam memecahkan
masalah-masalah sosial misalnya masalah keluarga, masalah kelompok, dan masalah masyarakat.
4 Belajar pemecahan masalah
Belajar pemecahan masalah yaitu belajar menggunakan metode- metode ilmiah secara sistematis, logis, teratur dan teliti tujuannya
untuk memperoleh kemempuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.
5 Belajar rasional
Belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional dengan tujuan memperoleh kecakapan menggunakan
prinsip-prinsip dan konsep-konsep. 6
Belajar kebiasaan Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-
kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan dapat menggunakan perintah, teladan, pengalaman
khusus dan hukuman. Tujuannya agaer siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif sesuai
dengan kebutuhan. 7
Belajar apresiasi Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting
suatu objek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mampu mengembangkan kecakapan ranah rasa, dalam hal ini yeng penulis
maksud adalah kemampuan menghargai sesuatu misalnya apresiasi music, apresiasi sastra.
8 Belajar pengetahuan
Belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Belajar pengetahuan bertujuan
agar siswa memperoleh informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat
khusus dalam mempelajarinyamisalnya penelitian lapangan. c.
Bentuk-Bentuk Belajar
Gagne 1984 dalam Ratna Wilis Dahar 1989: 12-17 mengemukakan ada lima bentuk-bentuk belajar yaitu:
1 Belajar responden
Salah satu bentuk dari belajar disebut belajar responden. Dalam belajar ini, suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah
dikenal. 2
Belajar kontinuitas Belajar kontinuitas adalah suatu stimulus atau suatu respon yang
dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku. Kekuatan dalam belajar ini dapat dilihat bila seseorang memberikan respons terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang belum lengkap. 3
Belajar operant Belajar akibat reisforment merupakan bentuk belajar lain yang
banyak diterapkan dalam tehnologi modifikasi tingkah laku. Reisforment adalah setiap stimulus yang meningkatkan kekuatan
suatu perilaku. Bentuk belajar ini disebut terkondisi operant, sebab perilaku yang diinginkan timbul secara spontan tanpa dikeluarkan
secara instinktif oleh stimulus apapun terhadap lingkungan. 4
Belajar observasional Belajar observasional adalah belajar dengan mengamati orang
lain melakukan apa yang akan dipelajari. 5
Belajar kognitif Belajar kognitif adalah belajar yang melibatkan berfikir atau
logika deduktif dan induktif. d.
Fase-Fase Belajar Ign. Masidjo 2007: 35 mengemukakan ada tujuh fase belajar
yang meliputi: 1
Fase Motivasi : Fase ini siswa butuh mau mengarahkan diri
dengan sadar terhadap apa yang dipelajari agar informasi ini dapat diresapkan sehingga menjadi pengetahuan yang kelak dapat dikuasai.
2 Fase Pemusatan
: Fase ini melibatkan indra-indra terhadap apa yang dipelajari dengan melihat, mendengar, mencium, menguap dll,
sehingga dapat dibentuk pola-pola perseptual. 3
Fase Pengubahan : Fase ini seorang siswa memahami pola-pola
perseptual tentang apa yang dipelajari keadaan ingatan jangka waktu pendek untuk diubah menjadi simbol-simbol bermakna dengan
mempertimbangkan kaitannya dengan apa yang dipelajari. 4
Fase Penyimpanan : Fase ini menyimpan simbol bermakna dalam
STM Sort Term Memory. 5
Fase Penggalian : Fase ini seorang siswa mencoba menggali
simbol-simbol bermakna yang tersimpan dalam jangka waktu panjang dan memasukkan ke dalam jangka waktu pendek untuk dihubungka
dengan apa atau pengetahuan lain maka simbol-simbol tersebut menjadi lebih bermakna dan telah siap untuk menjadi prestasi.
6 Fase Prestasi
: Setelah simbol-simbol bermakna tentang apa yang dipelajari sungguh-sungguh tergali maka, siswa dapat
menyadarkan kembali simbol-simbol yang lebih bermakna tersebut sebagai prestasi atau hasil belajar. Hasil perolehan dengan
menyebutkan simbol-simbol
bermakna tersebut
dan dapat
menunjukkan kaitannya dengan hal lain yang telah dipelajari. 7
Fase Balikan : Fase ini berupa pemberian balikan oleh guru,
teman. e.
Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Mustaqim 2001: 69 prinsip-prinsip belajar antara lain:
1 Belajar akan berhasil jika disertai kemampuan dan tujuan tertentu.
2 Belajar akan lebih berhasil jika disertai perbuatan latihan dan ulangan.
3 Belajar akan lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan
aktivitas belajar itu sendiri atau hubungan dengan kebutuhan hidupnya.
4 Belajar akan lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari
dipahami, bukan sekedar menghafal fakta. 5
Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain.
6 Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si
pelajar. 7
Latihan dan ulangan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
f. Faktor-Faktor Belajar
Menurut Sumadi Suryabarata 1984: 253-258 faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu:
1 Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, faktor ini dapat
digolongkan menjadi dua yaitu: a
Faktor-faktor non sosial dalam belajar Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang
jumlahnya, seperti keadaan udara, suhu, cuaca, tempat, alat-alat yang diapakai untuk belajar seperti alat tulis, buku-buku, alat
peraga dan lain-lain. Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas juga faktor-
faktor lain yang belum disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu proses atau perbuatan belajar
secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu
dekat kepada kebisingan atau jalan raya, lalu bangunan ini harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu
kesehatan. Demikian pula alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat menurut
pertimbangan psikologis dan pedagogik. b
Faktor-faktor sosial Faktor-faktor sosial disini adalah manusia sesama manusia
baik manusia itu hadir atau kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang lain
pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali mengganggu belajar. Misalnya kalau satu kelas murid sedang mengerjakan
ujian lalu terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas atau seseorang sedang belajar di kamar. Kecuali
kehadiran yang langsung seperti yang telah dikemukakan di atas, mungkin juga orang lain itu hadir tidak langsung atau dapat
disimpulkan kehadirannya, misalnya potret dapat dapat merupakan representasi dari seseorang.
Faktor-faktor sosial seperti yang telah dikemukakan di atas itu pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar mengajar dan
hasil belajar siswa. Biasanya faktor tersebut mengganggu konsentrasi sehingga perhatian tidak dapat ditunjukkan kepada
hal yang dipelajari atau aktivitas belajar itu semata-mata. Dengan berbagai cara faktor tersebut harus diatur supaya belajar dapat
berlangsung sebaik-baiknya. 2
Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, faktor ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a Faktor-faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu;
1 Keadaan jasmani pada umumnya.
Keadaan jasmani ini pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang
segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya
daripada yang tidak lelah. 2
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi panca indra.
Panca indra merupakan hal yang paling penting dalam belajar dan merupakan syarat dapatnya belajar dapat
berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa ini diantara panca indra yang paling memegang peranan
dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah menjadi bagi kewajiban setiap pendidikan untuk menjaga,
agar panca indra anak dapat berfungsi dengan baik yang
bersifat kuratif maupun preventif seperti pemeriksaan dokter secara periodik dan menempatkan murid secara baik di kelas.
b Faktor-faktor psikologis
Arden N. Fradsen mengemukakan empat hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut:
1 Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang
lebih luas. 2
Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
3 Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,
guru, dan teman. 4
Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila mengusai pelajaran.
3. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi belajar
Menurut Winkel 1996:162 bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapainya. ”
Sedangkan menurut S. Nasution 1996:17 prestasi belajar adalah :“Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaiknya dikatakan
prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam tiga kriteria tersebut.”
Prestasi belajar adalah salah satu hal yang dapat menentukan bahwa seorang siswa dikatakan berhasil atau tidak dalam proses
pembelajaranya, siswa berhasil jika mendapatkan nilai yang bagus dan tidak berhasil bila mendapatkan nilai yang kurang bagus. Definisi
tentang prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran yang hasilnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru Depdikbud, 1988: 700.
Menurut Nur Kencana 1986: 62 mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak
berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu
sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Jadi pengertian prestasi belajar menurut penulis adalah suatu
hasil yang diperoleh seorang siswa dalam melakukan proses belajar sesuai bobot pencapainya yang memenuhi tiga aspek penting yaitu
aspek kognitif, afektif dan psikomotor. b.
Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar menjadi sangat penting bagi siswa kerena
dengan prestasi belajar siswa dapat mengukur sejauh mana pencapaian hasil belajar yang mereka peroleh. Selain itu menurut Zainal Arifin
1990:3 dalam
http:dhar321.blogspot.com201010definisipengertian-prestasi- belajar.html prestasi belajar juga memiliki beberapa fungsi utama,
yaitu: 1
Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa.
2 Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
3 Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. 4
Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap siswa c.
Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang
diharapkan, maka
perlu diperhatikan
beberapa faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang berasal dari
dalam diri siswa faktor intern dan faktor yang berasal dari luar siswa faktor ekstern antara lain faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.
1 Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri dan dapat digolongkan sebagai berikut :
a Kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya.
Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kecerdasan yang selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan
tingkat perkembangan sebaya. b
Minat Minat adalah kecenderungan yang untuk memperhatikan
beberapa kegiatan atau suatu hal. Jelaslah bahwa minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap suatu kegiatan.
Pelajaran yang menarik siswa, akan lebih mudah dipelajari dan disimpan karena menambah semangat siswa dalam belajar
sehingga siswa memperoleh penggetahuan yang menetap. c
Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang dimiliki oleh
seseorang yang berasal dari pembawaan lahir. Tumbuhnya keahlian dalam diri seseorang akan sangat ditentukan oleh
bakat yang dimilikinya sehubungan dengan perolehan prestasi belajar bidang studi tertentu. Bakat juga memegang peranan
penting dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Guru atau orang tua tidak boleh memaksa anak untuk melakukan suatu
kegiatan yang tidak sesuai dengan bakatnya karena hal tersebut tidak akan mengembangkan bakatnya.
d Motivasi
Motivasi adalah dorongan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil apabila
seorang siswa mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri siswa atas dasar kesadarannya sendiri untuk
melakukan suatu kegiatan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang datangnya dari luar diri
seseorang yang menyebabkan siswa melakukan kegiatan belajar.
2 Faktor Ekstern
Faktor Ekstern adalah faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang berasal dari luar diri siswa. Menurut Slameto
1995:60 dalam www.wordpress.com faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah
dan lingkungan masyarakat.”
a Keadaan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan tumbuh besar. Adanya rasa aman
dalam sebuah keluarga sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Rasa aman tersebut membuat
seseorang terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang
dapat menambah motivasi dalam diri siswa untuk belajar sehingga prestasi belajarnya meningkat.
b Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena
itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Lingkungan sekolah yang baik
meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa dan fasilitas pendukung kegiatan belajar. Hubungan
antara guru dan siswa yang kurang baik akan berpengaruh buruk terhadap hasil belajar siswa itu sendiri.
c Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak, sebab kehidupan sehari-hari anak
akan lebih banyak dihabiskan untuk bergaul dengan lingkungan tempat mereka berada. Lingkungan masyarakat
dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak sebayanya.
Apabila anak-anak sebayanya adalah anak yang rajin belajar, maka anak tersebut akan terangsang untuk mengikuti mereka
yang rajin belajar. Sebaliknya apabila anak-anak disekitarnya merupakan kumpulan anak yang nakal yang hanya berkeliaran
saja maka anakpun akan terpengaruh hal-hal buruk tersebut. Jadi
dapat dikatakan
bahwa lingkungan
membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang
anak akan selalu beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.