Prestasi Belajar KAJIAN PUSTAKA

belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Menurut Sardiman 1986: 23 belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dari berbagai definisi belajar yang telah diuraikan, secara umum belajar dapat dipahami sebagai kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merupakan hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. b. Jenis-Jenis Belajar Menurut Muhibbin Syah 1997:122 belajar dibedakan menjadi delapan jenis. Kedelapan jenis tersebut muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang beragam. Kedelapan jenis belajar tersebut adalah : 1 Belajar abstrak Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. 2 Belajar ketrampilan Belajar ketrampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik dengan tujuan memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu misalnya belajar menari, melukis, belajar olahraga. 3 Belajar sosial Belajar sosial adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memcahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahan dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial misalnya masalah keluarga, masalah kelompok, dan masalah masyarakat. 4 Belajar pemecahan masalah Belajar pemecahan masalah yaitu belajar menggunakan metode- metode ilmiah secara sistematis, logis, teratur dan teliti tujuannya untuk memperoleh kemempuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. 5 Belajar rasional Belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional dengan tujuan memperoleh kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. 6 Belajar kebiasaan Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan- kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan dapat menggunakan perintah, teladan, pengalaman khusus dan hukuman. Tujuannya agaer siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif sesuai dengan kebutuhan. 7 Belajar apresiasi Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting suatu objek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mampu mengembangkan kecakapan ranah rasa, dalam hal ini yeng penulis maksud adalah kemampuan menghargai sesuatu misalnya apresiasi music, apresiasi sastra. 8 Belajar pengetahuan Belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Belajar pengetahuan bertujuan agar siswa memperoleh informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinyamisalnya penelitian lapangan. c. Bentuk-Bentuk Belajar Gagne 1984 dalam Ratna Wilis Dahar 1989: 12-17 mengemukakan ada lima bentuk-bentuk belajar yaitu: 1 Belajar responden Salah satu bentuk dari belajar disebut belajar responden. Dalam belajar ini, suatu respon dikeluarkan oleh suatu stimulus yang telah dikenal. 2 Belajar kontinuitas Belajar kontinuitas adalah suatu stimulus atau suatu respon yang dapat menghasilkan suatu perubahan dalam perilaku. Kekuatan dalam belajar ini dapat dilihat bila seseorang memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan yang belum lengkap. 3 Belajar operant Belajar akibat reisforment merupakan bentuk belajar lain yang banyak diterapkan dalam tehnologi modifikasi tingkah laku. Reisforment adalah setiap stimulus yang meningkatkan kekuatan suatu perilaku. Bentuk belajar ini disebut terkondisi operant, sebab perilaku yang diinginkan timbul secara spontan tanpa dikeluarkan secara instinktif oleh stimulus apapun terhadap lingkungan. 4 Belajar observasional Belajar observasional adalah belajar dengan mengamati orang lain melakukan apa yang akan dipelajari. 5 Belajar kognitif Belajar kognitif adalah belajar yang melibatkan berfikir atau logika deduktif dan induktif. d. Fase-Fase Belajar Ign. Masidjo 2007: 35 mengemukakan ada tujuh fase belajar yang meliputi: 1 Fase Motivasi : Fase ini siswa butuh mau mengarahkan diri dengan sadar terhadap apa yang dipelajari agar informasi ini dapat diresapkan sehingga menjadi pengetahuan yang kelak dapat dikuasai. 2 Fase Pemusatan : Fase ini melibatkan indra-indra terhadap apa yang dipelajari dengan melihat, mendengar, mencium, menguap dll, sehingga dapat dibentuk pola-pola perseptual. 3 Fase Pengubahan : Fase ini seorang siswa memahami pola-pola perseptual tentang apa yang dipelajari keadaan ingatan jangka waktu pendek untuk diubah menjadi simbol-simbol bermakna dengan mempertimbangkan kaitannya dengan apa yang dipelajari. 4 Fase Penyimpanan : Fase ini menyimpan simbol bermakna dalam STM Sort Term Memory. 5 Fase Penggalian : Fase ini seorang siswa mencoba menggali simbol-simbol bermakna yang tersimpan dalam jangka waktu panjang dan memasukkan ke dalam jangka waktu pendek untuk dihubungka dengan apa atau pengetahuan lain maka simbol-simbol tersebut menjadi lebih bermakna dan telah siap untuk menjadi prestasi. 6 Fase Prestasi : Setelah simbol-simbol bermakna tentang apa yang dipelajari sungguh-sungguh tergali maka, siswa dapat menyadarkan kembali simbol-simbol yang lebih bermakna tersebut sebagai prestasi atau hasil belajar. Hasil perolehan dengan menyebutkan simbol-simbol bermakna tersebut dan dapat menunjukkan kaitannya dengan hal lain yang telah dipelajari. 7 Fase Balikan : Fase ini berupa pemberian balikan oleh guru, teman. e. Prinsip-Prinsip Belajar Menurut Mustaqim 2001: 69 prinsip-prinsip belajar antara lain: 1 Belajar akan berhasil jika disertai kemampuan dan tujuan tertentu. 2 Belajar akan lebih berhasil jika disertai perbuatan latihan dan ulangan. 3 Belajar akan lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktivitas belajar itu sendiri atau hubungan dengan kebutuhan hidupnya. 4 Belajar akan lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta. 5 Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain. 6 Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar. 7 Latihan dan ulangan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman. f. Faktor-Faktor Belajar Menurut Sumadi Suryabarata 1984: 253-258 faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada dua yaitu: 1 Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, faktor ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu: a Faktor-faktor non sosial dalam belajar Kelompok faktor-faktor ini boleh dikatakan juga tak terbilang jumlahnya, seperti keadaan udara, suhu, cuaca, tempat, alat-alat yang diapakai untuk belajar seperti alat tulis, buku-buku, alat peraga dan lain-lain. Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas juga faktor- faktor lain yang belum disebutkan harus kita atur sedemikian rupa, sehingga dapat membantu proses atau perbuatan belajar secara maksimal. Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan raya, lalu bangunan ini harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam ilmu kesehatan. Demikian pula alat-alat pelajaran harus seberapa mungkin diusahakan untuk memenuhi syarat-syarat menurut pertimbangan psikologis dan pedagogik. b Faktor-faktor sosial Faktor-faktor sosial disini adalah manusia sesama manusia baik manusia itu hadir atau kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu seseorang sedang belajar, banyak kali mengganggu belajar. Misalnya kalau satu kelas murid sedang mengerjakan ujian lalu terdengar banyak anak-anak lain bercakap-cakap di samping kelas atau seseorang sedang belajar di kamar. Kecuali kehadiran yang langsung seperti yang telah dikemukakan di atas, mungkin juga orang lain itu hadir tidak langsung atau dapat disimpulkan kehadirannya, misalnya potret dapat dapat merupakan representasi dari seseorang. Faktor-faktor sosial seperti yang telah dikemukakan di atas itu pada umumnya bersifat mengganggu proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Biasanya faktor tersebut mengganggu konsentrasi sehingga perhatian tidak dapat ditunjukkan kepada hal yang dipelajari atau aktivitas belajar itu semata-mata. Dengan berbagai cara faktor tersebut harus diatur supaya belajar dapat berlangsung sebaik-baiknya. 2 Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, faktor ini dapat digolongkan menjadi dua yaitu: a Faktor-faktor fisiologis Faktor-faktor fisiologis dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu; 1 Keadaan jasmani pada umumnya. Keadaan jasmani ini pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah. 2 Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi panca indra. Panca indra merupakan hal yang paling penting dalam belajar dan merupakan syarat dapatnya belajar dapat berlangsung dengan baik. Dalam sistem persekolahan dewasa ini diantara panca indra yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah menjadi bagi kewajiban setiap pendidikan untuk menjaga, agar panca indra anak dapat berfungsi dengan baik yang bersifat kuratif maupun preventif seperti pemeriksaan dokter secara periodik dan menempatkan murid secara baik di kelas. b Faktor-faktor psikologis Arden N. Fradsen mengemukakan empat hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah sebagai berikut: 1 Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. 2 Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. 3 Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman. 4 Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila mengusai pelajaran. 3. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi belajar Menurut Winkel 1996:162 bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapainya. ” Sedangkan menurut S. Nasution 1996:17 prestasi belajar adalah :“Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaiknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam tiga kriteria tersebut.” Prestasi belajar adalah salah satu hal yang dapat menentukan bahwa seorang siswa dikatakan berhasil atau tidak dalam proses pembelajaranya, siswa berhasil jika mendapatkan nilai yang bagus dan tidak berhasil bila mendapatkan nilai yang kurang bagus. Definisi tentang prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang hasilnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru Depdikbud, 1988: 700. Menurut Nur Kencana 1986: 62 mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Jadi pengertian prestasi belajar menurut penulis adalah suatu hasil yang diperoleh seorang siswa dalam melakukan proses belajar sesuai bobot pencapainya yang memenuhi tiga aspek penting yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor. b. Fungsi Prestasi Belajar Prestasi belajar menjadi sangat penting bagi siswa kerena dengan prestasi belajar siswa dapat mengukur sejauh mana pencapaian hasil belajar yang mereka peroleh. Selain itu menurut Zainal Arifin 1990:3 dalam http:dhar321.blogspot.com201010definisipengertian-prestasi- belajar.html prestasi belajar juga memiliki beberapa fungsi utama, yaitu: 1 Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa. 2 Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 3 Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. 4 Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap siswa c. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang berasal dari dalam diri siswa faktor intern dan faktor yang berasal dari luar siswa faktor ekstern antara lain faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. 1 Faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri dan dapat digolongkan sebagai berikut : a Kecerdasan Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kecerdasan yang selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. b Minat Minat adalah kecenderungan yang untuk memperhatikan beberapa kegiatan atau suatu hal. Jelaslah bahwa minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap suatu kegiatan. Pelajaran yang menarik siswa, akan lebih mudah dipelajari dan disimpan karena menambah semangat siswa dalam belajar sehingga siswa memperoleh penggetahuan yang menetap. c Bakat Bakat adalah kemampuan tertentu yang dimiliki oleh seseorang yang berasal dari pembawaan lahir. Tumbuhnya keahlian dalam diri seseorang akan sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan perolehan prestasi belajar bidang studi tertentu. Bakat juga memegang peranan penting dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Guru atau orang tua tidak boleh memaksa anak untuk melakukan suatu kegiatan yang tidak sesuai dengan bakatnya karena hal tersebut tidak akan mengembangkan bakatnya. d Motivasi Motivasi adalah dorongan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil apabila seorang siswa mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri siswa atas dasar kesadarannya sendiri untuk melakukan suatu kegiatan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang datangnya dari luar diri seseorang yang menyebabkan siswa melakukan kegiatan belajar. 2 Faktor Ekstern Faktor Ekstern adalah faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yang berasal dari luar diri siswa. Menurut Slameto 1995:60 dalam www.wordpress.com faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.” a Keadaan Keluarga Keluarga adalah lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan tumbuh besar. Adanya rasa aman dalam sebuah keluarga sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Rasa aman tersebut membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang dapat menambah motivasi dalam diri siswa untuk belajar sehingga prestasi belajarnya meningkat. b Keadaan Sekolah Sekolah merupakan lembaga formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Lingkungan sekolah yang baik meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa dan fasilitas pendukung kegiatan belajar. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan berpengaruh buruk terhadap hasil belajar siswa itu sendiri. c Lingkungan Masyarakat Lingkungan masyarakat sekitar sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak, sebab kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak dihabiskan untuk bergaul dengan lingkungan tempat mereka berada. Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak sebayanya. Apabila anak-anak sebayanya adalah anak yang rajin belajar, maka anak tersebut akan terangsang untuk mengikuti mereka yang rajin belajar. Sebaliknya apabila anak-anak disekitarnya merupakan kumpulan anak yang nakal yang hanya berkeliaran saja maka anakpun akan terpengaruh hal-hal buruk tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.

B. Pembelajaran IPS SD

1. Hakikat Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan cabang dari ilmu sosial yang mempelajari tentang kehidupan kemasyarakatan yang bahan-bahannya dipandu dari unsur-unsur yang diambil dari berbagai disiplin Ilmu-ilmu Sosial. Kompas,26 Mei 2003 seperti ekonomi, sejarah, kewarganegaraan dan geografi serta diintegrasikan pula dengan pendidikan budi pekerti yang juga menjadi landasan mental bagi siswa. Menurut Nursid 1984:7 Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah bidang-bidan keilmuan yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Melalui mata pelajaran IPS, siswa juga diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran di SD menggunakan pendekatan interdisipliner, yang mengaitkan berbagai unsur kemasyarakatan, separti kegiatan ekonomi, tata peraturan sosial yang berlaku, tradisi dan budaya suatu masyarakat, dll. Oleh karena itu mata pelajaran IPS di SD disajikan dalam bentuk terpadu, sehingga siswa memiliki pengetahuan yang menyeluruh dan cukup saat mereka memasuki dunia bermasyarakat saat mereka dewasa kelak. Jadi dapat penulis simpulkan bahwa IPS adalah kajian ilmu yang mempelajari tentang manusia sebagai anggota masyarakat dan juga lingkungan sekitarnya yang berkaitan dengan aspek ekonomi, geografi, sejarah dan kewarganegaraan. 2. Tujuan Pembelajaran IPS Mata Pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kasadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. 3. Ruang Lingkup IPS Menurut Depdiknas 2006: 576 bahwa ruang lingkup dalam pembelajaran IPS mempunyai 4 aspek yaitu: a. Manusia, tempat dan lingkungan. b. Waktu, keberlanjutan dan perubahan. c. Sistem sosial dan ekonomi. d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

C. Standar Kompetensi IPS Kelas V Semester I

Mata pelajaran IPS di SD disajikan dalam bentuk terpadu dan terintegrasi dengan disiplin ilmu lain seperti ekonomi, sejarah, kewarganegaraan dan geografi dan juga budi pekerti agar siswa memiliki pengetahuan yang menyeluruh dan cukup saat mereka memasuki dunia bermasyarakat kelak serta siap menghadapi tantangan global yang dapat berubah setiap saat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Sekolah Dasar, khususnya untuk kelas V semester I adalah : Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. 1.1. Mengenal makna peninggalan- peninggalan sejarah yang berskala nasinal dari masa Hindu-Budha dan Islam di indonesia. 1.2. Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di indonesia. 1.3. Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di indonesia dengan menggunakan petaatlasglobe dan media lainnya. 1.4. Mengenal keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. 1.5. Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia.

D. Kompetensi Dasar IPS Kelas V Semester I

Kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompetensi dasar 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. Dalam kompetensi dasar tersebut terdapat dua materi pokok yaitu jenis-jenis usaha

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Peningkatan motivasi belajar siswa kelas X melalui media audio visual pada mata pelajaran PAI di SMK Karya Ekopin

0 5 96

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan metode SQ3R pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013-2014

0 18 111

Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan penggunaan media pemutaran film di kelas V MI Miftahul Hidayah Kota Bekasi

2 124 132

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui media audio visual pada mata pelajaran PKN siswa kelas II MI Al-Husna Ciledug Tahun pelajaran 2013/2014

3 12 126

Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 1 Metro Barat menggunakan media audio visual tahun pelajaran 2012/2013.

0 5 42