PERANCANGAN SISTEM Rancang bangun sistem informasi agroindustri belimbing dewa Pemerintah Daerah Kota Depok

18

B. PERANCANGAN SISTEM

1. Arsitektur Sistem

Perancangan Sistem Informasi Belimbing Dewa Kota Depok diawali dengan menyusun arsitektur sistem. Arsitektur Sisagribingwa menggambarkan struktur dan fungsi komponen-komponen dalam sistem yang saling berkaitan sehingga akhirnya membentuk suatu sistem yang terintegrasi. Arsitektur sistem berfungsi untuk melihat bagaimana sebuah sistem bekerja dan menjadi acuan bagi pengembang sistem terhadap sistem yang akan dikembangkan Whitten et al. 2001. Gambar 4 menampilkan arsitektur dari Sistem Informasi Belimbing Dewa Kota Depok. Gambar 4. Arsitektur sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok Whitten et al. 2001 menjelaskan bahwa arsitektur dari sebuah aplikasi menetapkan teknologi yang akan digunakan untuk menjalankan sebuah sistem informasi. Arsitektur sistem memperlihatkan bagaimana data, proses dan antar muka sistem saling berinteraksi dan berkomunikasi di dalam sebuah jaringan. Dalam arsitektur sistem informasi belimbing dewa Kota Depok, komponen yang menyusun arsitektur ini adalah pengguna, antarmuka sistem dan basis data sistem. Pada gambar arsitektur sistem diatas terlihat bahwa pada awalnya pengguna akan dihadapkan pada antarmuka menu sistem dimana pengguna dapat melakukan pemilihan menu informasi yang dibutuhkan. Kemudian antarmuka sistem akan berhubungan dengan basis data sistem untuk selanjutnya menampilkan informasi yang dipilih pada antarmuka laporan sistem. Laporan yang tersedia pada sistem informasi belimbing dewa Kota Depok terdiri dari dua jenis laporan, yaitu laporan statis yang berisi Antarmuka Pemilihan Menu Budidaya, Pemasaran, Rekayasa Proses, Industri, Kebijakan, Referensi ilmiah Antarmuka Laporan Laporan Statis, Laporan Dinamis Basis Data Sistem Informasi Belimbing Dewa Pengguna 19 informasi yang cenderung tidak berubah serta laporan dinamis yang berisi laporan yang akan selalu diperbarui sesuai kondisi pengembangan agroindustri belimbing dewa Kota Depok di lapangan.

2. Diagram Alir Data

Diagram Alir Data atau Data Flow Diagram DFD adalah tampilan grafik suatu sistem yang menggunakan empat bentuk untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui proses-proses yang saling berhubungan McLeod 2007. Post et al. 2003 menjelaskan bahwa DFD dirancang untuk menunjukkan bagaimana sistem dibagi dalam beberapa bagian yang lebih kecil dan untuk menandai aliran data diantara bagian-bagian tersebut. Diagram Alir Data adalah alat yang menggambarkan aliran data di dalam sebuah sistem dan pekerjaan atau proses yang berlangsung di dalam sistem tersebut Whitten et al. 2001. Diagram Alir Data konteks dari sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Diagram Alir Data konteks Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok Pada Diagram Alir Data konteks, diperlihatkan interaksi sistem dengan agen eksternal tanpa menampilkan bagaiman proses yang terjadi di dalam sistem bekerja. Pada Digaram Alir Konteks diatas terlihat aliran informasi berasal dari empat agen eksternal dan mengalir menuju satu agen eksternal. Empat agen eksternal yang menjadi sumber data dari Sisagribingwa adalah Dinas Pertanian dan Perikan, Dinas Perindustrian, Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing dan Pustaka. Dari keempat agen tersebut sumber informasi diperoleh yang kemudian masuk ke dalam sistem untuk kemudian diolah menjadi keluaran yang akan digunakan oleh pengguna sistem. Selanjutnya Diagram Alir Data Konteks akan dijabarkan kembali dalam Diagram Alir Data tahap satu, dimana proses yang terjadi di dalam sistem akan dapat terlihat lebih jelas. Diagram Alir Data tahap satu dari Sisagribingwa dapat dilihat pada Gambar 6. 20 Gambar 6. Diagram alir data tahap satu Sistem Informasi Belimbing Dewa Depok Diagram Alir Data tahap satu menampilkan proses-proses yang terjadi di dalam sistem serta penyimpanan data yang terjadi di dalam sistem. Proses pertama adalah pengumpulan dan seleksi data dari agen-agen eksternal yang menjadi sumber informasi dari Sisagribingwa untuk kemudian hasil pengumpulan dan seleksi yang dilakukan disimpan di dalam basis data Sisagribingwa. Kemudian informasi yang tersimpan di basis data akan dialirkan menuju Pengguna setelah dilakukan proses pemilihan data serta proses pengolahan dan pelaporan data.

3. Perancangan Basis Data

Sebelum basis data dibuat, perlu dilakukan perancangan model data terlebih dahulu. Menurut Fathansyah 2004, model data dapat didefinisikan sebagai kumpulan perangkat konseptual untuk menggambarkan data, hubungan data, semantik makna data dan batasan data. Model data sering disebut pula sebagai model data logika, karena yang menjadi penekanan dari model data adalah makna dari data dan keterhubungannya dengan data lain. Keterangan: = input dan output eksternal = proses = aliran data =penyimpanan data 21 Dalam perancangan model data, terdapat sejumlah cara yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan menggunakan model keterhubungan-entitas atau model entity-relationship. Fathansyah 2004 menjelaskan bahwa pada model entity-relationship, semesta data yang ada di „dunia nyata‟ diterjemahkanditransformasikan dengan memanfaatkan diagram data, yang umum disebut sebagai diagram entity-relationship atau entity-relationship diagram ERD. Dalam sebuah ERD terdapat empat komponen utama yang digunakan, yaitu entitas, relasi, atribut entitas, dan derajat relasi atau kardinalitas. Entitas merupakan individu yang mewakili sesuatu yang nyata keberadaannya dan dapat dibedakan dari sesuatu yang lain. Relasi adalah komponen yang menunjukkan hubungan antara sejumlah entitas di dalam sebuah ERD. Atribut entitas adalah karakteristik-karakteristik yang mendeskripsikan entitas, sedangkan derajat relasi atau kardinalitas adalah komponen yang menunjukkan jumlah maksimum entitas yang dapat berelasi dengan entitas yang lain. Dalam sebuah ERD, terdapat beberapa kemungkinan kardinalitas antar entitas. Macam-macam kardinalitas tersebut adalah: a. Satu ke satu Kardinalitas sat ke satu memiliki arti setiap bagian pada sebuah entitas hanya dapat berhubungan paling banyak dengan satu satu bagian pada entitas yang berelasi dan begitu pula sebaliknya. b. Satu ke banyak Kardinalitas satu ke banyak memiliki arti setiap bagian pada sebuah entitas dapat berhubungan dengan banyak bagian pada entitas yang berelasi, namun tidak bisa dengan sebaliknya. c. Banyak ke satu Kardinalitas banyak ke satu memiliki arti setiap bagian pada sebuah entitas hanya dapat berhubungan dengan satu bagian pada entitas yang berelasi, namun himpunan entitas pasangannya dapat berhubungan dengan banyak bagian pada entitas tersebut. d. Banyak ke banyak Kardinalitas satu ke banyak memiliki arti setiap bagian pada sebuah entitas dapat berhubungan dengan banyak bagian pada entitas lainnya serta begitu pula sebaliknya. Selain keempat komponen utama tersebut, ada beberapa komponen lain yang menyusun sebuah ERD, yaitu entitas lemah dan spesialisasi-generalisasi. Entitas lemah weak entity merupakan entitas yang keberadaannya ditentukan oleh adanya entitas lain. Spesialisasi-generalisasi adalah proses pengelompokan entitas-entitas yang terlibat pada sebuah ERD menjadi sub entitas-sub entitas. Pada spesialisasi, yang terjadi adalah pemecahan sebuah entitas menjadi beberapa entitas lain yang lebih spesifik, sedangkan pada generalisasi yang terjadi adalah pengelompokkan beberapa entitas yang memiliki atribut-atribut yang sama menjadi sebuah entitas yang lebih umum. Komponen-komponen dalam sebuah ERD digambarkan dalam simbol-simbol yang dapat dilihat pada Tabel 2. Dalam membuat diagram keterhubungan-entitas, langkah-langkah yang dilakukan adalah menentukan entitas-entitas yang terlibat dalam sistem, menentukan relasi dan derajat relasi kardinalitas antar entitas yang terlibat, serta menentukan atribut-atribut setiap entitas. Setelah komponen-komponen utama dalam ERD telah 22 teridentifikasi seluruhnya, kemudian dilakukan identifikasi adanya kemungkinan generalisasi atau spesialisasi pada rancangan ERD yang telah dibuat sehingga didapatkan rancangan model data yang efisien dan fleksibel. Tabel 2. Simbol-simbol komponen ERD Fathansyah 2004 Simbol Arti Entitas Atribut entitas Relasi x,x Derajat relasi Entitas lemah GeneralisasiSpesialisasi Pada tahap perancangan model data ini, ada lima belas entitas yang terlibat di dalam Sisagribingwa. Selain itu terdapat satu buah spesialisasi yang terjadi pada entitas pemasaran menjadi tiga buah entitas yang lebih khusus yaitu entitas penjualan, entitas harga dan entitas distribusi, serta satu buah generalisasi yang terjadi pada entitas industri pengolahan, entitas kelompok tani, dan entitas lembaga riset menjadi satu entitas yang lebih umum yaitu entitas organisasi sehingga menyebabkan entitas lembaga riset tidak lagi ada karena seluruh atributnya telah tercakup ke dalam atribut-atribut entitas organisasi. Hasil perancangan model data Sisagribingwa dapat dilihat pada ERD yang terdapat pada Lampiran 1.

4. Implementasi Basis Data

Tahap implementasi basis data merupakan upaya untuk membangun basis data fisik yang ditempatkan dalam memori sekunder disk dengan bantuan sistem manajemen basis data. Tahap ini dimulai dengan melakukan transformasi dari model 23 data yang telah dibuat pada tahap perancangan model data ke bentuk struktur basis data yang sesuai dengan DBMS yang dipilih. Secara umum, sebuah ERD akan direpresentasikan menjadi sebuah basis data fisik, sedangkan komponen-komponen yang terdapat di dalamnya akan menjadi komponen-kompen penyusun basis data fisik tersebut. Pada tahap implementasi basis data, entitas-entitas yang terlibat pada model data akan ditransformasikan menjadi tabel-tabel yang merupakan komponen utama pembentuk basis data, sedangkan atribut-atribut yang menjadi karakteristik entitas akan menjadi kolom-kolom dari tabel-tabel yang dihasilkan dari transformasi entitas ke bentuk tabel. Pada model ERD yang dihasilkan pada perancangan model data, diperoleh sebanyak lima belas entitas. Kelima belas entitas ini kemudian akan ditransformasikan menjadi lima belas tabel dengan masing-masing tabel terdiri dari kolom-kolom yang merupakan transformasi dari atribut entitas-atribut entitas yang melekat pada setiap entitas. Namun pada tahap implementasi basis data, dimungkinkan untuk membuat tabel tambahan diluar transformasi entitas sebagai tabel bantu atau sebagai konsekwensi dari kardinalitas relasi antar entitas pada model data. Tabel-tabel pada basis data fisik Sisagribingwa dapat dilihat pada Lampiran 2. Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa pada sebuah ERD terdapat beberapa macam kardinalitas atau derajat relasi yang mungkin terjadi pada relasi antar entitas. Kardinalitas memiliki pengaruh terhadap struktur tabel pada basis data yang dibuat. Sebuah kardinalitas banyak ke banyak n ke n pada relasi dua entitas akan menyebabkan terbentuknya sebuah tabel baru. Namun tidak demikian dengan bentuk kardinalitas lainnya. Pada kardinalitas satu ke satu, satu ke banyak dan subentitas akan menyebabkan penambahan atribut kunci salah satu entitas ke entitas lainnya yang saling terhubung dalam sebuah relasi, sehingga tabel yang terbentuk akan memiliki kolom tambahan yang merupakan implementasi dari penambahan atribut kunci tersebut. Dalam melakukan implementasi basis data, DBMS yang digunakan adalah MySQL. Hasil transformasi model data menjadi basis data fisik dapat dilihat pada Lampiran 3.

5. Pengujian Basis Data

Pada tahap pengujian basis data, dilakukan pengujian basis data fisik secara manual dengan aturan normalisasi serta dan pengujian model data dengan bantuan perangkat lunak Sybase Powerdesigner 12. Aturan normalisasi digunakan untuk menguji apakah basis data fisik yang telah dibuat sudah cukup efisien dan kompak, cepat dalam pengaksesan dan mudah dalam proses manipulasi tambah, ubah, hapus data. Menurut Fathansyah 2004 sebuah tabel dalam basis data dapat dikategorikan baik efisien atau normal jika telah memenuhi tiga kriteria berikut: a. Jika ada dekomposisi tabel, maka dekomposisi yang dilakukan harus dijamin aman Loseless-Join Decomposition. b. Terpeliharanya ketergantunagn fungsional pada saat perubahan data Dependency Preservation. c. Tidak melanggar Boyce-Code Normal Form BCNF, namun bila BCNF tidak dapat terpenuhi, maka basis data tidak boleh melanggar Bentuk Normal tahap Ketiga 3 rd Normal Form. 24 Kriteria pertama, yaitu loseless-join decomposition, akan terpenuhi bila pada tabel-tabel yang merupakan hasil dari sebuah dekomposisi digabungkan kembali, maka akan dapat menghasilkan tabel awal sebelum dekomposisi. Pada basis data fisik yang terbentuk, terdapat beberapa tabel yang merupakan hasil dekomposisi. Yaitu tabel distribusi, penjualan, harga, dan pemasaran. Dengan melakukan pengujian loseless-join decomposition, dapat disimpulkan bahwa dekomposisi yang yang terjadi telah memenuhi kriteria loseless-join decomposition. Kriteria kedua, yaitu dependency preservation atau pemeliharaan ketergantungan, dapat dipenuhi apabila terjadi perubahan data, maka perubahan data yang dilakukan tidak akan menghasilkan inkonsistensi data pada basis data fisik secara keseluruhan. Dengan melakukan pengujian basis data terhadap kriteri kedua ini, basis data fisik yang dihasilkan telah memenuhi kriteria dependency preservation. Kriteria ketiga, yaitu BCNF, dapat terpenuhi apabila pada sebuah tabel dimana terdapat sebuah Ketergantungan Fungsional dengan notasi X  Y, maka X harus merupakan superkey pada tabel tersebut. Ketergantungan Fungsional dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila terdapat sebuah tabel pada basis data dengan paling sedikit dua buah atribut, yaitu A dan B, maka dapat dinyatakan seperti pada notasi 4.1 berikut: A  B 4.1 Yang berarti A secara fungsional menentukan B atau sebaliknya, B secara fungsional nilainya tergantung pada A, jika dan hanya jika untuk setiap kumpulan baris data row yang ada di tabel tersebut dengan satu nilai A yang sama, maka nilai B juga akan sama, sedangkan superkey merupakan satu atau lebih atribut yang dapat membedakan setiap baris data dalam sebuah tabel secara unik. Apabila kriteria ini tidak terpenuhi pada sebuah tabel yang terdapat pada basis data, maka harus dilakukan dekomposisi berdasarkan KF yang ada hingga X menjadi superkey. Dengan melakukan pengujian basis data terhadap BCNF, dapat disimpulkan basis data yang dibangun telah memenuhi kriteria BCNF. Dengan demikian tidak perlu lagi dilakukan pengujian terhadap Bentuk Normal tahap Ketiga 3 rd NF.

6. Perancangan Antarmuka

Perancangan antarmuka sistem dilakukan sedemikian rupa sehingga pengguna dapat dengan mudah menggunakan sistem informasi agroindustri belimbing dewa Kota Depok ini. Antarmuka yang mudah dipahami dan efektif akan menjadikan pengguna merasa mudah dalam menggunakan sistem. Antarmuka Sisagribingwa terdiri dari antarmuka pengguna dan antarmuka administrator. Antarmuka pengguna dirancang untuk dapat ditampilkan di dalam layar komputer dengan menggunakan web browser. Antarmuka pengguna merupakan antarmuka output atau laporan yang dibuat dengan bantuan perangkat lunak Dreamweaver CS3. Tampilan antarmuka pengguna dibuat dengan menggunakan bahasa HTML dan PHP serta script Javascript. Antarmuka administrator merupakan antarmuka untuk melakukan input data pada Sisagribingwa yang akan diolah oleh sistem untuk menjadi laporan yang ditampilkan pada antarmuka pengguna. Antarmuka administrator sisagribingwa 25 menggunakan tampilan antarmuka PHPmyadmin, yaitu antarmuka untuk memasukkan input data ke dalam basis data MySQL. PHPmyadmin telah tersedia di dalam paket XAMPP yang diinstal ke dalam komputer yang digunakan untuk membangun Sisagribingwa secara offline serta server tempat melakukan hosting Sisagribingwa secara online, tampilan antarmuka PHPmyadmin dapat dilihat pada Lampiran 14. XAMPP sendiri merupakan sebuah paket yang terdiri dari perangkat file transfer protocol Apache Filezilla, DBMS MySQL, script pemrograman side- server PHP, dan bahasa pemrograman Perl.

C. IMPLEMENTASI SISTEM