commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, keberadaan, peran, dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat dominan. Guru merupakan bagian terpenting dalam
proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun nonformal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, guru
tidak dapat lepas dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensinya. Filosofi sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia telah menempatkan
fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak jarang telah diposisikan mempunyai peran ganda, bahkan multi fungsi. Mereka
dituntut tidak hanya sebagai pengajar yang harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai pendidik yang mampu
menjaga moral anak didiknya. Bahkan tidak jarang para guru dianggap sebagai orang kedua setelah orang tua anak didiknya dalam proses pendidikan secara
global. Dalam suatu istilah, guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru,
dihormati dan dicontoh. Guru juga dijuluki sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Namun realitanya, tidak demikian yang ditemui di lapangan. Guru yang sejatinya
berfungsi sebagai fasilitator belajar anak didik dan menjadi panutan bagi mereka, tampaknya belum mampu menjalankan fungsinya secara optimal.
Permasalahan yang berkaitan dengan tugas seorang guru, tiap hari menjadi sorotan publik. Problem tersebut diantaranya adalah rendahnya mutu
pembelajaran yang disebabkan karena beratnya beban yang diemban guru, minimnya fasilitas pembelajaran di sekolah, dan rendahnya kesejahteraan guru
Kompas, 11112004. Selain itu rendahnya kompetensi guru yang tersedia serta manajemen pendidikan yang ala kadarnya dapat mengakibatkan kegiatan belajar
mengajar KBM kurang maksimal. Kadang-kadang seorang guru di suatu sekolah --pada umumnya di daerah terpencil-- mengajarkan mata pelajaran yang bukan
bidangnya, hanya karena tidak adanya guru yang mengajar mata pelajaran
commit to user
2
tersebut. Akibat manajemen yang tak teratur itulah, mutu pendidikan kian hari kian merosot.
Dilain pihak, guru dituntut untuk memberikan yang terbaik bagi peserta didiknya. Untuk mencapai tujuan pendidikan, tak semudah yang seperti
dibayangkan, akan tetapi diperlukan proses yang cukup panjang dan rumit. Dengan meminjam istilah Mohammad Uzer Usman 2002, bahwa guru yang
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru
dengan kemampuan yang maksimal. Jelasnya, untuk menjadi guru yang profesional dapat dikatakan gampang-gampang susah. Karena ia mesti memiliki
sekian kemampuan yang spesifik, baik menyangkut materi maupun nonmateri. Ada yang berpendapat bahwa metode lebih penting daripada materi itu sendiri.
Susah memang jika guru tidak menguasai strategi atau teknik mengajar yang baik, tapi penguasaan bahan ajar pun juga tidak boleh diabaikan.
FKIP sebagai lembaga pendidikan yang mempunyai tujuan menyiapkan calon tenaga pendidik dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menghasilkan
lulusan yang siap pakai. Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan yang ditujukan sebagai ajang pelatihan untuk menerapkan berbagai pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan dalam rangka pembentukan guru yang profesional. Untuk itulah pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan merupakan kegiatan dalam rangka
mewujudkan hal tersebut. Dengan diadakan PPL akan dapat memberi latihan yang dimaksudkan agar mahasiswa sebagai calon tenaga kependidikan memiliki
kompetensi keguruan dalam menghadapi tugas mengajar ketika nantinya menjadi seorang guru.
Namun pada kenyataannya, ada beberapa guru pamong yang belum mempercayai kemampuan mahasiswa untuk mengajar di dalam kelas. Beberapa
alasan yang dikemukakan adalah siswa merasa kesulitan untuk memahami materi yang disampaikan mahasiswa sehingga guru pamong harus mengajarkan kembali
materi tersebut. Oleh karena itu mahasiswa hanya diberikan waktu mengajar yang sedikit bahkan tidak sama sekali. Hal tersebut terjadi diduga karena masih
kurangnya kemampuan mengajar yang dimiliki mahasiswa.
commit to user
3
Dalam pembelajaran, perangkat pembelajaran sangat penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Walaupun mahasiswa sudah pernah berlatih
memyusun perangkat pada perkuliahan, namun singkatnya waktu yang diberikan dan juga materi yang perlu disajikan juga bermacam-macam sehingga mahasiswa
tidak dapat memyiapkan perangkat pembelajaran dengan baik. Sesungguhnya
kemampuan mengajar
yang berupa
penguasaan ketrampilan–ketrampilan dasar mengajar telah dikuasai mahasiswa melalui
perkuliahan–perkuliahan, baik perkuliahan teori maupun praktik mengajar micro teaching yang telah mereka jalani selama 6 semester pertama. Idealnya pada saat
PPL, mahasiswa sudah siap untuk mengaplikasikan seluruh ilmu yang telah didapat selama masa perkuliahan 6 semester dan pada masa PPL mahasiswa
dikenalkan dengan kondisi nyata dunia pendidikan. Dengan ini FKIP berharap besar, kompetensi keguruan dapat diperoleh oleh mahasiswa selama mengikuti
PPL. Namun ternyata kondisi di lapangan berbeda. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap mahasiswa PPL pada pelaksanaan PPL tahun ajaran
20082009, mahasiswa PPL dihadapkan pada situasi yang berbeda dengan yang mereka harapkan untuk mengaplikasikan
kemampuan mengajar mereka, bergantung dari kondisi dan keadaan siswa serta fasilitas yang dimiliki sekolah,
sehingga mereka belum merasa optimal. Oleh karena itulah, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ”Analisis Kemampuan
Mengajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Pada Pelaksanaan Program
Pengalaman Lapangan PPL Tahun Akademik 20092010”.
B. Identifikasi Masalah