3. Perlengkapan bantu atau fasilitas, yaitu semua jenis benda atau yang
berfungsi membantu kelancaran gerak dalam pekerjaan, misalnya komputer, mesin pendingin ruangan, mesin absensi.
Dari pantauan penulis, sarana dan prasarana yang dibutuhkan sudah semuanya terpenuhi dan nyaman serta layak pakai. Misalnya saja ruangan tunggu
bagi pemohon disediakan Air Conditioner sebagai penyejuk ruangan, ini sangat dibutuhkan dan masyarakat akan betah lama jika mengantri lama. Televisi yang
disediakan juga bisa membantu penghiburan masyarakat yang datang. Selain itu, tempat makan minum seperti kantin disediakan dengan harga yang terjangkau.
Selebihnya adalah parkiran yang luas dan nyaman serta tempat istirahat seperti joglo-joglo tersedia dengan baik dan bersih.
Hasil wawancara dengan Bapak Purnomo, Amd.Im.,SH selaku Kepala Seksi LALINTUSKIM Kelas II Pematangsiantar mengemukakan bahwa:
“ pihak kantor berusaha memuaskan masyarakat dengan semaksimal mungkin. Tersedianya sarana dan prasarana untuk masyarakat merupakan cermin kita
peduli akan kepuasan masyarakat. Karena fasilitas yang masyarakat gunakan juga untuk kita pegawai yang ada disini. kita akan selalu perbaharui sarana
prasarana yang memang sudah tidak layak pakai pasti kita perbaharui, kepuasan masyarakat memang menjadi prioritas kita’’ - wawancara, Maret 2017.
5.1.3 Menegakkan Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan salah satu unsur yang dibangun banyak organisasi dalam program pembangunan budaya kerjanya. Menyangkut proses pembangunan
budaya, maka perlu dilakukan upaya pembentukan kebiasaan secara terus menerus hingga hal tersebut menjadi suatu hal yang tanpa sadar dilakukan,
mengakar dan menjadi budaya perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Program penciptaan kebiasaan kedisplinan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa aktivitas kampanye kecil di lingkungan organisasi seperti:
a. Acara-acara yang mengangkat tema kedisiplinan maupun mempunyai
esensi penciptaan disiplin. b.
Pembubuhan nilai-nilai kedisiplinan pada nametag karyawan, spanduk, poster, maupun media komunikasi lainnya.
c. Memasukkan unsur kedisiplinan dalam parameter pengukuran kinerja,
serta memberikan penghargaan bagi karyawan yang menunjukkan tingkat kedisiplinan tinggi atau sebaliknya memberikan sanksi bagi karyawan
yang menunjukkan tingkat kedisiplinan rendah. d.
Memasukkan unsur-unsur kedisiplinan pada slogan atau himne perusahaan, dan membacakan atau menyanyikannya pada acara-acara
tertentu seperti meeting, dan lain-lain. Ada baiknya kedisiplinan dimasukkan ke dalam peraturan organisasi
sehingga organisasi lebih memiliki dasar yang kuat untuk menegakkannya tetapi yang lebih penting adalah atasan yang memberikan kedisiplinan di dalam
menegakkan sikap dan nilai kedisiplinan sehingga tidak hanya menjadi slogan saja.
5.1.3.1 Semangat Kerja
Seorang pegawai yang bekerja pada sebuah kantor tentu mengharapkan sesuatu dari kantor tersebut. Sesuatu yang diharapkan bukan hanua sekedar upah
atau gaji, akan tetapi juga hal-hal yang dapat memberikan jaminan kepada
Universitas Sumatera Utara
pegawai tentang semua kesinambungan pekerjaan dan kariernya. Tercapainya harapan karyawan tersebut akan meningkatkan semangat kerja karyawan.
Semangat kerja karyawan menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya didalam perusahaan tempat
dimana mereka bekerja. Semangat kerja karyawan juga dapat dilihat dari kehadiran, kedisiplinan, ketepatan waktu menyelesaikan pekerjaan, gairah kerja
dan tanggung jawab Siagian,2003:57. Semangat kerja adalah keinginan dan kesungguhan sesorang mengerjakan
pekerjaan dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal Hasibuan,2001:105. Semangat kerja juga merupakan sesuatu kondisi
bagaimana seorang karyawan melakukan pekerjaan sehari-hari. Semakin tinggi semangat kerja maka akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan
Jackson,Schuler,2001:71. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai berikut:
a. Pengupahan
b. Kondisi kerja
c. Intensif produksi
d. Pendidikan
e. Komunikasi
f. Penghargaan
g. motivasi
Menurut pendapat As’ad dalam bukunya 2003:114, ada lima faktor yang dapat menimbulkan semangat kerja karyawan yaitu:
a. Kedudukan posisi
b. Pangkat
c. Umur
d. Jaminan finansial dan jaminan sosial
e. Mutu pengawasan
Universitas Sumatera Utara
Menurut pendapat Loteiner dan Tohardi 2002:431, ada 6 faktor yang dapat mempengaruhi semangat kerja karyawan, yakni:
a. Kebanggan atau kecintaan pekerja kepada pekerjaannya dan kepuasan
dalam menjalankan pekerjaan dengan baik. b.
Sikap terhadap pimpinan c.
Hasrat untuk maju d.
Perasaan telah diperlukan dengan baik e.
Kemampuan untuk bergaul dengan teman sekerjanya f.
Kesadaran akan tanggung jawab terhadap penyelesaian pekerjaannya. Menurut Anaroga, faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja
adalah sebagai berikut: a.
Job Security. Pekerjaan dipegang karyawan tersebut merupakan pekerjaan yang aman dan tetap jadi bukan pekerjaan atau jabatan yang mudah
digeser, dan lain-lain. b.
Kesempatan untuk mendapat kemajuan Oppurtunities for advancement. Perusahaan yang memberikan kesempatan bagi karyawannya untuk
mengembangkan diri dapat mendorong karyawan lebih bersemangat dalam bekerja dan menyelesaikan tugasnya.
c. Kondisi kerja yang menyenangkan. Susasana lingkungan kerja yang
harmonis, tidak tegang merupakan syarat bagi timbulnya semangat kerja. Ketegangan dalam lingkungan kerja mudah memberi rasa segan bagi
karyawan untuk datang ke tempat bekerja. d.
Kepemimpinan yang baik. Pimpinan yang baik tidak menimbulkan rasa takut pada karyawan, tetapi akan menimbulkan rasa hormat dan
menghargai.
Universitas Sumatera Utara
e. Kompensasi, gaji dan imbalan. Faktor ini sangat mempengaruhi semangat
kerja karyawan. Dari pantauan penulis saat penelitian, pegawai memang menunjukkan
semangat dalam melayani masyarakat. Hal ini diperkuat dengan tidak adanya pegawai yang lambat dalam bekerja, mengingat jumlah pegawai minim sementara
permintaan akan paspor meningkat. Senada dengan pendapat salah satu masyarakat yang datang memohon paspor Ibu Rita yang sudah beberapa kali
berurusan di kantor Imigrasi Kelas II Pematangsiantar, beliau mengatakan bahwa: “pegawai disini cepat dan semangat kok dek waktu melayani kita. Ligat dalam
bekerja. Saya rasa karena memang mereka kurang personil jadi mau gak mau harus ligat dan terselesaikan target masyarakat yang udah antri ya” -
wawancara, Maret 2017.
Penulis berusaha menggali juga kepada Bapak Purnomo, Amd.Im.,SH selaku Kepala Seksi LALINTUSKIM Kelas II Pematangsiantar mengemukakan
bahwa: “ kita bekerja semaksimal mungkin yang mana menjadi tugas pokok dan fungsi
kita. Apabila ada kebutuhan mendesak ya kita adakan breefing dan pemberianmotivasi kepada para pegawai disini. kadang untuk membangun
semangat kerja kan tidak harus di dalam kantor, di lingkungan luar kantor juga bisa memperkuat semangat kita” - wawancara, Maret 2017.
5.1.3.2 Tepat Waktu
Waktu dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena waktu tidak dapat diulang kembali. Menurut KKBI Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa
waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada atau berlangsung. Dalam aktivitas yang kita lakukan pasti selalu berhubungan
dengan waktu.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini, lebih akan menekankan kepada ketepatan waktu yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari. Setiap kita melakukan aktivitas sehari-
hari, ketepatan waktu menjadi salah satu yang mencerminkan sikap kedisiplinan seseorang. Maksudnya adalah semakin seseorang sering terlambat, bisa ditebak
bahwa orang tersebutkurang disiplin. Tepat waktu adalah mengerjakan apa yang harus kita kerjakan tepat pada
waktunya. Ada beberapa alasan mengapa tepat waktu itu penting. Pertama, dalam suatu perjanjian tepat waktu bisa sebagai cara untuk menghormati janji yang telah
kita buat dengan orang lain. Dengan datang terlambat, secara tidak langsung seperti melanggar janji yang juga bisa berpotensi merugikan orang lain. Kedua,
tepat waktu sering kali juga terkait dengan menghormati suatu otoritas. Otoritas yang mau tidak mau harus diikuti dan dihormati siapapun yang ingin menjadi
bagian dari dirinya. Untuk menjadi sesorang yang tepat waktu, memang tidak mudah.
Beberapa rintangan mungkin akan harus dilewati. Bisa jadi adalah jarak perjalanan yang jauh, lalu lintas yang padat, dan jadwal yang sibuk. Efek dari
tidak tepat waktu bukan hanya dirasakan oleh yang melalkukannya, orang lain yang tepat waktu sekalipun bisa terkena imbasnya pula. Lebih dari itu, tidak tepat
waktu dapat mengacaukan semua jadwal agenda penting yang telah dibuat. Tidak tepat waktu sungguh berbahaya, ini bisa merusak moral bangsa
Indonesia. Memang, tidak tepat waktu sulit sekali dipisahkan dari kebiasaan buruk sebagian besar orang. Namun beberapa dari mereka malah menganggap tidak
tepat waktu sebagai hal yang biasa saja. Bahkan tidak tepat waktu sudah dianngap
Universitas Sumatera Utara
sebagai budaya. Bukankah baik buruknya suatu bangsa dilihat dari kebiasaan masyarakatnya?
Bapak Purnomo, Amd.Im.,SH selaku Kepala Seksi LALINTUSKIM Kelas II Pematangsiantar mengemukakan bahwa:
“ sistem penerbitan paspor adalah first in first out, data yang pertama masuk akan kita proses sampai selesai. Jadi kita gak bisa menunda waktu. Karena
setelah masyarakat membuat paspor, masyarakat sudah bisa membayar dan paspor akan diambil setelah 3 atau 4 hari pembayaran.jadi tidak ada alasan
untuk menunda waktu”- wawancara, Maret 2017.
Selebihnya tepat waktu adalah kehadiran para pegawai menjadi bahan perhatian masyarakat. Penulis menilai kehadiran pegawai sangat tepat waktu,
karena jam operasional kantor sudah dimulai jam 07.30 WIB. Hal ini senada dengan pendapat masyarakat yang datang saat mengurus paspor, Ibu Sudayana
mengatakan bahwa: “kehadiran pegawai tetapt waktu kok dek, karena saya datang jam 08.00 WIB
pendaftaran sudah dibuka. Artinyakan dek mereka sudah deluan datang dari kita sebelum jam 8. Bagus sih dek karena kita juga butuh dilayani dengan cepat” -
wawancara, Maret 2017.
5.1.3.3 Jadwal Pelayanan Teratur
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan melayani keperluan orang atau masyarakat yang mempubnyai kepentingan sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Pada hakekatnya, pemerintah adalah pelayan kepada masyarakat, oleh karena birokrasi publik berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk memberikan layanan baik dan profesional. Pelayanan publik public service oleh birokrasi politik adalah merupakan salah satu
perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat disamping sebagai abdi negara dengan maksud mensejahterakan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 62 Tahun 2003 disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi
salah satunya adalah prinsip jadwal pelayanan teratur. Pelaksanaan pelayanan harus dilakukan sesuai dengan informasi yang telah disebarluaskan kepada
masyarakat. Setiap instansi pemrintah bekerja sesuai dengan jadwal operasional kantor. Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar
pelayanan yang dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima layanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik yang wjib ditaati oleh pemberi dan atau penerima layanan.
Faktor-faktor yang mendukung proses pelayanan yang semestinya selau mendapat perhatian seksama, diantaranya adalah:
a. Faktor kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam
pelayanan, b.
Faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan c.
Faktor organisasi yang merupakan alat kerja sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan,
d. Faktor pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan minimum,
e. Faktor keterampilan petugas,
f. Faktor sarana dan pelaksanaan tugas pelayanan Moenir,1992:88
Dalam proses pelayanan dari suatu organisasi, faktor-faktor diatas merupakan sistem yang terkait satu sama lain dan saling melengkapi dan atau
mempengaruhi pada keterpaduan. Oleh karenanya kerusakan salah satu faktor dalam pelayanan akan mempengaruhi etika pelayanan itu sendiri.
Bapak Purnomo, Amd.Im.,SH selaku Kepala Seksi LALINTUSKIM Kelas II Pematangsiantar mengemukakan bahwa:
Universitas Sumatera Utara
“jadwal pelayanan teratur di kantor ini. Kita mulai operasional pukul 07.30 WIB untuk mulai mendapat formulir pendaftaran. Pukul 09.30 WIB kita sudah tutup
pendaftaran. Dan kantor akan tutup setelah selesai semua pemohon menyelesaikan sesi wawancara dan foto” - wawancara, Maret 2017.
Hal senada juga disampaikan Abang Bobby Saragih, beliau mengatakan bahwa:
“ iya dek, jadwal pelayanan disini teratur. Aku uda dua kali kemari. Karena yang pertama kali aku datang uda tutup pendaftaran karena aku datang jam 10.00
WIB. Katanya pendaftaran dibuka jam 07.30 WIB dan tutup pendaftaran jam 09.30 WIB. Pihak kantor enggak mau tolerir dek. Makanya aku datang lah yang
kedua kalinya dek” - wawancara, Maret 2017.
Berdasarkan pantauan penulis di lapangan, kegiatan pelayanan di kantor memang sangat disiplin dan teratur. Pegawai tidak akan memberi toleransi di atas
pukul 09.30 WIB. Memingat sudah banyaknya masyarakat yang mengantri sementara keterbatasan waktu dan biayalah di Kantor Imigrasi Kelas II
Pematangsiantar ini.
5.1.3.4 Arahan Petugas Jelas
Substansi pelayanan publik selalu dikaitkan dengan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk
memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat salam rangka mencapai tujuan tertentu. Pelayanan publik ini menjadi semakin penting karena senantiasa
berhubungan dengan khalayak masyarakat ramai yang memiliki keanekaragaman kepentingan dan tujuan. Oleh karena itu, institusi pelayanan publik dapat
dilakukan oleh pemerintah maupun non pemerintah. Jika pemerintah merupakan organisasi birokrasi dalam pelayanan publik, maka organisasi birokrasi
pemerintahan merupakan organisasi terdepan yang berhubungan dengan pelayanan publik. Dalam hal ini institusi pemerintah memberikan pelayanan,
Universitas Sumatera Utara
maka yang terpenting adalah bagaimana memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Suatu
pelayanan yang bermutu bukan hanya diberikan kepada masyarakat melalui beberapa pegawai namun keseluruhan pegawai. Karena tugas apa saja yang
dilakukan oleh setiap pegawai mengandung unsur pelayanan yang pada gilirannya akan mempengaruhi mutu pelayanan jasa produk dari instansi dimana pegawai
tersebur bekerja yang diterima oleh masyarakat. Inti dari pelayanan masyarakat adalah sikap menolong, bersahabat,
memberikan arahan yang jelas, dan profesional dalam memberikan pelayanan dari suatu instansi yang memuaskan masyarakat dan menyebabkan masyarakat datang
kembali memohon kepada instansi tersebut. Melayani dan memberikan arahan yang jelas kepada masyarakat
merupakan tanggung jawab bagi semua pegawai. Dengan demikian setiap pegawai harus memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melayani. Di dalam
keterampilan dan kemampuan yang dimaksud adalah pengetahuan tentang produk atau jasa yang akan diberikan. Penguasaan terhadap produk layanan menunjukan
bahawa pegawai adalah seseorang yang bersifat profesional di bidangnya. Seorang pegawai dikatakan profesional dalam hal pelayanan publik apabila
mampu menguasai kebutuhab masyarakat dan mengetahui cara memuaskan dan memenuhi kebutuhan masyarakat.
Arahan petugas yang jelas dan terarah memang dibutuhkan masyarakat. Bagi masyarakat yang belum pernah mengurus paspor, akan lebih terasa mudah
mengerti apabila dituntut dalam pelaksanaannya. Arahan petugas tentang
Universitas Sumatera Utara
pembuatan paspor penulis memantau sangat baik karena masyarakat tidak pernah merasa keliru. Hal ini senada dengan pendapat Abang Jhon Penty. Beliau
mengatakan bahwa: “memang sih dek kita diarahkan disini. misalnya untuk mendapatkan formulir
pendaftaran, dokumen yang harus disiapkan di beri tahu. Setelah mendapat formulir, kita menulis data di formulir dan memasukkan berkas dek kemudian
dapat nomor antrian dan menunggu antrian, setelah nya kita akan sesi wawancara dan foto. Bagus sih arahan mereka”
5.1.4 Menunjukkan Transparansi