BAB II KAJIAN TEORI
A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Keterampilan Proses Sains
Belajar sains atau biologi secara bermakna baru akan dialami siswa apabila siswa terlibat aktif secara intelektual, manual, dan sosial.
Pengembangan keterampilan proses sains sangat ideal dikembangkan apabila guru memahami hakikat belajar sains, yaitu sains sebagai proses
dan produk. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung, sebagai pengalaman belajar, dan disadari ketika
kegiatannya sedang berlangsung. Namun apabila dia sekedar melaksanakan tanpa menyadari apa yang sedang dikerjakannya, maka
perolehannya kurang bermakna dan memerlukan waktu lama untuk menguasainya. Kesadaran tentang apa yang sedang dilakukannya, serta
keinginan untuk melakukannya dengan tujuan untuk menguasainya adalah hal yang sangat penting.
1
Keterampilan proses
melibatkan keterampilan-keterampilan
kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa
menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mungkin mereka melibatkan penggunaan alat
dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Dengan keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan
sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses. Hal ini senada dengan pendapat Dahar yakni
keterampilan proses sains adalah keterampilan yang meliputi intelektual, manual dan sosial, begitu juga dengan Semiawan mendefinisikan
keterampilan proses sains sebagai keterampilan-keterampilan fisik dan
1
Nuryani Y Rustaman, dkk. Strategi Belajar dan Mengajar Biologi. Cetakan I Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. 2005 h. 86
mental yang dimiliki, dikuasai, dan diterapkan dalam usaha mencari penemuan-penemuan baru.
2
Jadi menurut penulis keterampilan proses sains adalah
keterampilan-keterampilan yang muncul atau diperlukan disetiap langkah dalam upaya memecahkan masalah atau menemukan sesuatu yang baru
dalam sains. a. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains
Jenis-jenis keterampilan proses sains dan karakteristiknya terdiri atas sejumlah keterampilan yang satu sama lain sebenarnya tidak
dapat dipisahkan, namun ada penekanan khusus dalam masing- masing keterampilan proses tersebut.
3
Menurut Harlen keterampilan proses sains terdiri dari tujuh keterampilan
yaitu, observing,
hypothesizing, predicting,
investigating, interpreting findings, and drawing conclusions, communicating.
4
Sedangkan menurut Rustaman keterampilan proses sains terdiri dari sembilan keterampilan yaitu:
1 Melakukan Pengamatan observasi. Mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses
dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakakn hal terpenting untu mengembangkan keterampilan-keterampilan
proses yang lain. Mengamati merupakan tanggapan kita terhadap berbagai
objek dan
peristiwa alam dengan
menggunakan pancaindra. Menggunakan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba pada waktu
mengamati ciri-ciri semut, capung, kupu-kupu, dan hewan lain yang termasuk serangga merupakan kegiatan yang sangat
dituntut dalam belajar IPA. Menggunakan fakta yang relevan dan memadai dari hasil pengamatan juga termasuk keterampilan
proses mengamati.
2
Cony Semiawan. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia 1992, h.17
3
Nuryani Y Rustaman. Op.cit,. h. 78
4
Wynne Harlen, The Teaching of Science, London: David Fulton Publishers, 1992 h. 29
2 Menafsirkan interpretasi Mencatat setiap hasil pengamatan tentang fermentasi secara terpisah
antara hasil utama dan hasil sampingan termasuk menafsirkan atau interpretasi. Menghubung-hubungkan hasil pengamatan tentang
bentuk alat gerak dengan habitatnya menunjukkan bahwa siswa melakukan interpretasi. Begitu pula jika siswa menemukan pola atau
keteraturan dari satu seri pengamatan tentang jenis-jenis makanan berbagai burung, misalnya semuanya bergizi tinggi, dan
menyimpulkan bahwa makanan bergizi diperlukan oleh burung. 3 Mengelompokkan klasifikasi
Penggolongan makhluk hidup dilakukan setelah siswa mengenali ciri-cirinya. Dengan demikian dalam proses pengelompokan
tercakup beberapa
kegiatan seperti
mencari perbedaan,
mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. Jadi mengklasifikasikan merupakan
keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan
sifat-sifat khususnya,
sehingga didapatkan
golongankelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. 4 Meramalkan prediksi
Keterampilan meramalkan atau prediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi
berdasarkan suatu kecendrungan atau pola yang sudah ada. Memperkirakan bahwa besok matahari akan terbit pada jam tertentu
di sebelah timur merupakan contoh prediksi. Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang
segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecendrungan tertentu, atau hubungan
antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. 5 Berkomunikasi
Membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan atau pernapasan
termasuk berkomunikasi dalam pembelajaran IPA. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk
berkomunikasi. Selain itu termasuk ke dalam berkomunikasi juga adalah menjelaskan hasil percobaan, misalnya mempertelakan atau
memerikan tahap-tahap perkembangan daun, termasuk menyusun dan
menyampaikan laporan
secara sistematis
dan jelas.
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam
bentuk suara, visual, atau suara visual. 6 Berhipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel, atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Dengan berhipotesis
diungkapkan cara melakukan pemecahan masalah, karena dalam rumusan hipotesis biasanya terkandung cara untuk mengujinya.
Apabila ingin diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan tumbuh, dapat dibuat hipotesis: “Jika diberikan pupuk NPK, maka
tumbuhan A akan lebih cepat tumbuh”. Dalam hipotesis tersebut terdapat dua variabel faktor pupuk dan cepat tumbuh, ada perkiraan
penyebabnya meningkatkan, serta mengandung cara untuk mengujinya diberi pupuk NPFC. Keterampilan menyusun hipotesis
dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan “dugaan yang dianggap benar” mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam
suatu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul.
7 Merencanakan percobaan atau penyelidikan Beberapa kegiatan menggunakan pikiran termasuk ke dalam
keterampilan proses merencanakan penyelidikan. Apabila dalam lembar kegiatan siswa tidak dituliskan alat dan bahan secara khusus,
tetapi tersirat dalam masalah yang dikemukakan, berarti siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan
untuk penyelidikan tersebut. Menentukan variabel atau peubah yang
terlibat dalam suatu percobaan tentang pengaruh pupuk terhadap laju pertumbuhan
tanaman juga
termasuk kegiatan
merancang penyelidikan. Selanjutnya menentukan variabel kontrol dan variabel
bebas, menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja juga termasuk merencanakan
penyelidikan. Sebagaimana dalam penyusunan rencana kegiatan penelitian perlu ditentukan cara mengolah data untuk dapat
disimpulkan, maka dalam merencanakan penyelidikan pun terlibat kegiatan menentukan cara mengolah data sebagai bahan untuk
menarik kesimpulan. 8 Menerapkan konsep atau prinsip
Setelah memahami konsep pembakaran zat makanan menghasilkan kalori, barulah seorang siswa dapat menghitung jumlah kalori yang
dihasilkan sejumlah gram bahan makanan yang mengandung zat makanan. Apabila seorang siswa mampu menjelaskan peristiwa baru
misal banjir dengan menggunakan konsep yang telah dimiliki erosi dan pengangkutan air, berarti ia menerapkan prinsip yang
telah dipelajarinya. Begitu pula apabila siswa menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru.
9 Mengajukan pertanyaan Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa,
mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis. Pertanyaan yang meminta penjelasan tentang pembahasan ekosistem
menunjukan bahwa siswa ingin mengetahui dengan jelas tentang hal itu. Pertanyaan tentang mengapa dan bagaimana keseimbangan
ekosistem dapat dijaga menunjukkan si penanya berpikir. Pertanyaan tentang latar belakang hipotesis menunjukkan si penanya sudah
memiliki gagasan atau perkiraan untuk menguji atau memeriksanya. Dengan demikian jelaslah bahwa bertanya tidak sekedar bertanya
tetapi melibatkan pikiran.
Selain sembilan keterampilan proses di atas menurut Padilla’s keterampilan proses sains terdiri dari keterampilan dasar dan
keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar terdiri dari: observasi, menyimpulkan, pengukuran, komunikasi, klasifikasi, dan prediksi.
Keterampilan terintegrasi terdiri dari: mengontrol variabel, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, interpretasi data, dan merumuskan
model.
5
b. Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya 1 MengamatiObservasi
Menggunakan sebanyak mungkin indera Mengumpulkan atau menggunakan fakta yang relevan
2 MengelompokkanKlasifikasi Mencatat setiap pengamatan secara terpisah
Mencari perbedaan, persamaan Mengontraskan ciri-ciri
Membandingkan Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan
Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
3 MenafsirkanInterpretasi Menghubungkan hasil-hasil pengamatan
Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan Menyimpulkan
4 MeramalkanPrediksi Menggunakan pola-pola hasil pengamatan
Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang
belum diamati 5 Mengajukan Pertanyaan
5
Chris Keil, Jodi Haney, and Jennifer Zoffel. Improvements in Student Achievement and Science Process Skills Using Environmental Health Science Problem Base Learning Curricula,
Elecronic Journal of Science Education, Volume 13 No. 1, 2009 h. 4, tersedia: http:ejse.southwestern.edu
Bertanya apa, bagaimana, dan mengapa Bertanya untuk meminta penjelasan
Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis
6 Berhipotesis Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan
penjelasan dari satu kejadian Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya
dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah
7 Merencanakan PercobaanPenelitian Menentukan alatbahansumber yang akan digunakan
Menentukan variabelfaktor penentu Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dan dicatat
Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah
kerja. 8 Menggunakan AlatBahan
Memakai alatbahan Mengetahui alasan mengapa menggunakan alatbahan
Mengetahui bagaimana menggunakan alatbahan
9 Menerapkan konsep Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru
Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi 10 Berkomunikasi
Mengubah bentuk penyajian Memerikanmenggambarkan data empiris hasil percobaan
atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis
Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian Membaca grafik, tabel, atau diagram
Mendiskusikan hasil kegiatan, suatu masalah atau suatu peristiwa
c. Pengukuran Keterampilan Proses Sains Pengukuran keterampilan proses sains tidak seperti pengukuran
pengetahuan konsep pada umumnya, tapi itu dapat dilakukan. Untuk evaluasi keterampilan proses akan dibahas karakteristik butir soal
keterampilan proses sains, penyusunan butir soal keterampilan proses sains, dan pemberian skor butir soal keterampilan proses
sains. 1 Karakteristik Butir Soal Keterampilan Proses Sains
Karakteristik butir soal keterampilan proses sains akan dibahas secara umum dan secara khusus. Secara umum
pembahasan butir soal keterampilan proses lebih ditujukan untuk membedakannya dengan butir soal biasa yang mengukur
penguasaan konsep.
Secara khusus
karakteristik jenis
keterampilan proses tertentu akan dibahas dan dibandingkan satu sama lain, sehingga jelas perbedaannya.
a Karakteristik Umum Secara umum butir soal keterampilan proses dapat
dibedakan dari butir soal penguasaan konsep. Butir-butir soal keterampilan proses memiliki beberapa karakteristik. Pertama,
butir soal keterampilan proses tidak boleh dibebani konsep nonkonsep burdan. Hal ini diupayakan agar butir soal tersebut
tidak rancu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep dijadikan konteks, dan konsep yang terlibat harus diyakini oleh
penyusun butir soal sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa dekat dengan keadaan sehari-hari siswa. Kedua, butir
soal keterampilan proses mengandung sejumlah informasi yang harus diolah oleh responden atau siswa. Informasi dalam butir
soal keterampilan proses dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya. Ketiga, seperti
butir soal pada umumnya, aspek yang akan diukur oleh butir soal keterampilan proses harus jelas dan hanya mengandung satu
aspek saja,
misalnya interpretasi.
Keempat, sebaiknya
ditampilkan gambar untuk membantu menghadirkan objek. b Karakteristik khusus
Observasi :soal pada keterampilan ini harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya.
Interpretasi :harus menyajikan
sejumlah data
untuk memperlihatkan pola yang harus diinterpretasikan.
Klasifikasi :harus ada kesempatan mencari atau menemukan persamaan dan perbedaan, atau diberikan kriteria
tertentu untuk melakukan pengelompokan, atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk.
Prediksi :harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat
mengajukan dugaan atau ramalan. Berkomunikasi: harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk
diubah ke bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk
grafik. Berhipotesis : siswa dapat merumuskan dugaan atau jawaban
sementara, atau menguji pernyataan yang ada serta mengandung hubungan dua variabel atau lebih,
biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan.
Merencakan percobaan atau penyelidikan: harus memberikan kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan
dengan alatbahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah
variabel, mengendalikan peubah.
Menerapkan konsep atau prinsip: harus memuat konsep prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama
konsepnya. Mengajukan pertanyaan: harus memunculkan sesuatu yang
mengherankan, mustahil,
tidak biasa
atau kontradiktif agar responden atau siswa termotivasi
untuk bertanya. 2 Penyusunan Butir Soal Keterampilan Proses Sains
Penyusunan butir soal keterampilan proses sains menuntut penguasaan masing-masing jenis keterampilan prosesnya
termasuk pengembangannya. Pilihlah satu konsep tertentu untuk dijadikan konteks. Dengan mengingat karakteristik jenis
keterampilan proses yang akan diukur, sajikan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu siapkan pertanyaan atau
suruhan yang dimaksudkan untuk memperoleh respon atau jawaban yang diharapkan. Tentukan pula bagaimana bentuk
respon yang diminta: memberi tanda silang pada pilihan huruf abc atau memberi tanda cek dalam kolom yang sesuai, atau
menuliskan jawaban singkat tiga buah, atau bentuk lainnya. Umpamanya akan disusun soal keterampilan observasi tentang
bagian-bagian bunga. Berikan satu tangkai bunga sesungguhnya untuk diperiksa informasi. Sebaiknya dipilih bunga yang
kontras dan memiliki bau khas. Ajukan pertanyaan mengenai jumlah kelopak, jumlah dan keadaan daun mahkota bunga,
bentuk kepala sari, keadaan kepala putik, dan ciri khas bunga tersebut. Respon diminta dalam bentuk jawaban singkat 5 buah
berurutan ke bawah dari a sampai e. 3 Pemberian Skor Butir Soal Keterampilan Proses Sains
Sebagaimana butir soal pada umumnya, butir soal keterampilan proses perlu diberi skor dengan cara tertentu. Setiap
respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu, umpamanya
masing-masing 1 untuk soal observasi di atas yang berarti jumlah skornya 5. Untuk respon yang lebih kompleks, misalnya
membuat pertanyaan, dapat diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Umpamanya pertanyaan berlatar-belakang
hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan yang meminta penjelasan diberi skor 1.
d. Peranan Guru dalam Mengembangkan Keterampilan Proses Sains Secara umum peran guru terutama berkaitan dengan
pengalaman mereka membantu siswa mengembangkan keterampilan proses sains. Menurut Harlen sedikitnya terdapat lima aspek yang
perlu diperhatikan oleh guru dalam berperan mengembangkan keterampilan proses.
Pertama, memberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan proses dalam melakukan eksplorasi materi dan
fenomena. Pengalaman langsung tersebut memungkinkan siswa untuk menggunakan alat-alat inderanya dan mengumpulkan
informasi atau bukti-bukti untuk kemudian ditindak lanjuti dengan pengajuan pertanyaan, merumuskan hipotesis berdasarkan gagasan
yang ada. Kedua, memberi kesempatan untuk berdiskusi dalam
kelompok-kelompok kecil dan juga diskusi kelas. Tugas-tugas dirancang agar siswa berbagi gagasan urun-rembuk, menyimak
teman lain, menjelaskan dan mempertahankan gagasan mereka sehingga mereka dituntut untuk berpikir reflektif tentang hal yang
sudah dilakukannya, menghubungkan gagasan dengan bukti dan pertimbangan orang lain untuk memperkaya pendekatan yang
mereka rencanakan. Berbicara dan menyimak menyiapkan dasar berpikir untuk bertindak.
Ketiga, mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari produk mereka untuk menemukan proses yang diperlukan untuk
membentuk gagasan mereka. Dengan kata lain aspek ketiga
menekankan: membantu pengembangan keterampilan bergantung pada pengetahuan bagaimana siswa menggunakannya.
Keempat, mendorong siswa mengulas review secara kritis tentang bagaimana kegiatan mereka telah dilakukan. Mereka juga
hendaknya didorong untuk mempertimbangkan cara-cara alternatif untuk meningkatkan kegiatan mereka. Membantu siswa untuk
menyadari keterampilan-keterampilan yang mereka perlukan adalah penting sebagai bagian dari proses belajar mereka sendiri.
Kelima, memberikan teknik atau strategi untuk meningkatkan keterampilan, khususnya ketepatan dalam observasi dan pengukuran
misalnya, atau teknik-teknik yang perlu rinci dikembangkan dalam komunikasi. Begitu pula dalam penggunaan alat, karena mengetahui
bagaimana cara
menggunakan alat
tidak sama
dengan menggunakannya. Menggunakan teknik secara tepat berarti
memerlukan pengetahuan bagaimana cara menggunakannya.
6
2.
Model Pembelajaran
Pentingnya keterampilan proses untuk dikembangkan menuntut adanya pemilihan proses pembelajaran yang dapat memberikan
kontribusi terhadap keterampilan proses tersebut. Proses pembelajaran tersebut tentunya tidak terlepas dari model yang digunakan. Istilah model
pembelajaran dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang sistematis atau teratur, serta mengandung pemikiran bersifat uraian
atau penjelasan berikut saran.
7
Arends mengemukakan bahwa “ Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan
digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas”.
8
Sementara menurut Trianto model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
6
Wynne Harlen, The Teaching of Science, h. 83
7
Dewi Salma Prawiladilaga, Prinsip Disain Pembelajaran; Instructional Designe Principle. Jakarta: Kencana UNJ, 2009, h.33
8
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Prestasi Pustaka. Cet. ke 1. h.4.
menggambarkan prosedur
sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
9
Ada sejumlah pandangan atau pendapat berkenaan dengan model pembelajaran, yang perlu kita kaji untuk memperluas pemahaman dan
wawasan kita sehingga kita dapat semakin fleksibel dalam menentukan salah satu atau beberapa model pembelajaran yang tepat. “Joyce, Weil,
dan Calhoun mendeskripsikan empat kategori model mengajar, yaitu kelompok model sosial social family, kelompok pengolahan informasi
information processing family, kelompok model personal personal family, dan kelompok model sistem perilaku behavioral systems
family”.
10
Tiap-tiap model tersebut dijabarkan ke dalam beberapa tipe yang lebih terukur. Jika dituangkan dalam bentuk tabel adalah seperti
berikut:
Tabel 2.1 Model-model Pembelajaran Menurut Joyce, Weil dan Calhoun
Kelompok Model Sosial
Pengolahan Informasi
Model Personal
Model Sistem Perilaku
Model 1. Kelompok
Belajar Positive
independence dan
inkuiri terstruktur
2. Investigasi Kelompok
3. Bermain Peran
4. Penelitian Yurisprudensi
1. Berpikir Introduktif
classification oriented
2. Pencapaian Konsep
3. Memorisasi memory
assists 4. Penelitian
Ilmiah 5. Latihan Inkuiri
6. Synectics 1. Pembelaja
ran tanpa arahan
2. Meningkat kan
rasa percaya
diri 1. Belajar
Tuntas 2. Pengajaran
Langsung 3. Simulasi
4. Pembelajar an Sosial
5. Jadwal Terprogram
tugas penampilan
Jadi menurut penulis model pembelajaran adalah : cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar guru untuk memilih kegiatan belajar yang akan
digunakan selama proses pembelajaran, dimana pemilihan tersebut dilakukan
9
Trianto,ibid.,h.2.
10
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.2009.Cet ke-2. h. 148.
dengan m empertimbangkan situasi dan kondisi, materi dan sumber belajar,
kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Kesesuaian antara tujuan, materi dan metode serta pengalaman belajar jelas menjadi dambaan para pengembang kurikulum maupun guru dalam
perencanaan pengajaran. Sangat tidak adil apabila siswa dituntut untuk kreatif melalui pengalaman belajar yang pasif dalam mempelajari konsep tertentu.
Berdasarkan uraian di atas penulis memilih model pembelajaran guided inquiry sebagai tindakan yang akan digunakan dalam penelitian sebagai
upaya meningkatkan keterampilan proses sains siswa, karena dalam pembelajaran inquiry terdapat keterampilan-keterampilan yang muncul, dan
adapun keterampilan-keterampilan tersebut merupakan keterampilan- keterampilan proses sains. Seperti pernyataan Kuslan bahwa pengajaran
Inquiry merupakan pembelajaran dimana guru dan siswa mempelajari fenomena alam dengan pendekatan dan semangat para ilmuan, serta
karakteristik pembelajaran inquiry dengan proses sainsnya seperti observasi, pengukuran, estimasi, prediksi, membandingkan, klasifikasi, percobaan,
komunkasi, inferensi, analisis dan membuat kesimpulan.
11
Hal ini juga diungkapkan oleh Rustaman bahwa ketiga tingkatan inkuiri discovery,
guided inquiry, and free inquiry memiliki kesamaan yaitu ketiganya melibatkan keterampilan proses sains dan atau kemampuan dasar bekerja
ilmiah.
12
Pengajaran dengan inquiry mengajukan kepada siswa konten yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan yang memfokuskan kepada
kegiatan penelitian kelas. Dengan adanya permasalahan, siswa dapat merumuskan hipotesis atau jawaban sementara, mengumpulkan data yang
relevan dengan hipotesis, dan kemudian mengevaluasi data yang telah
11
Louis I. Kuslan and A. Haris Stone. Teaching Children Science: an Inquiry Approach.. California: Wadsworth Publishing Company, 1969 h. 138
12
Nuryani Y Rustaman. Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuri dalam Pendidikan Sains. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Pendidikan Indonesia: Bandung, 2005 h. 3
terkumpul dan membuat suatu kesimpulan. Pada strategi ini siswa tidak hanya belajar konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga belajar
bagaimana pemecahan masalah kedepannya.
13
Pembelajaran dengan menggunakan model
guided inquiry merupakan model pembelajaran yang tidak berdiri sendiri karena model ini
bersumber dari teori kontruktivisme. Oleh karena itu pada bab ini penulis akan terlebih dahulu membahas tentang teori kontruktivisme dan kemudian
model pembelajaran inquiry.
3. Teori Konstruktivisme