Arun Project I. Arun Project II. Ruang Lingkup Bidang Usaha

- Kompresor injeksi ulang satu buah pada Cluster 2 dan dua buah pada Cluster 3 dan kapasitas dari setiap cluster itu sendiri adalah 600 MMSCFD maks 750 MMSCFD yang akan menghasilkan 556 MMSCFD gas ditambah 37.100 BPD kondensat.

2.1.2. Pembangunan Kilang Arun. Kilang Arun berada di daerah seluas 92,5 km

2 yang dibagi menjadi empat stasiun pengumpul dengan luas masing – masing 6 ha. Hingga saat ini PT. Arun sudah memiliki enam buah train pencairan gas alam dan sekarang ini tinggal empat train yang beroprasi, dengan produksi 38.000 m 3 hari LNG pada 100 kapasitas design. Namun demikian dengan beberapa modifikasi dari plant site dan plant test, kapasitas setiap train menjadi sekitar 115 –117 . Keenam train ini dibangun secara bertahap. Tahapan pembangunan dan awal operasi masing – masing train dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Arun Project I.

Proyek ini meliputi pembangunan train 1,2 dan 3 yang dibangun oleh kontraktor utama Becthel Inc. yang dimulai awal tahun 1974 dan selesai akhir tahun 1978. Pengapalan LNG pertama proyek ini dilakukan tanggal 4 Oktober 1978 dengan tujuan Jepang bagian barat.

b. Arun Project II.

Proyek ini merupakan pengembangan dari Arun Project I yang meliputi pembangunan train 4 dan 5 yang dilakukan oleh kontraktor utama Chiyoda Chemical Engineering Corp. bekerja sama dengan Mitsubishi Corp dan PT. Purna Universitas Sumatera Utara Bina Indonesia. Proyek mulai dikonstruksi awal bulan Febuari 1982 dan selesai akhir 1983. Bulan Desember 1983 dilakukan pengapalan pertama ke Jepang di bagian barat.

c. Arun Project III.

Proyek ini juga pengembangan dari proyek – proyek Arun sebelumnya. Proyek ini membangun train 6 yang dilakukan kontraktor utama JGC Corp, yang dimulai awal November 1984 dan selesai November 1986. Proyek ini merupakan realisasi kontrak jual dengan Korea Selatan. Tanggal 21 Oktober 1986 dilakukan pengapalan pertama LNG ke Korea Selatan.

2.1.3. Orientasi LNG

Plant Site. PT. Arun NGL hingga saat ini mempunyai empat buah train pencairan gas alam yang masih aktif, dengan kapasitas produksi 38.000 m 3 hari LNG yang dilengkapi unit – unit pemisah gas dan kondensat, pemurnian gas dan kondensat, pemurnian gas, penggudangan dan dibantu oleh unit–unit penunjang lainnya. Pada masing – masing train pencairan gas alam tersebut mengolah 282 MMSCFD gas untuk menghasilkan 9.500 m 3 hari LNG pada 100 kapasitas desain. Namun demikian dengan beberapa modifikasi dari plant site dan plant test, maka masing – masing train mampu beroperasi atau mampu menghasilkan rata – rata pada kapasitas 115 - 135 . Dengan luas area pabrik 271 ha, yang dilengkapi dengan dua buah dermaga pemuatan LNG untuk kapasitas kapal 9500 DWT pengapalan LNG, serta dermaga tersebut dibuat dengan kedalaman 14 m dari permukaan air laut, pengukuran dilakukan pada saat air laut surut, agar dapat Universitas Sumatera Utara dimasuki oleh kapal LNG ataupun kapal LPG. Sedangkan untuk kondensat dilengkapi dengan dua buah sarana pemuatan yaitu dengan : - Single Point Mooring SPM untuk kapasitas 40.000 – 280.000 DWT. - Multi Buoy Mooring MBM untuk kapasitas kapal 30.000 – 100.000 DWT. Minyak bumi dan gas alam adalah sumber daya alam yang bernilai ekonomis tinggi, sangat strategis dan memberikan konstribusi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, apabila dari sudut pandang perekonomian maka akan meningkatkan income pendapatan negara, apabila dilihat dari sudut pandang sosial maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan yang paling berkembang hingga saat ini adalah perkembangan tekhnologi canggih yang sebagian besar menggunakan energi dari bahan bakar minyak dan gas. Teknologi canggih atau modern mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan suatu industri. Setiap industri tidak dapat menghasilkan suatu produk yang maksimal tanpa didukung dengan peralatan yang canggih. Meskipun setiap industri telah berusaha untuk menghasilkan produk yang baik, akan tetapi tetap saja mempunyai kendala dalam mengoperasikan suatu mesin produksi, ini dapat terjadi karena faktor alam, faktor bahan yang digunakan maupun faktor manusia itu sendiri. LNG merupakan alternatif energi yang mempunyai prospek cukup baik dewasa ini, karena hasil dari pembakarannya memiliki efek polusi yang relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan bahan bakar lainnya, polusi yang terjadi tersebut tentunya kurang menguntungkan, baik bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya, yaitu dapat mengganggu kesehatan dan merusak Universitas Sumatera Utara ekosistem lainnya, karena pencemaran lingkungan yang ditimbulkannya, efisiensi pembakaran gas cukup tinggi serta mudah di kontrol karena pada gas tidak terdapat fraksi berat. Saat ini Indonesia memiliki 2 kilang LNG, yaitu masing-masing 8 train di Bontang Kalimantan yang dikenal dengan PT Badak, dan 6 train di Arun Lhokseumawe Aceh Utara yang dikenal dengan PT Arun, dan tidak menutup kemungkinan akan ditemukannya lagi reservoir-reservoir gas alam atau reservoir minyak bumi yang baru ditempat-tempat atau daerah-daerah lainnya yang berpotensi diIndonesia, seperti misalnya baru-baru ini telah ditemukannya ladang gas alam di kepulauan Natuna, walaupun sekarang ini pembangunannya masih dalam tahap perencanaan.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Kilang Arun pada awal operasinya hanya memproduksi LNG yang mengandung komponen dominan Metana CH 4 , Etana C 2 H 6 , Propana C 3 H 8 dan Butana C 4 H 10 sedangkan fraksi berat lainnya diolah untuk menghasilkan kondensat. Sebagai langkah perluasan produksi dan pengembangan usaha, PT. Arun melakukan diversifikasi produk dengan memanfaatkan unsur – unsur Propana C 3 H 8 dan Butan C 4 H 10 yang mempunyai nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai jual kondensat, unsur tersebut dikenal dengan nama LPG yang merupakan hasil penggabungan dari kedua unsur propan dan butan. Universitas Sumatera Utara Sehingga diharapkan dapat menambah hasil devisa negara dan memaksimalkan sisa hasil proses produksi di samping produksi utama. Kemudian dilakukan studi dan penelitian terhadap kilang dan komposisi gas alam, agar diversifikasi produk yang dilakukan tidak mengganggu mutu dan jumlah produksi LNG serta suplai media pendingin untuk kilang. Dengan hasil penelitian yang positif maka dibuatlah Master Plant, yaitu pembangunan kilang LPG yang disponsori oleh Pertamina dan para investor asing sekaligus konsumen yang berasal dari negara Jepang pada tanggal 15 Juli 1986. Pembangunan kilang LPG dimulai pada tanggal 24 Febuari 1987 berdasarkan kontrak yang telah disepakati Pertamina dengan JGC, sebagai kontraktor utama di bawah supervisi PLLP Pertamina LNG-LPG Project dan pembangunannya tepat berdampingan dengan kilang LNG yang sudah ada. Pembangunan dilakukan dengan 3 tahap, Pembangunan pertama dimulai akhir Febuari 1987 dan selesai bulan Juni 1988. tahap kedua selesai bulan Oktober 1988 dan tahap ketiga selesai pada bulan Desember 1988. pengapalan pertama produk LPG dilakukan pada tanggal 2 Agustus 1988 ke negara tujuan Jepang. Sejak tahun 1996 LPG tidak diproduksi lagi akibat minimnya pasokan gas dan alasan ekonomis lainnya. Universitas Sumatera Utara

2.3. Struktur Organisasi