65
Keterangan:
2 .
1
μ
:
rata-rata hasil belajar jenjang Sintesis kelas eksperimen
2 .
2
μ
:
rata-rata hasil belajar jenjang Sintesis kelas kontrol Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji t, dengan kriteria
pengujian yaitu, jika t
hitung
t
tabel
maka H diterima dan H
1
ditolak. Sedangkan, jika t
hitung
≥ t
tabel
maka H
1
diterima dan H ditolak, pada
taraf kepercayaan 95 atau taraf signifikansi α = 5. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh t
hitung
sebesar 0,59 lampiran 25, hlm 178 dan t
tabel
sebesar 1,98. Hasil berhitungan tersebut menunjukkan bahwa t
hitung
t
tabel
0,59 1,98. Dengan demikian, H
diterima dan H
1
ditolak, atau dengan kata lain rata-rata hasil belajar jenjang sintesis pada kelas eksperimen tidak lebih tinggi atau sama dengan kelas
kontrol.
Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis dengan Statistik Uji t
KelompokP t
hitung
t
tabel
Kesimpulan
Eksperimen dan Kontrol Total 2,88
1,98 Tolak H
Eksperimen dan Kontrol Analisis 2,85
Tolak H Eksperimen dan Kontrol Sintesis
0,59 Terima H
2. Pembahasan
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh bahwa
hit
t berada diluar daerah penerimaan
H atau dengan kata lain H
ditolak. Dengan demikian, hipotesis alternatif
1
H yang menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diberi model
pembelajaran kooperatif tipe Roundtable lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi model pembelajaran klasikal diterima pada taraf signifikan
5. Berdasarkan pengamatan pada saat meneliti kelas eksperimen yaitu
kelas XI Otomotif-D dan XI Mesin, proses tersebut dapat dilihat bahwa siswa dituntut untuk saling berbagi dalam kemampuan kognitifnya
66
sehingga terjadi saling tukar pendapat sharing dan melatih kemampuan komunikasi. Setiap siswa juga dituntut untuk memiliki tanggung jawab
terhadap tugasnya masing-masing karena tugas yang diberikan berbeda- beda maka siswa dituntut untuk mempersiapkan diri belajar sebelum
proses pembelajaran dimulai. Selain itu pada pembelajaran kooperatif tipe roundtable yaitu pada saat menganalisis pengerjaan pasangannya dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang tadinya tidak tahu menjadi tahu atau pengetahuannya yang dimiliki sebelumnya keliru yaitu dengan
mengamati pengerjaan temannya serta dengan menilai kebenaran jawaban temannya. Selain itu pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
keterampilan sosial siswa yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama, saling membantu dan meningkatkan rasa percaya diri.
Pembelajaran kooperatif juga mengajarkan siswa untuk saling menghargai satu sama lain dan mendorong komunikasi antar siswa sehingga hubungan
antar siswa semakin baik. Berikut adalah gambaran saat pembelajaran dengan pembelajaran
kooperatif tipe roundtable di kelas eksperimen
Siswa memegang soal masing-masing dan setelah waktu yang ditentukan habis, siswa
memutar soal tersebut searah jarum jam Siswa diperbolehkan menggunakan alat
Bantu hitung untuk mengefisienkan waktu Kegiatan Inti
67
Gambar 4.3 Proses Pembejaran dengan Metode Penemuan R
oundtable
Setelah diterapkan metode roundtable pada kelas eksperimen, siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep dalam materi luas dan
keliling segitiga
dan segi
empat, misalnya
bagaimana cara
menghubungkan hal-hal yang diketahui dari soal-soal LKS dengan yang ditanyakan. Dalam pemebelajaran ini siswa dilatih untuk memahami
sendiri dan menggunakan pemahaman mereka dalam menyelesaikan soal- soal matematika yang diberikan, terutama soal-soal yang berhubungan
untuk menemukan kesimpulan. Hal ini dikarenakan metode roundtable memuat beberapa langkah yaitu menganalisis, mensintesis, mengevaluasi
merumuskan dan membuat kesimpulan. Pembelajaran metode roundtable memperlakukan siswa sebagai
mahluk yang kreatif dan mempunyai potensi tinggi. Di pembelajaran ini guru tidak bertindak sebagai pendidik memposisikan diri di atas power
off. Selain itu pembelajaran dengan metode roundtable mengubah pembelajaran teacher centered yang menekankan konsep-konsep dapat
ditransfer dari gruru ke siswa, berubah menuju pembelajaran student centered yang menekankan bahwa dalam pembelajaran sendirilah akan
menemukan konsep, dalil, dan lain-lain.
Siswa mempresentasikan jawabannya Guru mengecek pemahaman siswa setelah
proses pembelajaran
68
Dalam pembelajaran dikelas eksperimen didapatkan beberapa kendala saat awal-awal menerapan metode roundtable. Salah satunya
disebabkan penelitian dilakukan di sekolah yang pengklasifikasian kelas pembedaan kelas antara siswa berkemampuan Matematika tinggi dengan
siswa yang memiliki kemampuan kurang, dan karena penelitian ini dilakukan pada kelas yang berkemampuan di bawah rata-rata maka hanya
segelintir siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik, sedangkan siswa yang lain masih lebih banyak berkeliaran saat pembelajaran dengan
metode roundtable, sehingga pada pertemuan pertama aktivitas belajar belum bisa dikondisikan dan belum tercapai secara optimal. Hal tersebut
membuat peneliti mengambil kebijakan untuk memberikan reward pada kelompok terbaik pada akhir pertemuan. Pemberian reward didapatkan
kelompok jika memenuhi ketentuan yang ditentukan peneliti. Misalnya, mendapatkan nilai LKS di atas 70, kelompok yang berhasil menyelesaikan
LKS dengan baik, tidak gaduh, aktif bertanya dan menanggapi. Dan perolehan reward untuk penilaian kelompok jika seluruh anggota tidak
terlambat, seluruh anggota mengerjakan PR. Pada diskusi kelompok yang pertama, siswa masih bingung dalam
mengerjakan lembar kerja siswa LKS yang diberikan karena mereka tidak terbiasa melakukan kerja kelompok roundtable dalam pembelajaran
Matematika. Siswa nampak masih ragu-ragu dalam mengerjakan langkah- langkah dalam LKS, masih banyak bertanya, gaduh di dalam kelas dan
terlihat bingung sendiri. Lalu
pada saat
perwakilan kelompok
diminta untuk
mempresentasikan hasil LKS di depan kelas, siswa terlihat masih malu- malu dan masih sulit untuk menyampaikan kepada siswa lainnya, sehingga
siswa lain lebih banyak mengobrol dan enggan menanggapi presentasi temannya. Hal ini disebabkan kebiasaan siswa pada pembelajaran
sebelumnya yang berpusat pada guru, siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang ditulis guru di depan kelas, mengerjakan soal yang
mirip dengan contoh dan kurang adanya interaksi antar siswa sehingga
69
mereka belum terbiasa untuk menyampaikan pendapat ataupun bertanya jika ada penjelasan yang belum di pahami. Dari hasil diskusi siswa belum
terlihat peningkatan pada Hasil belajar matematika siswa. Pada pertemuan selanjutnya sedikit demi sedikit ada perubahan
yang baik pada Hasil belajar matematika siswa, hal ini dilihat dari hasil belajar matematika yang meningkat. Siswa lebih aktif bertanya jika
mereka kurang memahami langkah-langkah penyelesaian dan juga pertanyaan mengenai maksud-maksud yang terdapat pada LKS yang
masih belum jelas. Siswa pun lebih berani mempresentasikan hasil jawaban kelompoknya di depan kelas dan siswa yang lain pun tidak ragu-
ragu dalam mengungkapkan pendapatnya. Akhirnya, dari tes hasil belajar matematika jenjang analisis dan
sintesis dapat dilihat bahwa siswa yang diajarkan dengan metode roundtable 79,73 mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang ditetapkan oleh sekolah dimana dilakukan penelitian 59 orang mendapat nilai ≥ 50. Ini berarti bahwa
lebih dari 79 tujuan pembelajaran yang direncanakan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar telah tercapai termasuk dalam kategori
baik. Sedangkan, siswa yang diajarkan dengan strategi konvensional hanya 53,52 yang mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal 38 orang mendapat nilai ≥ 50, artinya tujuan pembelajaran yang direncanakan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar sudah tercapai termasuk dalam kategori cukup lebih dari 50. Selain itu, terbukti pula bahwa nilai rata-rata hasil belajar
jenjang analisis dan sintesis siswa yang diajarkan dengan metode roundtable lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar jenjang analisis dan
sintesis siswa yang diajarkan dengan metode konvensional.
70
D. Keterbatasan Penelitian