II - 26
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada periode tahun 2010 – 2014 puncak
kematian bayi terjadi pada tahun 2012, hal ini disebabkan kualitas pelayanan ANC yang masih kurang, termasuk dalam mendeteksi resiko tinggi pada ibu hamil, dan ini berdampak
pada penanganan bayi baru lahir. Menindaklanjuti hal tersebut maka dilakukan kegiatan- kegiatan peningkatan kapasitas SDM bidan terutama bidan desa dan kegiatan kelas ibu,
sehingga pada tahun 2015 angka kematian bayi AKB dapat diupayakan turun menjadi 121000 KH. Kasus kematian balita paling tinggi juga terjadi pada tahun 2012 yaitu 171000
KH, hal ini disebabkan karena adanya penyakit-penyakit penyerta serta kelainan congenital penyakit bawaan lahir. Namun demikian Angka Kematian Bayi dan Balita sampai dengan
tahun 2014 sudah dibawah target nasional yaitu 301000 KH.
2. Angka Kematian Ibu AKI
Angka Kematian Ibu AKI di Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2010 sampai dengan 2014 sangat fluktuatif, dan telah mencapai target sasaran pokok dan arah kebijakan
nasional yaitu Angka Kematian Ibu menurun menjadi 306100.000 KH pada tahun 2019. Adapun penyebab langsung kematian ibu di Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2010
– 2014 masih berkisar antara pendarahan, penyakit hipertensi dalam kehamilaneklamsi, dan
infeksi. Angka Kematian Ibu periode tahun 2010 – 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.16 Angka Kematian Ibu Tahun 2010
– 2014
NO Uraian
Tahun
2010 2011
2012 2013
2014 1
Jumlah Ibu Meninggal 17
13 12
18 9
2 Jumlah Kelahiran Hidup jiwa
5.231 5.757
5.699 5.599
5.630 3
Angka Kematian Ibu jiwa100.000 KH 325
226 208
321 160
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang, 2015.
Data pada tabel diatas menggambarkan bahwa angka kematian ibu tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu 325100.000 KH, hal ini disebabkan masih tingginya faktor resiko
komplikasi maternal. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka ini adalah peningkatan kapasitas SDM Bidan terutama bidan desa, penguatan asesor bidan
puskesmas, penguatan AMP, serta adanya jampersal, sehingga angka kematian ibu dapat diturunkan menjadi 160 jiwa100.000 KH pada tahun 2014.
II.B. Angka Harapan Hidup
Selama periode 2010 – 2014, angka harapan hidup penduduk Kabupaten Aceh
Tamiang mengalami kenaikan dari 68,37 tahun menjadi 68,67 tahun. Angka 68,67 ini
Gambaran Umum Kondisi Daerah
II - 27
menunjukkan bahwa seseorang yang lahir pada 2014 mempunyai peluang rata-rata kelangsungan hidupnya selama 68,67 tahun ke depan. Berarti kualitas hidupnya meningkat,
seperti pemenuhan makanan lebih baik, kesehatan terjaga, dan sebagainya sehingga membuat lama hidupnya bertambah.
Dibandingkan dengan daerah kabupatenkota lainnya, Aceh Tamiang berada di pertengahan karena angka harapan hidup terendah pada tahun 2014 adalah 62,87 tahun
untuk Kota Subulussalam. Sebaliknya, angka harapan hidup tertinggi adalah penduduk Kota Banda Aceh yang mencapai 70,80 tahun disusul Kota Lhokseumawe 70,62 tahun.
Namun demikian, jika dibandingkan dengan angka harapan hidup Provinsi Aceh ternyata harapan hidup penduduk Kabupaten Aceh Tamiang masih lebih rendah. Angka
harapan hidup Provinsi Aceh tercatat 69,35 tahun pada tahun 2014. Gambaran tersebut mengindikasikan bahwa kondisi kesehatan penduduk Kabupaten Aceh Tamiang tidak lebih
baik dari kondisi penduduk di Provinsi Aceh. Karena gizi, kesehatan, pendidikan, keterampilan dan pengetahuan merupakan faktor yang menentukan kualitas sumber daya
manusia maka pembangunan faktor-faktor tersebut harus dilakukan. Perkembangan Angka Harapan Hidup periode tahun 2010
– 2014 disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.17 Angka Harapan Hidup Tahun 2010
– 2014 Uraian
Tahun
2010 2011
2012 2013
2014 Angka Harapan Hidup
tahun 68,37
68,61 68,65
68,66 68,67
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2015.
II.C. Status Gizi
Status gizi masyarakat di Kabupaten Aceh Tamiang, jika ditinjau dari persentase balita gizi buruk tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 sudah mencapai target MDGs yaitu
dibawah 15 , meskipun angka ini mengalami fluktuasi, namun cenderung menurun, dari 0,3 pada tahun 2013 menjadi 0,1 pada tahun 2014. Persentase Balita Gizi Buruk
periode 2010 – 2014 disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.18 Persentase Balita Gizi Buruk Tahun 2010
– 2014
NO Uraian
Tahun
2010 2011
2012 2013
2014 1
Jumlah Balita Gizi Buruk 78
36 116
86 26
2 Jumlah Balita Seluruhnya
14.962 16.828
30.277 29.665
27.375 3
Persentase 0,3
0,3 0,4
0,3 0,1
Sumber : Dinas Kesehatan dan Badan Pusat Statistik kabupaten Aceh Tamiang, 2015.
II - 28
Gambaran Umum Kondisi Daerah
Tabel diatas menggambarkan bahwa Persentase Balita Gizi Buruk selama periode tahun 2010
– 2014 sangat fluktuatif. Namun turun signifikan jika dilihat dari tahun 2012 sampai dengan 2015, dari 116 kasus menjadi 26 kasus, atau hanya 0,1 dari jumlah balita
seluruhnya. Ini adalah bentuk keberhasilan dari upaya peningkatan penanganan kasus gizi buruk, pemantauan status gizi serta adanya bantuan operasional kesehatan BOK untuk
puskesmas, kedepan diharapkan tidak ditemukan lagi kasus gizi buruk di Kabupaten Aceh Tamiang.
III. Ketenagakerjaan