2. Teori Belajar Mengajar Matematika
i.
Belajar
Menurut W.S. Winkel 1995:53, belajar adalah suatu aktifitas mentalfisik yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai- nilai sikap. Perubahan-perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan
berbekas.proses perubahan itu terjadi selama jangka waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah yang menandakan telah terjadi belajar.
Menurut Robert M. Gagne dalam buku “Psikologi Pembelajaran” ada
delapan tipe dasar belajar yaitu : Tabel 2.1. Delapan Tipe Dasar Belajar
No Tipe belajar
Hasil Belajar kemampuan internal 1
Belajar memecahkan masalah problem solving
Menggabungkan beberapa kaidah menjadi prinsip pemecahan
2 Belajar kaidah rule learning
Menghubungkan beberapa konsep 3
Belajar konsep concept learning
Menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu
4 Belajar diskriminasi jamak
multiple discrimination Memberikan reaksi yang berbeda pada
stimulus-stimulus yang mempunyai kesamaan atau kemiripan
5 Belajar asosiasi chaining
verbal Memberikan reaksi verbal pada stimulus
6 Belajar membentuk rangkaian
gerak-gerik chaining motorik Menghubungkan gerakan yang satu
dengan yang lain 7
Belajar perangsang- reaksi,dengan mendapat
penguatpeneguhan conditioning ala skinner
Memberikan reaksi pada perangsang stimulus
8 Belajar sinyal conditioning ala
pavlov Memberikan reaksi pada
perangsangstimulus
ii.
Mengajar
Menurut Bruner, Dalam Wens Tanlain . 2007 : “Mengajar merupakan
proses guru menyajikan konsep dan masalah secara bertahap dalam bentuk yang mudah dipahami oleh siswa dengan menggunakan teknik tertentu.
i. Ada tiga teknik mengajar secara berurutan yaitu :
a Teknik enaktif artinya bahan ajar disajikan dalam bentuk fisik, konkrit
yang merangsang siswa melakukan kegiatan senso-motorik terhadap benda tersebut untuk pembentukan gambaran.
b Teknik ikonik artinya bahan ajar disajikan dalam bentuk gambar yang
merangsang siswa melakukan kegiatan penalaran seperti menguraikan, melihat hubungan, melihat perbedaan dan menggolongkan.
c Teknik simbolik artinya bahan ajar disajikan dalam bentuk bahasa yang
merangsanag siswa menyusun rumusan pengertian dan menyusun kesimpulan.
ii. Unsur-unsur mengajar yaitu:
a Unsur tujuan pengajaran artinya kemampuan - kemampuan yang hendak
dicapai siswa dalam kegiatan pengajaran. b
Unsur keadaan awal siswa atau kemampuan awal siswa artinya kemampuan-kemampuan mana yang sudah dikuasai siswa sebelum
melakukan kegiatan pengajaran. c
Unsur latar belakang sosia-budaya siswa artinya bahan-bahan apa yang harus dikomunikasikan kepada siswa, yang ia butuhkan dalam
kehidupannya. d
Unsur metodologis artinya bagaimanakah cara yan ditempuh guru dan siswa dalam mengolah bahan pelajaran untuk mencapai tujuan mengajar.
iii.
Tingkat Perkembangan Kognitif Siswa Sekolah Dasar
Piaget dalam teorinya mengemukakan bahwa tahap perkembangan kognitif atau taraf kemampuan berfikif setiap individu tidak sama tergantung
usianaya. Dalam teorinyya tersebut,piaget membagi perkembangan kognitif individu menjadi empat tahap menurut usianya yaitu Ruseffendi, 1980:59 :
i. Tahap sensori motor dari lahir sampai usia sekitar 2 tahun
ii. Tahap praoperasional usia dari sekitar 2 tahun samapi sekitar 7 tahun
iii. Tahap operasi konkrit usia dari sekitar 7 tahun samapia sekitar 11 tahun
iv. Tahap operasi formal usia dari sekitar 11 tahun sampai dewasa
Siswa dasar SD pada umumunya berusia 7 sampai 12 tahun. Sesuai dengan teori Piaget diatas siswa sekolah dasar berada pada tahap berpikir
praoperasional dan operasi konkrit.dikatakan operasi konkrit sebab berpikir logisnya didsrkan atas manipulasi fisik dari objek-objek konkrit. yang
dipikirkan anak masih terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan sesuatu yang konkrit, sustu realitas fisik, benda-benda secara nyata. Benda-benda atau
kejadian-kejadian yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan realitas, masih sulit dipirkan anak.
Usai fase operasi konkret, secara bertahap ia akan memasuki fase operasi formal. Pada fase terakhir ini siswa dapat mengembangkan pola-pola
berpikir formal sepenuhnya. Mereka mampu memperoleh strategi yang logis,rasional, dan abstrak.mereka juga dapat menangkap arti simbol, arti
kiasan, kesamaan dan perbedaan, dan dapat menyimpulkan sesuatu dari masalah.
3. Keterlibatan Siswa
Belajar merupakan suatu proses aktif, siswa harus berpartisipasi aktif dalam belajar. Dalam pembelajaran jika siswa aktif berpartisipasi maka siswa akan
terlibat secara psikologis dalam proses belajar mengajar. Keterlibatan psikologis itu berarti pembangkitan motivasi siswa untuk belajar. Pengalaman belajar yang
demikian, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari penyelesaian suatu masalah baik secara individual maupun kelompok. Hal yang demikian ini
akan menantang intelektual siswa dari pada bila siswa hanya mendengarkan kemudian mencerna informasi yang diberikan dari guru secara satu arah.
Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengejar dengan menggunakan strategi Partisipatori dalam penelitian ini di ukur melalui :
a. Keterlibatan siswa dalam mengemukakan pendapatnya tanpa diminta
b. Keterlibatan siswa dalam merespon pendapat temannya
c. Keterlibatan siswa dalam bertanya
d. Keterlibatan siswa dalam mengerjakan soal latihan
Siswa dikatakan terlibat, jika siswa tersebut sudah melakukan lebih dari satu aspek keaktifan yang diukur dalam penelitian ini.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran adalah inti dari proses pembelajaran. Keterlibatan menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran tersebut.
Disini di tuntut siswa untuk berpartisipasi aktif saat proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas.
Keterlibatan siswa bergantung juga kepada minat siswa untuk mengikuti pembelajaran.Dengan minat yang tinggi, seorang pembelajar akan menjadi lebih
aktif dan terlibat secara individual atau bersama-sama dalam menggali kekayaan informasi yang ingin diperolehnya,. Oleh karena itu ia tidak akan puas oleh
beberapa informasi saja dan ia akan terus mencari informasi sebanyak banyaknya untuk menambah dan melengkapi pengetahuannya.
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran disekolah, siswa akan lebih terlibat dalam proses pembelajaran apabila ia memiliki minat belajar yang tinggi.
Dengan minat siswa akan terlibat dalam hal berkonsentrasi, memperkuat bahan pelajaran dalam ingatan, memberi pertanyaan, menjawab pertanyaan dan
menghasilkan sesuatu yang baik dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal diatas keterlibatan dalam proses pembelajaran adalah keikutsertaan untuk aktif
ambil bagian dalam proses pembelajaran oleh karena adanya minat. Yang dimaksud keterlibatan dalam penelitian ini adalah cara-cara
keikutsertaan siswa dalam melakukan atau berbuat sesuatu secara aktif untuk memperoleh ilmu yang mereka inginkan terutama dalam kelompok. Jadi fokus
penelitian ini adalah siswa yang bekerja dalam kelompok.
4. Minat Belajar Siswa
a. Pengertian Minat
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Winkel 2007 : 212 mengemukakan bahwa
minat dapat diartikan sebagai kecenderungan yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari
materi itu. Tumbuh dan berkembangnya minat seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang pada garis besarnya berasal dari dalam dan dari luar diri
seseorang. Salah satuya faktor senang, karena antara minat dan perasaan senang terdapat hubungan timbal balik , sehingga tidak mengherankan kalau siswa yang
berperasaan tidak senang, juga akan kurang berminat, dan sebaliknya.
Perasaan tidak senang menghambat dalam belajar karena tidak menumbuhkan sikap positif dan menunjang minat belajar sehingga motivasi
instrinsik juga akan sulit berkembang. Dengan demikian suatu sumber gairah belajar yang seharusnya ada menjadi tidak ada.
Minat yang dipahami dan dipakai oleh siswa selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu.
Muhibbi Syah 1995 : 136. Bila seseorang siswa menaruh minat besar terhadap matematika maka ia akan memusatkan perhatian yang lebih banyak terhadap
matematika. Pemusatan perhatian intensif terhadap materi itulah memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
Agar kegiatan pembelajaran dapat berhasil dengan baik, maka guru harus dapat membuat siswa senang dalam belajar. Menurut Winkel 1986 : 31,
cara guru membuat senang dalam belajar adalah : i.
Membina hubungan yang akrab dengan siswa ii.
Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu sulit, namun tidak terlalu sukar. iii.
Menggunakan alat-alat pelajaran yang menunjang proses belajar. iv.
Bervariasi dalam cara-cara mengajar, namun tidak berganti-ganti metode.
b. Minat Siswa Terhadap Matematika
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa, baik itu faktor eksternal maupun internal. Salah satu faktor internal yang berasal dari dalam
diri siswa adalah minat, minat main peranan terhadap proses belajar mengajar. Berdasarkan definisi W. S. Winkel, maka minat siswa terhadap matematika
merupakan kecenderungan yang agak menetap dalam diri siswa untuk merasa tertarik pada matematika dan merasa senang berkecimpung dalam matematika.