Karakteristik Kitosan Pengukuran derajat deasetilasi DD dengan analisis FTIR Fourier

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kitosan yang digunakan pada penelitian ini adalah kitosan komersil Gambar 9. Kitosan tersebut kemudian dilarutkan dalam asam organik yaitu asam laktat dengan konsentrasi 2 vv. Pemilihan pelarut kitosan yang digunakan untuk melarutkan kitosan yaitu asam laktat 2, hal ini sesuai dengan pernyataan Kim 2006 yang menyebutkan konsentrasi asam laktat yang terbaik untuk melarutkan kitosan adalah 2. Pemakaian pelarut asam laktat juga telah dilakukan pada pembuatan edible film kitosan dimana hasil pengujian dengan pelarut asam laktat 2 memperlihatkan penghambatan yang lebih besar dibandingkan pelarut asam asetat 1 Astuti, 2007. Tahap pertama pada penelitian ini adalah melarutkan kitosan dengan konsentrasi 1 dan 2 bv dalam larutan asam laktat 2. Gambar 9 Kitosan komersil

4.1 Karakteristik Kitosan

Persiapan sampel ini merupakan tahap pertama penelitian yang bertujuan untuk menggetahui karateristik kitosan khususnya daya antimikroba kitosan. Hasil pengujian karakteristik kitosan komersil yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Karakteristik kitosan komersil Karakteristik Hasil penelitian Standar mutu kitosan Protan Laboratories Bentuk Partikel Serbuk Serpihan atau bubuk Kadar Air 12 ≤ 10 Kadar Abu 0.4 ≤ 2 Kadar Nitrogen 5.88 ≤ 5 Derajat Deasetilasi 79.70 ≥ 70 Warna Larutan Jernih Jernih Sumber: Suptijah et al. 1992 Bentuk kitosan sangat dipengaruhi oleh bahan bakunya. Bahan baku yang berasal dari kulit udang memiliki bentuk yang lebih halus dan mudah hancur selama proses pembuatan kitosan. Karakteristik dari kitosan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan diantaranya warna larutan, kadar abu dan bentuk pertikel. Bentuk partikel akan mempengaruhi kelarutan kitosan, semakin kecil bentuk partikel maka semakin mudah kitosan untuk larut dalam pelarut. Kadar abu kitosan merupakan parameter yang penting untuk menentukan keefektifan proses demineralisasi, karena secara umum kulit udang mengandung 30-50 mineral dengan kandungan mineral yang terbesar adalah garam CaCO 3 dan CaSO 4 .

4.2 Pengukuran derajat deasetilasi DD dengan analisis FTIR Fourier

Transform Infrared Sepektrum kitosan diperoleh dengan absorbansi pada gelombang bilangan 1655 cm -1 yang merupakan serapan pita amida I dan absorbansi pada gelombang 3450 cm -1 merupakan serapan gugus hidroksil. Pengukuran kitosan dengan FTIR disamping untuk melihat pola spektrum pada sampel juga menentukan derajat deasetilasi kitosan. Hasil pengukuran kitosan komersil berdasarkan pengujian FTIR menunjukan bahwa kitosan komersil memiliki derajat deasetilasi sebesar 79.70 , nilai ini telah memenuhi standar Protan Laboratories. Derajat deasetilasi menunjukkan kemurnian kitosan, dimana derajat deasetilasi kitosan menentukan banyaknya gugus asetil yang hilang selama proses deasetilasi kitin. Semakin besar derajat deasetilasi, maka kitosan akan semakin aktif. Keaktifan kitosan dikarenakan banyaknya gugus amina menggantikan gugus asetil, gugus amina lebih reaktif dibandingkan gugus asetil karena adanya pasangan elektron bebas pada atom nitrogen dalam struktur kitosan. Grafik analisis FTIR dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.3 Penelitian Utama