PERBANDINGAN UMUR SIMPAN WAFER MENGGUNAKAN

dipengaruhi nilai slope karena tidak memiliki kurva sorpsi isotermis yang bisa dianggap linier. Model ini hanya memperhatikan nilai perbedaan tekanan di dalam dan di luar kemasan P untuk menggambarkan pola difusi uap air dari lingkungan ke produk. Nilai P ini sangat ditentukan oleh nilai a w wafer sehingga pengukuran a w wafer harus lebih terkontrol. Hasil umur simpan tersebut sesuai dengan umur simpan aktual yang ditentukan secara konvensional oleh industri pangan yang memproduksi wafer A dan wafer B. Hal ini dapat dilihat dari umur simpan aktual wafer yang tersisa masih mencakup umur simpan wafer hasil penelitian. Tanggal kadaluarsa ditentukan berdasarkan reduksi umur simpan wafer yang telah ditentukan untuk melindungi konsumen dari pengkonsumsian produk yang telah rusak. Berdasarkan hasil penentuan umur simpan tersebut, umur simpan wafer dapat ditentukan dengan model kadar air kritis termodifikasi dengan RH tempat penyimpanan 70-80. Pada RH 90, hasil umur simpan dengan kurva sorpsi isotermis tidak dapat dibandingkan dengan model kadar air kritis termodifikasi. Hal ini dikarenakan, kurva sorpsi isotermis ditentukan berdasarkan model Hasley yang cocok untuk produk dengan range RH 10-81.

2. PERBANDINGAN UMUR SIMPAN WAFER MENGGUNAKAN

PERBEDAAN NILAI M C Kadar air kritis M c dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan uji organoleptik yaitu uji hedonik dan uji rating terhadap kerenyahan wafer. Oleh karena itu, terdapat dua kadar air kritis untuk masing-masing wafer yang berasal dari dua uji organoleptik yang digunakan. Perbandingan kadar air kritis wafer berdasarkan uji organoleptik dapat dilihat pada Tabel 18. Kadar air kritis sangat mempengaruhi umur simpan wafer sehingga dengan kadar air kritis dari masing-masing uji organoleptik akan menghasilkan umur simpan dari uji organoleptik tersebut. Umur simpan wafer berdasarkan uji hedonik dapat dilihat pada Tabel 16 dan 17 sedangkan dengan uji rating dapat dilihat pada Tabel 19 dan 20. Tabel 18. Kadar air kritis wafer berdasarkan uji organoleptik Kadar air kritis g H2Og solid Uji organoleptik Wafer A Wafer B Uji hedonik 0.0466 0.0412 Uji rating 0.0457 0.0410 Tabel 19. Umur simpan wafer A berdasarkan model kurva sorpsi isotermis dan model kadar air kritis termodifikasi berdasarkan uji rating Umur Simpan hari Slope b1 Slope b2 Slope b3 Termodifikasi RH Penyimpan -an Kemas- an asli PP tebal Kemas- an asli PP tebal Kemas- an asli PP tebal Kemas- an asli PP tebal 70 398 28 569 40 1267 89 569 40 75 269 19 385 27 858 61 518 37 80 177 13 254 18 565 40 475 34 90 58 4 84 6 186 13 407 29 umur simpan tersisa dari wafer A adalah 318 hari dengan berat solid per kemasan 25 g dan luas 0.0150 m 2 Tabel 20. Umur simpan wafer B berdasarkan model kurva sorpsi isotermis dan model kadar air kritis termodifikasi berdasarkan uji rating Umur Simpan hari Slope b1 Slope b2 Slope b3 Termodifikasi RH Penyimpan -an Kemas- an asli PP tebal Kemas- an asli PP tebal Kemas- an asli PP tebal Kemas- an asli PP tebal 70 393 28 571 40 1272 90 571 40 75 266 19 387 27 861 61 520 37 80 175 12 255 18 567 40 477 34 90 58 4 84 6 187 13 409 29 umur simpan tersisa dari wafer B adalah 373 hari dengan berat solid per kemasan 25 g dan luas 0.0150 m 2 Berdasarkan hasil perhitungan, umur simpan wafer berdasarkan uji hedonik tidak berbeda jauh dengan umur simpan wafer yang ditentukan dengan uji rating. Hal ini dikarenakan kadar air kritis wafer dari dua uji organoleptik tersebut tidak berbeda jauh. Oleh karena itu, uji rating dapat digunakan untuk menentukan kadar air kritis wafer menggantikan uji hedonik. Penggunaan uji rating dalam penentuan kadar air kritis hanya membutuhkan panelis terbatas sehingga biaya untuk analisis dapat dikurangi. Selain itu, uji rating lebih spesifik pada parameter yang diujikan daripada dengan uji hedonik. Perhitungan umur simpan wafer dengan menggunakan uji rating dapat dilihat pada Lampiran 21.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Wafer termasuk dalam jenis biskuit yang memiliki rasa dan tekstur kerenyahan sebagai mutu utamanya. Selama penyimpanan, wafer akan mengalami proses penurunan mutu. Penurunan mutu wafer yang mudah teridentifikasi pertama kali secara organoleptik oleh konsumen adalah penurunan tekstur wafer daripada bau tengik akibat reaksi oksidasi lemak. Penurunan tekstur wafer ini dikarenakan wafer menyerap uap air dari lingkungan sehingga kadar air wafer meningkat sampai konsumen tidak dapat menerima wafer secara organoleptik. Batas kritis tersebut ditetapkan sebagai kadar air kritis wafer. Wafer A lebih cepat mengalami penurunan tekstur daripada wafer B yang disebabkan wafer A lebih porus daripada wafer B. Berdasarkan penelitian ini, uji rating dapat digunakan menggantikan uji hedonik untuk menentukan kadar air kritis wafer. Selain itu, uji obyektif kerenyahan kritis juga dapat digunakan untuk menentukan kadar air kritis wafer. Hal ini didukung dengan hasil penelitian bahwa terdapat korelasi yang baik antara uji subyektif dan uji obyektif. Dengan metode penentuan kadar air kritis yang lebih sederhana tetapi tepat dan tidak membutuhkan banyak panelis maka biaya analisis dapat dikurangi. Umur simpan wafer dengan menggunakan model kurva sorpsi isotermis cenderung sama dengan umur simpan wafer dengan menggunakan model kadar air kritis termodifikasi pada RH di bawah 80. Hasil tersebut didapatkan setelah adanya koreksi pada nilai a w awal wafer dan penentuan nilai slope kurva sorpsi isotermis yang tepat digunakan. Kedua variabel tersebut merupakan faktor penting dalam kedua model yang digunakan. Nilai a w awal wafer ini digunakan pada model kadar air kritis termodifikasi untuk menentukan nilai P. Koreksi a w awal wafer dilakukan dengan menggunakan model persamaan Hasley karena sensitivitas a w meter rendah untuk produk kering dan permasalahan kalibrasi alat. Nilai slope yang digunakan berasal dari slope kurva sorpsi isotermis model Hasley yang mencakup kadar air awal dan kadar air kritis wafer yaitu terbentuk pada nilai RH 30-50. Namun, RH