Penerimaan Usahatani Pengeluaran Usahatani

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan usahatani menunjukkan struktur biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari usahatani tersebut. Analisis pendapatan usahatani jamur tiram putih di Perusahaan TIMMUSH ini dibedakan berdasarkan alat sterilisasi yang digunakan, yaitu kompor semawar dan kayu bakar. Perhitungan usahatani dalam penelitian ini didasarkan pada musim tanam jamur tiram putih, yaitu empat bulan. Hasil analisis dari setiap jenis alat sterilisasi tersebut akan dibandingkan, mana yang dapat memberikan keuntungan maksimal bagi Perusahaan TIMMUSH.

6.1.1 Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani jamur tiram putih di Perusahaan TIMMUSH diperoleh dari total produksi jamur tiram putih yang dihasilkan selama satu musim tanam dikalikan dengan harga jamur tiram putih per kilogramnya. Harga jamur tiram putih pada saat penelitian adalah Rp 7.200 per kilogram. Pada penelitian ini, jumlah baglog jamur tiram putih yang diproduksi oleh Perusahaan TIMMUSH adalah 4000 baglog. Tingkat kegagalan pada saat proses sterilisasi diasumsikan sebesar 0,5 persen atau sekitar 20 baglog, sedangkan selama masa inkubasi diasumsikan sebesar 10 persen. Konversi bobot hasil per baglog adalah 0,5 kilogram per musim tanam. Jadi jumlah jamur tiram putih yang dihasilkan oleh Perusahaan TIMMUSH selama satu musim tanam adalah 1.791 kilogram. Total penerimaan yang diperoleh Perusahaan TIMMUSH selama satu musim tanam, baik pada saat masih menggunakan kompor semawar maupun setelah menggunakan kayu bakar adalah Rp 12.895.200 Tabel 6. Tabel 6. Rincian Penerimaan Usahatani Jamur Tiram Putih di Perusahaan TIMMUSH Selama Satu Musim Tanam No. Keterangan Satuan Jumlah 1 Kapasitas produksi log 4.000 2 Tingkat kegagalan saat sterilisasi 0,5 log 20 3 Jumlah baglog log 3.980 4 Tingkat kegagalan selama masa inkubasi 10 log 398 5 Jumlah baglog produktif log 3.582 6 Konversi bobot hasil per baglog 0,5 kg kg 1.791 7 Harga jual per kilogram Rp 7.200 Total Penerimaan Rp 12.895.200

6.1.2 Pengeluaran Usahatani

Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Komponen biaya tunai dalam usahatani jamur tiram putih di Perusahaan TIMMUSH, baik pada saat masih menggunakan kompor semawar maupun setelah menggunakan kayu bakar terdiri dari biaya sarana produksi bahan baku dan penunjang, biaya tenaga kerja pria, dan biaya listrik. Biaya diperhitungkan meliputi biaya penyusutan Lampiran 5 dan sewa lahan milik sendiri untuk membuang sisa baglog. Nilai penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus, yaitu nilai pembelian dikurangi taksiran nilai sisa dibagi jumlah umur pemakaian. Nilai sisa kumbung ruang produksi, mesin, dan peralatan dianggap nol karena diasumsikan tidak laku dijual lagi setelah digunakan. Rincian pengeluaran usahatani jamur tiram putih di Perusahaan TIMMUSH dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7. Total biaya tunai yang dikeluarkan Perusahaaan TIMMUSH selama satu musim tanam pada saat masih menggunakan kompor semawar adalah Rp 8.093.000, sedangkan setelah menggunakan kayu bakar menurun sebesar 1,24 persen menjadi Rp 7.993.000. Penurunan total biaya tunai ini dikarenakan biaya untuk membeli kayu bakar selama satu musim tanam lebih rendah dibandingkan biaya untuk membeli minyak tanah. Biaya yang digunakan untuk membeli minyak tanah selama satu musim tanam sebesar Rp 180.000 atau hanya sebesar 1,59 persen dari total biaya dan Rp 80.000 atau hanya sebesar 0,73 persen dari total biaya untuk pembelian kayu bakar selama satu musim tanam. Meskipun presentase pembelian kedua bahan bakar tersebut sangat kecil terhadap total biaya yang dikeluarkan selama satu musim tanam, namun keduanya merupakan faktor terpenting dalam melakukan proses sterilisasi. Total biaya diperhitungkan yang dikeluarkan pemilik Perusahaan TIMMUSH selama satu musim tanam pada saat masih menggunakan kompor semawar adalah Rp 3.158.776, sedangkan setelah menggunakan kayu bakar menurun sebesar 7,39 persen menjadi Rp 2.925.444. Perbedaan total biaya diperhitungkan ini terletak pada besarnya biaya penyusutan antara sebelum dan setelah terjadi perubahan penggunaan alat sterilisasi. Jumlah biaya penyusutan setelah Perusahaan TIMMUSH mengganti alat sterilisasinya dengan kayu bakar lebih rendah dibandingkan pada saat masih menggunakan kompor semawar setelah menggunakan kayu bakar komponen kompor, selang semawar, dan drum minyak tanah tidak dimasukkan kedalam biaya diperhitungkan.

6.1.3 Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani

Dokumen yang terkait

Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jamur tiram putih (Studi kasus di Desa Tugu Utara, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat)

0 12 119

Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan titik impas jamur tiram putih (Pleurotus ostreoatus). Studi kasus usaha agribisnis supa tiram mandiri di Kebun Percobaan Cikabayan Faperta LPB, Darmaga, Bogor, Jawa Barat

0 8 114

Analisis Usahatani dan Tataniaga Jamur tiram Putih (Pleurotus Ostreatus) di Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor

2 22 128

Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih ( Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 5 10

Prospek budidaya jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) studi kasus : Kecamatan Ciampea dan Ciawi, Kabupaten Bogor

0 7 162

Analisis Sumber-Sumber Risiko pada Proses Produksi Jamur Tiram Putih (Studi Kasus: Usaha Rimba Jaya Mushroom, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

10 60 218

Analisis ekonomi usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor

2 17 134

Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih pada CV Wahyu Makmur Sejahtera Desa Gadog Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Jawa Barat

2 15 77

Analisis Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Dd. Mushroom Di Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat

2 5 50

Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Kemitraan UD Ragheed Pangestu dengan Petani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Ciawi Bogor)

7 29 72