13 b.
Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain.
c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui
percobaan atau ekperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan dan penafsiran data, serta
menyampaikan hasil percobaan secara ilmiah dan tertulis. d.
Meningkatkan kesadaran tentang terapan ilmu kimia yang dapat bermanfaat juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan
serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
e. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori ilmu kimia serta saling
keterikatannya dan penerapannya untuk menjelaskan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.
3. Model Pembelajaran Konstruktivistik
Menurut Arends 1997: 7 dalam Trianto 2010: 51 - 52 model pembelajaran diartikan sebagai sebuah perencanaan atau sebuah pola yang
digunakan sebagai acuan dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan,
termasuk didalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang menjelaskan prosedur sitematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai panduan
14 bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang diajarkan, tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran
tersebut, serta kemampuan yang dimiliki peserta didik. Menurut Sutirman 2013: 22 model pembelajaran erat kaitannya dengan
strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, dan metode pembelajaran. Model pembelajaran merupakan rangkaian dari pendekatan, strategi, metode,
teknik, dan taktik pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal hingga akhir yang
disajikan secara khas oleh pengajar. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan pendekatan, strategi, metode,
dan teknik pembelajaran. Konstruktivisme merupakan pandangan filsafat yang dikemukakan
pertama kali oleh sejarawan Italia yang bernama Giambatista Vico pada tahun 1970. Giambatista Vico berfilosofi bahwa “Tuhan adalah pencipta alam
semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan”. Giambatista Vico juga menjelaskan bahwa “mengetahui” berarti “mengetahui bagaimana membuat
sesuatu”, hal ini mengandung makna bahwa seseorang baru mengetahui sesuatu jika ia dapat menjelaskan unsur-unsur apa yang membangun sesuatu
itu Suparno, 1997: 24. Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan adalah konstruksi pembentukan dari subjek pembelajaran itu sendiri, dalam hal ini subjek pembelajaran yang dimaksud
15 adalah peserta didik. Piaget 1971 dalam Eveline Siregar dan Hartini Nara
2011: 39 mendefinisikan bahwa pengetahuan adalah ciptaan manusia yang dikonstruksikan berdasarkan pengalamannya, proses konstruksi berjalan terus
menerus dan setiap kali terjadi rekonstruksi sebagai akibat dari adanya pengetahuan baru. Konstruktivisme memahami hakikat belajar sebagai
kegiatan manusia membangun pengetahuan dengan cara memberi makna pada penegtahuan sesuai pengalamannya Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2007:
116. Yulaelawati 2004 : 54 ciri-ciri pembelajaran yang konstruktivis menurut
beberapa literatur yakni: 1.
Pengetahuan dibangun atas dasar pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
2. Belajar merupakan penafsiran personal tentang dunia.
3. Belajar adalah proses aktif dimana sebuah makna dikembangkan
berdasarkan pengalaman. 4.
Pengetahuan tumbuh karena adanya negosiasi makna melalui suatu kesepakatan terhadap suatu pandangan dalam berinteraksi dengan orang
lain. 5.
Belajar disituasikan dalam latar realistik. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan konstruksi pengetahuan yang dilakukan oleh peserta didik. Pendidik tidak mentransferkan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung
kepada peserta didik. Pendidik bertugas membantu peserta didik untuk
16 membentuk pengetahuannya sendiri. Peserta didik dituntut untuk aktif
berpikir, berpartisipasi dalam kegiatan, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari Eveline dan Hartini Nara: 41.
Model pembelajaran konstruktivistik merupakan model pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar student oriented. Peserta
didik lebih diarahkan pada kegiatan belajar melalui pengalaman yang riil. Cara berpikir dan partisipasi aktif dari peserta didik akan membantu peserta
didik dalam
mengkonstruksi pengetahuannya.
Kegiatan konstruksi
pengetahuan ini merupakan kegiatan pembentukan pengetahuan berdasarkan pengalaman belajar yang dimiliki peserta didik.
4. Project Based Learning PjBL