26
1. Konsumen dengan image yang positif terhadap suatu brand, lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian. 2.
Perusahaan dapat mengembangkan lini produk dengan memanfaatkan image positif yang telah terbentuk terhadap brand
produk lama. 3.
Kebijakan family branding dan leverage branding dapat dilakukan jika brand image produk yang telah ada positif.
2.1.4.2 Variabel Brand Image
Menurut Biel dalam jurnal penelitian Setyaningsih Didit Darmawan 2004 brand image memiliki tiga variabel pendukung, antara
lain : a. Citra Pembuat Corporate Image merupakan sekumpulan asosiasi
yang dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa. Sedangkan menurut Simamora 2004
adapun cara pengukuran citra pembuat ditentukan oleh nama besar perusahaan, layanan perusahaan dan jaringan penjualan.
b. Citra Pemakai User Image merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan
suatu barang atau jasa. Sedangkan menurut Simamora 2004 adapun cara pengukuran citra pemakai berdasarkan gaya, percaya
diri dan menarik. c. Citra Produk Product Image merupakan sekumpulan asosiasi
yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Sedangkan
27
menurut Simamora 2004 adapun citra produk dapat diukur berdasarkan merek, kualitas, fiturgaya serta desain.
2.1.4.3 Brand Image dan Strategi Pemasaran
1. Pemasar harus terlebih dahulu mendefenisikan secara jelas brand
personalitynya agar sesuai dengan kepribadian konsumennya. Adanya kesesuaian ini menandakan konsumen telah
mengasosiasikan merek seperti dirinya sendiri. Asosiasi yang kuat akan mendorong terciptanya citra merek yang positif.
2. Pemasar harus mengupayakan agar tercipta persepsi bahwa merek
yang ditawarkan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini oleh konsumen dalam keputusan pembeliannya melalui strategi
komunikasinya. 3.
Pemasar harus melakukan image analysis yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi bagaimana asosiasi konsumen terhadap
merek. Beberapa langkah yang dapat dilakukan pemasar dalam melakukan image analysis:
a Mengidentifikasi segala asosiasi yang mungkin telah
dilakukan konsumen dalam benaknya. b
Langkah kedua, menghitung seberapa kuat hubungan antara merek yang diteliti dengan asosiasi konsumen.
c Selanjutnya, pemasar harus menyimpulkan dari langkah
kedua diatas menjadi sebuah pernyataan yang mencitrakan merek secara psikologis.
28
2.1.5 Perilaku Konsumen