Menciptakan Komitmen Teori tentang Komitmen Organisasi

2.3.4. Menciptakan Komitmen

Menurut Martin dan Nicholss 1987 dalam Armstong 1999, ada 3 pilar besar dalam komitmen. Ketiga pilar itu meliputi: 1. Adanya perasaan menjadi bagian dari organisasi a sense of belonging to the organization. 2. Adanya ketertarikan atau kegairahan terhadap pekerjaan a sense of excitement in the job. 3. Adanya rasa memiliki terhadap organisasi. Ad 1. A sense of belonging Untuk mencapai rasa memiliki tersebut, maka salah satu pihak dalam manajemen harus mampu membuat karyawan: i. Mampu mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi. ii. Merasa yakin bahwa apa yang dilakukannyapekerjaannya adalah berharga bagi organisasi tersebut. iii. Merasa nyaman dengan organisasi tersebut iv. Merasa mendapat dukungan yang penuh dari organisasi dalam bentuk misi yang jelas apa yang direncanakan untuk dilakukan, nilai-nilai yang ada apa yang diyakini sebagai hal yang penting oleh manajemen dan norma-norma yang berlaku cara-cara berperilaku yang bisa diterima oleh organisasi. Ad 2. Perasaan bergairah terhadap pekerjaan Perasaan seperti ini bisa dimunculkan dengan cara: i. Mengenali faktor-faktor motivasi intrinsik dalam mengatur desain pekerjaan job design. ii. Kualitas kepemimpinan. Universitas Sumatera Utara iii. Kemauan dari manajer dan supervisor untuk mengenali bahwa motivasi dan komitmen karyawan bisa meningkat jika ada perhatian terus menerus, memberi delegasi atas wewenang serta memberi kesempatan serta ruang yang cukup bagi karyawan untuk menggunakan ketrampilan dan keahliannya secara maksimal Armstrong, 1999. Kurangnya komitmen terhadap organisasi dan nilai-nilai dari organisasi adalah penyebab utama dari turn over yang tinggi Armstong, 1999. Ad 3. Pentingnya rasa memiliki ownership Rasa memiliki bisa muncul jika karyawan merasa bahwa mereka benar-benar diterima menjadi bagian atau kunci penting dari organisasi. Konsep penting dari ownership akan meluas dalam bentuk partisipasi dalam membuat keputusan- keputusan dan mengubah praktek kerja, yang pada akhirnya akan mempengaruhi keterlibatan karyawan. Jika karyawan merasa dilibatkan dalam membuat keputusan- keputusan dan jika mereka merasa ide-idenya didengar dan jika mereka merasa memberi kontribusi yang ada pada hasil yang dicapai, maka mereka akan cenderung menerima keputusan-keputusan atau perubahan yang dilakukan. Hal ini dikarenakan merasa merasa dilibatkan, bukan karena dipaksa Armstrong, 1999.

2.4. Teori tentang Insentif