74
4.2.4 Analisis Implementasi dan Evaluasi
Dari perencanaan intervensi yang telah tertera pada tinjauan pustaka maka implementasi yang fokus dibahas adalah aplikasi terapi relaksasi otot progresif
untk mengurangi masalah nutrisi mual dan muntah. Pada Ny. J dengan diagnosa primer nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
maka perlu kompetensi ners untuk mengatasi masalah secara tepat dan mempunyai efek yang sangat signifikan untuk evaluasi keadekuatan nutrisi secara
maksimal. Tindakan keperawatan yang cocok dan sistematis serta terencana adalah terapi relaksasi otot progresif.
Dari tindakan keperawatan yang dilakukan secara berangsur-angsur maka hasi evaluasi yang didapatkan pada hari pertama menggunakan Morrow
Assesment of Nausea and Vomiting MANE didapatkan hasil yakni respon subjektif klien mengatakan masih mengalami mual dan respon objektif pasien
tampak lemah TTV: TD: 11070, HR: 78xI, RR: klien memakai nasal kanul, O
2
: 3 literi, T: 36,7
C. Mukosa mulut kering, klien masih malas untuk makan. Hasil pengkajian mual: dirasakan 7 kali dengan durasi 2-3 menit dan intensitas 7.
Muntah sebanyak 5 kali dan jumlah 1-2 gelas 200cc, pasien dan keluarga berpartisipasi melakukan gerakan relaksasi otot yang diajarkan. Sedangkan pada
pertemuan terakhir respon subjektif pasien mengatakan mual sudah berkurang, sudah tidak mengalami muntah, pasien mengatakan mengerti dengan penjelasan
yang diberikan dan telah melakukan relaksasi otot progesif sebanyak 2 kali per hari. Respon pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali penjelasan yang
disampaikan oleh perawat. Respon objektif pasien TTV: TD: 12070, HR: 76xI,
Universitas Sumatera Utara
75
T: 36,5 C, RR: 26xI, klien tidak memakai nasal kanul. Hasil pengkajian mual
dialami 1 kali dengan durasi 1 menit dan intensitas 2 dan muntah tidak ada. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati 2011
bahwa terapi relaksasi otot progresif dapat mengurangi durasi dan intensitas mual dan muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi. Mual dan muntah masih
dirasakan oleh pasien saat menjalani kemoterapi, tetapi intensitas, frekuensi,dan durasinya lebih rendah dibandingkan tanpa ada terapi relaksasi otot progresif.
4.3 Analisis Praktek Berbasis Pembuktian Evidence Based Nursing Practice