Mesin-mesin dan Peralatan Produksi Uraian Proses Produksi 1. Proses Produksi Pembuatan Profile Alumunium

Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010. 8. FKS Cold Sealing SALT Fungsi : Untuk menutup pori-pori pada permukaan profil agar lebih tahan 9. FKS Antgreen Fungsi : Untuk membersihkan kotoran serta memberi pori pada permukaan Alumunium 10. Glacycal Acetic Acid Fungsi : Sebagai zat additive untuk mempercepat reaksi. 11. Wetting Agent Fungsi : Untuk membersihkan kotoran serta membentuk pori pada permukaan alumunium 12. Green Chromate Fungsi : Untuk meningkatkan daya tahan terhadap korosi.

2.7. Mesin-mesin dan Peralatan Produksi

Mesin yang digunakan PT. Cakra Compact Alumunium Industries terlampir. 2.8. Uraian Proses Produksi 2.8.1. Proses Produksi Pembuatan Profile Alumunium Tahapan-tahapan proses pembuatan alumunium ekstrusi mulai dari pembuatan cetakan die sampai dengan bahan baku billet dibentuk menjadi profile alumunium dapat diringkas sebagai berikut : Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010. 1. Pembuatan Cetakan Die, yang terdiri dari proses : a. Permesinan b. Heat treatment penyepuhan

2. Proses Ekstrusi Extruding

a. Pemotongan billet b. Pemanasan billet dan pemanasan die cetakan c. Ekstrusi billet

3. Ageing

4. Proses Pengecatan a. Anodizing, terdiri dari : 1. Degreasing 2. Etching 3. Desmutting

4. Anodizing

5. Colouring 6. Cool Sealing b. Powder coating 1. Pre Treatment a. Desmutting b. Pickling c. Chromating d. Drying Pengeringan 2. Colouring Pengecatan Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010.

5. Penyortiran

6. Packing Adapun uraian proses produksi yang lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pembuatan Cetakan Die

Sebelum proses produksi berlangsung, terlebih dahulu harus disediakan cetakan yang dibuat dengan menggunakan baja assab 8407. Pembentukan cetakan disesuaikan dengan bentuk profil yang ada pada katalog standar ataupun disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Proses pembuatan cetakan dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Permesinan 1. Pemotongan bahan dengan gergaji horizontal type C-400 sesuai dengan ukuran cetakan yang diperlukan 2. Pembubutan dengan mesin CA – 62500 sampai panjang yang telah ditentukan 3. Kemudian dilanjutkan dengan penggambaran pada bahan cetakan sesuai dengan profil yang diiginkan. Setelah bahan selesai digambar, dilanjutkan dengan pengeboran dan pengefraisan. 4. Mesin bor dan mesin frais digunakan untuk cetakan yang sederhana, sedangkan untuk bentuk yang lebih rumit harus menggunakan mesin EDM. EDM working adalah proses yang dilakukan dengan mesin untuk Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010. membuat cetakan dengan tingkat ketelitian yang tinggi agar profil alumunium yang dihasilkan halus. b. Heat Treatment Heat treatment adalah proses penyepuhan terhadap cetakan yang telah selesai dibuat dengan tujuan untuk mengeraskan cetakan, yang dapat juga disebut sebagai proses austenizing. Prosedur pengerjaannya yaitu : 1. Penyusunan cetakan ke dalam kotak yang dilengkapi dengan kokas. 2. Cetakan dipanaskan pada temperatur 650 C dan ditahan pada temperatur ini selama 60 menit dengan tujuan agar temperatur cetakan sama dengan temperatur yang ada di ruang furnace. 3. Kemudian suhu dinaikkan dari 650 C ke 1020 C agar diperoleh temperatur austenisasi temperatur pengerasan dan ditahan selama 45 menit. 4. Selanjutnya cetakan dimasukkan ke dalam oil tank ± 5 menit. 5. Keluarkan dari oil tank, dan dibiarkan dingin di udara terbuka. 6. Setelah temperatur mencapai 40 C cetakan ditemper dipanaskan pada suhu 570 C selama 2 jam, kemudian didinginkan di udara terbuka. 7. Kekerasan setelah dipanaskan pertama adalah sebesar 50 HRC maka temper diulangi lagi pada suhu 590 C selama 2,5 jam. 8. Kekerasan diperiksa, dimana kekerasan normal untuk extrusion dies adalah 48 HRC. 9. Proses pembuatan cetakan selesai dan cetakan siap dipakai pada mesin ekstrusi. Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010.

2. Proses Ekstrusi Extruding

Proses ekstrusi adalah proses pengolahan alumunium billet menjadi alumunium ekstrusi yang disebut juga dengan profil alumunium. Berikut adalah langkah-langkah pengerjaannya yaitu : a. Pemotongan Billet Billet dipotong terlebih dahulu sebelum dibawa ke mesin ekstrusi dengan menggunakan cut of machine dimana billet dipotong dengan ukuran panjang 42 atau 52 cm dan lama waktu pemotongan 2 – 3 menit. b. Pemanasan billet dan pemanasan die cetakan Pemanasan billet dilakukan di dalam oven billet dengan suhu 460 – 530 C selama kurang lebih 1 jam. Billet diletakkan di roller chain yang kemudian akan meluncur masuk ke dalam oven billet dan setelah mencapai suhu dan waktu yang diinginkan, billet akan keluar dari pintu oven billet dan kemudian dibawa ke mesin ekstrusi dengan transfer billet. Sedangkan pada saat yang sama cetakan juga dipanaskan di oven die dengan waktu dan suhu yang sama seperti pada pemanasan billet. c. Ekstrusi billet Ekstrusi billet adalah suatu proses pembentukan billet menjadi profil alumunium. Cara pengerjaannya yaitu billet yang telah dipanaskan akan ditekan melalui cetakan die menuju run out table sehingga diperoleh bentuk profil yang sesuai dengan lubang yang terdapat pada cetakan. Profil yang keluar dari cetakan setelah mencapai batas maksimum panjang yang dapat dihasilkan akan dipotong dengan gergaji potong. Lalu profil ini didinginkan Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010. selama kurang lebih 15 menit dan akan dilakukan proses stretching dengan tujuan meluruskan profil tersebut. Proses selanjutnya adalah pemotongan sesuai dengan ukuran yang diinginkan dengan mesin profile saw.

3. Ageing

Ageinghardning adalah suatu proses heat treatment yang bertujuan untuk mengeraskan dan menghilangkan tegangan sisa akibat gaya dan temperatur pada proses ekstrusi. Hal ini dilakukan agar profil tidak mudah bengkok. Proses ini berlangsung selama 4-5 jam dengan suhu 185 C - 190 C. Lalu profil akan diuji kekerasan dan kehalusan permukaannya, kemudian didinginkan.

4. Anodizing

Dari proses ageing akan dilanjutkan ke proses berikutnya sesuai dengan jenis profil aluminium yang akan diproduksi, yaitu: a. Profil Tipe MF Mill Finishing Profil tipe jenis ini tidak melewati tahapan proses lebih lanjut karena profil ini sudah merupakan produk akhir setelah melalui proses ekstruding dan ageing. Profil ini langsung masuk ke bagian penyortiran untuk melihat kesesuaian dan akan langsung akan dibawa ke tempat packing. b. Profil Tipe AN Anodizing Profil tipe jenis ini akan melewati tahapan proses lebih lanjut setelah melalui proses ekstruding dan ageing, yaitu: Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010. 1. Degreasing Kedua ujung profil aluminium pada proses ini terlebih dahulu diikat pada dua buah jig, lalu ditarik dengan electric crane hoist untuk dibawa ke bak degreasing guna menghilangkan minyak yang melekat pada permukaan profil tersebut. Lalu dicuci dengan air bersih sebanyak 2 kali kemudian dibawa ke proses selanjutnya. 2. Etching Untuk proses ini, profil aluminium dicelupkan ke dalam bak etching yang berisi bahan caussatic soda NaOH dengan komposisi 5. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghaluskan dan mengkilatkan profil aluminium. Proses ini berlangsung selama 5-10 menit dengan suhu 55 C - 70 C. Setelah itu, profil dicuci kembali dengan air bersih sebanyak 2 kali, lalu dibawa ke proses selanjutnya. 3. Desmutting Proses yang dikerjakan pada desmutiing adalah profil aluminium dicelupkan ke dalam bak desmutting yang berisi bahan asam sulfat H 2 SO 4 dengan komposisi 15. Tujuan proses ini adalah untuk membersihkan sisa NaOH dan proses ini berlangsung selama 1-3 menit. Setelah itu, profil dicuci kembali dengan air bersih sebanyak 2 kali, lalu dibawa ke proses selanjutnya.

4. Anodizing

Pada proses ini, bak anodizing diisi dengan bahan asam sulfat H 2 SO 4 yang berguna untuk membentuk lapisan film aluminium agar tahan Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010. terhadap perubahan udara dan tahan terhadap karat serta keindahan dari profil tersebut dapat terjamin. Lamanya pencelupan profil ini bergantung pada berapa mikron ketebalan film oksida, misalnya bila 1 mikron, waktu pencelupan selama 2 menit. Semakin besar ketebalan mikronnya maka ketahanan terhadap udara dan karat semakin baik. Setelah itu, profil dicuci kembali dengan air bersih sebanyak 2 kali, lalu dibawa ke proses selanjutnya. Untuk profil dengan warna natural anodizing dilanjutkan pada proses sealing, sedangkan profil dengan warna medium bronze dilanjutkan pada proses colouring kemudian ke proses sealing. 5. Colouring Proses colouring dilakukan dengan bak colouring diisi dengan bahan zat warna yaitu stanal sulfat SnSO 4 dan asam sulfat H 2 SO 4 dengan komposisi 15-18 grl dan 20 grl. Semakin gelap warna yang diinginkan maka waktu yang dibutuhkan akan semakin lama. Adapun waktu pencelupan warna medium bronze selama 2-3 menit, Setelah itu, profil dicuci kembali dengan air bersih sebanyak 2 kali, lalu dibawa ke proses selanjutnya. 6. Cool Sealing Profil dengan semua tipe warna, kemudian dicelupkan pada bak cool sealing yang berisi bahan flouride dengan komposisi 0,5-0,9 grl dengan pH 5,5-6 selama 5-10 menit. Tujuan proses ini adalah mengeraskan film oksida dengan menutupi pori-pori, yang lamanya tergantung jumlah mikron. Selanjutnya, profil dicuci kembali dengan air bersih sebanyak 2 Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010. kali. Setelah dicuci, profil aluminium dicelupkan kembali ke dalam bak air yang bersuhu 60 C dengan pH yang tetap. Kemudian profil aluminium dikeringkan dan dibawa ke bagian penyortiran. c. Profil Tipe PC Powder Coating Profil tipe jenis ini akan melewati tahapan proses powder coating setelah melalui proses ekstruding dan aeging, yaitu proses pelapisan permukaan aluminium dengan menggunakan cat cair. dengan ketebalan lapisan film 50-80 mikron. Tahapan proses powder coating ini adalah sebagai berikut: 1. Pre Treatment Proses pre treatment dimulai dengan memasukkan profil aluminium hasil ekstrusi ke dalam basket yang digerakkan dengan electric crane hoist. Tahapan proses pre treatment sebagai berikut: a. Desmutting Proses desmutting ini dilaksanakan dengan mencelupkan profil aluminium ke dalam bak desmutting yang berisi bahan asam sulfat H 2 SO 4 dengan komposisi 15 selama 10 – 15 menit. Tujuan proses ini adalah untuk membersihkan sisa-sisa bahan kimia pada tahap sebelumnya. Setelah itu, profil dicuci kembali dengan air bersih sebanyak 2 kali, lalu dibawa ke proses selanjutnya. b. Pickling Proses pickling ini adalah proses untuk membersihkan kotoran-kotoran serta membentuk pori-pori pada permukaan aluminium. Profil aluminium dimasukkan ke dalam bak yang berisi bahan FKS Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010. aluminium dan causatic soda pada suhu 60 C selama 5-10 menit. Setelah itu, profil dicuci kembali dengan air bersih sebanyak 2 kali, lalu dibawa ke proses selanjutnya. c. Chromating Proses chromating ini adalah proses untuk merekatkan bahan-bahan yang dimasukkan berupa fluoride pada profil agar tahan terhadap retak. Setelah itu, profil dicuci kembali dengan air bersih sebanyak 2 kali, lalu dibawa ke proses selanjutnya. d. Pengeringan Proses selanjutnya adalah proses pengeringan yang dilakukan di dalam dry off oven dengan suhu 51 C - 69 C kira-kira selama 28 menit. 2. Pengecatan Setelah profil alumunium dikeringkan, profil ini kemudian diikat pada hanging bar lalu dicat selama kira-kira 28 menit secara komputerisasi dengan bantuan operator . Secara otomatis, profil akan masuk ke dalam oven bila telah selesai dicat dengan suhu 240 C selama 28 menit. Tujuan dimasukkan ke dalam oven adalah untuk mempercepat proses pengeringan dan memperkuat daya lekat cat. Setelah proses selesai, profil dikeluarkan lalu didinginkan selama 15 menit secara alamiah. Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010.

5. Penyortiran

Setelah semua profil siap diproses, maka profil akan disortir dengan cara sebagai berikut : 1. Pemeriksaan profil alumunium apakah ada yang rusak dan dikelompokkan berdasarkan standar mutu dan bentuknya. 2. Apabila ada kerusakan yang disebabkan oleh bagian ekstrusi maka profil yang rusak akan dikirim kembali ke bagian peleburan untuk dilebur kembali, sedangkan untuk profil yang rusak disebabkan oleh bagian anodizing akan dikirim kembali ke bagian anodizing untuk diproses ulang. 3. Hasil penyortiran selanjutnya dikirim ke bagian pengepakan.

6. Pengepakan

Pada bagian ini, profil yang telah selesai disortir dan dikelompokkan menurut jenisnya, akan dikemas dengan plastik dan diikat dengan selotip kedua ujungnya dan pada bagian tengahnya untuk menjaga produk agar tidak tergores pada saat dikirim. Setelah selesai dikemas dengan plastik, ditempel dengan stiker berkode dan siap untuk diangkut dan dikirim. Berikut ini adalah blok diagram proses pembuatan profil alumunium pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries yang dapat dilihat pada Gambar 2.2. Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010. BILLET PEMBUATAN CETAKANDIE 1. Permesinan 2. Heat Treatment EKSTRUDING 1. Pemotongan Billet 2. Pemanasan Billet dan Pemanasan DieCetakan 3. Ekstrusi Billet AGEING PROSES ANODIZING - Degreasing - Etching - Desmutting - Anodizing - Colouring - Cool Sealing PROSES POWDER COATING - Pre Treatment ¤ Desmutting ¤ Pickling ¤ Chromating ¤ DryingPengeringan - Pengecatan PENYORTIRAN PACKING MILL FINISHING Gambar 2.2. Block Diagram Proses Pembuatan Profil Aluminium Erna Rutiah Novarina : Sistem Perawatan Berbasis Pencegahan Menurut Rancangan Modularity Task Dalam Upaya Penurunan Biaya Perawatan Pada PT. Cakra Compact Alumunium Industries, 2010.

BAB III LANDASAN TEORI

3.1. Perawatan maintenance

Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. Produk yang dibuat industri haruslah mempunyai hal-hal sebagai berikut : 1. Kualitas baik 2. Harga pantas 3. Diproduksi dan diserahkan ke konsumen dalam waktu yang cepat dan tepat. Oleh karena itu proses produksi harus didukung oleh peralatan yang siap bekerja setiap saat dan handal. Untuk mencapai hal itu maka peralatan-peralatan penunjang proses produksi ini harus selalu mendapatkan perawatan yang teratur dan terencana. Secara skematik, program perawatan di dalam suatu industri dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut. Gambar 3.1. Peranan Program Perawatan Sebagai Pendukunng Aktivitas Produksi Bahan Baku Aktivitas Proses Produksi Produk Sistem Kesiapan Sarana Produksi PeralatanMesin PROGRAM PERAWATAN