Pola Dasar Busana Wanita Sistem Bunka

40 pembelajaran disertai waktu yang dibutuhkan mengadaptasi pada pengerjaan yang ada di industry laboratorium. Prinsip-prinsip pendidikan kejuruan yang dirumuskan menjadi landasan bagi pengembang dunia pendidikan kejuruan atau SMK. Keterampilan dan bekerja menjadi faktor yang saling berkaitan dalam membentuk karakter peserta didik. Keterampilan peserta didik dibentuk dengan melakukan praktik secara berulang-ulang dan praktik yang dilakukan seolah-olah seperti sistem orang bekerja. Dampak dari kegiatan tersebut peserta didik mengerjakan praktik sesuai waktu yang telah ditentukan. Kebiasaan sistem praktik seperti itu akan membentuk karakter peserta didik yang profesional dalam bekerja.

9. Pola Dasar Busana Wanita Sistem Bunka

Menurut Porrie Muliawan 2006: 1, menyatakan bahwa pola dasar busana adalah pola yang dibuat sesuai ukuran yang belum mengalami perubahan- perubahan. Pola ini digunakan sebagai dasar membuat pola sesuai dengan desain model. Mempelajari pola dasar busana adalah sebagai bekal utama untuk meningkatkan kualitas hasil busana yang akan dibuat. Pentingnya mempelajari pola dasar busana ini dikarenakan pola dasar busana salah satu bagian dari pengembangan desain busana dan merupakan ilmu yang fundamental yang mendasari semua perkembangan busana dari yang sederhana hingga yang terampil. 41 Secara umum macam-macam sistem atau metode pembuatan pola dasar busana tersebut adalah sebagai berikut : a. Pola dasar metode Soen b. Pola dasar J.H. Meyneke c. Pola dasar Dressmaking d. Pola dasar Danckaerts e. Pola dasar Charmant f. Pola dasar Cuppens Geurs g. Pola dasar Bunka, dan lain-lain Beberapa macam metode pembuatan pola dasar diatas, media pembelajaran ini menjelaskan pembuatan pola dasar dengan Sistem Bunka. Bunka merupakan hasil penyempurnaan dari sistem pembuatan pola yang lama. Pembuatan pola dasar sistem Bunka adalah hasil riset atau penelitian yang dilakukan oleh University of Wuman Tokyo di Jepang atau Bunka Daigaku. University of Wuman adalah satu-satunya perguruan tinggi di Jepang yang secara terus menerus berkarya dan menerbitkan buku-buku khusus dibidang Fashion atau tentang busana. Sistem pembuatan pola dasar Bunka, juga terus di evaluasi. Selama periode ini tampaknya pola dasar ini terus dikaji dan di evaluasi, sehingga pada akhirnya dikeluarkan lagi teknik pembuatan pola dasar Bunka yang dipublikasikan sejak tahun 2009 sampai sekarang. Materi membuat pola dasar busana konstruksi yang di pelajari bangku sekola menengah kejuruan peserta didik kelas X, dalam penggunaan kurikulum 2013 di ajarkan pada mata pelajaran dasar pola. Materi pola dasar konstruksi busana meliputi sub-bab tertentu yaitu pengenalan pola dasar, mengetahui alat 42 dan bahan yang digunakan, tanda- tanda pola, cara mengambil ukuran dan membuat pola dasar konstruksi.

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Tinjauan pustaka ini berguna sebagai kedudukan dari penelitian penulis. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diantaranya sebagai berikut: 1. Penelitian Luqman Arumanadi 2014 yang berjudul “Pengembangan Aplikasi Pocket Book Of Physics Pbop sebagai Media Pembelajaran Fisika SMA Kelas XI untuk Platform Android “, menunjukkan bahwa media pembelajaran ini layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Ketuntasan belajar pada post-test 82,6, sedangkan pada ketuntasan belajar pada pre-test sebesar 47,8. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aplikasi PBoP berdampak positif terhadap ketuntasan belajar siswa dan membantu memudahkan siswa mempelajari materi energi, usaha dan daya pada mata pelajaran fisika. 2. P t R f ’ t M 2 3 b j “P b B Saku Fisika berbasis Mobile Application Sebagai Media Pembelajaran dengan Menggunakan Player Air for Android Pada Adobe Flash Professional CS 5.5” menunjukkan bahwa media pembelajaran ini layak. Kualitas media yang dikembangkan berdasarkan hasil validasi oleh ahli materi, ahli bahasa, ahli media, reviewer, dan peer reviewer menunjukkan bahwa 88,89 validator menilai media yang dikembangkan memenuhi kriteria sangat baik. Hasil uji coba awal dan uji coba produk yang disempurnakan pada siswa SMA menunjukkan bahwa media pembelajaran dapat diterima dengan baik.