Data yang diperoleh dalam penelitian didasarkan dari observasi secara langsung yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Hasil analisis penting dari
penelitian yang dilakukan selama pelaksanaan pembelajaran kooperatif model STAD sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Siklus I dan Siklus II
Pembelajaran kooperatif model STAD dalam pembelajaran mata pelajaran PSKO pertama kali diterapkan di kelas XI TKR SMK Negeri 1 Seyegan dengan
jumlah sebanyak 33 peserta didik. Pembelajaran kooperatif model STAD dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan dari tanggal 8 Januari 2013 sd 29 Januari
2013. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model STAD pada siklus I dan siklus II sebagai berikut:
a. Tahap pendahuluan
Pada siklus I tahap pendahuluan pertemuan pertama dihadiri oleh 31 peserta didik. Pada tahap pendahuluan guru menjelaskan tentang pembelajaran
kooperatif model STAD terlebih dahulu sebelum memulai proses pembelajaran. Pada saat guru menjelaskan tata cara pelaksanaan pembelajaran kooperatif peserta
didik mendengarkan dengan baik. Kegiatan di dalam kelas berjalan dengan lancar selama tahap pendahuluan pada siklus I demikian juga pada siklus II. Siklus II
dihadiri oleh 32 peserta didik. Pada siklus II guru tidak perlu menjelaskan tentang pembelajaran kooperatif model STAD lagi karena peserta didik sudah paham dan
dijelaskan pada siklus I .
b. Tahap eksplorasi
Pada tahap eksplorasi siklus I guru menggunakan 2 buah sekering dan multimeter sebagai media. Peserta didik dituntun berpikir bagaimana cara
membedakan sekering yang masih baik dan putus. Dengan media sekering guru menunjukkan sekering yang masih baik dan putus. Penggunaan media sekering
mempunyai kendala ukuran media yang terlalu kecil sehingga peserta didik sulit melihat sekering dari jarak jauh, sehingga mayoritas peserta didik yang paham
adalah peserta didik yang duduk di depan. Untuk mengatasi tersebut guru memberikan sekering kepada peserta didik secara bergilir. Selain itu penggunaan
multimeter untuk menguji sekering juga kurang tepat karena jumlah multi terbatas, sehingga hanya beberapa peserta didik yang ikut mempratekkan cara
menguji sekering. Setelah dilakukan analisis dan refleksi, pelaksanaan tahap eksplorasi pada
siklus II mengalami perubahan. Guru menggunakan senter dan papan tulis sebagai media. Peserta didik diajak berpikir untuk menganalisa rangkaian kelistrikan
sederhana dari senter. Rangkaian kelistrikan sederhana senter digambar pada papan tulis, dengan demikian peserta didik dapat melihat dengan jelas. Peserta
didik menjadi lebih aktif berperan untuk menganalisa rangkaian kelistrikan sederhana senter pada siklus II.
c. Tahap elaborasi
Tahap elaborasi pada siklus I guru menyampaikan materi dengan menggunakan proyektor sebagai viewer. Peserta didik mencatat materi sebelum
guru menyampaikan materi pada slide berikutnya. Di akhir penyampaian materi
guru memberikan tanya-jawab. Kegiatan tahap elaborasi pada siklus I mempunyai kelemahan yaitu rendahnya peserta didik yang bertanya karena tanya-jawab
dilakukan pada saat penyampaian materi selesai. Kebanyakan peserta didik binggung apa yang akan ditanyakan dan malu bertanya.
Setelah diadakan refleksi untuk mengatasi kelemahan tahap elaborasi pada siklus I, pada siklus II guru mengatasinya dengan cara mengadakan seksi tanya-
jawab sebelum guru melanjutkan slide berikutnya. Hal ini terbukti efektif karena jumlah peserta didik yang mengajukan pertanyaan lebih banyak dibandikan pada
siklus I. Selain peserta didik mengajukan pertanyaan, terdapat juga peserta didik yang mengajukan pendapat ataupun komentar terhadap materi.
Pada saat guru melakukan pembagian kelompok siklus I terjadi kegaduhan karena dalam pembagian kelompok yang sudah ditentukan oleh guru sebagian
peserta didik terlihat ramai menganggap peserta didik yang sekelompok tidak pintar. Kegaduhan diatasi dengan cara guru menegur kepada peserta didik yang
ramai. Pada saat pelaksanaan diskusi kelompok, banyak peserta didik yang sibuk dengan dirinya-sendiri. Hal ini tak lepas dari pengawasan guru yang kurang
karena guru juga melakukan pengarahan pada saat kegiatan diskusi kelompok. Pada siklus II peserta didik sudah mulai bisa menerima teman
sekelompoknya. Berdasarkan refleksi yang telah dilakukan, guru memperkekat pengawasan jalannya kegiatan diskusi dengan cara sering berkeliling di dalam
kelas dan menambahkan fasilitas berupa peneliti dan 2 mahasiswa sebagai pendamping kelompok. Hal ini terbukti efektif untuk mengatasi kekurangan pada
siklus I. Peserta didik menjadi aktif berperan dalam kegiatan diskusi kelompok
sehingga tidak ada peserta didik yang melakukan kegiatan-kegiatan yang merugikan dirinya-sendiri maupun peserta didik lainnya.
d. Tahap konfirmasi
Dalam tahap konfirmasi pada siklus I maupun siklus II tidak mengalami perubahan yang signifikan karena pada siklus I tidak ditemukan kendala-kendala
yang berati. Dalam tahap konfirmasi guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik terkait materi yang sudah dijelaskan. Dalam tahap konfirmasi peserta didik
yang tidak dapat menjawab pertanyaan dari guru maka guru akan melontarkan pertanyaan ke peserta didik yang lainnya dengan cara memberikan kesempatan
bagi peserta didik yang ingin menjawab. Pada umumnya peserta didik menjawab dengan gugup dan menjawab kurang tepat karena merasa kebinggungan
menyampaikan jawaban secara lisan, sehingga guru membenarkan dengan jawaban yang tepat. Setelah tanya-jawab selesai, guru memberikan penguatan dan
kesimpulan tentang materi yang telah disampaikan.
e. Tahap akhir
Dalam tahap akhir pada siklus I maupun siklus II tidak terjadi perubahan apapun. Pada tahap akhir guru memberikan evaluasi berupa posttest yang terdiri
dari 8 soal uraian pada siklus I dan 6 soal uraian pada siklus II. Evaluasi dilakukan selama kurang lebih 45 menit. Pada akhir tahap akhir guru menutup proses
pembelajaran dengan do’a yang dipimpin oleh ketua kelas.
2. Pencapaian SKBM Mata Pelajaran PSKO pada Siklus I dan Siklus II