PERAN RUMAH PINTAR PIJOENGAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK MELALUI BIMBINGAN BELAJAR DI DESA SRIMARTANI BANTUL.

(1)

PERAN RUMAH PINTAR PIJOENGAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK MELALUI BIMBINGAN

BELAJAR DI DESA SRIMARTANI BANTUL

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Alif Widiantoro NIM 11102241029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

 Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas Alva Edison)

 Manusia tidak merancang untuk gagal, meraka gagal untuk merancang (Willian J. Siegel)

 Semangat adalah sebetulnya kepingan-kepingan bara kemauan yang kita sisipkan pada setiap celah dalam kerja keras kita, untuk mencegah masuknya kemalasan dan penundaan (penulis)


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT

Kupersembahkan Tugas Akhir Skripsi untuk….

Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat Menyelesaikan Tugas Akhir Skripsi ini

Kedua orang tua: Bapak Isri Waluyo, Ibu Toifatun dan juga adik saya tercinta yang selalu memberikan kasih sayang

semangat sertado’a


(7)

PERAN RUMAH PINTAR PIJOENGAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK MELALUI BIMBINGAN

BELAJAR DI DESA SRIMARTANI BANTUL Oleh

Alif Widiantoro NIM 11102241029

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan kegitan Rumah Pintar Pijoengan. 2) Mendeskripsikan kegiatan bimbingan belajar anak di Rumah Pintar Pijoengan dalam meningkatkan motivasi anak dalam belajar. 3) Mendeskripsikan peran Rumah Pintar Pijoengan dalam meningkatakan motivasi anak dalam belajar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini yaitu pengurus Rumah Pintar Pijoengan, tutor dan peserta didik dikegiatan bimbingan belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan langkah pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Sedangkan pembuktian keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi sumber.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1) Kegiatan di Rumah Pintar Pijoengan yang meliputi sentra baca dan buku, sentra pendidikan, sentra permainan edukatif, sentra panggung atau audio visual, sentra komputer, sentra kriya, sentra pertanian, sentra diklat, dan sentra unit layanan keliling. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan perekonomian dan sebagai wadah aspirasi masyarakat dibidang pengetahuan dan keterampilan. 2) Kegiatan bimbingan belajar di Rumah Pintar Pijoengan merupakan proses pemberian bantuan kepada peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki dengan dikembangkan melalui perencanaan, metode, kurikulum, media sarana dan prasaran belajar. 3) Peran Rumah Pintar Pijoengan dalam meningkatkan motivasi belajar dapat dilihat dari segi fungsi, tujuan, kontribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi anak dalam belajar belajar. Sedangkan faktor-faktor pendorong meningkatnya motivasi belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Sehingga melalui berbagai faktor tersebut Rumah Pintar Pijoegnan melalui kegiatan bimbingan belajar memberikan langkah solusi dalam meningkatkan motivasi belajar anak.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, tak lupa sholawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Rumah Pintar Pijoengan Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui Bimbel Di Desa Srimartani Bantul” guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di Universitas Nergeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa selama proses penyusunan proposal skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin melaksanakan penelitian.

3. Ketua jurusan Pendidikan Luar Sekolah beserta segenap dosen program studi Pendidikan Luar Sekolah yang tiada hentinya memberikan semangat dan doa kepada saya.

4. Prof. Dr. Yoyon Suryono, M.S. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

5. Bapak Sriyono selaku ketua Rumah Pintar Pijoengan, yang telah memberikan ijin peneltian dan bantuan untuk penelitian.


(9)

6. Mas Uun Agung selaku tutor dalam kegiatan bimbingan belajar di Rumah Pintar Pijoengan yang telah memberikan kemudahan dalam saya menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak, Ibu, Adik, serta saudara-saudara saya, yang selalu memberikan materi, motivasi, dan doa tulus ikhlas, selama penyusunan skripsi.

8. Novita, Dita, Mareta, Marta, Ajeng, Listy, Faqih, Ibnu, Faisal, Rudi, Agung, Angga, Elsa, Arif, Momon, Yoga, Danar, Ucup, dkk yang selalu memberikan motivasi, inspirasi, pengalaman dan referensi bagi saya dalam mengerjakan skripsi.

9. Teman-teman Pendidikan Luar Sekolah angkatan 2011 yang telah berbagi pengalaman dan pembelajaran hidup selama dikampus.

10. Semua pihak yang banyak membantu dalam penyusunan laporan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu..

Semoga bantuan, do’a, bimbingan, dan dukungan yang telah diberikan kepada saya menjadi amal dan mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT. Inilah yang dapat penulis berikan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi penulis sendiri, bagi rekan-rekan PLS, dan para pembaca.

Yogyakarta, Juni 2015


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTRA TABEL... xiv

DAFTRA LAMPIRAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 12

C. Batasan Masalah ... 13

D. Rumusan Masalah ... 13

E. Tujuan Penelitian ... 14

F. Manfaat Penelitian ... 14

BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 15

A. Kajian Pustaka... ... 15

1. Rumah Pintar... ... 15

a. Pengertian Rumah Pintar... 15

b. Rumah Pintar Sebagai Satuan PNF... ... 18

c. Bentuk Layanan Rumah Pintar... 20

2. Pengertian Peran... ... 23

3. Bimbingan Belajar... ... 23

a. Pengertian Bimbingan Belajar... 23


(11)

c. Tujuan Umum Bimbingan Belajar... ... 37

d. Tujuan Khusus Bimbingan Belajar... ... 37

4. Motivasi Belajar... ... 38

a. Pengertian Motivasi... 38

b. Jenis Motivasi Belajar... ... 40

c. Fungsi Motivasi Belajar... ... 41

d. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi... ... 41

e. Prinsip Motivasi Belajar... ... 44

f. Komponen Motivasi Belajar... 45

B. Penelitian yang Relevan... 47

C. Kerangka Pikir... ... 48

D. Pertanyaan Penelitian... 50

BAB III. METODE PENELITIAN... 51

A. Jenis Penelitian ... 51

B. Subjek Penelitian ...……….. 52

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...… 52

D. Metode Pengumpulan Data ... 53

1. Observasi ...………. 53

2. Wawancara ...………. 54

3. Dokumentasi ... ...………. 55

E. Instrumen Penelitian ...………. 56

F. Analisis Data ... 56

1. Reduksi Data ... ... 56

2. Penyajian Data ... ... 57

3. Penarikan Kesimpulan ... ... 57

G. Keabsahan Data ... 57

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 60

A. Hasil Penelitian ... 60

1. Deskripsi Rumah Pintar Pijoengan ... 60

B. Data Hasil Penelitian ... 68


(12)

2. Kegiatan Bimbingan Belajar di Rumah Pintar Pijoengan ... 72

a. Latar Belakang Berdirinya Bimbingan Belajar ... 72

b. Bentuk Kegiatan Bimbingan Belajar ... 75

c. Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Belajar ... 78

d. Proses Kegiatan Bimbingan Belajar ... 81

1) Peserta Didik ... 81

2) Pendidik... 85

3) Proses Kegiatan Bimbingan Belajar ... 88

4) Metode kegiatan Bimbingan Belajar ... 94

5) Evaluasi ... 98

3. Peran Rumah Pintar dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui Kegiatan Bimbingan Belajar ... 101

a. Peran Rumah Pintar Pijoengan Mewadahi Kegiatan Bimbingan Belajar Anak ... 101

b. Fungsi Rumah Pintar ... 104

c. Kegiatan Bimbingan Belajar Guna Meningkatkan Motivasi Belajar di Rumah Pintar Pijoengan ... 105

d. Faktor-Faktor yang Mendorong dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui Bimbingan Belajar ... 107

e. Kontribusi Rumah Pintar Pijoengan dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak melalui Bimbingan Belajar... 108

C. Pembahasan ... 114

1. Kegiatan di Rumah Pintar Pijoengan ... 114

2. Kegiatan Bimbingan Belajar Anak di Rumah Pintar Pijoengan ... 119

a. Latar Belakang Berdirinya Bimbingan Belajar ... 120

b. Bentuk Kegiatan Bimbingan Belajar ... 123

c. Pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Belajar ... 124

d. Proses Kegiatan Bimbingan Belajar ... 126

1) Peserta Didik ... 126

2) Pendidik ... 127


(13)

4) Metode Kegiatan Bimbingan Belajar... 131

5) Evaluasi... 133

3. Peran Rumah Pintar dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui Bimbingan Belajar ... 136

a. Peran Rumah Pintar Pijoengan Mewadahi Kegiatan Bimbingan Belajar Anak... 136

b. Fungsi Rumah Pintar ... 137

c. Kegiatan Bimbingan Belajar Guna Meningkatkan Motivasi Belajar di Rumah Pintar Pijoengan... 138

d. Faktor-Faktor yang Mendorong dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui Bimbingan Belajar ... 139

e. Kontribusi Rumah Pintar Pijoengan dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak melalui Bimbingan Belajar ... 140

BAB V.KESIMPULAN...…. 145

A. Kesimpulan ...…. 145

B. Saran ...….. 147

DAFTAR PUSTAKA ...….. 149


(14)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Susunan Pengurus Rumah Pintar ... 64

Tabel 2. Sarana dan prasarana... ... 65

Tabel 3. Jaringan dan Kerjasama... 66

Tabel 4. Pembiayaan Program... 67

Tabel 5. Prestasi Rumah Pintar Pijoengan... ... 67

Tabel 6. Anggota bimbingan belajar di Rumah Pintar Pijoengan... 82


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi Penelitian... 153

Lampiran 2. Pedoman Wawancara... 154

Lampiran 3. Catatan Lapangan... 164

Lampiran 4. Analisis Data... 170

Lampiran 5. Foto Kegiatan Rumah Pintar Pijoengan... 187


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi yang dapat membantu pembangunan bangsa. Melalui pendidikan dapat membantu pembangunan sumber daya manusia dalam hal pengetahuan dimana melalui pembangunan SDM ini nantinya dapat berpengaruh terhadap kemajuan bangsa. Upaya pembangunan sumber daya manusia biasanya dilakukan melalui jalur pendidikan untuk membangun dan mengembangkan pengetahuan. Oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu negara.

Seperti halnya di Indonesia, pendidikan juga merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi kemajuan bangsa. Melalui pendidikan sumber daya manusia di Indonesia dapat dibentuk menjadi sumber daya yang berkualitas. Didalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1), tercantum pengertian pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Tercantum pula dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, pasal 3, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan potensi kemampuan anak dalam membentuk


(17)

watak dan kepribadian yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, aktif cakap, kreatif, demokratis dan bertanggung jawab.

Pendidikan di Indonesia semakin berkembang pesat baik pendidikan melalui jalur formal maupun nonformal saling berlomba meningkatkan mutu pendidikannya. Perkembangan tersebut didasari karena adanya berbagai perubahan dan kemajuan dibidang pendidikan. Perubahan terjadi tidak hanya pada sebagian sistem pendidikan di Indonesia, namun dari berbagai aspek pendidikan selalu mengalami perkembangan.

Pendidikan non formal di Indonesia saat ini justru menjadi alternatif pembangunan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan. Pendidikan non formal sebagai bagian dari pendidikan memiliki tugas yang sama dengan pendidikan formal yakni memberikan pelayanan bagi masyarakat, namun terdapat perbedaan sistem pembelajaran dalam pendidikan formal dan non formal. Sistem pendidikan non formal berbeda dengan sistem pendidikan formal yang identik dengan pendidikan di sekolah yang sudah memiliki jadwal dan materi yang pasti. Pendidikan non formal dalam pemberian materi lebih disesuaikan dengan kebutuhan dari warga belajarnya. Pendidikan non formal memiliki fungsi sebagai pengganti, penambah, atau pelengkap bagi pendidikan formal.

Rumah pintar merupakan salah satu bentuk pendidikan non formal di Indonesia. Rumah pintar juga memiliki peranan dalam hal memberikan


(18)

pendidikan melalui jalur pendidikan non formal. Mengingat rumah pintar merupakan salah satu bentuk pendidikan masyarakat, maka pengelolaan rumah pintar dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat namun tetap memperhatikan aturan atau petunjuk yang telah dibuat oleh pemerintah sebagai bentuk akuntabilitas dari rumah pintar. Dengan kehadiran rumah pintar diharapkan terbangun masyarakat yang cerdas, inovatif, kreatif dan mandiri.

Rumah Pintar (RUMPIN) merupakan gagasan dari Ibu Negara RI hadir sebagai salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81 tahun 2013, rumah pintar dimasukan dalam kategori Satuan Pendidikan Non Formal sejenis. Sejalan dengan upaya pemerintah dalam mencerdaskan bangsa serta mengentaskan kemiskinan, hadirnya rumah pintar dimaksudkan untuk mewujudkan masyarakat berpengetahuan guna terciptanya masyarakat yang sejahtera dan beradab.

Dalam juknis Rumah Pintar PAUDNI (2014: 4-8) dijelaskan bahwa

yang dimaksud Rumah Pintar merupakan “Rumah Pendidikan” untuk

masyarakat yang memiliki banyak fungsi. Bagi anak-anak, Rumah Pintar dapat berfungsi untuk meningkatkan minat baca, mengembangkan potensi kecerdasan dan mengenalkan teknologi melalui pembelajaran di lima sentra: (1) sentra buku (2) sentra kriya, (3) sentra permainan (4) sentra audio visual, dan (5) sentra komputer. Peranan rumah pintar juga sangat besar dalam melayani pendidikan masyarakat baik untuk menambah, mengganti, maupun


(19)

melengkapi kegiatan pada pendidikan formal atau persekolahan. Sehingga peranan rumah pintar ini sangat dibutuhkan dan membantu perkembangan pendidikan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Rumah pintar Pijoengan sebagai wadah pendidikan, mempunyai beberapa program yang melibatkan seluruh komponen pendidikan, mulai dari paud, bimbingan belajar, hingga pemberdayaan pertanian dan perikanan. Sejalan dengan program pendidikan yang dicanangkan pemerintah dalam upaya memberantas anak yang putus sekolah dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia baik pendidikan formal maupun non formal. Dalam hal ini seorang anak mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak seperti yang telah disahkan dalam UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak juga disebutkan pada pasal 1 ayat (12). Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Sedangkan pada Pasal 9 ayat (1) juga disebutkan Setiap 5 anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

Rumah pintar secara nyata memberikan pelayanan yang aktif kepada masyarakat dengan menumbuh kembangkan usaha pendidikan. Rumah Pintar Pijoengan membantu melayani oleh dan untuk masyarakat khususnya anak-anak dalam meningkatkan motivasi dan mengembangkan potensi yang sudah ataupun belum mempunyai potensi belajar sehingga dapat meraih hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan yang semetisnya. Anak-anak


(20)

cenderung kurang mengoptimalkan potensinya dalam pendidikan yang membuat Rumah Pintar Pijoengan tergugah untuk membantu meningkatkan potensi dan motivasi anak dalam belajar. Salah satu upaya yang dilakukan Rumah Pintar Pijoengan ini melalui les atau bimbingan belajar. Les atau bimbingan belajar di Rumah Pintar Pijoengan pada dasarnya sama dengan pendidikan sekolah yaitu mengarahkan, memberikan arahan untuk belajar, tumbuh dan berkembang pada anak.

Dalam kiprahnya, rumah pintar yang berlokasi di Dusun Daraman, Desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, ini mengelola berbagai kegiatan yang meliputi, Sentra Buku dan Baca, Sentra Audio Visual, Sentra Paud, Sentra Kriya, Sentra Permainan, Sentra Belajar Membaca Al-Qur’an dan Iqro’, Sentra Pertanian, dan Sentra Peternakan. Sedangkan pelayanan di lapangan terdapat juga unit Sentra Motor Pintar dan Sentra Pelayanan Kesehatan, dari berbagai kegiatan pendidikan dan kesehatan yang dilakukan oleh lembaga rumah pintar tersebut adalah sebagai alternatif pendidikan non formal yang tidak ditemukan dipendidikan formal pada umumnya.

Salah satu sentra belajar yang sedang dikembangkan adalah kegiatan bimbingan belajar, dengan tujuan untuk mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar pada anak. Terlebih juga untuk menumbuhkan motivasi terhadap motivasi dalam belajar. Menariknya, lembaga rumah pintar ini memeberikan layanan setiap hari mulai pukul 10.00-16.00 WIB, khusus untuk hari minggu lembaga rumah pintar memberikan pelayanan lebih awal yaitu


(21)

pukul 08.00-16.00 WIB. Dengan anggapan bahwa lembaga rumah pintar ingin memeberikan pelayanan semaksimal mungkin kepada masyarakat yang membutuhkan.

Anak-anak cukup antusias dalam memanfaatkan layanan rumah pintar, terlihat dari buku daftar pengunjung yang disediakan oleh pengelola, bahwa respon masyarakat yang baik khususnya anak-anak yang setiap harinya ada 50 orang (mayoritas anak-anak) yang berkunjung untuk memanfaatkan layanan rumah pintar. Terlebih lagi sentra permain yang ada di rumah pintar selalu digunakan anak-anak dengan bermain untuk mengisi waktu luang. Selama Rumah Pintar Pijoengan ini sendiri tercatat sudah mengadakan pelatihan dengan hasil dari sentra pertanian adalah pembuatan pupuk Bokhasi, dari sentra peternakan dengan hasil pakan ternak dengan sistem fermentasi sebagai pengganti pakan ternak. Dari sentra kriya atau keterampilan yakni memproduksi mukena untuk anak-anak dan kerudung. (http://rumahpintar.jogja.blogspot.com/p/blog-page.html).

Motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan kemauan belajar dalam diri anak. Motivasi dapat mempengaruhi keberhasilan anak dalam membangun dirinya agar memiliki kualitas yang lebih baik. Motivasi dapat berupa motivasi didalam diri dan dorongan motivasi dari luar diri yang mempunyai nilai tambah, inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar. Motivasi merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seorang anak yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi belajar yang cukup


(22)

(Muhibbin Syah, 200: 153). Lingkungan juga merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat membantu untuk membangun motivasi pada diri anak.

Lingkungan merupakan salah satu faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap motivasi. Lingkungan merupakan suatu pengaruh yang signifikan bagi anak, sehingga anak terkadang lupa dalam melaksanakan kewajibannya sebagai pelajar. Anak sering kali melampaui batas waktu bermain yang berlebihan, menjadikan anak cenderung bermalas-malasan dalam belajar dan anak lebih memilih untuk bermain dari pada belajar. Waktu belajar yang kurang bagi anak di pengaruhi oleh aktifitas bermain yang cenderung lebih menyenangkan. Selain itu anak- anak kurang termotimasi jika disuruh untuk belajar.

Motivasi yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan sesuatu dapat berasal dari dalam maupun luar individu itu sendiri. Akan tetapi motivasi yang lebih kuat untuk seseorang bersemangat melakukan sesuatu apa yang telah diharapkan atau dicita-citakannya berasal dari dalam diri individu, karena seseorang itulah yang menentukan diri sendiri akan diarahkan kearah yang telah direncanakan sebelumnya. Seseorang yang memiliki motivasi dari dalam diri sendiri juga akan terus berusaha mendapatkan suatu hal yang telah menjadi tujuan yang diharapkan.

Motivasi yang berasal dari luar juga memiliki pengaruh untuk diri seseorang, namun tidak begitu kuat untuk dorongan atau penyemangat dalam individu dikarenakan hanya sebagai pelengkap atau tambahan dorongan penyemangat. Motivasi ini memiliki manfaat apabila seseorang tidak


(23)

mempunyai semangat atau giat dari dalam diri untuk melakukan sesuatu seperti belajar.

Pada kenyataannya tidak semua anak yang sedang mengenyam pendidikan di sekolah memiliki motivasi belajar dalam dirinya, sehingga akan berdampak dengan belajar yang tidak baik atau tidak bersemangat yang akhirnya dalam memperoleh hasil belajarnya tidak sesuai yang diharapakan. Minat dan motivasi belajar yang kuat akan meningkatkan kemauan dan semangat yang tinggi dalam belajar, tentunya juga berpengaruh terhadapat prestasi dan memberikan kepercayaan diri tinggi terhadap anak itu sendiri, karena minat dan semangat belajar mempunyai hubungan yang erat. Motivasi sangat berperan dalam belajar. Program bimbingan belajar di Rumah Pintar Pijoengan memiliki tujuan, salah satunya yakni berperan untuk meningkatkan motivasi belajar anak. Upaya yang dilakukan Rumah Pintar Pijoengan ini merupakan salah satu upaya dari faktor eksternal untuk membangkitkan motivasi pada anak.

Fenomena maraknya para anak untuk mencari tambahan ilmu yang telah didapat dari sekolah merupakan sebuah bentuk dari motivasi siswa yang tinggi dalam belajar jika dilihat dari segi kuantitasnya. Tetapi ini menjadi permasalahan ketika dilihat dari segi kualitasnya para siswa yang belajar pada lembaga bimbingan belajar dapat diidentifikasi bahwa mereka merasa tidak puas belajar di sekolah mereka dan para siswa pada umumnya merasa perlu belajar tambahan karena mereka menilai sekolah hanya sebagai tempat formal dalam menuntut ilmu dan sekedar memenuhi kewajibannya sebagai pelajar.


(24)

Dengan pemikiran yang mengerucut pada peningkatan belajar maka anak termotivasi untuk mengikuti bimbingan belajar dengan tujuan pribadi untuk mengurangi ketidakpahaman anak dalam memahami materi di sekolah, dengan anggapan mengikuti bimbingan belajar dapat menambah teman, disamping itu juga keinginan orang tua agar anak mengikuti bimbingan belajar karena alasan orang tua yang cendarung sibuk sehingga anak kurang pengawasan dalam pendidikan di sekolah maupun diluar sekolah.

Berdasarkan hasil obeservasi di Rumah Pintar Pijoengan, peran lingkungan sangat mempengaruhi dalam perkembangan anak dalam belajar, Rumah Pintar Pijoengan dalam hal ini berposisi sebagai pengganti orang tua dan guru di sekolah formal, secara tidak langsung menerapkan unsur-unsur pendidikan dalam metode belajar melalui bimbingan belajar. Dalam hal meningkatkan pendidikan anak tidak hanya sekolah saja yang berperan, akan tetapi orang tua juga berperan dalam hal perkembangan pendidikan dengan memberikan motivasi terhadap anak-anak dengan bekerja sama melalui tambahan bimbingan belajar. Demikian pula, lembaga Rumah Pintar dapat mengetahui kesulitan-kesulitan belajar mana yang dialami anak.

Sekolah merupakan tahapan formal bagi anak, Banyaknya mata pelajaran dan informasi yang harus diterima anak di sekolah, ini memberikan dampak bagi anak dalam menerima rangsangan materi. Anak diberikan materi dengan harapan anak mampu memahami materi tersebut sebagai syarat untuk menetukan tingkat kelulusan dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Namun yang menjadi permasalahan adalah kurangnya kesadaran anak akan materi


(25)

yang diberikan. Hal ini semata bukan karena kesalahan anak dalam menerima, akan tetapi juga guru dalam memberikan materi terlihat membosankan dan dengan metode yang sama. Seiring dengan perkembangan IPTEK yang semakin maju guru dituntut kreatif dalam memeberikan materi. Hal ini pula yang menjadikan lembaga non formal terdorong dalam meningkatkan motivasi belajar anak melalui bimbingan belajar seperti yang dilakukan oleh Rumah Pintar Pijoengan.

Kasus pada anak usia SD hingga SMA sederajat di desa Srimartani, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Ditengarai sudah banyak anak yang kecanduan permainan diinternet (game online) sehingga anak cenderung malas belajar. Ini sering kali terlihat di warung internet yang ada di Piyungan, warung internet hampir penuh sesak dikarenakan sekelompok anak-anak pelajar untuk bermain game online, bahkan ada anak yang membolos sekolah hanya sekedar untuk menyalurkan hobi bermaingame online didunia maya tersebut. Berbeda pula dengan anak usia tingkat SMP yang cenderung orang tuanya tidak memberikan pengawasan dan motivasi yang teratur terkait dengan belajar anak. Hal ini dikarenakan orang tua mereka sibuk mencari pekerjaan yang lebih layak untuk keluarga, sehingga berdampak kepada anak menjadi lepas control karena pengawasan dan perhatian terhadap anak yang kurang. Selain itu juga ada banyak anak yang terpengaruh oleh teman kelas dan temann sebayanya yang malas belajar dikarenakan tidak minat dengan pelajaran yang ada di sekolah, sehingga anak tersebut membelot ke tempat-tempat wisata dan sering kali anak terpengaruh


(26)

dengan gaya hidup yang wah sehingga anak ikut-ikutan balap motor dan sebagainya dengan kebut kebutan di jalan.

Bimbingan belajar merupakan bidang pelayanan bimbingan yang membantu anak dalam mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkan untuk pendidikan yang berkelanjutan. Kelebihan dari bimbingan belajar sendiri bersifat komprehensif dalam ruang lingkup, namun juga bersifat preventif dalam desain dan bersifat pengembangan tujuan yang nantinya anak diberikan arahan akan pentingnya belajar bagi anak. Begitu tujuan dari kegiatan bimbingan belajar di Rumah Pintar Pijoengan, dimana kegiatan ini memiliki tujuan mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar pada anak.

Dalam proses kegiatan bimbingan belajar pola yang dilakukan dalam pengajaran di bimbingan belajar dengan model privat atau semi privat di Rumah Pintar Pijoengan dengan jumlah anak yang terbatas dalam satu ruang belajar. Mata pelajaran yang tersedia di Rumah Pintar Pijoengan juga beragam seperti: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, dan IPS. Proses kegiatan bimbingan belajar dilakukan 4 kali dalam seminggu yaitu hari senin sampai kamis pukul 15.00 WIB. Diharapakan dengan pola seperti itu anak lebih terfasilitasi dalam memahami materi belajar. Model pembelajaran semi atau non formal di bimbingan belajar juga memberikan kesan yang santai dan nyaman bagi anak, sehingga proses belajar lebih dinikmati, dan materi cepat diserap.


(27)

Berdasarkan paparan diatas dapat diketahui bahwa motivasi belajar anak perlu ditingkatkan mengingat pentingnya bagi anak dalam mengikuti perkembangan jaman yang ada. Sehingga anak di tuntut untuk dapat maju dan berkembang serta meningkatkan kualitas diri mereka. Perlunya peningkatan motivasi belajar melalui bimbingan belajar dengan tujuan mengatasi masalah pendidikan yang sekarang ini sudah semakin maju namun kemauan individu belum siap untuk berjalan seiringan dengan status pendidikan yang tinggi.

Oleh karena itu disini peneliti ingin melihat peranan rumah pintar sebagai upaya meningkakan motivasi belajar dan mutu pendidikan anak melalui bimbingan belajar yang disediakan. Sehubung dengan hal tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Peran Rumah Pintar Pijoengan Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui Bimbel di Desa Srimartani Bantul”

B. Identifikasi Masalah

Beradasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, antara lain:

1. Rumah Pintar Pijoengan kurang dimanfaatkan sebagai tempat bimbingan belajar.

2. Adanya pengaruh lingkungan di desa piyungan yang menyebabkan berkurangnya minat belajar anak, seperti bermain game online diwarung internet.

3. Anak-anak cenderung kurang dalam mengoptimalkan potensinya dan kurangnya kesadaran anak terhadap materi yang diberikan di sekolah.


(28)

4. Adanya berbagai kesulitan-kesulitan belajar yang dialami anak, sehingga mempengaruhi motivasi belajar anak.

5. Motivasi belajar anak yang cenderung rendah sehingga menyebabkan berkurangnya minat belajar anak.

6. Kurangnya waktu belajar sehingga dibutuhkan waktu tambahan siswa untuk belajar agar mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.

7. Kurangnya motivasi siswa dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah yang mengakibatkan proses pencapaian nilai hasil belajar yang baik tidak optimal.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi pada bagaimana peran Rumah Pintar Pijoengan dalam meningkatkan motivasi belajar anak melalui bimbingan belajar yang diadakan. Penelitian ini berjudul “ Peran Rumah Pintar Pijoengan dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui Bimbel di Desa Srimartani Bantul”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi tersebut, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apa saja kegiatan yang berada di Rumah Pintar Pijoengan Desa Srimartani Bantul?

2. Bagaimana kegiatan bimbingan belajar anak di Rumah Pintar Pijoengan Desa Srimartani Bantul?


(29)

3. Bagaimana peran Rumah Pintar Pijoengan dalam meningkatkan motivasi belajar anak melalui bimbingan belajar?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui kegiatan yang ada di Rumah Pintar Pijoengan.

2. Untuk mengetahui kegiatan bimbingan belajar anak di Rumah Pintar Pijoengan dalam meningkatkan motivasi anak dalam belajar.

3. Untuk mengetahui peran Rumah Pintar Pijoengan dalam meningkatkan motivasi anak dalam belajar.

F. Maanfaat Penelitian

Dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa manfaat bagi beberapa pihak yang terkait:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih disiplin ikmu khusunya jurusan Pendidikan Luar Sekolah.

2. Dapat digunakan bagi peneliti sebagai pertimbanghan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai peran rumah pintar.

3. Bagi Lembaga Rumah Pintar Pijoengan: Bagi para pengelola Rumah Pintar, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui peran Rumah Pintar dalam peningkatan pendidikan nonformal dimasyarakat.


(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Rumah Pintar

a. Pengertian Rumah Pintar

Rumah Pintar (RUMPIN) merupakan gagasan dari Ibu Negara RI hadir sebagai salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 81 tahun 2013, Rumah Pintar dimasukan dalam katagori Satuan Pendidikan Non Formal Sejenis. Sejalan dengan upaya pemerintah dalam mencerdaskan bangsa sertamengentaskan kemiskinan, hadirnya. Rumah Pintar dimaksudkan untuk mewujudkan masyarakat berpengetahuan guna terciptanya masyarakat yang sejahtera dan beradab.

Rumah Pintar merupakan nama bangunan yang berisi program pendidikan bagi ibu dan anak melalui berbagai sumber belajar. Sebagai program lanjutan dari mobil pintar dan motor pintar, Rumah Pintar menjadi satu solusi dalam persoalan ketertinggalan dan keterbelakangan masyarakat dalam bidang pendidikan untuk mengembangkan kualitas manusia dan masyarakat indonesia. Rumah Pintar memiliki lima sentra, sentra buku, alat permainan edukatif, audio visual dan pangung, komputer, dan sentra kriya. Dijelaskan lebih lanjut bahwa ciri khas dari setiap Rumah Pintar adalah keberadaan


(31)

memberdayakan potensi anak-anak dan ibu-ibu serta anggota masyarakat lainya. Komponen yang dikembangkan dalam Rumah Pintar mencakup kecerdasan ganda (jamak), kecakapan hidup (life skill), budaya belajar, dan lingkungan kontekstual (alam,ekonomi, sosial,budaya dan adat istiadat) yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat. Sesuai dengan salah satu tujuan dari indonesia sejahtera dan indonesia pintar, keberadaaan Rumah Pintar harus dikembangkan dan dikelola oleh masyarakat setempat secara mandiri dan dapat terus berkembang secara berkelanjutan sesuai dengan potensi setempat. (Yoyon Suryono, 2010:5).

Rumah Pintar didirikan untuk menjangkau masyarakat yang belum terjangkau oleh sentuhan kemajuan, terutama dalam bidang pendidikan. Melalui Rumah Pintar diharapkan masyarakat mau belajar sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community) yang diharapkan juga akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan bangsa. Rumah Pintar sebagai pusat belajar masyarakat dirancang dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat setempat. Oleh sebab itu baik program maupun kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan seyogyanya didasarkan pada kebutuhan masyarakat dan potensi lokal yang dimiliki. Dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat dan memanfaatkan potensi lokal diharapkan keberadaan Rumah Pintar dapat dijadikan roda penggerak bagi kemajuan masyarakat dan dapat berkembangnya ekonomi suatu daerah. (Dirjen PAUDNI, 2014:1).


(32)

Mengingat Rumah Pintar merupakan salah satu bentuk pendidikan masyarakat, maka pengelolaan Rumah Pintar dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat namun tetap memperhatikan aturan atau petunjuk yang telah dibuat oleh pemerintah sebagai bentuk akuntabilitas dari Rumah Pintar. Rumah Pintar sebagai sarana pendidikan dan pemberdayaan masyarakat dapat mewadahi berbagai program pendidikan mulai dari layanan anak usia dini, remaja, dewasa dan lanjut usia dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menyenangkan (joy full learning), bermakna (meaning full learning) dan terpadu (integrated learning). Dengan kehadiran Rumah Pintar diharapkan terbangun masyarakat yang cerdas, inovatif, kreatif dan mandiri.

Dalam juknis Rumah Pintar PAUDNI 2014 dijelaskan bahwa yang dimaksud Rumah Pintar merupakan “Rumah Pendidikan” untuk masyarakat yang memiliki banyak fungsi. Bagi anak-anak, Rumah Pintar dapat berfungsi untuk meningkatkan minat baca, mengembangkan potensi kecerdasan dan mengenalkan teknologi melalui pembelajaran di lima sentra: (1) sentra buku (2) sentra kriya, (3) sentra permainan (4) sentra audio visual, dan (5) sentra komputer.


(33)

Program-program yang bisa dilakukan di Rumah Pintar menurut Permendikbud nomor 81 tahun 2013, sebagai berikut:

1) Pendidikan anak usia dini; 2) Pendidikan keaksaraan; 3) Pendidikan kesetaraan; 4) Pendidikan kecakapan hidup;

5) Pendidikan pemberdayaan perempuan;

6) Peningkatan minat baca, seni dan budaya; dan/atau 7) Pendidikan nonformal lain yang diperlukan masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas maka yang dimaksud Rumah Pintar adalah merupakan banguna yang didirikan dengan tujuan pembelajaran yang ditujukan untuk masyarakat baik yang belum mengenyam pendidikan ataupun sudah memiliki pendidikan, atau wilayah pedalaman yang belum mendapat pendidikan dapat menjangkau untuk dijadikan acuan untk mendapatkan pendidikan yang layak.

b. Rumah Pintar Sebagai Satuan Pendidikan Non Formal

Pengungkapan istilah pendidikan nonformal memberikan informasi bahwa pada hakikatnya pendidikan tidak hanya diselenggarakan dipendidikan formal saja, tetapi juga dipendidikan non formal. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tantang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (10) Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan


(34)

informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan; ayat (11) Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi; ayat (12) Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang; ayat (13) Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Berdasarkan pada pernyataan di atas, maka pendidikan nonformal merupakan salah satu jalur dari penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia (Mustofa Kamil, 2012:10)

Satuan PNF adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan nonformal. Ada beragam satuan pendidikan non formal yang dikembangkan masyarakat saat ini. Beberapa bahkan sudah familiar ditelinga masyarakat, sebut saja lembaga kursus dan pelatihan. Lembaga ini memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kecakapan hidup untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, berusaha mandiri dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Ace Suryadi, 2009:29).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Rumah Pintar merupakan salah satu dari satuan pendidikan non formal yang digolongkan pada satuan pendidikan non formal sejenis. Rumah Pintar melayani masyarakat yang membutuhan layanan kebutuhan baik


(35)

dibidang pertanian, perikanan, dan sebagainya yang lingkupnya non formal. Fungsinya sema dengan lembaga non formal yakni memeberikan layanan kepada masyarakat.

c. Bentuk layanan Rumah Pintar

Bentuk layanan Rumah Pintar terdiri dari sentra-sentra. Setiap Rumah Pintar memiliki lima sentra wajib dan sentra-sentra tambahan. Sentra-sentra wajib di Rumah Pintar dalam Juknis Rumah Pintar (2014: 4-8) tersebut adalah sebagai berikut:

1. Sentra Buku.

Sentra buku berfungsi untuk:

a. Meningkatkan Minat Baca. Sentra Buku mengenalkan anak pada dunia buku dan mengajak masyarakat umum untuk membaca.

b. Menambah cakrawala pengetahuan.

c. Dengan membaca, anak dan masyarakat umum bisa mengetahui berbagai hal dari berbagai bidang yang diminati. d. Mengembangkan keterampilan kebahasaan. Membaca,

menulis, mengarang dan bercerita, baik pada anak, remaja maupun orang dewasa.

e. Mendukung kegiatan sentra lain. Buku-buku di Sentra Buku, terutama yang terkait dengan keterampilan, dapat memberikan inspirasi usaha bagi para remaja dan orang tua. Hal ini tentu dapat mendukung kegiatan disentra kriya. Setiap Sentra Buku


(36)

di Rumah Pintar memiliki kurang lebih 3.000-5.000 eksemplar buku.

2. Sentra permainan

Sentra permainan berfungsi untuk:

a. Bermain dan bereksplorasi dengan Alat Permainan Edukatif (APE) serta alat kreatifitas. Sentra ini berisi berbagai alat permainan yang menarik bagi anak, seperti balok, puzzle, lego, boneka, mobil-mobilan, rumah-rumahan, alat masak-masakan, plastisin, dan lain sebagainya.

b. Melatih kemampuan sensorik-motorik. Di Sentra permainan, anak dapat melakukan berbagai permainan yang dapat mengembangkan kemampuan sensorik-motoriknya.

c. Belajar berbagi, menghargai dan sifat positif lain. Melalui kegiatan bersama dengan teman-temannya di sentra permainan, anak belajar untuk saling berbagi, menghargai, bekerjasama dan mengembangkan sikap positif lainnya.

3. Sentra Panggung/Audio Visual

Sentra Panggung/Audio Visual berfungsi untuk:

a. Mengembangkan kemampuan bahasa. Sentra ini mengembangkan kemampuan bahasa lisan anak, dimana setelah anak-anak diberi kesempatan menonton VCD/ DVD tentang ilmu pengetahuan, anak akan melihat, mendengar,


(37)

terlibat aktif dan menceritakan kembali cerita yang ditonton dan didengarnya tersebut.

b. Memahami berbagai karakter dan nilai moral. Anak akan belajar memahami berbagai peran dan karakter dan nilai-nilai moral melalui cerita yang ditonton atau didengar dari cerita tutornya tersebut.

c. Mengembangkan potensi kreatif dan musik anak. Sentra ini menstimulasi potensi kreatif anak untuk mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran mereka dengan cara bercerita, membaca puisi, menyanyi, menari dan lain sebagainya.

4. Sentra komputer

Sentra Komputer berfungsi untuk:

a. Pengenalan teknologi. Kegiatan pengenalan teknologi di Sentra Komputer dimulai dengan perkenalan tentang nama-nama’alat atau bagian dari komputer, fungsi alat tersebut dan cara menggunakannya (monitor, CPU, mouse, keyboard).

b. Pengembangan kemampuan visual dan motoric. Anak dapat mengembangkan kemampuan visualnya, koordinasi mata dengan tangan serta melatih otot-otot halusnya.

c. Pengembangan imajinasi dan kreativitas. Kegiatan di Sentra Komputer memungkinkan anak mengembangkan kreatifitasnya ketika anak membuat hasil karyanya sendiri melalui komputer (gambar, grafik, tulisan, dll).


(38)

d. Pengenalan Internet sehat. Sentra Komputer mengenalkan anak-anak kepada perkembangan teknologi internet yang sangat pesat, akan tetapi juga membentengi mereka dari dampak laman-laman negatif.

2. Pengertian Peran

Peran berarti laku, bertindak. Didalam kamus besar bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dimasyarakat (E.St. Harahap, dkk, 2007: 854Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat tempat tertentu, tidak mesti lembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa dimesjid, surau atau mushola, dirumah, dan sebagainya (Syiful Bahri Djamarah,1997:31).

Berdasarkan definbisi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa peran adalah perangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki seseorang yang berkedudukan dimasyarakat dengan memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dalam konteks formal maupun nonformal dalam kehidupan bersosial yang dialami individu tersebut. 3. Bimbingan Belajar

a. Pengertian Bimbingan Belajar

Menurut Djumhur (1975: 25), bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian bantuan kepada anak atau individu yang dilakukan secara terus-menerus supaya individu tersebut itu dapat memahami


(39)

dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan dan keadaan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Dengan demikian dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat pada umumnya.

Menurut Wingkel (1997: 15), bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok orang dalam membuat pikiran secara bijak dan dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan hidup yang bersifat psikologis. Sedangkan, Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 233) menyatakan, Bimbingan belajar memiliki dua makna, yaitu bimbingan secara umum yang mempunyai arti sama dengan mendidik atau menanamkan nilai-nilai, memberi nilai moral, mengarahkan anak agar menjadi lebih baik. Sedangkan, makna bimbingan belajar secara khusus yaitu sebagai suatu upaya atau program membeantu mengoptimalkan perkembangan anak. Bimbingan ini diberikan melalui bantuan pemecahan masalah yang dihadapi. Serta dorongan bagi pengembangan potensi yang dimiliki anak.

Abu Hanafi dan Ahmad Rohani (1991: 107) menerangkan bahwa bimbingan belajar merupakan seperangkat usaha bantuan kepada anak agar dapat memecahkan masalah-masalah belajar, masalah-masalah pendidikan, atau masalah-masalah akademis yang dihadapainya. Sedangkan, Sunaryo Kartadinata, dkk. (1998: 60) mengemukakan bahwa bimbingan belajar adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang


(40)

dihadapinya dalam belajar sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimilikinya.

Dari bebrapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan belajar adalah proses pemberian bantuan kepada individu secara psikologis agar dapat menyelesaikan masalah-masalah dihadapinya dalam belajar dan menyesuaikan diri dengan menanamkan nilai-nilai moral sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat yang dimilikinya.

Tidjan, dkk. (1993: 78) mengartikan masalah belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Sunaryo Kartadinata, dkk. (1998: 64) mengatakan, masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh anak yang menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tersebut dapat berkenaan dengan keadaan dirinya, yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan baginya.

1) Inteligensi

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011: 234) masalah belajar ternyata tidak hanaya dialami oleh anak dengan tingkat IQ


(41)

rendah. Anak yang memilik IQ tinggi juga dapat mengalami masalah belajar.

2) Bakat

Seorang individu atau anak akan lebih mudah memperlajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya. Apabila indivisu diharuskan untuk memperlajari sesuatu yang lain dari bakatnya. Maka anak tersebut akan cepat bosan, mudah putud ada, dan merasa tidak senang. Hal tersebut akan tampak pada individu suka menggangu kelas, berbuat gaduh, dan tidak mau belajar sehgingga prestasinya rendah (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2008:82)

3) Motivasi

Motivasi dapat menetukan baik buruknya dalam mencapai tujuan, sehingga semakin besar motivasi semakin besar pula presatasi yang akan di raihnya. Anak semakin besar termotivasi secara intrisnsik makan anak tersebut akan semakin besar pula akan giat berasa, gigih, tidak cepat menyerah, berusaha lebih untuk meningkatkan prestasinya. Dengan sebaliknya anak yang cenderung bermalas malasa atau tidak mempunyai motivasi secara intrinsik akan mudah menyerah dan bosan, dan suka menggangu di dalam kesa maupun di luar kelas.

4) Fator Kesehatan Mental

Setiap individu mempunyai kebutuhan dan dorongan, seperti memperoleh penghargaan, mendapatkan hadiah,


(42)

mendapatkan kepercayaan, rasa aman, dan lain-lain. Dan apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi.akan membawa masalah emosional dan bentuk maladjustment (kurang bisa menyesuaikan diri). Mental yang kurang sehat dapat merugikan belajarnya seperti anak sedih akan kacau pikirannya dan anak akan sulit mengadakan konsentrasi. Biasanya anak akan melakukan melakaukan perbuatan agresif seperti kenakalan, merusak alat-alat sekolah, dan lai-lain. Keadaan seperti ini akan menimbulkan masalah belajar sebab anak merasakan hal tersebut tidak mendatangkan kebahagiaan.

5) Kondisi fisik

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2008:79-81) sebab yang bersifat fisik:

a) Karena sakit

Anak yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensorik dan mentorisnya akan melemah. Akibatnya rangsangan yang diterimanmelalui indera tidak dapat diteruskan ke otak. Semakin lama sakitnya, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga anak tersebut tidak akan masuk sekolah selama beberapa hari, yang berakibat tertinggal jauh dari belajarnya.

b) Karena kurang sehat

Anak yang kurang sehat akan mudah lelah, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan


(43)

pikiran terganggu. Karena hal tersebut, maka penerimaan dan serpon pelajaran berkurang, serta saraf otak tidak dapat bekerja dengan optimal yang dapat menyebabkan masalah belajar. c) Karena caca tubuh

Cacat tubuh yang dialami anak apabila tidak mendapatkan perhatian dari guru dapat menimbulkan masalah belajar. Sebab anak tersebut tidak dapat memperoses rangsangan dari guru atau teman-temannya dikarenakan alat inderanya kurang berfungsi dengan baik.

6) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan utama dan pertama bagi setiap individu. Akan tetapi keluarga juga dapat menjadi penyebab terjadinya masalah belajar. Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anaknya dapat menjadi penyebab masalah belajar. Karena orang tua tersebut tidak memberikan dorongan kepada anaknya, bahkan sikap orang tuanya yang sa;ah, anak bisa membenci belajar.

Suasana rumah yang gaduh juga dapat menimbulkan masalah belajar. Karena anak akan tergagngu konsentrasinya sehingga tidak dapat belajar dengan baik. Suasanan rumah yang tegang dan banyak cekcok antar anggota keluarga membuat anak tidak betah dirumah, membuat anak sering mrnghabiskan waktu diluar sehingga dapat menurunkan prestasi belajar.


(44)

7) Lingkungan sekolah

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2008: 89-92) yang dimaksud lingkungan sekolah yaitu:

a) Guru

Guru dapat menjadi penyebab masalah belajar apabila: (1) guru tidak kualified, (2) hubungan guru dengan anak kurang baik, (3) guru-guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan anak, dan (4) guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis masalah belajar.

b) Faktor alat

Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pembelajaran menjadi tidak baik. Terutama untuk pelajaran yang bersifat praktiku, kurangnya alat laboratorium akan menimbulkan masalah dalam belajar

c) Kondisi gedung

Kondisi gedung terutama ruang kelas seharusnya memenuhi syarat tersebut tidak terpenuhi, misalnya gedung dekat dengan keramaian, ruangan gelap, lantai basah, ruangan sempit maka situasi belajar akan kurang baik. Anak akan selalu gaduh sehingga memungkinkan pelajaran menjadi terlambat. d) Kurikulum

Kurikulum yang kurang baik seperti bahan-bahannya terlalu tinggi, pembagian bahan yang tidak seimbang, dan


(45)

adanya pendataan materi yang akan membawa masalah belajar bagi anak-anaknya.

8) Lingkungan mass media dan sosial

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2008: 92-93) yang dimaksud dengan mass media dan sosial adalah:

a) Faktor mass media meliputi bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak menggunakan waktunya untuk hal tersebut, hingga lupa tugasnyab sebagai seorang pelajar.

b) Lingkungan sosial

Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak bergaul dngan anak yang tidak sekolah, maka anak tersebut akan malas belajar, sebabnya car hidup anak yang bersekolah belainan dengan anak yang tidak bersekolah.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh belajar anak itu sebabkan oleh beberapa faktor, faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal, internal adalah dalam diri anak, sedangkan eksternal adalah dorongan atau hambatan dari luar diri yang pengaruhnya sama sama signifikan dalam proses belajar.


(46)

b. Jenis-Jenis Bimbingan Belajar

Upaya pendidik melakukan bimbingan belajar kepada anak adalah untuk mengatasi masalah belajarnya supaya masalah tersebut tidak berlarut-larut, karena nantinya dapat memepengaruhi proses perkembangan anak. Berdasarkan masalah belajar yang dihadapi anak, maka jenis bimbingan belajar dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu bimbingan belajar berdasarkan diri anak dan berdasarkan dengan lingkungan.

1) Bimbingan belajar berdasarkan dengan diri anak atau anak a) Bimbingan untuk anak yang cepat belajar

Sunaryo Kartadinata, dkk. (1998: 74) mengatakan program pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa anak yang sangat cepat dalam belajar. Sedangkan Sugihartono, dkk. (2007: 186) menjelaskan bahwa program pengayaan dalam pengajaran merupakan bagian yang di peruntukkan bagi anak yang mempunyai kemampuan yang tinggi yang berarti meraka adalah anak yang tergolong cepat dalam menyelesaikan tugas belajarnya, sehingga anak tersebut mempunyai banyak waktu yang kosong. Waktu kosong tersebut apabila tidak dimanfaatkan dengan kegiatan kontruktif maka anak ini akan melakukan kegiatan yang distruktif misalnya menggangu teman-temannya yang belum selesai, keluar kelas dengan


(47)

berbagai alasan. Bahkan sering membolos atau tidak masuk sekolah.

Kegiatan konstruktif yang dapat dilakukan, misalnya membantu mengajari temannya yang mengalami masalah dalam pembelajaran, dimana mencari berita dalam Koran yang penting diketahui oelh anak, atau memberika bacaan yang menunjang pelajaran atau mempelajari bab selanjutnya.

b) Bimbingan belajar untuk anak yang lamban dalam belajar Sugihartono, dkk, (2007: 171) menjelaskan remedial yaitu bentuk pengajaran yang bersifat kuratif (penyembuhan) dan atau korektif (perbaikan). Senada dengan pernyataan Sunaryo Kartadinata, dkk, (1998: 73-74) Mengatakan remedial merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, penhajaran yang memebuat menjadi lebih baik.

Dalam proses remedial guru dapat menyesuaikan dengan karakteristik anak yang bersangkutan dengan tingkat kesulitan belajar yang sama sehigga anak dapat mempelajarai hal yang tidak diketahui dan kemudia bias melakukan perbaikan dengan cara memberiukan bimbingan atau arahan, bantuan yang lebih menekan pasa usaha perbaikan dalam prioses belajar mengajar.


(48)

Dalam melaksanakan pengajaran remedial untuk anak yang lambat dalam belajarnya, guru dapat menggunakan proses pendekatan, pendekatan kuratif, pendekatan preventif, dan pengembangan. Pendekatan kuratif dilakukan setelah pembelajaran selesai dan dilakukan evaluasi sehingga guru dapat mengetahui kesulitan mana yang didapat anak dalam belajarnya. Kemudian pendekatan preventif diberikan kepada anak yang diduga akan mengalami masalah belajar yang bertolak belakang dari hasil evaluasi reflektif. Sedangkan pendekatan pengembangan merupakan upaya diagnosis yang dilakukan guru yang sedang berlangsungnya proses pembelajaran agar anak dapat mengatasi masalah belajarnya selama mengikuti proses pembelajaran.

c) Peningkatan motivasi

Ada banyak yang dapat meningkatkan motivasi anak dalam melakukan sesuatu, termasuk dala hal belajar. Seorang anak yang rajin beljar biasanya didorong oleh suatu motivasi yang kuat, baik motivasi dari dalam diri maupun dari luar diri. Tanpa adanya motivasi maka pretsasi belajar yang dicapi anak tidak akan maksimal. Karena motivasi belajar menumbuhkan kemauan dan memberikan semangat anak untuk meninkatkan prestasi belajarnya. Sayangnya tidak semua anak memiliki motivasi belajar yang baik, adakalanya anak tidak memiliki


(49)

motivasi belajar sehingga guru perlu memberikan bantuan kepada anak agar memiliki motivasi belajar.

d) Peningkatan Keterampilan belajar

Peningkatan keterampilan belajar pada anak dilakukan dengan mengajarkan kepada anak supaya melakukan beberapa hal, antara lain membuat catatan pada waktu guru mengajar, membuat ringkasan dari bahan yang dibaca, dan mengerjakan latihan soal. Hal ini dilakukan agar anak dapat memiliki keterampilan belajar yang baik.

e) Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik

Sikap yang belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan sering kali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana. Menurut Sunaryo Kartadinata, dkk, (1998: 77-79) usaha yang dapat dilakukian guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik yaitu: (1) membantu anak menyusun rencana yang baik, (2) membantu anak untuk mengikuti belajar mengajar di dalam kelas, (3) melatih anak membaca cepat, (4) melatih anak untuk mempelajari buku pelajaran secara efesien dan efektif, (5) membiasakan anak mengerjakan tugas-tugasnya secara teratur, bersih dan rapi, (6) membantu anak menyusun belajar dan memenuhi jadwal yang telah disusunnya, (7) membantu anak agar dapat berkembang secara wajar dan sehat, dan (8)


(50)

membantu anak mempersiapkan mental, penguasaan bahan pelajaran, serta cara-cara menjawab soal-soal ujian.

f) Kondisi fisik

Menurut Noehi Nasution (1993: 6) kondisi fisik umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajarnya. Anak yang kurang gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak yang tidak kekuarangan gizi. Selain itu, hal yang tidak kalah penting adalah kondisi panca indera (mata, telinga, hidung, pengecap, dan tubuh), terutama mata dan telinga sebagai alat untuk melihat dan sebagai alat untuk mendengar.

Selain itu pengakaran dengan pola klasikal perlu memperhatikan tinggi rendahnya postur tubuh anak. Postur tubuh anak yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang anak yang tubuhnya kebih pendek. Hal ini dimaksudkan agar pandangan anak kepapan tulis tidak terhalang oleh anak yang berpostur lebih tinggi. Anak yang jenis kelaminnya sama di tempatkan pada kelompok yang sejenis. Pola pengelompokan ini danga baik dalam pandangan moral dan agama. Tetapi yang lebih penting adalah untuk meredam gejolak nafsu untuk anak yang sedang meningkat ke usia remaja.

2) Bimbingan belajar yang berkenaan dengan lingkungan.

Salah satu bimbingan belajar yang berkenaan dengan lingkungan yaitu cara bergaul dan tanggung jawab social.


(51)

a) Cara bergaul

Menurut Tidjan, dkk. (1993: 19-20) pergaulan social pada umumnya menyangkut bimbingan dalam bidang sikap anatara lain sikap toleran, demokratis, kerja sama, tolong menolong, dan sebagainya.

Pada usia sekolah, anak mulai keluar dari lingkungan keluarga memasuki dunia teman sebaya. Peristiwa ini merupakan perubahan situasi dan sarana emosional yang aman kedalam dunia baru dimana anak harus pamdai menempatkan diri dianatara teman sebaya yang sedikit banyak akan berlomba dalam menarik perhatian guru. Selain itu anak umumnya tidak memiliki teman tetap untuk bermain, kesulitan menentukan teman untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas kelompok karena belum meiliki rasa kepedulian dan kemampuan untuk bersaing.

b) Tanggung jawab sosial

Tanggung jawab sosial pada umumnya menyangkut bimbingan dalam masalah keikhlasan berkorban, partisipasi di dalam kegiatan sosial (Tidjan, dkk. 1993: 20). Cara yang bisa digunakan dengan mengajak anak melakukan bakti sosial untuk daerah yang kekurangan atau mengumpulkan dana untuk membantu korban bencana alam.


(52)

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan belajar yang berkenaan dengan diri sendiri dan bimbingan lingkungan yang berkenaan dengan lingkungan. Bimbingan dilakukan secara intensif dan terpadu itu dimulai dari sejak usia wajib belajar sembilan tahun. Di sebabkan usia produktif anak dalam membentuk karakter itu terjadi pada usia dini disaat anak belum mengenal dan masih menjajaki diri untuk menentukan kebutuhannya sebagai pelajar untuk menentukan masa depan dari segi pendidikan maupun sosialitas yang tinggi karena merasa saling membutuhkan. c. Tujuan Umum Bimbingan Belajar

Tujuan layanan bimbingan secara umum adalah kegiatan yang dilakukan oleh pembimbing atau guru untuk mengenal latar belakang pribadi anak yang mengalami kesulitan belajar serta memahami dan menetapkan jenis sifat kesulitan belajar, faktor-faktor penyebab dan penetapan kemungkinan bagaimana pemecahannya, baik secara pencegahan maupun penyembuhan.

d. Tujuan Khusus Bimbingan Belajar

Secara khusus layanan bimbingan bertujuan untuk membantu agar anak mampu melakukan atau meraih hal-hal berikut: 1) Mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi hasil belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti, 2) Memiliki motivasi dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan keterlibatan diri dalam proses


(53)

pendidikan, 3) Memperoleh kepuasan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimal terhadap masyarakat, dan 4) Meningkatkan prestasi belajar anak dalam semua bidang pelajaran.

4. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisis-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak menyukai, maka berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka tersebut. Motivasi mengandung pengertian yang luas, menyangkut internal dan eksternal (intrinsik dan ekstrinsik). Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang motivasi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

Setiap orang mempunyai caranya tersendiri untuk melakukan sesuatu kegiatan sesuai kehendaknya. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh anak secara langsung yakni lingkungan keluarga, lingkungan sebaya, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan sosial yang tidak langsung yakni melalui media elektronik, radio, televisi, surat kabar, majalah, dan sebagainya. Beberapa faktor inilah yang dapat merangsang tumbuh dan berkurangnya motivasi yang ada didalam diri seseorang.


(54)

Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam dirianak yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjeck belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar adalah merupakan faktor-fakor psikis yang bersifat non-intelektual (Sardiman. 1996: 75).

Dari definisi para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi belajar adalah kegiatan yang bersifat non intelektual yang mewakili proses psikologikal yang melibatkan timbulnya energi dalam diri seseorang individu yang dilakukan secara suka rela kearah tujuan yang lebih baik

Menurut Gray, dkk dalam Winardi (2001: 2) Motivasi (motivation) berasal dari bahasa latin, yakni movere, yang berarti “menggerakkan” (to move). Motivasi merupakan sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu, yang menimbulkan sikap antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Faktor yang mempengaruhi motivasi anak.

Menurut W.S Winkel (2004: 526) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri yang menimbulkan belajar. Kesamaan pendapat juga diungkapkan oleh Muhibbin Syah (2003: 158) yang menegaskan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan


(55)

daya penggerak yang ada didalam diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek dapat tercapai.

Berdasarkan pengertian motivasi belajar diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian motivasi belajar adalah serangkai penggerak atau dorongan yang dapat memicu timbulnya kegiata belajar yang berasal dari dalam diri maupun dari luar untuk melakukan aktivitas belajar yang berakibat menimbulkan perubahan ketujuan yang dikehendaki.

b. Jenis Motivasi Belajar.

Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis (2009: 87).

1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.

2) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini anatara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri. Dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu, jelasnya motivasi ini timbul dikarenakan rangsangan dari luar.

3) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini bias muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.


(56)

c. Fungsi Motivasi Belajar.

Fungsi motivasi menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suharna (2012: 26) antara lain: 1) Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta didik, 2) Motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, 3) Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, dan 4) Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih bermakna.

d. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar.

Motivasi intrinsik menurut Sardiman (1996: 89) adalah sebagai berikut:

1) Motivasi Intrinsik.

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungi tidak perlu rangsangan dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan dilihat dari segi belajar, motivasi intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung didalam perbuatan itu sendiri. “instrinsic motivations are inherent in the learning situations and meetpupil-needs and purposes”, itulah sebabnya mengapa motivasi intrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajarnya.


(57)

Perlu diketahui bahwa anak yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu, dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang bersifat keharusan untuk menjadikan individu yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi secara lahiriah motivasi itu terlahir dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 15) motivasi intrinsic yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan, Sobry Sutikno (2007: 98) mengatakan motivasi intrinsik sebagai motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada pakasaan dorongan dari orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri sendiri tanpa memerlukan rangsangan atau dorongan dari luar yang mengakibatkan adanya pergerakan.

2) Motivasi Ekstrinsik

A.M Sardiman (2005: 90) mengatakan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena disebabkan


(58)

rangsangan dari luar diri individu, jadi yang terpenting bukanlah karena belajar ingin mengetahui sesuatu tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapatkan hadiah. Dapat dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang akan dilakukannya. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan di teruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suharna (2012: 27) motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor diluar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasihat dari pembimbing, hadiah (reward), kompetisi sehat antar peserta didik, hukuman (funishment) dan sebagainya.

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi dari dalam diri sendiri, dimana diri sendirilah yang memegang penting bahwa kemauan diri itu terbawa atas sikap sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dikarenakan rangsangan dari luar, disini yang berperan adalah orang lain, sebenarnya ini tidak baik dan tidak begitu penting, dalam kegiatan belajar mengajar tetaplah penting sebab kemungkinan besar keadaan anak itu dinamis. Motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi otivasi instrisik bila pada saat


(59)

anak menyadari bahwa pentingnya belajar itu bukan dorongan yang berasal dari luar dan menindak lanjut dengan tindakan dengan belajar bersungguh-sungguh tanpa pengaruh faktor dari luar diri. e. Prinsip motivasi belajar

Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suharna (2012: 26) prinsip motivasi sebagai berikut: 1) Peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda sesuai dengan pengaruh lingkungan internal dan eksterna peserta didik itu sendiri, 2) Pengalaman belajar masa lalu yang sesuai dan dikaitkan dengan pengalaman belajar yang baru akan menumbuhkembangkan motivasi belajar anak, 3) Motivasi belajar anak akan berkembang jika disertai pujian daripada hukuman, 4) Motivasi belajar intrinsik peserta didik dalam belajar akan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik, meskipun keduanya saling menguatkan, 5) Motivasi belajar anak yang satu dapat merambat kepada anak yang lain, 6) Motivasi belajar anak akan berkembang jika disertai dengan tujuan yang jelas, 7) Motivasi belajar anak akan berkembang jika disertai dengan implementasi keberagaman metode, 8) Bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan belajar akan menumbuhkembangkan motivasi belajar anak, 9) Motivasi yang besar dapat mengoptimalkan potensi dan prestadi belajar anak, 10) Gangguan emosi anak dapat menghambat terhadap motivasi dan mengurangi prestasi belajar anak, 11) Tinggi rendahnya motivasi berpengaruh terhadap tinggi rendahnya gairah belajar anak, dan 12) Motivasi yang besar akan berpengaruh


(60)

terhadap terjadinya proses pembelajaran secara aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan.

f. Komponen Motivasi Belajar.

Menurut Sondang P. Siagian (2004:132), komponen motivasi adalah sebagai berikut:

1) Upaya pencapaian tujuan dan berbagai sasaran Organisasi

Tersirat bahwa dalam pandangan ini ialahbahwa tujuan dan sasaran organisasi telah tercakup tujuan dan sasaran pribadi para anggota organisasi yang diberi organisasi tersebut. Secara popular dapat dikatakan bahwa pemberian motivasi hanya akan efektif apabila dalam diri bawahan yang digerakkan itu terdapay keyakinan-keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi tujuan pribadi akan ikut pula tercapai. Hal ini sangat penting untuk mendapat perhatian karena, seperti dimaklumi, pendorong utama dan pertama bagi seseorang untuk memasuki organisasi tertentu itu berbagai kepentingan pribadinya akan terlindungi dan berbagai kebutuhannya akan terpenuhi. Bahkan dapat dikatakan bahwa motif utama dan pertama tersebut dapat bersifat individualistik. Para pekerja akan selalu mengkaitkan pemeberian motivasi oleh pimpinan dengannkepentingan dan tujuan pribadi itu meskipun tetap dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.


(61)

2) Usaha Tertentu Sebagai Akibat Motivasi.

Artinya motivasi merupakan keterkaitan anatara usaha dan permusan kebutuhan tertentu. Dengan kata lain, motivasi merupakan ketersediaan untuk mengerahkan usaha tingkat tinggi untuk mencapai tujuan organisasi. Akan tetapi kesediaan mengerahkan itu sangat tergantung pada kemauan seseorang untuk memuaskan berbagai kebutuhannya. Usaha merupakan ukuran intesitas kemauan seseorang. Apabila seseorang termotivasi, yang bersangkutan akam berusah keras untuk melakukan sesuatu.

3) Kebutuhan.

Suatu pemahaman teori motivasi dan aplikasinya, yang dimaksud dengan ialah keadaan internal seseorang yang menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Artinya suatu kebutuhan yang belum terpuaskan menciptakan “ketegangan” yang pada giliranya menimbulkan dorongan tertentu dalam diri seseorang. Dapat dikatan bahwa seseorang pekerja yang termotivasikan sesungguhnya berada pada suasana ketegangan. Cara untuk menghilangkan ketegangan tersebut, mereka melakukan usaha tertentu. Merupakan hal yang logis apabila usaha seseorang semakin besar apabila tingkat ketegangan dirasakannya semakin besar.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan


(62)

kondisis-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak menyukai, maka berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka tersebut. Motivasi mengandung pengertian yang luas, menyangkut internal dan eksternal (intrinsik dan ekstrinsik).

B. Penelitian yang Releven

1. Penelitian Andari Nurocmah Wisdaningrum (2004: vii) bertujuan untuk mendeskripsikan: bagaimana keterlibatan orang tua dalam memotivasi kehidupan beragama anak di SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta, dan bagaimana pengalaman agama anak yang bersekolah di SD Muhammadiyah Suronatan Yogyakarta. Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam kehidupan beragama dengan memberikan contoh perilaku keteladanan kepada anak agar anak meniru perbuatan positif yang dilakukan orang tuanya. Hasil dari penelitian ini sendiri menitik beratkan bahwa orang tua sebagai motivasi, pendorong, karena disuruh atau pun kesadaran sendiri.

Dalam penelitian diatas berbeda dengan penelitian yang saya lakukan, terlihat jelas bahwa fokus penelitian diatas dengan fokus pembahasan penelitian yang saya lakukan adalah kalau penelitian yang saya lakukan mencakup fokus pembahasan yang lebih luas dari penelitian sebelumnya yaitu mencakup pembahasan peran dan metode rumah pintar dalam meningkatkan motivasi belajar anak melalui bimbingan belajar. Peranan yang diteliti dari karya ilmiah diatas adalah peranan orang tua


(63)

dalam memotivasi anak di sekolah dimana orang tua menjadi titik tumpu dari perkembangan anak melalui tingkah laku keteladanan beragama. 2. Penelitian Nur Faizah (2010: vii) bertujuan untuk mendeskripsikan:

Bagaimana metode bimbingan belajar anak di panti asuhan yatim putra islam Berbah Yogyakarta, bagaimana prestasi hasil belajar yang dicapai Anak Panti Asuhan Yatim Putra Islam Berbah Yogyakarta. Dalam penelitian ini membahas tentang metode bimbingan yang dilakukan oleh sebuah panti asuhan dan hasil prestasi anak didik yang berada dip anti asuhan. Yaitu dengan bimbingan yang dilakukan yang diadakan disetia hari dip anti asuhan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: metode bimbingan belajar di Panti Asuhan Yatim Putra Islam Berbah Yogyakarta dapat digolongkan menjadi dua: 1) metode individu yang meliputi konseling direktif, konseling non-direktif, 2) metode kelompok yang meliputi: papan bimbingan, doa, karya wisata, kegiatan kelompok, pengajaran remedial. Prestasi yang dicapai anak Panti asuhan Putra Islam berbah Yogyakarta, yaitu nilai yang diperoleh pada hasil Ujian Akhir Sekolah Bestandar nasional (UASBN) mengalami peningkatan walau ada juga anak yang indeks prestasinya mengalami penigkatan.

C. Kerangka Berpikir

Belajar merupakan tindakan dan perilaku anak yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh anak sendiri. Anak adalah penentu terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat anak memperoleh sesuatu yang ada dilingkungan sekitar. Didalam proses belajar


(64)

mengajar ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yaitu motivasi belajar.

Dalam proses kegiatan belajar mengajar, harus diadakan upaya untuk meningkatkan motivasi belajar anak dengan berbagai cara diantaranya melalui bimbingan belajar. Motivasi belajar peserta didik yang tinggi akan meningkatkan hasil belajar anak dan memudahkan anak mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.

Lembaga Rumah Pintar sebagai tempat penyelenggar bimbingan belajar diharapkan dapat membantu anak dalam mengembangkan diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkan untuk pendidikan yang berkelanjutan. Kelebihan dari bimbingan belajar sendiri bersifat komprehensif dalam ruang lingkup, namun juga bersifat preventif dalam desain dan bersifat pengembangan tujuan yang nantinya anak diberikan arahan akan pentingnya belajar bagi anak.

Peran Rumah Pintar belajar diharapkan proses pembelajaran akan lebih efektif dan efisien, sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk belajar. Semakin efektif kegiatan bimbingan belajar akan semakin tinggi motivasi belajar anak. Berdasarkan hubungan tersebut maka diduga ada peran yang signifikan rumah pintar untuk meningkatkan motivasi belajar anak didik.


(65)

D. Pertanyaan Penelitian

1. Apa saja kegiatan yang berada di Rumah Pintar Pijoengan Desa Srimartani Bantul?

2. Bagaimana kegiatan bimbingan belajar anak di Rumah Pintar Pijoengan Desa Srimartani Bantul?

a. Latar Belakang Berdirinya Kegiatan Bimbingan Belajar?

b. Bagaimanakah bentuk kegiatan bimbingan belajar di Rumah Pintar Pijoengan?

c. Pelaksanaan seperti apa yang dilakukan dalam bimbingan belajar di Rumah pintar Pijoengan?

d. Bagaimana Proses Kegiatan Bimbingan Belajar di Rumah Pintar Pijoengan?

3. Bagaimana peran Rumah Pintar Pijoengan dalam meningkatkan motivasi belajar anak melalui bimbingan belajar?

a. Bagaimana peran Rumah Pintar Pijoengan dalam mewadahi kegiatan belajar anak terkait bimbingan belajar?

b. Apa fungsi Rumah Pintar Pijoengan?

c. Mengapa bimbingan belajar harus diadakan guna meningkatakan motivasi belajar anak di Rumah Pintar Pijoengan?

d. Faktor-faktor apa saja yang mendorong dalam meningkatkan motivasi belajar anak melalui bimbingan belajar di Rumah Pintar Pijoengan? e. Apakah kontribusi Rumah Pintar Pijoengan dalam meningkatkan


(66)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menerangkan fenomena sosial atau suatu peristiwa. Hal ini sesuai dengan penelitian kualitatif juga diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2005: 4). Menurut Sugiyono (2010: 1) bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan data), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti bermaksud menyajikan, menggambarkan, melukiskan, data secara deskriptif atau secara sistematis tentang data yang ada dilapangan tentang “Peran Rumah Pintar Pijoengan Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Melalui Bimbel Di Desa Srimartani, Piyungan, Bantul” guna memberikan gambaran informasi riil tentang situasi sebenarnya.


(67)

B. Subjek Penelitian

Penetuan subjek penelitian ini dilakukan dengan mengambill sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pneliti menentukan secara mandiri sampel yang akan diambil untuk mencari informasi yang terkait dengna penelitian dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Berikut merupakan subjek dalam penelitian adalah 1) Ketua Lembaga Rumah Pintar Pijoengan, 2) Tutor bimbingan belajar di Lembaga Rumah Pintar Pijoengan, dan 3) Peserta didik dilembaga Rumah Pintar Pijoengan.

Alasan pemilihan subjek penelitian tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai pihak yang terlibat secara langsung dalam mendapatkan informasi data yang valid dan terpercaya tentang peran Rumah Pintar Pijoengan dalam meningkatkan motivasi anak melalui bimbingan belajar serta metode peningkatan motivasi anak pada bimbingan belajar di Rumah Pintar Pijoengan di Desa Srimartani, tepatnya di Dusun Draman, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga mendapatkan informasi dari berbagai macam pihak secara maksimal, tidak memihak dan akurat.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini dilaksanakan di Rumah Pintar yang ada di Desa Srimartani, tepatnya di Dusun Draman, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini dijadikan sebagai lokasi penelitian dengan beberapa pertimbangan yaitu rumah pintar merupakan salah satu


(68)

lembaga yang bergerak dibidang pendidikan, khususnya dibidang pendidikan nonformal, kemudian keterbukaan lembaga dalam mengembangkan kualitas dan kuantitas peserta didik melalui berbagai program yang ada dilembaga rumah pintar pijoengan ini, selain itu juga melalui sentra pendidikan yang dikembangkan melalui program bimbingan belajar yang bertujuan untuk meningkatkan minat dan bakat anak secara internal dan eksternal dalam belajar baik dari segi fisik maupun intelektualnya.

Waktu penelitian untuk mengumpulkan data dilaksanakan pada tanggal 1 April sampai 31 Juni 2015.

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik-teknik yang tepat, dan terperinci yaitu dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi:

1. Observasi

Menurut Nasution (2003: 58) observasi tidak hanya mencata sesuatu kejadian atau peristiwa, akan tetapi juga segala sesuatu atau sebanyak mungkin hal-hal yang diduga ada kaitannya. Menurut Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2010: 64) Teknik observasi ini diklasifikasikan menjadi tiga cara atau teknik : (1) bertindak sebagai observasi sebagai partisipan (participant observation), (2) dilakukan secara terus terang dan tersamar (overt observation dan covert obsevation), dan (3) observasi yang tak berstruktur (unstructured


(69)

observation). Peneliti menggunakan tehnik obeservasi pastisipasif dengn terlibat dalam kegiatan-kegiatan dilokasi penelitian namun tidak semua.

Dari penjelasan diatas maka peneliti mengambil data dengan menggali informasi data yang didapat ketika peneliti melakukan observasi partisipasif terkait dengan peran Rumah Pintar Pijoengan dalam meningkatkan motivasi belajar anak melalui bimbingan belajar. 2. Wawancara

Menurut Moleong (2010: 186) percakapan oleh dua orang pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan kemudian terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Sedangkan Dudung Abdurahman (2002: 33-34) mengatakan, interview atau wawancara yang aka sudah dilakukan dalam penelitian ini adalah bebas terpilih, yaitu peneliti bebas memberikan pertanyaan kepada informan berdasarkan pedoman wawancara yang telah disiapkan secara lengkap dan cermat, dengan suasana tidak normal. Dalam penelitian, jenis ini lebih harmonis dan tidak kaku.

Tujuan wawancara ini dimaksudkan untuk menemukan informasi permasalahan secara objektif. Pihak terwawancara dimintai pendapat tentang peranan Rumah Pintar Pijoengan dalam meningkatkan motivasi belajar anak melalui bimbingan belajar. Dalam metode analisis data melalui wawancara ini peneliti harus


(70)

mendengarkan secara cermat dan mencatat sesuai yang dikemukakan oleh responden.

Wawancara ini digunakan untuk mengungkapa data tentang peran rumah pintar pijoengan dalam meningkatkan motivasi belajar anak melalui bimbingan belajar. Dalam penelitian ini digunakan alat pengumpulan data yang berupa pedoman wawancara atau instrument yang berbentuk pertanya-pertanyaan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui observasi

3. Dokumentasi

Menurut Husaini Akbar dan Purnomo Setyadi (2006: 73) dokumentasi adalah teknik pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Metode dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang dapat diperoleh melalui sumber-sember data yang relevan, baik melalui majalah, buku-buku, brosur, catatan harian, arsip-arsip dan sebagainya. Dokumen ini digunakan untuk memeperoleh data tentang gambaran umum serta kondisi masalah secara riil yang ada dilingkungan mengenai kondisi layanan bimbingan belajar yang ada dilingkungan Rumah Pintar Pijoengan yang akan menjadi objek.

Metode dokumentasi dengan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang ada dilapangan untuk melengkapi data sebelum ini yakni wawancara dan observasi yang akan diteliti berupa catatan, transip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, dan lain-lain.


(1)

189

Kegiatan Bimbingan Belajar Matematika Untuk Kelas 2 dan 3 SD


(2)

190

Foto Kegitan Bimbingan Belajar Menggunakan Media Komputer


(3)

191

Belajar dengan Memanfaatkan Buku Di perpustakaan


(4)

192 Lampiran 6.Surat-surat Penelitian


(5)

(6)