PENGARUH METODE MIND MAPPING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS IV SD NEGERI PURWOMARTANI.

(1)

i

PENGARUH METODE

MIND MAPPING

TERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS IV

SD NEGERI PURWOMARTANI

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh :

Anggun Intan Permatasari 13108241172

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARATA


(2)

ii

PENGARUH METODE MIND MAPPING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS IV SD NEGERI PURWOMARTANI

Oleh:

Anggun Intan Permatasari NIM 13108241172

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode mind mapping

terhadap pemahaman konsep siswa kelas IV di SD Negeri Purwomartani.

Jenis penelitian ini adalah quasi experiment menggunakan desain

nonequivalent control group design. Penelitan ini dilaksanakan di SD Negeri Purwomartani dengan subjek penelitian siswa kelas IV A dan IV B yang berjumlah 54 siswa. Penelitian ini terdiri dari variabel terikat yaitu pemahaman konsep dan variabel bebas yaitu metode mind mapping. Teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji hipotesis dengan t-test untuk melihat perbedaan pemahaman konsep kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan taraf signifikan 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh metode mind mapping

terhadap pemahaman konsep siswa kelas IV di SD Negeri Purwomartani. Pengaruh tersebut dibuktikan dengan hasil t-test pada posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu sig 0,014 < 0,05 dan thitung 2,548 > ttabel 2,006. Jadi, dapat

disimpulkan terdapat perbedaan pemahaman konsep antara siswa yang diajar dengan metode mind mapping dan siswa yang diajar dengan metode konvensional.


(3)

iii

THE EFFECT OF MIND MAPPING METHOD TOWARD CONCEPT UNDERSTANDING OF STUDENTS GRADE FOURTH IN SD NEGERI

PURWOMARTANI

By:

Anggun Intan Permatasari NIM 13108241172

ABSTRACT

This research aims to find out the effect of the mind mapping method toward concept understanding of students grade fourth in SD Negeri Purwomartani.

This was a quasi-experiment research and nonequivalent control group design. The research located in SD Negeri Purwomartani with research subject were students class IV A and IV B of 54. The dependent variable was concept understanding and independent variable was mind mapping method. The data collection technique and the instrument for research was test. The data analysis technique was using hypothesis with t-test to know the different understanding concept experiment and control group with significant level 5%.

The result of research shows the influence of mind mapping method to concept understanding students grade fourth in SD Negeri Purwomartani. The effect was evidence by the result of t-test on posttest experiment group and control group is sig 0,014 < 0,05 and tcount 2,548 > ttable 2,006. Therefore, it was concluded

that there was a difference in the understanding of concepts between the students learning through the mind mapping method and those learning through the conventional method.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan doa. 2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “PENGARUH METODE MIND

MAPPING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS IV SD

NEGERI PURWOMARTANI” dapat disusun sesuai dengan harapan, Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd selaku Dosen Pembimbing TAS yang telah banyak memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Dr. Farida Agus Setiawati, M.Si selaku Ketua Penguji yang sudah memberikan koreksi koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

3. Dr. E. Kus Eddy Sartono, M.Si selaku Sekretaris Penguji yang sudah memberikan koreksi koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini. 4. Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar dan Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.

5. Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.


(9)

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………. i

ABSTRAK ……… . ii

ABSTRACT ……… iii

SURAT PERNYATAAN ……….. iv

LEMBAR PERSETUJUAN ……….. v

HALAMAN PENGESAHAN ……… vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… vii

KATA PENGANTAR ……… viii

DAFTAR ISI ………. x

DAFTAR TABEL ..……… xii

DAFTAR GAMBAR ………. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi Masalah ……… 7

C. Pembatasan Masalah ……… 8

D. Rumusan Masalah ………..………... 8

E. Tujuan Penelitian …..……….. 8

F. Manfaat Penelitian ..……….... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ……….. 10

1. Pemahaman Konsep ……….... 10

2. Metode Pembelajaran ……….. 16

3. Metode Mind mapping……… 23

4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ….……… 30

B. Penelitian yang Relevan ….………... 33

C. Kerangka Berpikir ….……….... 36

D. Hipotesis ………..……….. 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………..………. 40

B. Variabel Penelitian ..………... 41

C. Tempat dan Waktu Penelitian ..………... 41

D. Populasi dan Sampel Penelitian ……..………... 42

E. Definisi Operasional Variabel ……..………... 43

F. Pengumpulan Data ………..………... 43

G. Instrumen Penelitian ………..………... 43

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..……….... 47

I. Teknik Analisis Data ………..………... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……… 54


(11)

xi

B. Pembahasan ………..………... 67

C. Keterbatasan Penelitian ………... 78

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………. 79

B. Saran ……… 79

DAFTAR PUSTAKA ……… 81


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Proses Kognitif Dalam Kategori Memahami ……… 14 Tabel 2. Fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri ………. 26 Tabel 3. Desain Penelitian nonequivalent control group design …. 39 Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep ……… 46 Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Kesukaran ……… 50 Tabel 6. Klasifikasi Daya Beda ………….………. 52 Tabel 7. Data Siswa Kelas IV SD Negeri Purwomartani …………. 54 Tabel 8. Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ………. 56 Tabel 9. Hasil Perhitungan Pretest Kelas Eksperimen ………. 57 Tabel 10. Data Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen 58 Tabel 11. Hasil Perhitungan Posttest Kelas Eksperimen ………. 59 Tabel 12. Data Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Eksperimen 59 Tabel 13. Hasil pretest dan posttest kelas kontrol ……… 60 Tabel 14. Hasil Perhitungan Pretest Kelas kontrol ……….. 61 Tabel 15. Data Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Kontrol …... 62 Tabel 16. Hasil Perhitungan Posttest Kelas Kontrol ……… 63 Tabel 17. Data Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas Kontrol ….. 63 Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Pemahaman

Konsep ………. 64 Tabel 19. Hasil Uji Homogenitas Pretest dan posttest Pemahaman Konsep ………. 65 Tabel 20. Hasil t-testPretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Contoh Mind mapping .……… 30 Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir ……… 39


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Uji Coba Pretest……… 84

Lampiran 2. Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba Pretest……… 92

Lampiran 3. Instrumen Uji Coba Posttest………. 93

Lampiran 4. Kunci Jawaban Instrumen Uji Coba Posttest……… 100

Lampiran 5. Hasil Uji Validasi Instrumen Pretest……… 101

Lampiran 6. Hasil Uji Validasi Instrumen Posttest……….. 103

Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pretest……….. 105

Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Posttest………. 106

Lampiran 9. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Pretest………… 107

Lampiran 10. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Posttest………... 109

Lampiran 11. Hasil Uji Daya Beda Instrumen Pretest………. 111

Lampiran 12. Hasil Uji Daya Beda Instrumen Posttest……… 113

Lampiran 13. Kisi-kisi Instrumen Tes ……….. 115

Lampiran 14. Instrumen Pretest………... 118

Lampiran 15. Kunci Jawaban Instrumen Pretest……….. 125

Lampiran 16. Instrumen Posttest……….. 126

Lampiran 17. Kunci Jawaban Instrumen Posttest……… 133

Lampiran 18. RPP Kelas Eksperimen ………. 134

Lampiran 19. RPP Kelas Kontrol ………. 154

Lampiran 20. Analisis Hasil Penelitian ……… 174

Lampiran 21. Dokumentasi ……….. 182

Lampiran 22. Surat-surat ……….. 184

Lampiran 23. Contoh Hasil Tes Otentik Kelompok Eksperimen ………. 186

Lampiran 24. Contoh Hasil Tes Otentik Kelompok Kontrol ……… 193


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bidang terpenting dalam aspek kehidupan manusia. Pendidikan memberikan kontribusi yang besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan bangsa Indonesia dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 menjelaskan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan yang utama diperoleh dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Pada jenjang Sekolah Dasar (SD), peserta didik dipersiapkan untuk memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Anderson & Krathwohl (2015: 6) menjelaskan dalam hasil revisi taksonomi Bloom memiliki dua dimensi. Dua dimensi itu adalah proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi proses kognitif berisikan enam kategori, yaitu: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan dimensi pengetahuan berisi empat kategori, yaitu: faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif.


(16)

2

Pemahaman merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif yang harus diajarkan kepada siswa SD. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pemahaman adalah proses, perbuatan, dan cara memahami. Anderson & Krathwohl (2015: 105) menambahkan siswa dikatakan memahami bila mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku atau layar komputer. Lebih lanjut Anderson & Krathwohl (2015: 106) menjelaskan siswa memahami ketika

mereka menghubungkan pengetahuan “baru” dan pengetahuan lama mereka. Lebih

tepatnya, pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Lantaran konsep-konsep di otak seumpama blok-blok bangunan yang di dalamnya berisi skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif, pengetahuan konseptual menjadi dasar untuk memahami.

Hamalik (2010: 162) menjelaskan suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Konsep merupakan suatu dasar berpikir seseorang untuk memahami dan memudahkan dalam mengemukakan sesuatu. Oleh karena itu pemahaman konsep adalah tahap ketika siswa melakukan pembelajaran untuk mengetahui informasi atau pengetahuan dan dapat menjelaskannya kembali dengan bahasanya sendiri.

Dalam pembelajaran di sekolah, pemahaman konsep mengenai materi pembelajaran yang disampaikan guru menjadi kunci kesuksesan tujuan pembelajaran di sekolah. Suryosubroto (2009: 16) mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah merupakan proses belajar mengajar yang meliputi kegiatan


(17)

3

guru dan siswa mulai dari awal pembelajaran hingga evaluasi pembelajaran serta program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembalajaran. Pendapat lain dari Sugihartono (2007: 81) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari peran guru di sekolah. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa yang merupakan proses belajar mengajar itu dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara tertentu. Cara-cara demikianlah yang dimaksud sebagai metode pembelajaran di sekolah. Terdapat bermacam-macam metode yang dapat digunakan ini disesuaikan dengan berbagai faktor misalnya tujuan pembelajaran, situasi dan kondisi yang ada pada saat proses pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran tidak terikat pada satu metode tetapi penggunaannya bersifat kombinasi.

Sugihartono (2007: 81) mengemukakan metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Dalam pembelajaran terdapat beragam jenis metode pembelajaran. Masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, guru dapat memilih metode yang dipandang tepat dalam kegiatan pembelajaran.


(18)

4

Di sekolah dasar pembelajaran dilakukan dengan sistem guru kelas, sehingga guru dituntut untuk mengajarkan semua mata pelajaran dalam kurun waktu tertentu dengan karakteristik siswa yang bermacam-macam pula. Untuk memfasilitasi perbedaan karakteristik siswa yang bermacam-macam perlu adanya variasi dalam menggunakan metode pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Pasal 30 ayat (2) tentang pendidik pada SD/MI sekurang-kurangnya terdiri atas guru kelas dan guru mata pelajaran yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan dan ayat (3) tentang guru mata pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup guru kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta guru kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Tidak menutup kemungkinan guru mengalami kesulitan dalam menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru kelas IV di SD Negeri Purwomartani pada hari Sabtu tanggal 15 Oktober 2016 guru dianggap sebagai sumber informasi utama yang hanya menyampaikan ilmu pengetahuan tanpa mendapat respon atau timbal balik dari siswa. Hal ini terjadi karena belum optimalnya guru dalam menggunakan metode pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan proses belajar mengajar cenderung membosankan, siswa mudah mengantuk, malas berfikir mandiri, dan siswa asik bermain sendiri. Proses pembelajaran tersebut menyebabkan pemahaman konsep siswa kurang berkembang dan siswa cenderung pasif menerima informasi karena


(19)

5

menganggap guru sebagai satu-satunya sumber informasi sehingga siswa tidak berusaha untuk mencari sumber informasi yang lain.

Hasil observasi dan wawancara dalam proses pembelajaran juga didapatkan bahwa, menurut siswa kelas IV kesulitan pada materi-materi dengan kompetensi dasar tertentu. Siswa terbiasa menghafal materi bukan memahami materi yang dipelajari. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan memahami dan mengingat materi yang diberikan guru. Dengan pemahaman konsep tersebut siswa dapat menjelaskan kembali materi yang dipelajari menggunakan bahasanya sendiri. Siswa kurang memahami konsep dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari nilai UTS yang masih di bawah KKM. Data nilai UTS dari guru kelas IVA dan IVB yang terdiri dari 54 siswa, siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 40,37%.

Pembelajaran pada kompetensi dasar tertentu memerlukan suatu pemahaman karena suatu materi pembelajaran selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Oleh karena itu diperlukan suatu cara mengajar yang dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa. Apabila masalah tersebut dapat dipenuhi oleh guru, maka siswa akan merasa senang dalam pembelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan, tidak mengantuk, berpikir mandiri, dan tidak bermain sendiri. Selain itu materi yang disampaikan oleh guru akan tersampaikan dengan baik. Untuk mewujudkannya dibutuhkan keterampilan guru dalam penggunaan metode pembelajaran yang tepat.

Perlu adanya variasi metode dalam pembelajaran agar materi pembelajaran tersampaikan dengan baik. Mind mapping merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan siswa dalam


(20)

6

memahami materi pelajaran. Melalui metode mind mapping siswa diajak untuk berfikir dari hal yang umum ke khusus dengan membuat catatan materi kemudian merangkainya dalam bentuk gambar atau simbol sehingga informasi yang diberikan dapat dipahami dengan mudah oleh siswa.

Beberapa peneliti telah mengembangkan dan menerapkan metode mind mapping. Hasil penelitian Nugroho (2011: 67) menunjukkan hasil bahwa metode

mind mapping menjadikan siswa lebih mudah dalam memahami materi. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan data hasil wawancara dengan beberapa siswa bahwa metode pembelajaran mind mapping mengandung variasi pembelajaran, tidak hanya ceramah materi namun juga terdapat diskusi kelompok, presentasi dan tanya jawab, serta membuat catatan yang sesuai dengan pribadi siswa.

Buzan (2007: 4) mengemukakan bahwa mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan luar otakmu, cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh, cara membuat catatan yang tidak membosankan, dan cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan merencanakan proyek. Lebih lanjut Buzan (2007: 9) mind mapping menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, mind mapping lebih merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional, yang cenderung linear dan satu warna. Mind mapping dapat membantu siswa memunculkan ide-ide baru yang dimiliki oleh siswa dan dapat memacu siswa supaya lebih mudah dalam mengingat.


(21)

7

Hal ini jauh lebih mudah daripada metode tradisional karena mind mapping

mengaktifkan otak kanan dan otak kiri siswa.

Penelitian ini memilih metode mind mapping karena dapat mempermudah siswa dalam mengingat informasi yang diberikan guru, selain itu dapat menarik minat siswa untuk memperhatikan dan mempelajari ulang materi karena dicacat dengan bermacam-macam warna, gambar, dan simbol. Sehingga siswa akan lebih mudah dalam memahami konsep pada materi yang telah disampaikan guru.

Sehubungan dengan permasalahan di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Mind Mapping Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Kelas IV SD Negeri Purwomartani”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Siswa hanya menghafal materi pada saat pembelajaran.

2. Nilai UTS siswa masih banyak yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

3. Siswa kurang memahami konsep dalam pembelajaran terlihat dari nilai UTS siswa yang masih rendah.

4. Pembelajaran di kelas IV SD Negeri Purwomartani masih belum begitu komunikatif sehingga siswa merasa bosan dan banyak yang bermain sendiri. 5. Kurang adanya variasi metode dalam pembelajaran.


(22)

8

6. Metode mind mapping memiliki kelebihan untuk memudahkan siswa memahami konsep dan belum diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas IV SD Negeri Purwomartani.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang disampaikan di atas, penelitian ini dibatasi pada dua masalah utama yaitu nomor 6. Permasalahan tersebut pada Metode mind mapping memiliki kelebihan untuk memudahkan siswa memahami konsep dan belum diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas IV SD Negeri Purwomartani.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “bagaimana pengaruh metode mind mapping

terhadap pemahaman konsep siswa kelas IV SD Negeri Purwomartani”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode mind mapping terhadap pemahaman konsep siswa kelas IV SD Negeri Purwomartani.


(23)

9 F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritik diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan tentang pemanfaatan metode mind mapping untuk meningkatkan pemahaman konsep dalam siswa SD kelas IV SD Negeri Purwomartani.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

Memberikan informasi bagi guru bahwa dengan menggunakan metode mind mapping dapat digunakan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dan disesuaikan dengan materi yang cocok.

b. Bagi siswa

1) Memperoleh suasana pembelajaran yang berbeda dan menyenangkan.

2) Mempermudah siswa dalam memahami konsep yang masih abstrak dengan membuat ringkasan yang menarik sehingga mendorong siswa untuk belajar. c. Bagi sekolah

Sebagai dasar pemikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran mind mapping.

d. Bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran mind mapping.


(24)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka 1. Pemahaman Konsep

Purwanto (2010: 51) menjelaskan bahwa pemahaman (comprehension)

adalah kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta. Menghafal fakta tidak lagi cukup karena pemahaman menuntut pengetahuan akan fakta dan hubungannya.

Sudjana (2016: 24) menambahkan pemahaman dibedakan ke dalam tiga kategori. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, mengartikan Merah Putih, menerapkan prinsip-prinsip listrik dalam memasang saklar.

Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Menghubungkan pengetahuan tentang konjugasi kata kerja, subjek, dan possessive pronoun sehingga tahu menyusun kalimat “My friend is studying” bukan “My friend studying” merupakan contoh pemahaman penafsiran.

Pemahaman tingkat ketiga atau tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi diharapkan seseorang mampu melihat di


(25)

11

balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.

Berbeda dengan pendapat Anderson & Krathwohl (2015: 106-114) yang menjelaskan bahwa siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan “baru” dan pengetahuan lama mereka. Lebih tepatnya, pengetahuan yang baru masuk dipadukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah ada. Lantaran konsep-konsep bangunan yang di dalamnya berisi skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif, pengetahuan konseptual menjadi dasar untuk memahami. Proses-proses kognitif di dalam kategori memahami meliputi:

a) Menafsirkan

Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk lain. Menafsirkan berupa pengubahan kata-kata jadi kata-kata lain (misalnya, memparafrasakan). Dalam manafsirkan, ketika diberikan informasi dalam bentuk tertentu, siswa dapat mengubahnya jadi bentuk lain. b) Mencontohkan

Proses kognitif mencontohkan terjadi manakala siswa memberikan contoh tentang konsep atau prinsip umum. Dalam proses kognitif mencontohkan, siswa diberi konsep atau prinsip dan mereka harus memilih atau membuat contohnya yang belum belum pernah mereka jumpai dalam pembelajaran.


(26)

12 c) Mengklasifikasikan

Proses kognitif mengklasifikasikan terjadi ketika siswa mengetahui bahwa sesuatu (misalnya, suatu contoh) termasuk dalam kategori tertentu (misalnya, konsep atau prinsip). Mengklasifikasikan melibatkan proses mendeteksi ciri-ciri atau pola-pola yang “sesuai” dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut.

d) Merangkum

Proses kognitif merangkum terjadi ketika siswa mengemukakan satu kalimat yang merepresentasikan informasi yang diterima atau mengabstraksikan sebuah tema. Merangkum melibatkan proses membuat ringkasan informasi, misalnya makna suatu adegan drama, dan proses mengabstraksi ringkasannya, misalnya menentukan tema atau poin-poin pokoknya.

e) Menyimpulkan

Proses kognitif menyimpulkan menyertakan proses menemukan pola dalam sejumlah contoh. Menyimpulkan terjadi ketika siswa dapat mengabstraksi sebuah konsep atau prinsip yang menerangkan contoh-contoh tersebut dengan mencermati ciri-ciri setiap contohnya dan yang terpenting dengan menarik hubungan diantara ciri-ciri tersebut.

f) Membandingkan

Proses kognitif membandingkan melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah,


(27)

13

atau situasi. Dalam membandingkan, ketika siswa diberi informasi baru, mereka mendeketeksi keterkaitannya dengan pengetahuan yang sudah familiar.

g) Menjelaskan

Proses kognitif menjelaskan berlangsung ketika siswa dapat membuat dan menggunakan model sebab-akibat dalam sebuah sistem. Dalam menjelaskan, ketika siswa diberi gambaran tentang sebuah sistem, mereka menciptakan dan menggunakan model sebab-akibatnya.

Lebih lanjut Anderson & Krathwohl (2015: 100) menjelaskan bahwa memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Berikut adalah tabel proses kognitif di dalam kategori memahami.


(28)

14

Tabel 1. Proses kognitif dalam kategori memahami Kategori dan proses

kognitif

Nama-nama lain Definisi dan contoh

Menafsirkan Mengklarifikasi,

memparafrasakan, merepresentasi, menerjemahkan

Mengubah satu bentuk gambaran (misalnya, angka)

jadi bentuk lain (misalnya, kata-kata) (Misalnya, memparafrasakan ucapan

dan dokumen penting)

Mencontohkan Mengilustrasikan, memberi

contoh

Menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau

prinsip (misalnya, memberi contoh tentang aliran-aliran

seni lukis)

Mengklasifikasikan Mengategorikan,

mengelompokkan

Menentukan sesuatu dalam satu kategori (Misalnya,

mengklasifikasikan kelainan-kelainan mental

yang telah diteliti atau dijelaskan)

Merangkum Mengabstraksi,

menggenaralisasi

Mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok. (Misalnya, menulis

ringkasan pendek tentang peristiwa-peristiwa yang

ditayangkan di televisi)

Menyimpulkan Menyarikan,

mengekstrapolasi, menginterpolasi,

memprediksi

Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima (Misalnya, dalam

belajar bahasa asing, menyimpulkan tata bahasa

bedsarkan contoh-contohnya)

Membandingkan Mengontraksi, memetakan,

mencocokkan

Menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya (Misalnya,

membandingkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan

keadaan sekarang)

Menjelaskan Membuat model Membuat model

sebab-akibat dalam sebuah sistem (Misalnya, menjelaskan

sebab-sebab terjadinya peristiwa-peristiwa penting

pada abad ke-18 di Indonesia)

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2015). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Pustaka pelajar: Yogyakarta


(29)

15

Orlich (2010: 139) menjelaskan bahwa “Concepts are expressions,

usually consisting of one or two words, or ideas having common

characteristics.” Konsep merupakan ekspresi yang terdiri dari satu atau dua

kata, atau gagasan yang memiliki karakteristik umum.

Senada dengan pendapat sebelumnya Eggen & Kauchak (2012: 219) mengemukakan konsep yaitu satu kategori, perangkat, atau kelas yang memiliki kesamaan karakteristik. Sagala (2006: 71) menambahkan konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berfikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan pengetahuan tersebut.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan pemahaman konsep adalah memahami suatu gagasan yang memiliki karakeristik tertentu guna menambah wawasan mengenai akan hal-hal yang baru. Dari pemahaman konsep tersebut, proses belajar pada siswa akan lebih bermakna dan dapat memberikan kesan yang mendalam sehingga daya ingat, serta kemampuan untuk mengeksplorasi akan lebih mudah. Pemahaman konsep dapat diklasifikasikan menjadi tujuh bagian, yaitu: menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan.


(30)

16 2. Metode Pembelajaran

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Djamarah & Zain (2013: 46) mengemukakan Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.

Senada dengan pendapat sebelumnya Hamruni (2012: 7) menjelaskan metode adalah salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode. Pemilihan metode terkait langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi, sehingga pencapaian tujuan pengajaran diperoleh secara optimal.

Sejalan dengan pendapat tersebut Majid (2013: 193) menjelaskan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Pemilihan metode yang tepat akan mencapai tujuan yang diinginkan.

Pendapat tentang metode pembelajan juga disampaikan oleh Sujarwo (2014: 35) metode pembelajaran adalah cara mengatur, mengelola, mengorganisir dan melakukan untuk hubungan antara pendidik, peserta didik


(31)

17

dan lingkungannya sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga dapat dimaknai dengan proses interaksi pendidik dengan peserta didik dalam mengembangkan potensi peserta didik secara optimal melalui metode dan teknik pembelajaran yang sesuai.

Suyono & Hariyanto (2011: 19) menambahkan metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara mengatur, mengelola, mengorganisir, dan melakukan hubungan antara pendidik, peserta didik dan lingkungannya sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai prosedur atau proses yang teratur untuk melakukan pembelajaran.

b. Macam-macam Metode Pembelajaran

Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran menurut Majid (2013:194-202):

1) Metode Ceramah

Ceramah sebagai suatu metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan

(lecturer). Metode ini bagus jika penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan media, serta memerhatikan batas-batas penggunaannya.


(32)

18

Hal yang perlu diperhatikan dalam metode ceramah adalah isi ceramah mudah diterima dan dipahami serta mampu menstimulasi pendengar (murid) untuk mengikuti dan melakukan sesuatu yang terdapat dalam isi ceramah.

2) Metode Demonstrasi

Demonstrasi merupakan salah satu metode yang cukup efektif karena membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.

3) Metode Diskusi

Diskusi bukanlah debat yang bersifat adu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.

Selama ini banyak guru merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan tersebut biasanya timbul dari asumsi: a) diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya karena interaksi antar siswa muncul secara spontan sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; b) diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang padahal waktu pembelajaran di dalam kelas sangatlah terbatas sehingga keterbatasan itu tidak mungkin menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru karena dengan perencanaan dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari.


(33)

19 4) Metode Simulasi

Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.

Berikut ini disajikan beberapa metode pembelajaran menurut Huda (2014: 292-315) dilihat dari pendekatan berpikir dan berbasis masalah:

1) Group Investigation

Group Investigation(GI) merupakan salah satu metode kompleks dalam pembelajaran kelompok yang mengharuskan siswa untuk menggunakan skill berpikir level tinggi. Metode GI menekankan pada heterogenitas dan kerja sama antarsiswa. Metode ini bisa diterapkan untuk semua tingkatan kelas dan bidang materi pelajaran. Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.

2) Mind mapping

Mind mapping dikembangkan sebagai metode efektif untuk mengembangkan gagasan-gagasan melalui rangkaian peta-peta. Seseorang biasanya memulainya dengan menulis gagasan utama di tengah halaman dan dari situlah, ia bisa membentangkannya ke seluruh arah untuk menciptakan


(34)

20

semacam diagram yang terdiri dari kata kunci-kata kunci, frasa-frasa, konsep-konsep, fakta-fakta, dan gambar-gambar.

3) Circuit Learning

Circuit learning merupakan strategi pembelajaran yang

memaksimalkan pemberdayaan pikiran dan perasaan dengan pola penambahan

(adding) dan pengulangan (repetition). Metode ini biasanya dimulai dari tanya jawab tentang topik yang dipelajari, penyajian peta konsep, penjelasan mengenai peta konsep, pembagian ke dalam beberapa kelompok, pengisian lembar kerja siswa disertai dengan peta konsep, penjelasan tentang tata cara pengisian, pelaksanaan presentasi kelompok, dan pemberian reward atau pujian.

4) Concept Sentence

Concept Sentence merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan kartu-kartu yang berisi beberapa kata kunci kepada siswa, kemudian kata kunci-kata kunci tersebut disusun menjadi beberapa kalimat dan dikembangkan menjadi paragraf-paragraf.

c. Cara Memilih Metode Pembelajaran

Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Abdul Majid (2013: 136) menjelaskan bahwa dalam memilih metode yang tepat harus memperhatikan beberapa hal berikut:


(35)

21

1) Berpusat kepada anak didik. Setiap anak didik memiliki gaya belajar yang berbeda, jadi salah bila guru menganggap semua anak didik memiliki karakteristik yang sama dan memperlakukannya dengan sama pula.

2) Belajar dengan melakukannya (learning by doing), sehingga siswa memperoleh pengalaman yang nyata.

3) Mengembangkan kemampuan sosial, agar siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan kognitif saja, namun juga berinteraksi sosial.

4) Mengembangkan keingintahuan dan imajinasi, guru harus menggali pengetahuan, rasa ingin tahu, dan daya imajinatif siswa agar mereka bisa berpikir kritis dan kreatif.

5) Mengembangkan kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah. d. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode

Selain memilih metode yang tepat ada beberapa faktor yang perlu perhatikan, Djamarah & Zain (2013: 78-81) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode sebagai berikut:

1) Anak didik

Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk mendidiknya. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar kreatif dalam sekon yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional.


(36)

22 2) Tujuan

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar. 3) Situasi

Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari. Situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.

4) Fasilitas

Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.

5) Guru

Guru merupakan falisitator yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan siswa. Metode yang digunakan menentukan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.

Suryosubroto (2009: 150) menambahkan dalam memilih metode faktor-faktor yang perlu diperhitungkan oleh guru adalah:

1) tujuan yang akan dicapai; 2) bahan yang akan diberikan;

3) waktu dan perlengkapan yang tersedia; 4) kemampuan dan banyaknya murid; dan 5) kemampuan guru mengajar.


(37)

23

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam memilih metode ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) anak didik, (2) tujuan yang akan dicapai, (3) waktu dan perlengkapan yang tersedia, (4) kemampuan dan banyaknya murid, dan (5) kemampuan guru.

3. Metode mind mapping

a. Pengertian mind mapping

Buzan (2007: 4) mengemukakan mind mapping adalah cara mudah menggali informasi dari dalam dan dari luar otakmu, cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh, cara membuat catatan yang tidak membosankan, dan cara terbaik untuk mendapatkan ide baru dan merencanakan proyek. Lebih lanjut Buzan (2008: 9) menjelaskan mind mapping merupakan peta perjalanan yang hebat bagi ingatan, dengan memberikan kemudahan kepada kita dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak kita dilibatkan dari awal. Ini berarti bahwa upaya untuk mengingat (remembering) dan menarik kembali

(recalling) informasi di kemudian hari akan lebih mudah, seta lebih dapat diandalkan daripada bila menggunakan pencatatan tradisional.

Huda (2014: 307) menambahkan mind mapping dikembangkan sebagai metode efektif untuk mengembangkan gagasan-gagasan melalui rangkaian peta-peta. Mind mapping bisa digunakan untuk membantu penulisan esai atau tugas-tugas yang berkaitan dengan penugasan konsep. Metode mind mapping

merupakan strategi ideal untuk meningkatkan pemikiran siswa. Mind mapping


(38)

24

memecahkan masalah, membuat keputusan, merevisi, dan mengklarifikasi topik utama, sehingga siswa bisa mengerjakan tugas-tugas yang banyak sekalipun. Pada hakikatnya, mind mapping digunakan untuk membrainstorming suatu topik sekaligus menjadi strategi ampuh bagi belajar siswa. Selanjutnya, DePorter, Reardon, & Nourie (2007: 175) mengatakan bahwa mind mapping

adalah metode mencatat kreatif yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Setelah selesai, catatan yang dibuat membentuk sebuah pola gagasan yang saling berkaitan, dengan topik utama di tengah dan subtopik dan perincian menjadi cabang-cabangnya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas mind mapping dapat membangkitkan ide-ide baru dan memicu ingatan dengan mudah. Mind mapping merupakan cara belajar yang menyenangkan serta merangsang kreatifitas siswa melalui citra visual dan prasarana grafis karena cara belajar dengan mencatat ini memanfaatkan kerja otak kanan dan otak kiri secara seimbang. Hal ini diperkuat oleh DePorter & Hernacki (2007: 153) yang mengemukakan mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan-otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar, simbol, suara, maupun bentuk.

b. Manfaat Mind mapping

DePorter & Hernacki (2007: 172) mengemukakan manfaat mind mapping sebagai berikut:


(39)

25

1) fleksibel, jika seorang pembicara tiba-tiba teringat untuk menjelaskan suatu hal tentang pemikiran, Anda dapat dengan mudah menambahkannya di tempat yang sesuai dalam peta pikiran Anda tanpa harus kebingungan; 2) dapat memusatkan perhatian, Anda tidak perlu berpikir untuk menangkap

setiap kata yang dibicarakan. Sebaliknya, Anda dapat berkonsentrasi pada gagasan-gagasannya;

3) meningkatkan pemahaman, ketika membaca suatu tulisan atau laporan teknik, peta pikiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya; dan

4) menyenangkan, imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas dan hal itu menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan. Lebih lanjut Buzan (2008: 9) menjelaskan manfaat mind mapping

sebagai berikut:

1) memberi ringkasan atas suatu subjek atau area yang luas,

2) memudahkan kita membuat rencana perjalanan atas suatu pilihan, dan membuat kita mengetahui tujuan kita dan posisi kita sekarang,

3) mengumpulkan sejumlah besar data dan meletakkannya di satu tempat, 4) memberi dorongan atas upaya pemecahan masalah dengan memberi

kesempatan untuk melihat jalan-jalan kreatif yang baru, dan

5) merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk dipandang, di baca, direnungkan dan diingat.


(40)

26

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keunggulan

mind mapping adalah fleksibel, dapat memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman, dan menyenangkan.

c. Keunggulan mind mapping

Buzan (2007: 6) mengemukakan mind mapping membuatmu fokus kepada ide utama dan semua ide tambahan lainnya. Mind mapping

membantumu untuk menggunakan kedua belah otak sehingga kamu malahan ingin terus-menerus belajar. Berikut adalah tabel fungsi otak kanan dan otak kiri.

Tabel 2. Fungsi otak kanan dan otak kiri

Otak Kiri Otak Kanan

Kata-kata Logika

Angka Sekuens Linearitas

Analisis Daftar

Ritme Kesadaran

Imajinasi Mengkhayal

Warna Dimensi

Hal tersebut sejalan dengan pendapat DePorter, Reardon & Nourie (2007: 177) menjelaskan bahwa mind mapping juga sangat berguna untuk sesi curah gagasan, terutama saat siswa bekerja kelompok dan banyak orang meneriakkan gagasan bersamaan. Satu siswa dapat dengan cepat merekam


(41)

27

informasi, sementara yang lain melanjutkan diskusi. Peta pikiran dibuat agar sesuai dengan lompatan yang terjadi dalam pikiran, sebab peta pikiran bekerja seperti otak, benar-benar mendorong wawasan dan gagasan cemerlang.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keunggulan

mind mapping dapat membantu siswa membuat fokus kepada ide utama dan semua ide tambahan lainnya. Selain itu, saat bekerja kelompok ketika secara bersamaan sesama anggota kelompok saling meneriakkan idenya salah seorang siswa dapat merekam informasi tersebut dengan mind mapping.

d. Kelemahan Mind mapping

Sama dengan metode pembelajaran yang lain, metode mind mapping

juga memiliki kelemahan. Menurut Kurniasih & Sani (2016: 53) kelemahan

mind mapping adalah sebagai berikut: 1) hanya siswa yang aktif yang terlibat, 2) tidak sepenuhnya murid yang belajar, dan 3) jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan. e. Langkah-langkah Membuat Mind mapping

Membuat mind mapping itu sangatlah mudah hanya memerlukan alat yang sederhana. Alat yang diperlukan dalam membuat mind mapping adalah kertas polos dan pulpen berwarna. Adapun langkah-langkah dalam membuat

mind mapping menurut Buzan (2007: 10) sebagai berikut:

a) pergunakanlah selembar kertas kosong tanpa garis dan beberapa pulpen berwarna;


(42)

28

b) buatlah sebuah gambar yang merangkum subjek utamamu di tengah-tengah kertas. Gambar itu melambangkan topik utamamu;

c) buatlah beberapa garis tebal berlekuk-lekuk yang menyambung dari gambar di tengah kertas, masing-masing untuk setiap ide utama yang ada mengenai subjekmu. Cabang-cabang utama melambangkan sub topik utamamu; d) berilah nama pada setiap ide di atas dan, bila kamu mau, buatlah

gambar-gambar kecil mengenai masing-masing ide tersebut hal ini menggunakan kedua sisi otak. Setiap kata dalam mind mapping akan digaris bawahi. Hal ini karena kata-kata merupakan kata-kata kunci, dan pemberian garis bawah, seperti pada catatan biasa, menunjukkan tingkat kepentingannya; dan

e) dari setiap ide yang ada, kamu bisa menarik garis penghubung lainnya, yang menyebar seperti cabang-cabang pohon. Tambahkan buah pikiranmu ke setiap ide tadi. Cabang-cabang tambahan ini melambangkan detail-detail yang ada.

Pendapat lain disampaikan oleh DePorter, Reardon & Nourie (2007: 177) mengemukakan bahwa langkah-langkah membuat mind mapping adalah sebagai berikut:

a) gunakan warna berbeda untuk setiap topik utama, atau gunakan warna berselang-seling;

b) tunjukkan asosiasi dengan menggambarkan panah antara cabang-cabang; c) kembangkan steno sendiri dengan menggunakan gambar, simbol, dan


(43)

29

d) atur informasi dalam urutan kronologis dengan menomori cabang-cabang. Lebih lanjut Buzan (2008: 21) menjelaskan tujuh langkah cara membuat

mind mapping adalah sebagai berikut:

a) mulai dari bagian tengah permukaan secarik kertas kosong yang diletakkan dalam posisi memanjang, karena memulai dari tengah-tengah permukaan kertas akan memberikan keleluasaan bagi cara kerja otak untuk memencar ke luar ke segala arah, dan mengekspresikan diri lebih bebas dan alami. b) gunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral anda, gambar yang letaknya

di tengah akan tampak lebih menarik, membuat terfokus, membantu memusatkan pikiran, dan membuat otak semakin aktif dan sibuk.

c) gunakan warna pada seluruh mind mapping. Warna membuat mind mapping

tampak lebih cerah dan hidup.

d) hubungkan cabang utama ke gambar sentral dan hubungkan cabang-cabang tingkat kedua dan ketiga pada tingkat pertama dan kedua, dan seterusnya. Menghubungkan cabang-cabang akan lebih mudah dalam memahami dan mengingat.

e) buatlah cabang-cabang mind mapping berbentuk melengkung bukan garis lurus karena garis lurus akan membosankan otak anda.

f) gunakan satu kata kunci per baris karena kata kunci tunggal akan menjadi

mind mapping lebih kuat dan fleksibel.

g) gunakan gambar di seluruh mind mapping karena setiap gambar bernilai seribu kata.


(44)

30

Berikut adalah gambar contoh mind mapping oleh Buzan (2007)

Gambar 1. Contoh mind mapping

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dan alat yang digunakan dalam membuat mind mapping

sangatlah mudah. Alat yang digunakan hanya kertas polos dan pulpen berwarna. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) menyiapkan kertas polos dan beberapa pulpen warna;

b) membuat sebuah gambar yang melambangkan topik utama di tengah kertas; c) membuat cabang-cabang yang melambangkan sub topik utama;

d) menghubungkan cabang-cabang sub topik ke topik utama dan hubungkan cabang-cabang tingkat kedua dan ketiga pada tingkat pertama dan kedua, dan seterusnya.

e) memberi nama pada setiap cabang. 4. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Usia anak sekolah dasar merupakan masa kanak-kanak akhir menurut Izzaty, dkk (2013: 114) masa kanak-kanak akhir dibagi menjadi dua fase:


(45)

31

a) masa kelas-kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara 6/7 tahun – 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 sekolah dasar, dan b) masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, yang berlangsung antara usia 9/10

tahun – 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 sekolah dasar.

Penelitian ini akan meneliti siswa kelas IV yang termasuk kelas tinggi. Adapun ciri-ciri khas siswa masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar menurut Izzaty (2013: 115) sebagai berikut:

a) perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari, b) ingin tahu, ingin belajar dan realistis,

c) timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus,

d) anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah, dan

e) anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Santrock (2007: 124) menjelaskan bahwa tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget, individu berkembang melalui empat tahap kognitif, yaitu: sensorimotor, praoperasional, operasi konkret, dan operasi formal. Setiap tahap-tahap yang terkait dengan usia ini mengandung cara-cara pemikiran yang berbeda-beda.

a) tahap sensorimotor (sensorimotor stage) berlangsung mulai dari lahir hingga usia dua tahun. Bayi membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengoordinasikan pengalaman sensoris dengan tindakan fisik. Bayi


(46)

32

mengalami kemajuan dari tindakan reflek sampai mulai menggunakan pikiran simbolis hingga akhir tahap,

b) tahap praoperasional (preoperational stage) yang berlangsung antara usia dua hingga tujuh tahun, merupakan tahap Piaget yang kedua. Dalam tahap ini, anak-anak mulai merepresentasikan dunianya dalam bentuk kata-kata, bayangan, dan gambar. Pemikiran simbolis mereka lebih dari sekedar koneksi antara informasi dan aksi. Anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata dan gambar ini mencerminkan peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensoris dan tindakan fisik,

c) tahap pemikiran operasi konkret (operational concrete stage) yang berlangsung antara usia sekitar tujuh hingga 11 tahun, adalah tahap ketiga menurut Piaget. Penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif salama penalaran dapat diterapkan ke contoh-contoh yang spesifik atau konkret. Anak saat ini dapat bernalar secara logis mengenai peristiwa-peristiwa konkret dan mengklasifikasikan obyek-obyek ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda, dan

d) tahapan operasi formal (formal operational) adalah tahap keempat dan terakhir dari perkembangan kognitif menurut piaget. Menurut Piaget tahap ini muncul di usia antara 11 hingga 15 tahun. Remaja bernalar secara lebih abstrak, idealis, dan logis.

Senada dengan pendapat sebelumnya Desmita (2011: 104) menjelaskan usia SD mengacu pada teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah


(47)

33

dasar masuk dalam tahap pemikiran konkret-operasional (concrete operational thought), yaitu masa di mana aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Menurut Piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema sedangkan operasi konkret adalah aktivitas mental yang difokuskan pada objek-objek.

Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV SD berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap ini aktivitas siswa terfokus pada objek-objek nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Oleh karena itu pada tingkatan ini pemikiran anak masih terbatas mengenai benda yang konkret. Siswa masih kesulitan untuk menerima informasi yang bersifat abstrak.

Pada tahap operasional konkret, siswa lebih mudah menerima informasi pemahaman dari berbagai materi pembelajaran yang bersifat nyata. Oleh karena itu metode mind mapping merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memberikan materi pembelajaran yang lebih mudah, karena dilaksanakan pada kondisi real dari materi pelajaran tersebut.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Priantini, Atmadja, & Marhaeni (2013) yang berjudul “Pengaruh Metode

Mind mapping Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan Prestasi Belajar


(48)

34

mapping terhadap keterampilan berpikir kreatif dan prestasi belajar IPS.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan penggunaan metode mind mapping (peta pikiran) terhadap keterampilan berpikir kreatif dan prestasi belajar.

2. Subiyati (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Pengaruh

Penggunaan Metode Mind mapping dan Metode Ceramah Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Keputran A Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan metode mind mapping dan metode ceramah terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri Keputran A Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan penggunaan metode mind mapping terhadap hasil belajar IPS siswa.

3. Rahmawati (2013) juga melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Mind mapping dan Gaya Belajar Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Pada Pembelajaran IPA SMP Kelas VII” tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pemahaman konsep IPA antara siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan metode mind mapping dengan siswa yang menggunakan metode ceramah dan presentasi.

b. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pemahaman konsep IPA antara siswa dengan gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik.


(49)

35

c. Mengetahui apakah terdapat pengaruh antara metode pembelajaran mind mapping dengan gaya belajar terhadap pemahaman konsep IPA siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan pemahaman konsep pada siswa yang melaksanakan pembelajaran IPA menggunakan metode mind mapping dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Rata-rata skor hasil pemahaman konsep siswa yang menggunakan metode mind mapping sebesar 68,25 lebih besar dari skor hasil pemahama konsep siswa yang menggunakan metode ceramah dan presentasi sebesar 55,395. Metode mind mapping mempengaruhi pemahaman konsep siswa sebesar 25,8%.

Tidak terdapat perbedaan pemahman konsep antara siswa dengan gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik baik pada kelas eksperimen yang menggunakan metode mind mapping maupun pada kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah dan presentasi. Gaya belajar tidak menyebabkan perbedaan yang signifikan pada pemahaman konsep siswa, walaupun terdapat perbedaan rata-rata skor hasil pemahaman konsep siswa. Pada kelas eksperimen siswa dengan gaya belajar auditori rata-ratanya sebesar 69,11 lebih tinggi dari siswa dengan gaya belajar visual sebesar 65,88 dan kinestetik sebesar 65,56. Sedangkan pada kelas kontrol siswa dengan gaya belajar auditori rata-ratanya sebesar 56,923 lebih tinggi dari siswa dengan gaya belajar visual sebesar 55,3 dan kinestetik sebesar 53,25.

Tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap pemahaman konsep siswa. Metode mind mapping dan gaya belajar tidak secara bersama-sama mempengaruhi pemahaman konsep siswa. Metode


(50)

36

pembelajaran dan gaya belajar tidak terdapat interaksi terhadap pemahaman konsep siswa.

Penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian ini dari segi variabel yang digunakan yaitu metode mind mapping (peta pikiran) dan pemahaman konsep. Jenis penelitian yang digunakan juga sama yaitu quasi eksperimen. Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, penelitian ini juga mengharapkan metode mind mapping berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman konsep siswa kelas IV SD Negeri Purwomartani.

C. Kerangka Berpikir

Pemahaman konsep adalah memahami suatu gagasan yang memiliki karakeristik tertentu guna menambah wawasan mengenai akan hal-hal yang baru. Dari pemahaman konsep tersebut, proses belajar pada siswa akan lebih bermakna dan dapat memberikan kesan yang mendalam sehingga daya ingat, serta kemampuan untuk mengeksplorasi akan lebih mudah.

Dalam proses pembelajaran, siswa harus memahami materi pembelajaran untuk memperoleh pengalaman belajar. Apabila siswa memahami materi pembelajaran, maka akan mudah mencapai tujuan pembelajaran.

Metode mind mapping adalah salah satu metode yang diyakini dapat memberikan pengaruh positif pada proses belajar maupun pemahaman siswa. Kegiatan belajar terpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mengembangkan gagsan-gagasan melalui rangkain peta-peta.


(51)

37

Metode mind mapping dapat membangkitkan ide-ide baru dan memicu ingatan dengan mudah. Mind mapping merupakan cara belajar yang menyenangkan serta merangsang kreatifitas siswa melalui citra visual dan prasarana grafis karena cara belajar dengan mencatat ini memanfaatkan kerja otak kanan dan otak kiri secara seimbang.

Dalam proses pembelajaran, siswa harus memahami materi pembelajaran untuk memperoleh pengalaman belajar. Apabila siswa memahami materi pembelajaran, maka akan mudah mencapai tujuan pembelajaran.

Metode mind mapping adalah salah satu metode yang diyakini dapat memberikan pengaruh positif pada proses belajar maupun pemahaman siswa. Kegiatan belajar terpusat pada siswa. Siswa dituntut untuk mengembangkan gagsan-gagasan melalui rangkain peta-peta.

Berdasarkan penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa metode mind mapping mempengaruhi pemahaman konsep. Hasil penelitian yang dilakukan Rahmawati (2013) menunjukkan terdapat perbedaan pemahaman konsep pada siswa yang melaksanakan pembelajaran IPA menggunakan metode mind mapping dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa. Rata-rata skor hasil pemahaman konsep siswa yang menggunakan metode mind mapping sebesar 68,25 lebih besar dari skor hasil pemahama konsep siswa yang menggunakan metode ceramah dan presentasi sebesar 55,395. Metode mind mapping


(52)

38

Dalam penelitian ini penulis mencoba menerapkan pembelajaran dengan menggunakan metode mind mapping. Mind mapping diharapkan dapat membantu siswa menuliskan konsep pemikirannya sesuai dengan keinginannya sehingga siswa dapat memahami konsep dalam pembelajaran. Metode mind mapping diharapkan dapat mempengaruhi hasil posttest siswa. Pengaruh itu dilihat dari hasil pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil pretest yang diperoleh siswa, kemudian diberikan materi pembelajaran dengan metode mind mapping diyakini pada tes yang berikutnya (posttest) pemahaman siswa akan lebih baik karena menggunakan metode yang berbeda dengan sebelumnya. Jika digambarkan dalam skema, maka akan terlihat sebagai berikut.

Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir

Pemahaman konsep siswa

rendah

Pemilihan metode pembelajaran

yang tepat

Kelas kontrol metode konvensional

Kelas eksperimen metode mind

mapping

Berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa

Hasil posttest lebih tinggi daripada kelas kontrol


(53)

39 D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat diajukan hipotesis dalam penelitian ini adalah “metode mind mapping meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IV SD Negeri Purwomartani”.


(54)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu eksperimen. Creswell (2015: 19) menjelaskan dalam penelitian eksperimen peneliti berusaha menentukan apakah suatu treatment

memengaruhi hasil sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan cara menerapkan

treatment tertentu pada suatu kelompok (sering disebut kelompok treatment) dan tidak menerapkannya pada kelompok yang lain (sering disebut kelompok kontrol) lalu menentukan bagaimana dua kelompok tersebut menentukan hasil akhir. Kelas eksperimen menggunakan metode mind mapping, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensional.

Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment menggunakan desain

nonequivalent control group design. Creswell (2015: 242) menjelaskan bahwa kelompok eksperimen (A) dan kelompok kontrol (B) diseleksi tanpa prosedur penempatan acak (without random assignment). Pada dua kelompok tersebut, sama-sama dilakukan pretest dan posttest. Hanya kelompok eksperimen (A) saja yang di treatment. Berikut adalah desain penelitiannya.

Tabel 3. Desain Penelitian nonequivalent control group design

Kelompok A O1 X O2


(55)

41 Keterangan :

O1 = hasil pretest kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan

O2 = hasil posttest kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan

O3 = hasil pretest kelompok kontrol sebelum diberikan perlakuan

O4 = hasil posttest kelompok kontrol tanpa diberikan perlakuan

X = treatment yang diberikan pada kelompok eksperimen

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil dua variabel yaitu:

1. Variabel bebas (Independent Variabel) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) Sugiyono (2014: 61). Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode mind mapping dan metode konvensional untuk kelas kontrol.

2. Variabel terikat (Dependent Variabel) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas Sugiyono (2014: 61). Sebagai variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep.

C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri Purwomartani yang berlokasi di Karangmojo Purwomartani Kalasan Sleman Yogyakarta.


(56)

42 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2017.

D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2014: 117) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi tidak hanya berupa orang, namun juga dapat berupa obyek dan benda-benda lain. Bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, namun meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut.

Populasi dalam penelitian ni adalah siswa kelas IV SD Negeri Purwomartani. Siswa kelas IV terdiri dari dua kelas, yaitu kelas IVA yang terdiri dari 26 siswa dan kelas IVB yang terdiri dari 28 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah seluruh populasi yaitu dua kelas dari siswa kelas IV SD Negeri Purwomartani. Dari dua kelas tersebut, satu kelas dikelompokkan menjadi kelas eksperimen dan satu kelas lain sebagai kelas kontrol. Karena jumlah kelompok dalam populasi semuanya diambil sebagai sampel, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi.


(57)

43 E. Definisi Operasional Variabel

1. Pemahaman konsep merupakan kemampuan yang dimiliki siswa agar dapat menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan suatu gagasan tertentu.

2. Metode mind mapping merupakan metode efektif untuk mengembangkan gagasan-gagasan melalui rangkaian peta-peta. Metode mind mapping adalah metode belajar yang menyenangkan serta merangsang kreatifitas siswa melalui citra visual dan prasarana grafis dengan cara mencatat pokok gagasan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah tes. Arikunto (2010: 193) menjelaskan bahwa tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Jadi tes dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa yang termasuk ke dalam ranah kognitif. Bentuk tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda yang mencakup tujuh aspek pemahaman yaitu menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.

G. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2014: 133) menjelaskan bahwa instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Sedangkan menurut Saifuddin Azwar


(58)

44

(2015: 34) instrumen pengukur variabel penelitian memegang peranan penting dalam usaha memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data untuk mengukur variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah soal tes hasil belajar tema 7 subtema 3 dalam bentuk pilihan ganda untuk mengukur pemahaman konsep.

Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah pemahaman konsep. Untuk melihat tingkat prestasi belajar siswa tentang pemahaman konsep maka digunakan lembar soal tes. Soal-soal tes ini disusun berdasarkan kisi-kisi instrumen.

Dokumen yang berupa hasil tes akan dianalisis untuk mengetahui seberapa perolehan nilai pemahaman konsep pada tema 7 subtema 3 antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen ini dipilih karena penelitian berfokus pada kegiatan pembelajaran serta hasil yang diperoleh siswa. Sebelum instrumen digunakan oleh peneliti di dalam penelitiannya, maka instrumen penelitian akan diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.

Materi untuk tes diambil dari materi tema 7 subtema 3. Berdasarkan standar isi materi tersebut kompetensi dasarnya yaitu:

Kompetensi Dasar : Bahasa Indonesia

3.7 Menggali pengetahuan baru yang terdapat pada teks.

4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri.


(59)

45 PPKn

1.4 Mensyukuri berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

2.4 Menampilkan sikap kerja sama dalam berbagai bentuk keberagaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan. 3.4 Mengidentifikasi berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya

di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.

4.4 Menyajikan berbagai bentuk keragaman suku bangsa, sosial, dan budaya di Indonesia yang terikat persatuan dan kesatuan.

IPS

3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

IPA

3.3 Mengidentifikasi macammacam gaya, antara lain: gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan.

4.3 Mendemonstrasikan manfaat gaya dalam kehidupan sehari-hari, misalnya gaya otot, gaya listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan.

SBdP

3.4 Mengetahui karya seni rupa teknik tempel.


(60)

46

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen Tes Pemahaman Konsep

No. Tingkat

Pemahaman

Indikator Nomor

Soal

Jumlah Soal 1. Menafsirkan  Menafsirkan istilah-istilah yang ada pada teks bacaan

 Menafsirkan arti toleransi dalam keragaman

 Menafsirkan istilah-istilah yang ada pada keragaman ekonomi di Indonesia

 Menafsirkan gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesek

 Menafsirkan arti karya seni kolase, montase, mozaik dan aplikasi

2, 8, 15, 24, 25, 32

6

2. Mencontohkan  Menunjukkan contoh yang sesuai dengan bacaan

 Memberikan contoh tindakan yang mencerminkan sikap toleransi dalam keragaman

 Memberikan contoh hasil keragaman ekonomi di Indonesia

 Memberikan contoh benda yang dapat ditarik oleh magnet

 Memberikan contoh gambar karya seni rupa teknik tempel

3, 9, 16, 17, 24, 26, 33

7

3. Mengklasifikasikan  Mengelompokkan pernyataan yang sesuai dengan teks bacaan

 Mengelompokkan berbagai bentuk toleransi dalam keragaman

 Mengelompokkan hasil keragaman ekonomi di Indonesia

 Mengelompokkan pernyataan yang merupakan gaya gesek

 Mengelompokkan bahan yang dapat digunakan untuk membuat karya seni rupa teknik tempel

4, 10, 18, 27, 34

5

4. Merangkum  Merangkum gagasan pokok pada teks bacaan

 Merangkum sikap yang mencerminkan toleransi dalam keragaman

 Merangkum aktivitas keragaman ekonomi di Indonesia

 Merangkum sifat macam-macam gaya

 Merangkum pengertian karya seni rupa teknik tempel

1, 11, 19, 20, 28, 35, 36

7

5. Menyimpulkan  Menyimpulkan pernyataan yang sesuai dengan bacaan

 Menyimpulkan akibat yang terjadi apabila tidak memiliki sikap toleransi dalam keragaman

 Menyimpulkan berbagai aktivitas keragaman ekonomi di Indonesia

 Menyimpulkan adanya macam-macam gaya

 Menyimpulkan berbagai pengertian karya seni rupa teknik temple

5, 12, 21, 29, 37, 38

6

6. Membandingkan  Membandingkan pernyataan yang sesuai bacaan

 Membandingkan pernyataan yang merupakan sikap toleransi dalam kergaman

 Membandingkan pernyataan yang merupakan aktivitas keragaman ekonomi di Indonesia

 Membandingkan pernyataan tentang gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesek

 Membandingkan berbagai gambar hasil karya seni teknik mozaik

6, 13, 22, 29, 39

5

7. Menjelaskan  Menjelaskan pernyataan yang sesuai dengan teks bacaan

 Menjelaskan manfaat memahami keragaman dalam masyarakat Indonesia

 Menjelaskan istilah-istilah dalam aktivitas ekonomi

 Menjelaskan manfaat macam-macam gaya dalam kehidupan sehari-hari

 Menjelaskan persamaan karya seni rupa teknik tempel

7, 14, 23, 31, 40


(61)

47 H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Instrumen penelitian harus diujicobakan terlebih dahulu pada obyek tertentu sebelum digunakan untuk mengungkap data. Tujuannya adalah untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen.

1. Validitas Instrumen

Sugiyono (2014: 173) menjelaskan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas instrumen ini menggunakan dua macam validitas, yaitu:

a. Validitas konstrak (construct validity)

Sugiyono (2014: 177) menjelaskan bahwa untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgment experts). Para ahli akan dimintai pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun tersebut. Para ahli juga akan memberikan keputusan bahwa instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan atau dirombak total. Ini agar setelah dilaksanakan pengujian ahli, instrumen digunakan sudah dinyatakan layak untuk digunakan. Dalam penelitian ini uji validitas instrumen dilakukan dengan dosen ahli sekaligus dosen pembimbing skripsi yaitu Dr. Wuri Wuryandani, M.Pd.

b. Validitas isi (content validity)

Sugiyono (2014: 182) menjelaskan bahwa untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan. Pengukuran validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS Version 17.0 for windows.


(62)

48

Dalam penelitian ini menggunakan Uji coba instrumen untuk menguji validitas dengan menggunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan Pearson.

Berikut adalah Rumus Pearson:

r

xy

=

� ∑ − ∑ ∑

√{� ∑ − ∑ 2} {� ∑ 2 2}

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = skor yang diperoleh dari responden Y = skor total dari x

N = banyaknya responden

Jika r hitung > dari r tabel maka dikatakan valid dan jika r hitung < dari r tabel maka dikatakan tidak valid. Uji validitas instrumen dilakukan di kelas IVA SD Negeri Percobaan 3 yang beralamat di Jalan Kaliurang No. 17 Pakembinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta dengan jumlah subjek 32 siswa. Terdapat 40 butir soal

pretest dan 40 butir soal posttest yang mewakili tujuh indikator pemahaman konsep yang akan digunakan oleh peneliti. Soal dikatakan valid apabila r hitung > 0,349.

Setelah dilakukan uji validitas dari 40 butir soal pretest dan 40 butir soal

posttest terdapat 10 butir soal yang tidak valid. Soal yang tidak valid terdiri dari 5 butir soal pretest dan 5 butir soal posttest. Berdasarkan hasil uji validitas tersebut maka peneliti menghilangkan 10 butir soal yaitu 5 butir soal pretest nomor 17, 19, 25, 35, 38 dan 5 butir soal posttest nomor 17, 20, 24, 36, 37. Setelah menghilangkan 10 butir soal maka terdapat 35 butir soal pretest dan 35 butir soal posttest yang akan


(63)

49

digunakan dalam penelitian. Masing-masing butir soal sudah mewakili ketujuh indikator pemahaman konsep yang digunakan oleh peneliti.

2. Reliabilitas

Sugiyono (2014: 173) menjelaskan bahwa instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Suatu alat ukur akan didapatkan hasil yang konsisten apabila sudah melalui uji reliabilitas dan menunjukkan hasil yang reliabel. Jadi suatu alat ukur yang reliabel bila untuk mengukur gejala yang sama, hasil pengukuran yang diperoleh relatif sama atau konsisten. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS Version 17.0 for windows.

Uji reliabilitas yang dilakukan dengan bantuan SPSS versi 17.0 for windows.

Hasil perhitungan reliabilitas pada instrumen pretest sebesar 0,741 sedangkan pada instrumen posttest sebesar 0,742.

3. Tingkat Kesukaran

Suharsimi Arikunto (2006: 207) menjelaskan bahwa soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha memecahkannya sedangkan soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa putus asa.

Bilangan yang menunjukkan sulit dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah. Di dalam


(64)

50

istilah evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P, singkatan dari kata “proporsi”. Berikut adalah rumus mencari P:

P =

JS

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 5. Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Besarnya P Kualifikasi

1,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 -1,00 Mudah

Dari hasil perhitungan pada instrumen pretest yang memiliki tingkat kesukaran sedang 29 soal dan tingkat kesukaran mudah 11 soal. Pada instrumen

posttest yang memiliki tingkat kesukarang sedang 25 soal dan tingkat kesukaran mudah 15 soal.

4. Daya Pembeda

Suharsimi Arikunto (2006: 211) menjelaskan bahwa daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai


(65)

51

(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika soal yang tidak dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, soal itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai saja.

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Daya pembeda berkisar antara 0,0 sampai 1,0. Berikut adalah rumus mencari D:

D =

J

-

J = PA - PB

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB =

J = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar PA =

J = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat, P sebagai

indeks kesukaran)

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Kriteria daya pembeda diklasifikasikan sebagai berikut:


(66)

52

Tabel 6. Klasifikasi Daya Beda

Besarnya D Kualifikasi

0,00 – 0,20 Jelek (poor)

0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 Baik (good)

0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

Berdasarkan hasil perhitungan pada instrumen pretest soal yang kriterianya baik ada 35 soal, cukup 3 soal, dan jelek 2 soal. Pada instrument posttest soal yang kriterianya baik sekali 2, baik 31 soal, cukup 2 soal, dan jelek 5 soal.

I. Teknik Analisis Data

Metode mind mapping berpengaruh terhadap pemahaman konsep siswa. Pengaruh tersebut dilihat dari peningkatan hasil pretest dan posttest siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data

t-test dengan uji prasyarat analisis normalitas dan homogenitas varian kedua kelompok.

1. Uji prasyarat analisis a. Uji Normalitas

Sugiyono (2014: 241) menjelaskan bahwa penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi


(67)

53

normal. Oleh karena itu sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka akan dilakukan pengujian normalitas data terlebih dahulu. Pengujian normalitas data yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov

dengan bantuan SPSS versi 17.0 for windows. Apabila diperoleh p>0,05 maka data dikatakan berdistribusi normal (Santoso, 2006: 157).

b. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil homogen atau tidak. Uji homogenitas ini menggunakan data pretest dan posttest kedua kelas dan denganbantuan SPSS versi 17.0 for windows menggunakan uji F atau ANOVA. Dalam uji ini dikatakan homogen apabila nilai signifikansi lebih besar dari nilai α (0,05), maka varian populasi adalah identik (Santoso, 2006: 219).

2. Pengujian hipotesis

Sugiyono (2014: 273) menjelaskan bila sampel berkorelasi membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan, atau membandingkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen maka menggunakan analisis independentt-test. Jadi penelitian ini menggunakan analisis independent t-test untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh metode mind mapping terhadap pemahaman konsep siswa.

Perhitungan uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 17.0 for windows. Hal ini dikarenakan ingin mengetahui adakah perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sugiyono (2014: 276) menjelaskan apabila t hitung lebih kecil atau sama dengan t tabel, maka Ho diterima. Sebaliknya apabila diperoleh harga t hitung lebih besar dari t tabel, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak.


(68)

54 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SD Negeri Purwomartani yang terletak di Dusun Karangmojo, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. SD Negeri Purwomartani memiliki 338 siswa yang terbagi menjadi 12 kelas. Masing-masing tingkat adalah kelas pararel yang terdiri dari kelas A dan kelas B.

b. Subjek Penelitian

Sampel penelitian adalah siswa kelas IV di SD Negeri Purwomartani yang berjumlah 54 siswa. Siswa pada kelas IVA terdiri dari 26 siswa sedangkan kelas IVB terdiri dari 28 siswa. Kelas IVA dan IVB diajarkan oleh guru yang berbeda. Kedua kelas tersebut memiliki karakteristik yang hampirsama, seperti: jumlah siswa, usia dan kemampuan. Berikut ini rincian jumlah siswa kelas IVA dan IVB.

Tabel 7. Data Siswa Kelas IV SD Negeri Purwomartani No. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1. IVA 12 14 26


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Metode Mind Mapping terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Alat Optik

0 26 211

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI DAGEN 01 JATEN Pengaruh strategi pembelajaran mind mapping terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD negeri Dagen 01 Jaten Karanganyar Tahun pelajaran 2014

0 2 8

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI DAGEN 01 JATEN Pengaruh strategi pembelajaran mind mapping terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD negeri Dagen 01 Jaten Karanganyar Tahun pelajaran 2014

0 2 16

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DAN KREATIFITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING BAGI Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Dan Kreatifitas Siswa Melalui Model Pembelajaran Mind Mapping Bagi Siswa Kelas Viii B Smp Negeri 2 Ngempl

0 2 17

PENGARUH METODE MIND MAPPING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM KONSEP BILANGAN ROMAWI PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR.

0 2 39

PENGARUH PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA DALAM MATA PELAJARAN EKONOMI.

0 2 43

Peningkatan Pemahaman Konsep Koperasi Melalui Metode Mind Mapping Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kemasan Boyolali Tahun Ajaran 2015/2016 Jurnal

0 0 5

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DENGAN METODE MIND MAPPING DI SD NEGERI TIYARAN 1 BULU SUKOHARJO.

1 1 167

PENGARUH PENERAPAN METODE MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SD KELAS 3

0 0 14

PENERAPAN MIND MAPPING UNTUK MENIGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Surakarta Tahun Ajaran 20162017)

0 1 16