EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN THINK PAIR SHARE (TPS) DAN THINK TALK WRITE (TTW) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

(1)

commit to user

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

PENDEKATAN

THINK PAIR SHARE

(TPS) DAN

THINK TALK

WRITE

(TTW) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN

PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X PADA

SEKOLAH MENENGAH ATAS KOTA

SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010-2011

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

RIA TRI KRISNAWATI S850809215

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

PENDEKATAN

THINK PAIR SHARE

(TPS) DAN

THINK TALK

WRITE

(TTW) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN

PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X PADA

SEKOLAH MENENGAH ATAS KOTA

SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010-2011

Disusun oleh :

Ria Tri Krisnawati

S850809215

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal ...

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D Drs. Budi Usodo, M. Pd.

NIP. 19630826 198803 1002 NIP. 19680517 199303 1002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1002


(3)

commit to user

iii

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN

PENDEKATAN

THINK PAIR SHARE

(TPS) DAN

THINK TALK

WRITE

(TTW) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN

PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X PADA

SEKOLAH MENENGAH ATAS KOTA

SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010-2011

Disusun oleh :

Ria Tri Krisnawati

S850809215

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal ...

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dr. Mardiyana, M. Si ...

NIP. 19660225 199302 1002

Sekretaris Dr. Riyadi, M. Si ...

NIP. 19670116 199402 1002 Anggota Penguji :

1. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc. Ph.D ... NIP. 19630826 198803 1002

2. Drs. Budi Usodo, M. Pd. ... NIP. 19680517 199303 1002

Mengetahui

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika

Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Ria Tri Krisnawati

NIM : S850809215

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN THINK PAIR SHARE (TPS) DAN THINK TALK WRITE

(TTW) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS KOTA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010-2011

adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, Mei 2011 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tuhan punya rencana dalam setiap pribadi manusia yang diciptakanNya dan semua indah pada waktuNya.

Tesis ini kupersembahkan kepada:

1. Yesus Kristus, Tuhanku.

2. Yohanes Rambung Jadun, suamiku yang tercinta.

3. Ayah dan Ibundaku tercinta di Klaten dan Ayah Ibu mertuaku di Flores. 4. Saudara-saudaraku.

5. Teman-temanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNS.

6. Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri dan Swasta se-Surakarta 7. Almamater.


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan, atas rahmat dan kasihNya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul: Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Think

Pair Share (TPS) dan Think Talk Write (TTW) Pada Pokok Bahasan Persamaan

dan Pertidaksamaan Kuadrat Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X Pada Sekolah Menengah Atas Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2010-2011.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Direktur dan Asisten Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang seluas-luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.

2. Dr. Mardiyana, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, dan dorongan sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

3. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc. Ph.D., pembimbing I dalam penyusunan tesis ini,

yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis ini, sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik.


(7)

commit to user

vii

4. Drs. Budi Usodo, M. Pd., pembimbing II dalam penyusunan tesis ini, yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam penyusunan tesis ini, sehingga dapat penulis selesaikan dengan baik.

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Kepala Sekolah SMA Negeri 2 di Surakarta yang telah memberikan ijin untuk

uji coba instrumen penelitian, yang diperlukan dalam penyusunan tesis ini.

8. Kepala Sekolah SMA Regina Pacis, SMA Kristen 1 dan SMA Kristen 2 yang

telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan, sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

9. Rekan guru SMA Regina Pacis, SMA Kristen 1 dan SMA Kristen 2 Surakarta

yang telah membantu dalam penelitian ini.

10. Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri dan Swasta Surakarta yang

senantiasa memberikan bantuan, kemudahan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

11. Teman-teman mahasiswa angkatan 2009 Program Studi Pendidikan


(8)

commit to user

viii

telah memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis hanya dapat berdoa semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak tersebut di atas dan mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya.

Surakarta, Mei 2011 Penulis


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO dan PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK...xv

ABSTRACT...xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pemilihan Masalah ... 5

D. Pembatasan Masalah ... 6

E. Perumusan Masalah ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ... 9


(10)

commit to user

x

1. Pembelajaran Matematika ... 9

2. Pembelajaran Kooperatif ... 11

3. Model Pembelajaran Think Pair Share ... 14

4. Model Pembelajaran Think Talk Write ... 16

5. Kemampuan Awal ... 18

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 20

C. Kerangka Berpikir ... 21

D. Hipotesis ... 24

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 25

B. Waktu Penelitian ... 25

C. Jenis Penelitian ... 26

D. Populasi dan Sampel ... 27

1. Populasi ... 27

2. Sampel ... 28

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 28

E. Variabel Penelitian ... 30

F. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji Instrumen .... 32

1. Metode Pengumpulan Data ... 32

2. Prosedur Penyusunan Instrumen Penelitian ... 33

G. Teknik Analisis Data ... 36

1. Uji Prasyarat ... 36


(11)

commit to user

xi

3. Uji Hipotesis ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Coba Instrumen ... 49

1. Instrumen Tes Kemampuan Awal Siswa ... ... 49

2. Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 51

B. Deskripsi Data ... 53

1. Data Tes Kemampuan Awal Siswa ... 53

2. Data Tes Hasil Belajar Matematika ... 54

C. Hasil Analisis Data ... 55

1. Uji Keseimbangan ... 55

2. Uji Prasyarat ... 57

3. Uji Hipotesis Penelitian ... 60

4. Hasil Uji Komparasi Ganda ... 61

D. Pembahasan Hasil Analisa Data ... 63

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... .69

B. Implikasi ... .70

C. Saran ... .71


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Tabel Rancangan Penelitian...26

3.2. Peringkat Sekolah Berdasarkan Hasil UN SMA Tahun 2010 ... 27

3.3. Data Kelas Eksperimen...30

3.4 Rangkuman Analisis...46

4.1. Deskripsi Data Hasil Belajar Matematika ... 55

4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ... 56

4.3 Rangkuman Uji Normalitas Data Hasil Belajar Matematika ... 58

4.4 Rangkuman Uji Homogenitas Variansi ... 59

4.5 Tabel Rangkuman Analisis Variansi ... 60

4.6 Rerata Marginal dan Rerata Parsial... 62


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... ... 76

Lampiran 2 : Kisi-Kisi Soal Uji Coba Kemampuan Awal Siswa ... 151

Lampiran 3 : Soal Uji Coba Kemampuan Awal ... 154

Lampiran 4 : Lembar Jawaban Soal Kemampuan Awal ... 161

Lampiran 5 : Lembar Telaah Instrumen ... 162

Lampiran 6 : Kunci Jawaban Uji Coba Kemampuan Awal Siswa ... 166

Lampiran 7 : Indeks Reliabilitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran Soal ... 167

Lampiran 8 : Soal Kemampuan Awal Siswa ... 173

Lampiran 9 : Kunci Jawaban Soal Kemampuan Awal Siswa ... 178

Lampiran 10 : Kisi-Kisi Soal Uji Coba Hasil Belajar Siswa ... 179

Lampiran 11 : Soal Uji Coba Hasil Belajar Siswa ... 183

Lampiran 12 : Kunci Jawaban Soal Tes Uji Coba Hasil Belajar ... 190

Lampiran 13 : Lembar Jawab Soal Tes Uji Coba Hasil Belajar ... 191

Lampiran 14 : Indeks Reliabilitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran Soal .. 192

Lampiran 15 : Soal Tes Hasil Belajar ... 198

Lampiran 16 : Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar ... 203

Lampiran 17 : Dikripsi Tes Kemampuan Awal Siswa... 204

Lampiran 18 : Uji Normalitas Kemampuan Awal ... 206

Lampiran 19 : Uji Homogenitas Variansi Kemampuan Awal ... 210

Lampiran 20 : Uji Keseimbangan Kemampuan Awal ... 211


(14)

commit to user

xiv

Lampiran 22 : Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika ... 214

Lampiran 23 : Uji Normalitas Kategori Tinggi, Sedang, Rendah... 218

Lampiran 24 : Uji Homogenitas Hasil Belajar ... 223

Lampiran 25 : Uji Homogenitas Kategori Tinggi, Sedang, Rendah ... 224

Lampiran 26 : Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ... 225

Lampiran 27 : Uji Komparasi Ganda ... 228

Lampiran 28 : Daftar Tabel Statistik ... 229

Lampiran 29 : Surat Ijin Penelitian ... 233


(15)

commit to user

xv

ABSTRAK

Ria Tri Krisnawati. S850809215. Eksperimentasi Pembelajaran Matematika

dengan pendekatan Think Pair Share (TPS) dan Think Talk Write (TTW)

pada Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa Kelas X Pada Sekolah Menengah Atas Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2010-2011. Komisi pembimbing I Drs. Tri Atmojo K., M.Sc. Ph.D dan pembimbing II Drs. Budi Usodo, M. Pd. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah

pendekatan pembelajaran kooperatif Think Talk Write (TTW) dapat menghasilkan

hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada pendekatan pembelajaran

Think Pair Share (TPS). (2) Apakah hasil belajar matematika siswa yang

memiliki kemampuan awal yang lebih tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih rendah. (3) manakah diantara pendekatan pembelajaran kooperatif TTW dan TPS yang memberikan hasil belajar lebih baik ditinjau dari tingkat kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian dilaksanakan pada bulan september 2010 sampai November 2010 dengan populasi siswa kelas X SMA di Surakarta. Sampel penelitian diperoleh dengan gabungan stratified random sampling dan cluster random

sampling. Banyak anggota sampel untuk kelompok eksperimen I (penyajian

materi dengan pendekatan pembelajaran TTW ) sebanyak 75 siswa. Sedangkan kelompok eksperimen II (penyajian materi dengan pendekatan pembelajaran TPS) sebanyak 75 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan tes kemampuan awal dan tes hasil belajar. Prasyarat analisis data dengan menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas dan uji Bartlett untuk uji homogenitas. Analisis data dengan analisis variansi dua jalan sel tak sama.

Analisis dua jalan sel tak sama dengan taraf signifikansi = 5%, menunjukkan (1) tidak ada perbedaan hasil belajar dengan mengunakan pendekatan pembelajaran kooperatif TTW dan TPS pada siswa kelas X materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat (Fa=0,053<3,84=F(0,05;1;144)), (2) ada

perbedaaan yang signifikan antara hasil belajar dari siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah (Fb = 38,305> 3,00=F(0,05;2;144)) dan (3) tidak ada

interaksi antara metode pembelajaran dan kemampuan awal siswa pada siswa kelas X materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat (Fab = 0,027 < 3,00 =

F(0,05;2;144)).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) pendekatan pembelajaran kooperatif TTW menghasilkan hasil belajar matematika siswa yang sama dengan pendekatan pembelajaran TPS pada siswa kelas X untuk materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat (2) hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang atau rendah, dan hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. (3) pendekatan pembelajaran TTW dan TPS


(16)

commit to user

xvi

memberikan hasil yang sama untuk masing-masing kemapuan awal tinggi, sedang dan rendah.


(17)

commit to user

xvii

ABSTRACT

Ria Tri Krisnawati. S850809215. The Experimentation of Mathematics

Learning Using Think Pair Share (TPS) Approach and Think Talk Write (TTW) Approach on the Main Discussion of equality quadratic equations and quadratic inequalities viewed from the Tenth Grade Students’ Prior Achievement of Senior High Schools in Surakarta in the Academic Year of 2010-2011. The first commision of supervision is Drs. Tri Atmojo K., M.Sc. Ph.D and second commision is Drs. Budi Usodo, M. Pd. Thesis. Mathematics Education Department, Graduate School, Sebelas Maret University, 2011.

This thesis is aimed to know (1) whether TTW approach with Cooperative

Learning Method is able to produce the students’ Mathematics achievement better

than the Learning TPS approach Cooperative Learning. (2) whether the Mathematics achievement of the students with high prior achievement is better than the lower ones. (3) which the better one between Cooperative Learning TTW approach and TPS approach produces a better learning achievement viewed from high, medium and low prior achievement.

The kind of the research is quasi experiment. The research was conducted in Senior High Schools in Surakarta with the population of the tenth grade students in September 2010 to November 2010. The research sample was taken by the combination of stratified random sampling and cluster random sampling. There were 75 sample members for the first experiment group (the material presented with TTW Cooperative Learning Approach ). While there were also 75 sample members in the second experiment group (the material presented with TPS Cooperative Learning Approach). The data collecting was done with multiple choices evaluation. Pre requisite data analysis used Lilliefors test for normality test and Bartlett test was used for homogenity test. Data Analysis used two ways variance analysis with different cells.

Two ways variance with the level of significancy  = 5%. Showed that (1) there was no different learning achievement between the application of TTW and TPS Cooperative Learning Method on the tenth grade students in the material equality quadratic equation and quadratic inequalities (Fa = 0.053 < 3.84 =

F(0.05;1;144)), (2) there was a significant difference between the students’

achievement with high, medium and low prior achievement. (Fb = 38.305 > 3.00 =

F(0.05;2;144)) (3) there was no interaction between learning method and the

students’ first grade prior achievement on the material quadratic equation and quadratic inequalities (Fab = 0.027 < 3.00 = F(0.05;2;144)).

The conclusion of this research are (1) The result of the students’ mathematics achievement with TTW Cooperative Learning Approach is the same as their achievement with TPS Cooperative Learning Approach on the first students for the material of quadratic equation and quadratic inequalities (2) the Mathematics achievement of the students with high prior achievement is better than those who have lower or medium achievement and the Mathematics achievement of the students with medium prior achievement is better than the students with lower prior achievement (3) TTW approach result the same learning


(18)

commit to user

xviii

achievement with TPS approach for each high, medium and low levels of prior ability.


(19)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah salah satu pelajaran yang sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Matematika juga ada pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA. Dalam perkembangannya, walaupun belajar matematika pada setiap jenjang pendidikan bukan berarti bahwa anak didik menguasai matematika dengan baik. Kenyataan menunjukkan banyak kesulitan yang alami siswa dalam mempelajari matematika di setiap jenjang pendidikan yang dilalui. Kenyataan yang muncul adalah matematika bukan dianggap sebagai pelajaran yang harus dipahami tetapi matematika menjadi pelajaran yang dikenal sulit bagi siswa. Selain matematika dikenal sebagai pelajaran yang sulit, matematika juga dikenal sebagai pelajaran yang berisi rumus-rumus dengan tujuan yang tidak jelas. Hasil ujian tahun pelajaran 2008/2009 di Surakarta menunjukkan nilai rata-rata pelajaran matematika adalah 6,40 dimana itu merupakan peringkat 2 terbawah dari 6 mata pelajaran yang diujikan untuk program IPA (Diknas, 2009).

Hasil belajar yang kurang maksimal ini tentu dipengeruhi oleh banyak hal. Guru adalah salah satu unsur yang menentukan keberhasilan siswa dalam meraih prestasi yang baik. Guru sebagai tenaga professional dalam dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan dari usaha untuk meraih keberhasilan belajar. Guru perlu berpikir kreatif untuk menciptakan interaksi belajar yang nyaman dalam kelas. Menjelaskan, memberi contoh dan mengerjakan soal adalah langkah


(20)

commit to user

pembelajaran yang sering dilakukan oleh seorang guru. Menjadi guru yang profesional dijaman sekarang ini bukan merupakan hal yang mudah untuk dilakukan. Tahap persiapan sebelum masuk kelas sampai mengevaluasi hasil belajar anak-anak merupakan proses yang panjang yang harus dilakukan oleh seorang guru.

Saat ini banyak bermunculan model pembelajaran kooperatif yang pada kenyataannya memiliki efek lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional. Kenyataan ini dikemukakan oleh Doymus, K. (2007) yang menyatakan bahwa :

the result indicate that the instruction based on cooperative learning yielded sicnificantly better achievement in terms of the Chemistry Achievement Test (CAT) and Phase Achievement Test (PAT) scores compared to the test score of the control group, which was taught with

traditionally designed chemistry instruction”

Ini berarti bahwa pembelajaran yang berdasar pada pembelajaran kooperatif secara signifikan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dari pada menggunakan pembelajaran tradisional.

Metode pembelajaran kooperatif antara lain; pendekatan pembelajaran

Think Talk Write (TTW), Think Pair Share (TPS). Margiati (2009:80)

menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran Think

Talk Write (TTW) memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional. Satya Handayani (2010:98) menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan pendekatan pembelajaran Think Pair Share (TPS)

memberikan hasil yang lebih baik dari dibanding dengan pembelajaran langsung. Kemunculan model-model pembelajaran kooperatif ini memacu munculnya


(21)

commit to user

penggunaan metode kooperatif dalam proses pembelajaran. Anik Lestari (2009) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) memberikan hasil yang sama-sama efektif dengan hasil

belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS).

Pendekatan pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan pendekatan

pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan dua model pembelajaran yang

hampir sama. Keduanya memiliki tiga tahap dalam pelaksanaannya. TTW memiliki tahap Think (berpikir), Talk (berbicara), Write (menulis). Sedangkan

TPS memiliki tahap Think (berpikir), Pair (berpasangan) dan Share (berbagi).

Kedua medel pembelajaran ini juga memiliki katakteristik yang hampir sama dimana keduanya memulai proses pembelajaran dengan tahap Think (berpikir)

secara mandiri dan dikombinasikan dengan tahap berfikir kelompok sejawat dimana ini menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Triyanto: 2007:41).

Kemampuan siswa yang beragam dalam kelas tentu menyebabkan hasil belajar yang beragam pula. Dalam mempelajari matematika seorang siswa dapat memahami suatu materi apabila siswa memahami materi sebelumnya yang menjadi prasayarat dari materi tersebut sebab pelajaran matematika disusun secara urutan tertentu. Materi persamaan kuadrat merupakan materi pembelajaran siswa di kelas X semester I tingkat SMA. Sebagai siswa baru di SMA, kemampuan awal siswa yang telah di pelajari di tingkat SMP menjadi bekal yang sangat berarti bagi siswa kelas X semester I tingkat SMA .


(22)

commit to user

Monaghan (2007:64) berpendapat “Of course a person’s understanding

will always influence their problem solving (in any domain)”. Dari pendapat

tersebut dapat dikatakan bahwa cara penyelesaian masalah setiap orang dipengaruhi oleh pemahaman awalnya sehingga berpengaruh pula terhadap prestasi belajarnya.

Dalam proses belajar matematika, kemampuan awal yang dimiliki siswa serta model pembelajaran yang dipakai oleh guru adalah dua hal yang perlu diperhatikan. Kemampuan awal siswa yang baik akan mendukung siswa untuk menguasai pokok bahasan berikutnya, sedangkan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan akan mempermudah siswa untuk memahami materi yang akan dipelajari.

Uraian di atas menarik minat peneliti untuk mencoba membandingkan

manakah yang lebih baik antara penggunaan pendekatan pembelajaran Think Talk

Write (TTW) dan TPS (Think Pair Share). Selain model pembelajaran,

kemampuan awal siswa yang beragam juga merupakan hal yang ingin dilihat oleh penulis maka penulis ingin melihat keefektifan penggunaan pendekatan pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Think Pair Share (TPS) pada pokok

pembelajaran persamaan dan pertidaksamaan kuadrat dengan memperhatikan kemampuan awal siswa yang beragam.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai berikut :


(23)

commit to user

1. Rendahnya hasil belajar siswa kemungkinan disebabkan oleh model

pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat. Hal tersebut menarik untuk diteliti apakah suatu model pembelajaran kooperatif meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Rendahnya hasil belajar siswa kemungkinan karena kebiasaaan siswa untuk

belajar sendiri dirumah atau anggapan siswa bahwa matematika itu pelajaran untuk anak dengan kemampuan lebih, maka akan diteliti apakah pendekatan pembelajaran Think Pair Share dan Think Talk Write dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Rendahnya prestasi belajar siswa mungkin disebabkan karena metode

belajar yang digunakan guru kurang mengena pada siswa sehingga perlu adanya penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif dan mengena pada siswa.

4. Rendahnya prestasi belajar siswa mungkin disebabkan karena guru kurang memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa. Sehingga perlu diteliti apakah dengan melihat kemampuan awal siswa yang dimiliki maka guru dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.

C. Pemilihan Masalah

Karena keterbatasan peneliti, tidaklah mungkin melakukan penelitian dengan banyak masalah penelitian dalam waktu yang sama. Dari berbagai masalah yang di identifikasi di atas, maka permasalahan yang di teliti di


(24)

commit to user

khususkan pada pendekatan pembelajaran Think Pair Share dan Think Talk Write,

kemampuan awal yang dimiliki siswa, dan hasil belajar siswa.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, agar permasalahan yang akan diuji dalam penelitian ini lebih terarah , maka penelitian ini akan dibatasi pada hal – hal berikut :

1. Model pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran Think Pair Share dan pendekatan pembelajaran Think Talk

Write dengan kemampuan awal siswa yang beragam pada kelas.

2. Hasil belajar matematika siswa adalah hasil belajar matematika siswa yang dicapai melalui proses pembelajaran matematika pada akhir penelitian untuk kelas X dengan kemampuan awal yang beragam.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :

1. Apakah prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran

Think Talk Write lebih baik dari pada prestasi belajar siswa yang

menggunakan pendekatan pembelajaran Think Pair Share pada pokok


(25)

commit to user

2. Apakah prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan awal yang lebih tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan awal yang lebih rendah?

3. Manakah di antara pendekatan pembelajaran Think Pair Share dan Think Talk

Write yang memberikan hasil yang lebih baik jika ditinjau dari tingkat

kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa yang menggunakan

pendekatan pembelajaran Think Talk Write lebih baik dari pada prestasi

belajar siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran Think Pair Share

pada pokok bahasan persamaan kuadrat.

2. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan awal yang lebih tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan awal yang lebih rendah.

3. Untuk mengetahui manakah di antara pendekatan pembelajaran Think Pair

Share dan Think Talk Write yang memberikan hasil yang lebih baik jika di

tinjau dari tingkat kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai berikut :


(26)

commit to user

1. Dari Segi Akademis

a. Sebagai alternatif dalam pemilihan model pembelajaran matematika.

b. Sebagai sumbangan penelitian bidang pendidikan dalam rangka

peningkatan pendidikan.

c. Menambah wawasan tentang pentingnya memperhatikan kemampuan awal

siswa.

2. Dari Segi Praktis

a. Sebagai informasi bagi guru dan calon guru matematika mengenai

pendekatan pembelajaran Think Pair Share dan Think Talk Write sebagai

salah satu alternatif pembelajaran matematika.

b. Dapat menumbuhkembangkan keberanian siswa dalam mengemukakan

pendapat dalam kelompok dari hasil pemikirannya.

c. Sebagai bahan pertimbangan dalam perbaikan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika.


(27)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika

Dalam proses pembelajaran siswa harus aktif dan siswa adalah pusat dari kegiatan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Perubahan tersebut terjadi secara sadar, kontinu dan fungsional.

Gagne (dalam Slameto, 2010:13) menyatakan belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Dalam hal ini siswa dapat memperoleh pengetahuan yang baik dengan mengikuti instruksi proses belajar matematika.

Menurut Silberman (dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, 2007:134) proses belajar diungkapkan sebagi berikut:

Cara belajar dengan cara mendengarkan akan lupa. Dengan mendengarkan dan melihat akan ingat sedikit. Dengan cara mendengarkan, melihat, diskusi, dan melakukan akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dan cara terbaik untuk menguasai pelajaran adalah dengan cara mengajarkan pada orang lain.

Cara belajar yang diungkapkan Siberman juga berlaku untuk pembelajaran matematika. Dalam pelajaran matematika siwa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan, maka siswa juga harus mau mencoba suatu kegiatan, berdiskusi bersama siswa dan guru, serta mengerjakan soal.


(28)

commit to user

Pendekatan pembelajaran di sini diartikan sebagai jalan yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi yang nyaman dan memungkinkan seseorang untuk belajar. Langkah yang di ambil guru dalam proses pembelajaran tentu akan menentukan situasi belajar tersebut. Guru dalam kelas memegang peranan dalam mengendalikan proses belajar. Lingkungan yang nyaman bagi seseorang untuk belajar dapat direncanakan sebelumnya sehingga seorang guru dapat membuat desain pembelajaran yang baik sehingga siswa merasa nyaman selama proses pembelajaraan.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah proses membantu siswa dalam membangun pengetahuan matematika melalui proses konstruksi pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki.

Belajar dialami sebagai suatu proses yang berkelanjutan, siswa menghadapi suatu proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Proses belajar menghasilkan akibat atau hasil belajar yang sifatnya baik dan berguna bagi pembelajar. Hasil itu dapat berupa pengetahuan, sikap yang baik, maupun berupa keterampilan. Menurut Suharsimi Arikunto (1998:102) hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperlukan siswa dalam mengikuti pelajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil belajar ini dikemukakan dalam bentuk angka, huruf, atau kata-kata

“baik, sedang, kurang, dan sebagainya”. Untuk mencapai hasil belajar yang baik,

siswa harus mengembangkan diri menjadi siswa yang baik. Selain itu belajar juga berfungsi untuk memenuhi rasa ingin tahu dan sudah menjadi kebutuhan manusia secara alami untuk berkembang secara manusiawi. Maka manusia mulai menyusun rancangan agar belajar memiliki sistematika yang jelas sehingga lebih


(29)

commit to user

mudah untuk dipraktekkan. Sistematika ini kemudian dikenal sebagai pendidikan. Pendidikan merupakan sekumpulan rencana untuk menyampaikan materi yang akan dipelajari. Seyogyanya nanti dikemudian hari ilmu yang disampaikan oleh guru/ pengajar ini akan menghiasi hari depan pembelajar. Sehingga ilmu tidak cukup diketahui namun juga dijadikan bagian hidup yang mendampingi untuk memecahkan masalah dengan bijaksana. Menurut Puskur (2002) dalam Anik Lestari (2009: 11) dasar pendidikan yang tinggi adalah prinsip belajar sepanjang hayat. Sementara UNESCO mengemukakan empat pilar pendidikan yaitu; (1) Learning to know, (2) Learning to do, (3) Learning to be, (4) Learning to live

together.

Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa pada tes hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran TTW dan TPS pada pokok bahasan persamaan dan pertidaksamaan kuadrat.

2. Pembelajaran Kooperatif

Kemampuan siswa yang beragam dalam kelas mempengaruhi rasa percaya diri siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Grootenboer dan

Jorgensen (2009) menuliskan bahwa Being part of a group working as colleague

enable the student to share their knowledge, yang artinya menjadi bagian dari

suatu kelompok kerja memungkinkan para siswa berbagi pengetahuan mereka. Siswa dengan kemampuan tinggi umumnya lebih berani bersaing dengan teman-temanya dibandingkan dengan siswa yang berkempuan sedang dan rendah. Siswa dengan kemampuan sedang dan rendah biasanya merasa kerepotan dalam


(30)

commit to user

menghadapi persaingan meraih prestasi belajar. Kecemasan dan keberanian siswa pada tingkat kecerdasan masing-masing ini perlu di kelola dengan baik oleh guru sehingga ada hubungan yang baik antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Suasana belajar yang baik antara siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah ini dapat diciptakan pada model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dengan penekanan pada aspek sosial dan pembelajaran dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang heterogen bersama-sama saling membutuhkan dalam menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan belajar, juga dalam memperoleh penghargaan. Pembelajaran kooperatif menekankan pada kerjasama dan gotong royong antara anggota kelompok. Belajar bersama dalam kelompok akan mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam menguasai materi. Siswa satu sama lain akan saling membantu mengkontruksi pengetahuan dalam dirinya. Setiap siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan dibantu oleh teman kelompoknya. Kegiatan kelompok kecil ini akan memunculkan perasaan baru bagi siswa yakni keberadaanya sangat dihargai oleh siswa yang lain. Dengan demikian pembelajaran kooperatif menjadi strategi pembelajaran yang memotivasi belajar siswa.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah srategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Adapun keuntungan pembelajarn kooperatif antara lain;


(31)

commit to user

a. Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, saling

memberi motivasi sehingga ada interaksi promotif.

b. Terjadi interaksi langsung antar siswa satu dengan yang lain. c. Meningkatkan siswa untuk berpikir kritis.

d. Setiap anggota kelompok mempunyai rasa tanggung jawab terhadap

belajarnya dan kelompoknya.

e. Guru membantu para siswa dalam mengembangkan pengetahuanya

dalam kelompoknya sehingga terjadi hubungan yang lebih baik antara guru dan siswanya.

Sedangkan hasil penelitian Katsap (2003) :

1) Learning was cooperative

2) Demonstrating the implementation of the learning unit colleagues

influenced decisions to adopt the method and the topic

3) Learning and preparing the unit taught, which is to be included in the

course book, required that the teacher take responsibility,

4) Learning in group was characterized by organization.

Berdasarkan kutipan tersebut di dapat :

1) Pembelajaran adalah bekerja sama

2) Penerapan pembelajaran ditingkat unit dengan rekan sejawat

mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penentuan metode dan topik.

3) Pembelajaran dan persiapan mengajar yang ada di buku kursus harus dapat dipertanggungjawabkan oleh guru.

4) Pembelajaran dalam kelompok ditandai dengan adanya


(32)

commit to user

Keterampilan sosial atau kooperatif berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan kerjasama dan kolaborasi dan juga tanya jawab (Ibrahim, dkk, 2000: 9)

Melihat kelebihan dan kekurangan yang diuraikan di atas, pembelajaran kooperatif sangat penting untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar seperti yang diungkapkan oleh Ballantine dan Larres (2007) menyatakan bahwa:“students found the cooperative learning approach beneficial in developing their generic

skills”. Ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif untuk mengembangkan kemampuan umum para siswa.

3. Pendekatan Pembelajaran Think Pair Share

Ada banyak pembelajaran kooperatif yang berkembang saat ini salah satu

diantaranya adalah pendekatan pembelajaran Think-Pair-Share . Pendekatan

pembelajaran Think-Pair-Share dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari

Universitas Maryland pada tahun 1985. Pendekatan pembelajaran Think-Pair-Share

merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa (Anita Lie, 2004:57).

Pembelajaran Think Pair Share atau berpikir berpasangan berbagi adalah

merupakan pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi proses berpikir siswa. Pendekatan pembelajaran Think Pair Share adalah salah satu

pendekatan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk


(33)

commit to user

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair- Share adalah: (1) guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, (2) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri, (3) siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya, (4) kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat (Anita Lie, 2004: 58).

a. Thinking (berpikir)

Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban dari masalah yang dilontarkan tadi. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu untuk memahami masalah yang diajukan guru secara pribadi menurut kemampuan masing-masing. Pada tahap inilah akan muncul dalam diri siswa apa yang telah ia pahami dan apa yang belum ia mengerti.

b. Pair (berpasangan)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dan berdiskusi apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang di identifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 sampai 5 menit untuk berpasangan. Pada tahap ini siswa mendiskusikan apa yang sudah ia peroleh pada tahap think dengan pasangan masing-masing untuk saling bertukar pikiran dan menyampaikan dengan singkat apa saja yang telah ia pahami. Guru mendampingi proses diskusi siswa dari pasangan satu ke pasangan lain.


(34)

commit to user

c. Share (berbagi)

Guru meminta pasangan untuk berbagi hasil diskusinya dengan teman kelompoknya. Diskusi ini dapat di perlebar dengan keseluruhan kelas tentang apa yang mereka telah bicarakan. Keterampilan berbagi dengan seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya. Ini efektif dilakukan dengan bergiliran antar kelompok satu dengan kelompok yang lain.

Pada pendekatan pembelajaran Think-Pair- Share ini siswa kerja dalam kelompoknya sebanyak dua kali. Pertama mereka harus berdiskusi berpasangan dengan anggota kelompoknya sendiri. Kedua dari hasil diskusi berpasangan tersebut kemudian mereka kembali ke kelompok awal dan mendiskusikan kembali hasil belajarnya secara bersama-sama sehingga diperoleh hasil pemikiran bersama dalam kelompok yang terdiri empat orang tersebut.

4. Pendekatan Pembelajaran Think Talk Write

Pendekatan pembelajaran Think Talk Write dikembangkan oleh Huinker

dan Laughin (dalam Martimis Yamin dan Bansu I Ansari, 2003:36). Teknik ini pada dasarnya dibangun melalui proses berpikir, berbicara dan menulis. Alur pendekatan pembelajaran Think Talk Write di mulai keterlibatan siswa dalam

berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, berbicara dan membagi ide dengan temannya dan dilanjutkan dengan proses menulis. Kegiatan belajar Think Talk Write lebih efektif jika dilakukan pada kelompok


(35)

commit to user

Tahap-tahap pembelajaran Think Talk Write menurut Martinis Yamin

dan Bansu I Ansari (2008:85) adalah:

a. Think (Berpikir)

Think adalah aktivitas proses berpikir siswa. Aktivitas berpikir siswa ini

dapat dilihat dari proses membaca suatu teks soal kemudian membuat suatu catatan kecil dari apa yang sudah dibaca. Catatan kecil tersebut dibuat sendiri oleh siswa berupa apa yang diketahui dan tidak diketahui soal serta apa langkah-langkah penyelesaian soal masalahnya, membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan yang ditulis. Membuat catatan kecil mempertinggi kemampuan siswa dan bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis. Salah satu manfaat dari proses ini adalah siswa mampu menuangkan ide atau gagasan dari apa yang dapat ia pahami dan tidak ia pahami dari teks atau masalah yang telah ia baca. Kemampuan membaca yaitu membaca dari kata perkata atau membaca yang penting-penting saja secara umum membuat kita berpikir. Hasil berpikir dari membaca inilah yang perlu dituliskan dalam kerangka penyelesaian masalah.

b. Talk (Berbicara)

Talk adalah tahap aktivitas dimana siswa dapat berkomunikasi dengan

baik mengunakan kata-kata yang mereka pahami. Pada tahap ini siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 3-5 orang siswa yang heterogen. Hal ini dimaksudkan bahwa tiap kelompok memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Selanjutnya para siswa berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata yang mereka pahami. Siswa menyampaikan informasi apa yang diperoleh dari tahap


(36)

commit to user

think. Pemahaman dibangun melalui diskusi dan interaksi antara anggota dalam

kelompok. Diskusi diharapkan dapat memperoleh penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Selain itu ditahap ini siswa dimungkinkan untuk belajar dan terampil berbicara. Diskusi yang terjadi pada tahap ini merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa.

c. Write (Menulis)

Tahap terakhir adalah tahap write, siswa menuliskan hasil diskusi pada

Lembar Kerja Siswa (LKS). Aktivitas menulis berarti mengkontruksi ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman kemudian siswa mengungkapkannya dalam bentuk tulisan.

Pendekatan pembelajaran Think-Talk-Write merupakan perencanaan dan

tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran yaitu melalui kegiatan berpikir (think), berbicara /berdiskusi, bertukar pendapat (talk) dan menulis hasil

diskusi (write) agar kompetensi yang diharapkan tercapai.

5. Kemampuan Awal

Dalam proses belajar, seseorang yang ingin mempelajari hal-hal baru memerlukan modal pengetahuan yang telah melekat terkait dengan hal yang akan dipelajari. Modal awal yang telah melekat pada seseorang inilah yang selanjutnya dimaksud dengan kemampuan awal. Sering seorang siswa mengalami kesulitan dalam memahami suatu pengetahuan tertentu yang salah satu penyebabnya karena pengetahuan yang baru diterima tidak terjadi hubungan dengan pengetahuan yang


(37)

commit to user

sebelumnya, atau mungkin pengetahuan sebelumnya belum dimiliki. Dalam hal ini maka pengetahuan awal menjadi sangat penting bagi seorang siswa.

Setiap siswa dalam proses belajar mempunyai kemampuan awal yang berbeda-beda. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran, karena dari penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara kemampuan awal siswa dengan hasil belajarnya.

Menurut Atwi Suparman (2001 : 120) kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan, yang dimiliki pada saat akan mulai

mengikuti suatu pembelajaran. Menurut Muh Ali (1987 : 74) berpendapat „bahwa

seseorang dapat memiliki suatu kemampuan dengan baik bila sebelumnya telah memiliki kemampuan yang lebih rendah dari pada bidang yang sama’. Senada dengan hal tersebut Peaget dalam Paul Suparno (1997:20-21) menyatakan bahwa setiap level keadaan dapat di mengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik tolak bagi transformasi lain. Hal ini mengacu pada pendapatnya tentang aspek berpikir operatif yang berkaitan dengan transformasi dari satu level ke level lain dan berpikir operasi inilah yang memungkinkan seseorang untuk mengembangkan pengetahuan dari satu level ke level yang lebih tinggi.

Kemampuan awal yang tinggi dapat memberikan perubahan prestasi yang tinggi, sedangkan kemampuan awal yang rendah akan memberikan perubahan terhadap prestasi belajar yang kurang baik. Sedangkan kemampuan awal siswa dengan menggunakan tes ini diberikan sebelum siswa belajar materi yang akan disampaikan.


(38)

commit to user

Dalam hal ini, kemampuan awal yang akan di gunakan pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa mengenai materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari pada penelitian ini.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. “Keefektifan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) ditinjau dari motivasi belajar siswa

kelas XI jurusan mesin, listrik, elektro dan bangunan SMK Negeri Kabupaten

Madiun” oleh Margiati(2009). Dalam kesimpulannya siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran Think Talk Write

(TTW) memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini sama-sama menggunakan model pendekatan TTW. Penelitian ini berbeda dengan penelitian tersebut di atas karena penelitian ini menggunakan pendekatan pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Think Talk Write (TTW) sedang

penelitian yang sudah dibuat menggunakan pendekatan pembelajaran Think

Talk Write (TTW) dan pendekatan pembelajaran konvensional. Penelitian ini

dilakukan pada jenjang tingkat SMA kelas X kota Surakarta selain itu penelitian ini menggunakan tinjauan berdasarkan kemampuan awal siswa dengan materi persamaan kuadrat.

2. “Ekperimentasi pembelajaran matematika dengan menggunakan model struktural Think Pair Share (TPS) pada materi pokok bentuk akar dan


(39)

commit to user

Handayani(2010). Dalam kesimpulannya prestasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran struktural Think Pair Share (TPS) lebih

baik dari pada dengan metode langsung. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan pendekatan TPS. Penelitian ini berbeda pada model pembelajaran yang dipakai, materi penelitian untuk tesis ini adalah persamaan kuadrat sedangkan penelitian sebelumnya adalah materi bentuk akar dan pangkat. Tinjauan yang dipakai pada variabel bebasnya juga berbeda dimana pada penelitian ini digunakan tinjauan kemampuan awal siswa sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan tinjauan gaya belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan diskripsi di atas, dapat disusun kerangka berfikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian ini. Kerangka berpikir ini di susun

bedasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian ini yakni pendekatan

pembelajaran Think Talk Write dan pendekatan pembelajaran Think Pair Share

serta kemampuan awal siswa.

1. Think Talk Write dan Think Pair Share adalah dua pendekatan pembelajaran

kooperatif yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses belajar. Dalam pendekatan pembelajaran Think Pair Share siswa belajar dalam tiga

tahap pembelajaran. Tiga tahap tersebut diawali dengan berpikir sendiri, berdiskusi dengan pasangannya masing-masing dan diakhiri dengan diskusi dalam kelompoknya. Ketiga tahap ini akan berjalan dengan baik jika masing-masing anggota kelompok memiliki kemampuan yang heterogen sehingga


(40)

commit to user

siswa satu dengan yang lain dapat saling melengkapi. Dengan interaksi antara pasangan dan interaksi yang dibangun dengan kelompoknya inilah akan terjadi interaksi belajar. Dalam pembelajaran Think Talk Write siswa juga melalui tiga

tahap belajar. Tiga tahap ini diawali dengan berpikir sendiri, berdiskusi dengan kelompok, menuliskan hasil diskusi kelompoknya dalam LKS. Pada

pendekatan pembelajaran TTW ini penekanan terjadi pada proses berpikir dan

di akhiri dengan menuliskan hasil diskusi. Penulisan hasil diskusi pada tahap akhir inilah yang akan membantu siswa untuk mengingat dalam jangka waktu

yang panjang. Oleh karena itu maka pendekatan pembelajaran TTW ini

diharapkan dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan pendekatan TPS.

2. Hasil belajar siswa akan dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa.

Kemampuan awal siswa akan menjadi bekal siswa dalam proses penguasaan materi berikutnya. Pada peserta didik yang menerima suatu informasi baru, maka ia akan mengkonstruksi materi baru ini dengan sesuatu yang telah ia miliki sebelumnya. Siswa dengan kemampuan awal terbatas akan merasa kesulitan untuk mengkonstruksi materi baru dalam proses belajarnya. Sedangkan siswa dengan kemampuan awal yang tinggi akan lebih mudah menguasai dan memahami materi yang baru. Siswa dengan kemampuan awal tinggi memungkinkan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan awal sedang. Siswa dengan kemampuan sedang diharapkan juga memiliki hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.


(41)

commit to user

3. Peserta didik dalam proses belajarnya sudah memiliki kemampuan awal yang beragam. Siswa dengan kemampuan awal tinggi biasanya tidak banyak mengalami kesulitan belajar dengan pendekatan pembelajaran yang beragam. Kemampuan awal yang baik inilah yang akan membantu seorang siswa untuk mengkontruksi pengetahuan baru yang ia terima. Ini berarti siswa dengan kemampuan awal tinggi pada proses pendekatan pembelajaran Think Talk Write

dan Think Pair Share dimungkinkan akan memiliki hasil belajar yang lebih

baik dibandingkan dengan siswa dengan kemampuan awal yang sedang dan

rendah. Siswa dengan kemampuan awal sedang dengan pendekatan

pembelajaran Think Talk Write dan Think Pairs Share juga akan memberikan

hasil belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan awal rendah. Namun proses belajar tentu juga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan dalam kelas, sehingga ada kemungkinan siswa dengan kemampuan awal rendah pada pendekatan pembelajaran Think Talk Write akan memiliki

prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan

pendekatan pembelajaran Think Pair Share. Hal ini disebabkan siswa dengan

kemampuan awal rendah akan sangat terbantu untuk mengingat dalam jangka waktu yang panjang dengan adanya catatan tulisan yang telah ia buat

sebelumnya. Siswa dengan kemampuan awal tinggi pada pendekatan

pembelajaran Think Pair Share akan dimungkinkan memberikan prestasi

belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang diberikan pendekatan

pembelajaran Think Talk Write. Hal ini terjadi karena siswa yang pandai


(42)

commit to user

kemampuan awal sedang dan rendah cenderung pasif dalam diskusi kelompok maupun pasangan.

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini ada beberapa hipotesis sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran Think Talk Write akan

menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibanding pendekatan

pembelajaran Think Pair Share.

2. Siswa dengan kemampuan awal lebih tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan awal yang lebih rendah.

3. Pada siswa dengan kemampuan awal tinggi yang mendapatkan penerapan

pendekatan pembelajaran Think Talk Write memiliki prestasi belajar

matematika yang sama dengan siswa yang mendapat penerapan pendekatan

pembelajaran Think Pair Share. Pada siswa dengan kemampuan awal sedang

dan rendah yang mendapat penerapan pendekatan pembelajaran Think Talk

Write memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang mendapat


(43)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah peserta didik kelas X Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Surakarta pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Regina Pacis Surakarta, SMA Kristen 1 Surakarta dan SMA Kristen 2 Surakarta. Sedangkan uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta.

B. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester pertama tahun pelajaran 2010/2011. Adapun tahap pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi: pengajuan judul, penyusunan proposal, penyusunan instrumen penelitian, penyusunan skenario pembelajaran serta pengajuan ijin penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juli 2010.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi: uji coba instrumen, eksperimen, pengumpulan data dan konsultasi dengan pembimbing. Tahap ini dilaksanakan pada bulan September 2010 sampai dengan November 2010.


(44)

commit to user c. Analisis data

Analisis data dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan November 2010.

d. Tahap penyusunan laporan

Tahap ini dimulai bersamaan dengan pelaksanaan eksperimen yaitu pada bulan September 2010 dan selesai pada bulan November 2010.

C. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu

(quasi experimental research). Metode ini digunakan karena peneliti tidak

memungkinkan untuk mengendalikan dan memanipulasi semua variabel yang relevan. Pada penelitian ini yang dilakukan adalah membandingkan prestasi belajar dari kelompok eksperimen yang melaksanakan pembelajaran matematika dengan pendekatan Think Pair Share dan Think Talk Write. Penelitian ini

menggunakan desain 2 x 3.

Tabel 3.1 Tabel Rancangan Penelitian

B A

b1 b2 b3

a1

a2

a1b1

a2b1

a1b2

a2b2

a1b3


(45)

commit to user Keterangan:

A = Pendekatan pembelajaran

a1 = Pendekatan pembelajaran TTW

a2 = Pendekatan pembelajaran TPS

B = Kemampuan awal

b1 = Kemampuan awal tinggi

b2 = Kemampuan awal sedang

b3 = Kemampuan awal rendah

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Negeri dan Swasta Kota Surakarta yang bukan kelas dengan kategori RSBI dan SBI pada tahun pelajaran 2010/2011.

Tabel 3.2 Peringkat Sekolah berdasarkan Hasil UN SMA Tahun 2010 No Nama Sekolah Nilai Rerata Tingkat

1 SMA Regina Pacis Surakarta 8,30 Atas

2 SMA N 4 Surakarta 7,69 Atas

3 SMA N 7 Surakarta 7,17 Atas

4 SMA N 2 Surakarta 6,96 Atas

5 SMA WW Surakarta 6,85 Atas


(46)

commit to user

7 SMA N 5 Surakarta 6,59 Atas

8 MAN 1 Surakarta 6,19 Atas

9 SMA N 6 Surakarta 6,02 Atas

10 SMA Muh 6 Surakarta 6,00 Atas

11 SMA Santo Paulus Surakarta 5,98 Tengah

12 SMA MTA Surakarta 5,89 Tengah

13 SMA Batik 2 Surakarta 5,69 Tengah

14 SMA Al Islam 1 Surakarta 5,68 Tengah

15 SMA Batik 1 Surakarta 5,51 Tengah

16 SMA Kristen 1 Surakarta 5,21 Tengah

17 SMA Al Muayat Surakarta 5,16 Tengah

18 SMA PNK Surakarta 5,04 Tengah

19 SMA Al Islam 3 Surakarta 5,02 Tengah

20 SMA Muh 1 Surakarta 4,95 Tengah

21 SMA Muh 3 Surakarta 4,92 Tengah

22 SMA N 8 Surakarta 4,91 Bawah

23 SMA Yosef Surakarta 4,86 Bawah

24 SMA Warga Surakarta 4,83 Bawah

25 MA Negeri 2 Surakarta 4,80 Bawah

26 SMA Muh 2 Surakarta 4,71 Bawah

27 SMA Kristen 2 Surakarta 4,41 Bawah

28 SMA Murni Surakarta 4,30 Bawah

29 SMA Islam 1 Surakarta 4,09 Bawah

30 SMA Tripusaka Surakarta 4,01 Bawah

31 SMA Cokroaminoto Surakarta 3,93 Bawah

Sumber : Database MGMP Matematika Surakarta Tahun 2010

2. Sampel

Menurut Budiyono (2003:34) dikemukakan bahwa karena berbagai alasan, seperti tidak mungkin, tidak perlu atau tidak mungkin dan tidak perlu semua subyek atau hal lain yang ingin dijelaskan atau diramalkan atau dikendalikan perlu diteliti (diamati), maka hanya perlu mengamati sampel saja.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling random kluster stratifikasi (stratified cluster random sampling), dengan langkah-langkah:


(47)

commit to user

a. Populasi dibagi menurut kategori masing-masing sekolah, dengan melihat rataan nilai UN matematika SMA tahun pelajaran 2009/2010.

b. Masing-masing kategori diambil secara acak satu sekolah yaitu kelompok atas terpilih SMA Regina Pacis Surakarta, kelompok sedang terpilih SMA Kristen 1 Surakarta, dan kelompok bawah terpilih SMA Kristen 2 Surakarta yang merupakan unit-unit populasi (kluster-kluster)

c. Melakukan sampling random kluster lagi dari kluster-kluster yang ada yaitu dengan mengambil secara acak masing-masing dua kelas untuk kelas eksperimen.

Dari prosedur teknik pengambilan sampel di atas, sampel pada penelitian ini adalah:

1. Siswa SMA Regina Pacis Surakarta

Sampel ini mewakili SMA tingkat atas. Pada sekolah ini diambil 2 kelas sebagai kelas eksperimen pertama dan kedua.

2. Siswa SMA Kristen 1 Surakarta

Sampel ini mewakili SMA tingkat sedang. Pada sekolah ini diambil 2 kelas sebagai kelas eksperimen pertama dan kedua.

3. Siswa SMA Kristen 2 Surakarta

Sampel ini mewakili SMA tingkat rendah. Pada sekolah ini diambil 2 kelas sebagai kelas eksperimen pertama dan kedua.


(48)

commit to user Kelas eksperimen sebagai berikut:

Tabel 3.3 Data Kelas Eksperimen

No Kelompok Nama Sekolah Kelas TTW TPS

1 Atas SMA Regina Pacis Surakarta XC XE

2 Tengah SMA Kristen 1 Surakarta XC XD

3 Bawah SMA Kristen 2 Surakarta X1 X3

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, digunakan dua variabel bebas dan satu variabel terikat. a. Variabel Terikat : Prestasi Belajar Siswa

(i). Definisi Operasional : Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha peserta didik dalam proses belajar matematika yang dinyatakan dalam simbol, angka, huruf yang menyatakan hasil yang sudah dicapai oleh tertentu.

(ii). Indikator : Nilai tes prestasi belajar matematika setelah mengikuti proses pembelajaran.

(iii). Skala Pengukuran : Skala Interval

b. Variabel Bebas

Budiyono (2003:9) menyebutkan bahwa variabel bebas adalah variabel independen atau variabel penyebab. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu :


(49)

commit to user

1. Pendekatan Pembelajaran

(i). Definisi Operasional : Pendekatan pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan pendekatan TTW untuk kelas eksperimen 1 dan pendekatan TPS untuk kelas eksperimen 2.

(ii). Indikator : Pemberian perlakuan dengan pendekatan TTW untuk

kelas eksperimen 1 dan pendekatan TPSuntuk kelas eksperimen 2.

(iii). Skala Pengukuran : Skala Nominal

2. Kemampuan Awal Siswa

(i) Definisi Operasional : Kemampuan awal siswa adalah hasil belajar

siswa pada awal pembelajaran kelas X.

(ii) Indikator : Skor Angket Tes Kemampuan Awal Siswa

(iii) Skala pengukuran : Skala interval, kemudian diubah menjadi skala ordinal yang terdiri dari tiga kategori yaitu : tinggi , sedang, rendah.

Untuk kategori tinggi : X Xgab 0,5Sgab

Untuk kategori sedang : Xgab 0,5Sgab X Xgab 0,5Sgab


(50)

commit to user Keterangan:

X = rataan skor kemampuan awal

SD = Standar Deviasi

F. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji Instrumen 1. Metode Pengumpulan Data

a. Tes Kemampuan Awal

Tes yang berisi soal mengenai persamaan kuadrat dilakukan untuk mengetahui skor kemampuan awal siswa sebelum mengikuti pendekatan pembelajaran TTW dan TPS. Tes dalam penelitian ini terdiri dari 25 pertanyaan pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Jika benar diberi skor 4 dan jika salah mendapat skor 0. Kemampuan awal siswa dibedakan menjadi tiga yaitu kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah.

b. Tes Hasil Belajar

Tes yang berisi soal-soal persamaan kuadrat dilakukan untuk mengetahui skor kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika. Tes dalam penelitian ini terdiri dari 25 pertanyaan pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Jika benar mendapat skor 4 dan jika salah mendapat skor 0, sehingga skor maksimal seseorang responden adalah 100 dan skor minimal 0.


(51)

commit to user

2. Prosedur Penyusunan Instrumen Penelitian

Prosedur penyusunan instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Kisi-kisi Soal

Membuat kisi-kisi soal berkaitan dengan materi pelajaran yang akan diteliti yaitu tentang persamaan dan pertidaksamaan kuadrat baik untuk tes uji coba kemampuan awal maupun untuk tes uji coba hasil akhir.

b. Soal Tes

Membuat soal berupa tes objektif dengan materi bentuk aljabar berbentuk pilihan ganda yang untuk mengukur kemampuan awal siswa dan tes objektif dengan materi persamaan dan persamaan kuadrat berbentuk pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar.

c. Uji Coba Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa dan hasil belajar matematika. Sebelum instrumen tes ini digunakan terlebih dahulu diadakan uji coba diluar sampel tetapi masih dalam populasi untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tes tersebut. Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di SMA N 2 Surakarta pada kelas X tahun pelajaran 2010/2011.


(52)

commit to user

1) Uji Validitas Isi

Agar tes mempunyai validitas isi, menurut Budiyono (2003: 58) harus diperhatikan hal-hal berikut:

- Tes harus dapat mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran

tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.

- Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan

materi yang diajarkan.

- Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal tes sudah dipelajari dan dapat dipahami oleh testee.

- Untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti melakukan prosedur dalam

penyusunan tes sebagai berikut: menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi yang diajaran berdasarkan kurikulum yang berlaku, menyusun kisi-kisi soal tes berdasarkan kompetensi dasar daan indikator yang dipilih, menyusun butir-butir soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, melakukan penilaian terhadap butir-butir soal tes. Jika hal-hal tersebut telah sesuai maka tes tersebut dapat dinyatakan valid.

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan rumus Alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan hanya 1 atau 0) yaitu sebagai berikut :


(53)

commit to user

2

11 1 2

1

i

t

S n

r

n S

Dengan

= indeks reliabilitas instrumen n = cacah butir instrumen

= variansi skor butir ke – i, i = 1, 2, …, n = variansi total

(Budiyono,2003:69) Dalam penelitian ini, disebut reliabel jika indeks reliabilitasnya lebih atau sama dengan 0,70.

3) Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat kesukaran yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus :

Keterangan

I = indeks kesukaran setiap butir soal

B = banyak peserta tes yang menjawab soal benar

N = Jumlah seluruh peserta tes

Dalam penelitian ini soal tes yang dipakai jika 0,30≤ P ≤ 0,70.


(54)

commit to user

4) Daya Beda Butir Soal

Daya pembeda suatu butir soal dapat diperoleh dengan mencari indeks konsistensi internalnya. Konsistensi internal suatu butir soal dapat dihitung menggunakan rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson.

2 2

2 2

Y Y

n X X

n

Y X XY

n rxy

dengan

rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke i

n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)

X = skor total butir ke-i (dari subjek uji coba)

Y = skor total (dari subjek uji coba)

Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang.

(Budiyono, 2003:65)

G. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat

Uji Prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.


(55)

commit to user a. Uji Normalitas

Dalam penelitian uji normalitas menggunakan metode Lilliefors dengan prosedur:

1) Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

2) Statistik Uji

L = Maks |F(zi) – S(zi)|

dengan:

L : Koefisien Lilliefors dari pengamatan

zi : Skor standar,

s X X

z i

i , (s = standar deviasi)

F(zi) = P(Z<zi), Z~N(0,1)

S(zi) = proporsi cacah Z < zi terhadap seluruh zi

Xi = skor item

3) Tarif Signifikasi (α) = 0,05

4) Daerah Kritik (DK)


(56)

commit to user

5) Keputusan Uji

H0 ditolak jika L terletak di daerah kritik

6) Kesimpulan

Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika H0 diterima.

(Budiyono, 2004:171)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian mempunyai variasi yang sama atau tidak. Untuk menguji homogenitas ini digunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dengan prosedur sebagai berikut:

1) Hipotesis 2 2 2 2 1

0 : ... k

H (variansi populasi homogen)

H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)

2) Statistik Uji yang digunakan:

dengan: f f k c j 1 1 ) 1 ( 3 1

1 ; RKG =

j j

f SS

; SSj =

j j j n X X 2 2


(57)

commit to user

k = banyaknya populasi

f = derajad kebebasan RKG = N – k

N = cacah semua pengukuran

fj = derajad kebebasan untuk sj = nj– 1

j = 1, 2, …, k

nj = cacah pengukuran pada sampel ke-j

3) Taraf signifikansi (α) = 0,05

4) Daerah Kritik (DK)

DK =

5) Keputusan Uji

H0 ditolak jika hitung terletak di daerah kritik

6) Kesimpulan

Populasi-populasi homogen jika H0 diterima

(Budiyono, 2004:176-177)

2. Uji Keseimbangan

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas, maka uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok dalam keadaan seimbang atau tidak seimbang sebelum kedua kelompok tersebut mendapat perlakuan, statistik uji yang digunakan adalah uji-t dengan langkah-alangkah sebagai berikut:


(58)

commit to user 1. Hipotesis

H0 : µ1 = µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama)

H1 : µ1≠ µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda)

2. Taraf signifikasi (α) = 0,05 3. Statistik uji yang digunakan:

1 2 2 1 1 1 n n s X X t p

~ t(n1+n2-2)

Keterangan:

1

X = mean dari sampel kelompok eksperimen 1

2

X = mean dari sampel kelompok eksperimen 2

n1 = ukuran sampel kelompok eksperimen 1

n2 = ukuran sampel kelompok eksperimen 2

Sp2 = variansi populasi :

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 n n s n s n Sp

4. Daerah Kritik DK = {t|

1 2

; 2

2n n

t t atau

1 2

; 2

2n n

t t }

5. Keputusan uji


(59)

commit to user

6. Kesimpulan:

Kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima.

(Budiyono, 2004:151)

3. Uji Hipotesis

Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, dengan model sebagai berikut:

ijk ij j

i ijk

X

dengan:

Xijk = data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j.

µ = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean).

αi = efek baris ke-i pada variabel terikat.

βj = efek baris ke-j pada variabel terikat.

(αβ)ij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat.

εijk = deviasi data amatan terhadap rataan populasinya (µij) yang berdistribusi

normal dengan rataan 0 dan variansi σ2.

i = 1, 2 ; 1 = Pendekatan pembelajaran TTW.


(60)

commit to user

j = 1, 2, 3 ; 1 = motivasi tinggi.

2 = motivasi sedang. 3 = motivasi rendah.

k = 1, 2, ..., nij ; nij = cacah data amatan pada setiap sel ij.

(Budiyono, 2004: 228)

Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, yaitu:

a. Hipotesis

H0A : αi = 0 untuk setiap i = 1, 2 (tidak ada perbedaan efek antara baris

terhadap variabel terikat).

H1A : paling sedikit ada satu αi yang tidak nol (ada perbedaan efek antara baris

terhadap variabel terikat).

H0B : βj = 0 untuk setiap j = 1, 2, 3 (tidak ada perbedaan efek antar kolom

terhadap variabel terikat).

H1B : paling sedikit ada satu βj yang tidak nol (ada perbedaan efek antar kolom

terhadap variabel terikat).

H0AB : (αβ)ij = 0 untuk setiap i =1, 2 dan j = 1, 2, 3 (tidak ada interaksi baris dan


(61)

commit to user

H1AB : paling sedikit ada satu (αβ)ij yang tidak nol (ada interaksi baris dan

kolom terhadap variabel terikat).

(Budiyono, 2004: 211)

b. Komputasi

1) Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi sebagai berikut:

nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i kolom ke-j

= cacah data amatan pada sel ij

= frekuensi sel ij

h

n = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =

j i nij

pq , 1 j i ij n N ,

= banyaknya seluruh data amatan

k ij k ijk ijk ij n X X SS 2 2

= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij

ij

AB = rataan pada sel ij

Ai =

i ij


(62)

commit to user Bj =

j ij

AB = jumlah rataan pada baris ke-j

G = j i ij AB ,

= jumlah rataan semua sel

Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut:

; 1 2 pq G ; 2 ,j i ij

SS 3 ;

2 i i q A ; 4 2 j j p B j i ij AB , 2 5

2) Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terhadap lima jumlah kuadrat, yaitu:

JKA = nh{(3) – (1)} JKG = (2)

JKB = nh{(4) – (1)} JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG

JKAB = nh{(1) + (5) – (3) – (4)}

3) Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah

dkA = p – 1 dkB = q – 1

dkAB = (p – 1)(q – 1) dkG = N – pq

dkT = N – 1


(63)

commit to user dkA

JKA

RKA

dkAB JKAB RKAB

dkB JKB

RKB

dkG JKG RKG

5) Statistik Uji

a) Untuk H0A adalah Fa=

RKG RKA

yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan p-1 dan N–pq.

b) Untuk H0B adalah Fb=

RKG RKB

yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan q–1 dan N–pq.

c) Untuk H0AB adalah Fab=

RKG RKAB

yang merupakan nilai dari variabel

random yang berdistribusi F dengan derajat kebebasan (p – 1) (q – 1) dan N – pq.

6) Taraf signifikasi (α) = 0,05

7) Daerah Kritik

a) Daerah kritik untuk Fa adalah DK={Fa | Fa > Fα ; p – 1, N – pq}

b) Daerah kritik untuk Fb adalah DK={Fb | Fb > Fα ; q – 1, N – pq}

c) Daerah kritik untuk Fab adalah DK={Fab | Fab > Fα ; (p – 1)(q – 1), N – pq}

8) Keputusan Uji


(1)

commit to user

Pada uji komparansi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh bahwa

2 3 24, 5200

F dan F0,05,2,144 6, 00sehingga F2 3 DK dengan demikian siswa dengan kemampuan awal sedang memiliki hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Hal ini dimungkinkan siswa dengan kemampuan awal sedang memiliki kemampuan penguasaan materi yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan awal rendah.

3. Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga dalam penelitian ini mengatakan “Pada siswa dengan

kemampuan awal tinggi yang mendapatkan penerapan pendekatan pembelajaran TTW memiliki prestasi belajar matematika yang sama dengan siswa yang mendapat penerapan pendekatan pembelajaran TPS. Pada siswa dengan kemampuan awal sedang dan rendah yang mendapat penerapan pendekatan pembelajaran TTW memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang mendapat penerapan pendekatan pembelajaran TPS”

Berdasarkan hasil anava dua jalan dengan sel tak sama diperoleh harga statistika uji Fab 0, 047 dan F0,05,2,144 3, 00 ternyata Fab F0,05,2,144 sehingga

ab

F DKdengan demikian H0AB diterima. Hal ini berarti pada tingkat signifikan 0, 05 tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan tingkat kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat. Hasil tersebut tidak sesuai dengan yang dihipotesiskan peneliti, ada kemungkinan karena peneliti tidak dapat mengontrol faktor luaran yang terjadi selama penelitian dilakukan, misalnya


(2)

commit to user

motivasi siswa, frekuensi belajar di rumah dan sebagainya. Dari hasil perhitungan anava dua jalan dengan sel tak sama di atas ditunjukkan bahwa pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar matematika tidak dipengaruhi pada kategori kemampuan awal, demikian pula kemampuan awal yang dimiliki siswa tidak dipengaruhi pendekatan pembelajaran yang diberikan. Pendekatak pembelajaran TTW dan TPS memberikan hasil yang sama untuk masing-masing tingkat kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah.


(3)

commit to user BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa data dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pendekatan pembelajaran Think Talk Write (TTW) memberikan hasil prestasi belajar matematika yang sama dengan pendekatan pembelajaran Think Pair Share (TPS), artinya kedua pendekatan memberikan hasil belajar yang tidak berbeda.

2. Hasil belajar siswa dengan kemampuan awal tinggi lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan awal sedang dan rendah, dan siswa dengan kemampuan awal sedang memiliki hasil belajar yang lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan awal rendah.

3. Pendekatan pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan Think Pair Share (TPS) memberikan hasil belajar yang sama untuk masing-masing tingkat kemampuan awal siswa tinggi, sedang dan rendah.

B. Implikasi

Berdasarkan kajian teori dan mengacu pada penelitian yang sudah dilakukan maka penulis menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai upaya dalam peningkatan hasil belajar matematika siswa.


(4)

commit to user 1. Implikasi Teoritis

Berdasarkan kesimpulan di atas maka tampak bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran TTW dan TPS pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat memberikan hasil yang sama baik. Ini berarti tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran TTW dan pendekatan pembelajaran TPS.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada materi persamaan dan pertidaksamaan kuadrat pada siswa kelas X tahun pelajaran 2010/2011. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah, sedangkan hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang mempunyai efek yang lebih baik dari pada siswa dengan kemampuan awal rendah. Hasil ini secara teoritis dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk memperhatikan aspek kemampuan awal siswa dalam melakukan proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Semakin baik kemampuan matematika yang dikuasai siswa sewaktu SMP baik kemampuan komputasi maupun kemampuan penguasaan konsep akan semakin baik penguasaan matematika di SMA, apalagi materi matematika adalah selalu berhubungan satu sama lain, sehingga proses berikutnya akan tergantung kemampuan yang dimiliki sebelumnya. Pembelajaran matematika akan lebih baik apabila memperhatikan kemampuan awal siswa sehingga prestasi belajar akan lebih baik.


(5)

commit to user 2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru dalam upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar, guru dapat memilih pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa. Guru juga perlu memperhatikan kemampuan siswa yang beragam sehingga dengan kemampuan yang berbeda dapat dihasilkan prestasi belajar yang maksimal untuk masing-masing tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi pada penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Kepada guru mata pelajaran matematika

a. Guru matematika di sekolah hendaknya menggunakan pembelajaran kooperatif dalam proses pembelajaran di kelas misalnya dengan pendekatan pembelajaran kooperatif Think Talk Write dan Think Pair Share. Dengan demikian guru dapat memumbuhkan sikap kooperatif antar siswa.

b. Guru hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Salah satu diantaranya dengan memperhatikan kemampuan awal siswa yang dimiliki sehingga proses belajar dan hasil belajarnya lebih maksimal.


(6)

commit to user 2. Kepada Kepala Sekolah

a. Hendaknya kepala sekolah menghimbau para guru untuk menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif seperti TTW dan TPS dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa menjadi baik.

b. Memberikan dukungan sepenuhnya kepada para guru dengan menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan sehingga dapat menunjang proses belajar mengajar guru dalam kelas.

3. Saran peneliti atau calon peneliti

Bagi para peneliti, tesis ini dapat digunakan sebagai suatu acuan atau dapat dipakai sebagai satu referensi untuk melakukan penelitian yang lain. Diharapkan para peneliti dapat mengembangkan penelitian untuk variabel lain yang sejenis atau model pembelajaran lain, sehingga dapat menambah wawasan dan kualitas pendidikan yang lebih baik, khususnya pendidikan matematika.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN MENGANALISIS CERPEN

3 21 111

“Pengaruh Pembelajaran Think-Talk-Write Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa”.

0 5 247

Meningkatkan hasil belajar IPA melalui pembelajaran kooperatif tipe think talk write (ttw) pada siswa kelas IV Mi Al Ishlahat Jatiuwung Kota Tangerang

0 10 0

Perbedaan hasil belajar ekonomi siswa dengan menggunakan metode pembelajaran TTW (Think Talk Write) dan model pembelajaran terbalik (reciprocal teaching) di SMA Nusa Putra Tangerang

1 6 154

Pengaruh strategi pembelajaran think-talk write (TTW) tehadap hasil belajar fisika siswa : kuasi eksperimen di SMA Negeri 3 Rangkasbitung

2 16 103

Pengaruh Strategi Think-Talk-Write (TTW) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa : studi ekperimen di MTsN 19 Pondok Labu Jakarta Selatan

0 5 225

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL MELALUI STRATEGI THINK PAIR SHARE PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

0 2 64

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE BERBANTU KARTU MASALAH DAN THINK PAIR SHARE BERBANTU KARTU MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA PADA SUB POKOK BAHASAN PERBANDINGAN SISWA SMP NEGERI 16

0 0 1

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) DAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DITINJAU DARI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 9

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CTL) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VII SMPN KOTA SURAKARTA (Arinta Rara Kirana)

0 0 11