PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS IV SD N NOMPOREJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPENUMBERED
HEADS TOGETHER(NHT) SISWA KELAS IV SDN NOMPOREJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017
TUGAS AKHIR SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
Oleh Destiani Pratiwi NIM 13108244016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPENUMBERED
HEADS TOGETHER(NHT) SISWA KELAS IV SD N NOMPOREJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh: Destiani Pratiwi NIM 13108244016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD N Nomporejo pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan melalui model pembelajaran kooperatif tipeNumbered Heads Toegether(NHT).
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) jenis Kemmis dan Mc Taggart. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 15 anak. Teknik pengumpulan data untuk melihat pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT menggunakan observasi, sedangkan untuk melihat hasil belajar siswa menggunakan tes. Instrumen penelitian menggunakan lembar tes dan lembar observasi. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan siswa kelas IV SD N Nomporejo. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas IV dari siklus I ke siklus II. Hasil belajar rata-rata pra siklus sebesar 54,67, siklus I sebesar 79,25 dan pada siklus II sebesar 91,47. Tingkat ketuntasan pada pra siklus adalah 20% pada siklus I menjadi 53,34% dan pada siklus II menjadi 100%. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT juga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Partisipasi siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu dari 67,301% menjadi 87,932%.
Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe NHT, penjumlahan dan pengurangan pada pecahan.
(3)
THE ENHANCEMENT OF MATHEMATIC LEARNING OUTCOMES THROUGH NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TYPE OF
COOPERATIVE LEARNING MODEL ON GRADE IV STUDENTS OF SD N NOMPOREJO
IN THE ACADEMIC YEAR 2016/2017 By:
Destiani Pratiwi NIM 13108244016
ABSTRACT
This study was aimed to improve the learning outcomes of fourth grade students of SD N Nomporejo on the material of summation and subtraction on fractions through Numbered Heads Toegether (NHT) type of cooperative learning model .
This research was a Kemmis and Mc Taggart type of Classroom Action Research (CAR) . The subjects of the study were the fourth grade students of SD N Nomporejo in the academic year 2016/2017, which amounted to 15 children. The researcher used observation sheets for the data collection techniques to see the implementation of NHT type of cooperative learning model used the observation sheets, and used test to see the students' learning outcomes. The research instruments which were used by the researcher were test sheets and observation sheets. The data analysis technique which was used, was descriptive quantitative and descriptive qualitative.
The results showed that the implementation of NHT type of cooperative learning model in mathematics learning could improve student learning outcomes on the material of summation and subtraction on fractions of the fourth grades students of Nomporejo Elementary School. This was evidenced by the increasing in value of grade IV students' learning outcomes in each cycle that was from cycle I to cycle II. The average learning outcomes from pre cycle 54,67, cycle I 79,25 and on cycle II 91.47. The passing degree which was 20% in the pre cycle increased to 53.34% in cycle I and in cycle II to 100%. The NHT type of cooperative learning model could also increase the students participation in the learning process, that was 67.301% in cycle I increased to 87.932% in cycle II. Keywords:learning outcomes, NHT type of cooperative learning model,
(4)
(5)
(6)
(7)
MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari segala urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan
hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Terjemahan QS. Al-Insyirah: 6-8)
(8)
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur alhamdulillah atas rahmat Allah SWT, karya ini kupersembahkan kepada:
1. Kedua orang tuaku, Bapak Pranowo dan Ibu Sutari yang selalu mendoakanku, memberi bimbingan dan memberikan dukungan semangat.
2. Adikku yang selalu mendoakanku dan memberikan semangat. 3. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.
(9)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Akripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Siswa Kelas IV SDN Nomporejo Tahun Pelajaran 2016/2017” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Sri Rochadi, M.Pd. selaku Dosen Pemimbing TAS yang telah banyak
memberikan semangat, dorongan, dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
2. Sri Rochadi, M.Pd. selaku Validator Instrumen penelitian TAS yang memberikan saran/masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.
3. Sri Rochadi, M.Pd., Purwono PA, M.Pd., dan Suyantiningsih, M.Ed. selaku Ketua Penguji, Sekretaris Penguji, dan Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.
4. Drs. Suparlan, M.Pd.I selaku ketua Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.
5. Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang memberikan persetujuan pelakasanaan Tugas Akhir Skripsi.
6. Banu Setyo Adi, M.Pd. selaku Pembimbing Akademik yang telah yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan.
7. Suyatinem, S.Pd. selaku Kepala SDN Nomporejo yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.
8. Fitri Esnenti S.Pd SD. selaku guru kelas IV SDN Nomporejo yang telah membantu penulis dalam penelitian.
(10)
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
ABSTRAK...ii
SURAT PERNYATAAN... iv
LEMBAR PERSETUJUAN... v
LEMBAR PENGESAHAN... vi
MOTTO... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI...xi
DAFTAR TABEL...xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN...xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1
B.Identifikasi Masalah... 4
C.Batasan Masalah ...4
D.Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ...5
F.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI A.Kajian tentang Matematika... 8
1.Pengertian Matematika ...8
2.Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar...8
3.Tujuan Pembelajaran Matematika ...10
4.Ruang Lingkup Matematika...11
B.Kajian tenatang Hasil Belajar...12
1.Belajar... 12
2.Hasil Belajar ...13
C.Kajian tentang Model Pembelajaraan Kooperatif... 17
1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif ...17
2.Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 19
3.Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 20
4.Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif ... 21
D.Kajian tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT...23
1.Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT...23
2.Tahap-tahp Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT...24
3.Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT... 27
E.Kajian tentang Materi Pecahan di Kelas IV Sekolah Dasar... 28
(12)
2.Operasi Penjumlahan pada Pecahan Berpenyebut Sama...30
3.Operasi Pengurangan pada Pecahan Berpenyebut Sama...31
4.Operasi Penjumlahan dan Pengurangan pada Pecahan Berpe-nyebut sama... 32
F.Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar...32
G.Kerangka Pikir ...36
H.Hasil Penelitian yang Relevan ...38
I.Hipotesis Penelitian ...39
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian...40
B.Subjek dan Objek Penelitian... 41
C.Setting Penelitian...41
D.Model Penelitian... 42
E.Prosedur Penelitian... 43
F.Teknik Pengumpulan Data ...49
G.Instrumen Penelitian ...50
H.Teknik Analisis Data ...55
I.Validasi Instrumen...57
J.Indikator Keberhasilan... 58
K.Definisi Operasional...58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian... 60
1.Deskripsi Langkah Sebelum Pelaksanaan Tindakan...60
2.Deskripsi Pelaksanaan Tindakan...63
B.Pembahasan Penelitian... 96
C.Keterbatasan Penelitian... 98
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan... 99
B.Saran...99
DAFTAR PUSTAKA...101
(13)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Nilai Rata-rata UTS Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017... 3
Tabel 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar... 17
Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Tes... 50
Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru ... 52
Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi Partisipasi Siswa ... 53
Tabel 6. Rubrik Pedoman Lembar Observasi Partisipasi Siswa... 53
Tabel 7. Klasifikasi Hasil Observasi... 56
Tabel 8. Inisial Subjek Penelitian ... 60
Tabel 9. Hasil Tes Pra Siklus ... 61
Tabel 10. Nilai Individu Siswa Siklus I... 72
Tabel 11. Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran di Siklus I... 77
Tabel 12. Hasil Rekapitulasi Nilai pada Siklus I... 78
Tabel 13. Nilai Individu Siswa Siklus II... 88
Tabel 14. Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran di Siklus II... 93
(14)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir... 37
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Taggart... 42
Gambar 3. Diagram Nilai Rata-rata Hasil Tes Pra Siklus dan Siklus I... 73
Gambar 4. Diagram Ketuntasan Belajar pada Pra Siklus dan Siklus I... 74
Gambar 5. Diagram Nilai Rata-rata Hasil Tes Siklus I dan Siklus II... 89
Gambar 6. Diagram Ketuntasan Belajar pada Siklus I dan Siklus II... 90
Gambar 7. Diagram Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II... 90
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Soal Pretest... 105
Lampiran 2. Kunci Jawaban Soal Pretest... 107
Lampiran 3. Hasil Nilai Pretest... 109
Lampiran 4. Daftar Pembagian Kelompok Siklus I... 110
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 111
Lampiran 6. Soal Postest Siklus I dan Kunci Jawaban... 122
Lampiran 7. Daftar Pembagian Kelompok Siklus II... 126
Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 127
Lampiran 9. Soal Postest Siklus II dan Kunci Jawaban... 138
Lampiran 10. Nilai Tes Inividu Siswa Siklus I... 142
Lampiran 11. Nilai Tes Inividu Siswa Siklus II... 143
Lampiran 12. Data Hasil Nilai Terendah Siswa Siklus I Pertemuan 1 ……. 144
Lampiran 13. Data Hasil Nilai Terendah Siswa Siklus I Pertemuan 2 ……. 145
Lampiran 14. Data Hasil Nilai Tertinggi Siswa Siklus I Pertemuan 1 …... 146
Lampiran 15. Data Hasil Nilai Tertinggi Siswa Siklus I Pertemuan 2 …... 147
Lampiran 16. Data Hasil Nilai Terendah Siswa Siklus II Pertemuan 1 ….... 148
Lampiran 17. Data Hasil Nilai Terendah Siswa Siklus II Pertemuan 2 ….... 149
Lampiran 18. Data Hasil Nilai Tertinggi Siswa Siklus II Pertemuan 1 ….... 150
Lampiran 19. Data Hasil Nilai Tertinggi Siswa Siklus II Pertemuan 2 ….... 151
Lampiran 20. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 152
Lampiran 21. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2... 154
Lampiran 22. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1... 156
Lampiran 23. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2... 158
Lampiran 24. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1... 160
Lampiran 25. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2... 162
Lampiran 26. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1... 164
Lampiran 27. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2... 166
(16)
Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian... 170 Lampiran 30. Surat Validator... 171 Lampiran 31. Surat Ijin Penelitian ... 173
(17)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kegiatan belajar mengajar di mulai sejak manusia lahir. Kegiatan belajar formal dapat dilakukan di sekolah dan dimulai dari pendidikan dasar. Di tingkat pendidikan dasar dilakukan di Sekolah Dasar (SD), disini terjadi interaksi antara siswa dan guru, dalam interaksi tersebut muncul suatu proses belajar mengajar.
Saat proses belajar mengajar, guru mempunyai peran yang sangat penting yaitu sebagai fasilitator. Guru juga harus mempunyai strategi sendiri dalam melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM) agar siswa tidak bosan dalam proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan pembelajaran bila guru dapat memilih berbagai macam metode dan alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran.
Salah satu pelajaran yang ada di SD adalah pelajaran matematika. Matematika adalah pembelajaran yang mengenalkan pada siswa suatu ketrampilan pemahaman dan ketrampilan menghitung. Berhitung adalah suatu hal yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam kegiatan jual beli kita harus menguasai ketrampilan menghitung, sehingga diharapakan siswa dapat menguasi matematika dengan baik. Disini guru mempunyai peran yang penting dalam pembelajaran Matematika.
Hamalik (2006: 36) menyatakan bahwa proses dan hasil belajar siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing siswa. Guru seharusnya dapat menciptakan lingkungan belajar yang
(18)
efektif, menyenangkan dan mampu mengelola kelas dengan baik sehingga hasil belajar siswa akan lebih optimal. Guru juga harus mampu membangun interaksi yang baik antar siswa, tidak hanya interaksi antara guru dan siswa saja tetapi interaksi antar siswa dengan siswa juga harus dikembangkan. Tidak semua guru dapat mengelola kelas dengan baik, sehingga hasil belajar siswa kurang optimal.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 12 dan 17 November 2016 mengenai proses pembelajaran Matematika di kelas IV SDN Nomporejo, menunjukkan bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), guru hanya melakukan ceramah, memberikan contoh soal dilanjutkan dengan meminta siswa untuk mengerjakan soal yang ada di buku paket siswa. Saat proses pembelajaran suasana kelas tidak kondusif, terdapat siswa yang tidak mendengarkan penjelasn guru, sibuk sendiri, dan ada siswa yang bermain dengan teman. Proses pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan menggunakan metode konvensional sehingga siswa belum berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini membuat siswa merasa bosan saat proses pembelajaran sehingga materi yang diberikan oleh guru tidak dapat diterima secara maksimal sehingga menyebabkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Nompoerojo masih di bawah rata-rata.
Berdasarkan hasil UTS (Ujian Tengah Semester) 1 tahun pelajaran 2016/2017 kelas IV SDN Nomporejo untuk mata pelajaran matematika rata-rata nilai kelas baru mencapai 69 dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 72. Hanya 4 siswa dari 15 siswa yang mendapatkan nilai di atas nilai KKM. Nilai
(19)
rata-rata Matematika juga salah satu nilai yang paling rendah dibandingkan dengan nilai mata pelajaran yang lainnya, sebagaimana tampak pada tabel berikut: Tabel 1. Nilai Rata-rata UTS Semester 1 Tahun Pelajaran 2016/2017
No Mata Pelajaran Nilai Rata-rata
1. PKn 73,68
2. Bahasa Indonesia 76,77
3. IPA 70
4. IPS 74
5. Matematika 69
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelass IV SDN Nomporejo, hasil rata-rata nilai Matematika tersebut sudah merupakan hasil dari nilai remidi tetapi nilai siswa masih banyak yang di bawah nilai KKM. Menurut Ibu Fitri Wali Kelas IV, pemberian soal remidi sudah sama dengan soal awal UTS yang diberikan namun siswa tetap tidak mencoba belajar mengenai materi tersebut sehingga hasil yang didapat siswa masih di bawah nilai KKM. Ditambah juga siswa kelas IV SDN Nomporejo pada mata pelajaran Matematika memang masih sulit dalam proses menghitung.
Model pembelajaran yang dapat menjadi pilihan inovasi guru dalam pembelajaran supaya siswa tidak bosan dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif. Menurut Uno (2012:107) pembelajaran kooperatif adalah siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Teman yang mampu/pintar akan membantu teman yang lemah. Dalam bekerja sama setiap anggota kelompok tetap memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan mendapatkan kesempatan untuk bersosialisasi.
(20)
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat mengajak siswa aktif dalam pembelajaran adalah NHT (Numbered Heads Together). NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alteratif terhadap struktur kelas tradisional. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini siswa aktif dalam kegiatan berkelompok, dimana dalam setiap kelompok itu akan saling berdiskusi dan salah satu dari kelompok yang dipanggil guru akan memaparkan hasil diskusinya di depan kelas. Dengan penerapan Numbered Heads Together (NHT) diharapkan siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran dan semangat kerja sama dalam kelompok meningkat sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran dan hasil belajar yang diperoleh meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis berupaya untuk meningkatkan hasil belajar Matematika di kelas IV SDN Nomporejo dengan langkah melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) pada Siswa Kelas IV SDN Nomporejo Tahun Pelajaran 2016/2017”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran yang masih dominan menggunakan metode konvensional sehingga siswa belum berperan aktif dalam proses
(21)
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di SDN Nomporejo pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).
3. Hasil nilai rata-rata UTS semester 1 kelas IV SDN Nomporejo masih di bawah nilai KKM.
4. Siswa masih kesulitan dalam proses menghitung. C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka perlu diadakan pembatasan masalah agar penelitian lebih fokus dalam menggali dan menjawab permasalahan yang ada. Peneliti lebih memfokuskan dalam peningkatan hasil belajar siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) pada mata pelajaran Matematika khususnya materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan di siswa kelas IV SDN Nomporejo Tahun Pelajaran 2016/2017.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dalam penelitian ini dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut, “Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada siswa kelas IV SDN Nomporejo?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai peneliti, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada siswa kelas IV SDN Nomporejo.
(22)
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis penelitian ini adalah:
a. Untuk memberikan informasi yang bermanfaat di dalam dunia pendidikan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan pada mata pelajaran matematika.
b. Menambah wawasan atau khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan dasar khususnya mengenai pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini: a. Bagi Siswa
1) Siswa lebih mudah memahami materi penjumlahan dan pengurangan pecahan pada mata pelajaran matematika.
2) Akan memperoleh pembelajaran Matematika yang menarik dan menyenangkan
3) Memotivasi siswa agar tidak merasa bosan dalam pembelajaran. b. Bagi Guru
1) Mengetahui seberapa jauh guru menciptakan pembelajaran yang efektif. 2) Mendapatkan pengalaman secara langsung mengenai penerapan model
(23)
3) Sebagai evaluasi guru untuk meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran di kelas.
c. Bagi Sekolah
1) Dapat memberikan gambaran dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan kualitas kegiatan pendidikan di sekolah.
2) Memberikan motivasi para guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran.
(24)
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Matematika
Pada dasarnya matematika sulit didefinisikan secara akurat. Pengertian Matematika menurut Ruseffendi dalam Heruman (2007: 1) yaitu Matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil.
Sedangkan menurut Subarinah (2006: 1), matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Sehingga belajar matematika adalah belajar konsep, srtuktur konsep dan mencari hubungan anatar konsep dan strukturnya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak dan berkaitan dengan simbol-simbol dari berbagai arti.
2. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pada saat proses pembelajaran Matematika diharapkan guru dapat mengemas pembelajaran tersebut menjadi lebih menarik agar siswa lebih memahami konsep matematika yang berhubungan dengan keadaan di lingkungan sekitarnya.. Penjelasan tersebut didukung dengan pendapat Heruman (20018: 4)
(25)
bahwa pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan.
Menurut Heruman (2008:2-3) konsep-konsep pada kurikulum Matematika di Sekolah Dasar dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
1. Penanaman konsep dasar (penanaman konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut.
2. Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.
3. Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
Proses pembelajaran Matematika di SD yang baik adalah dimana guru dapat mengemas pembelajaran dengan menyenangkan dan memberikan kesempatan siswa untuk saling melakukan diskusi antar kelompok serta mengemukakan pendapatnya. Sehubungan dengan cara penyampaian pembelajaran matematika Pitadjeng (2006: 20) menyatakan bahwa
Dalam mengelola pembelajaran matematika, disarankan, para guru mamakai strategi pembelajaran yang memungkinkan anak didik dapat membaca, menulis, atau menggambar, mengemukakan pendapat, bertanya, mengamati, mendengarkan, dan melakukan tindakan (memanipulasi benda konkret) dalam setiap pertemuan kelas.
Maka dapat disimpulkan pembelajaran matematika di SD adalah pembelajaran yang mengajarkan penanaman konsep sesuai dengan perkembangan kognitif agar tersimpan dalam memori yang selanjutnya akan dipahami konsep tersebut oleh siswa, jika sudah tertanam dan dipahami maka siswa akan lebih terampil dalam berbagai konsep matematika serta guru menggunakan benda kongkret saat proses pembelajaran berlangsung.
(26)
3. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika adalah sesuatu yang diharapkan setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Dalam BSNP (2006:148) menyatakan Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dijelaskan juga menurut Nurhadi (2004: 203), menyatakan tujuan pembelajar matematika adalah:
a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. b. Mengembangkan efektivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,
intuisi dan penemuan dan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi dan mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagaram dalam menjelaskan gagasan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran Matematika adalah agar siswa dapat memecahkan permasalahan
(27)
mengenai perhitungan di lingkungannya dan dapat membentuk sikap ingin tahu, membuat prediksi serta rasa coba-coba siswa dalam menerpakan matematika. 4. Ruang Lingkup Matematika
Menurut Depdiknas (Prhandoko, 2006: 21-22) Standar Kompetensi untuk mata pelajaran matematika pada satuan Sekolah Dasar (SD)/ MI meliputi 3 aspek, yaitu bilangan, pengukuran dan geometrid an pengelolaan data.
a. Aspek Bilangan
1) Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. 3) Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam
pemecahan masalah
4) Menentukan sifat-sifat operasi hitung, factor, kelipatan bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
5) Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
b. Aspek Pengukuran dan Geometri
1) Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari. 2) Melakukan pengukuran, menentukan unsure bangun datar dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah.
3) Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
4) Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bangun ruang, menentukan kesimetrian bangun datar serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.
c. Aspek Pengelolaan Data
Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data.
Yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengenai aspek bilangan yaitu melakukan operasi hitung pecahan. Standar Kompetensi yaitu menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dan Kompetensi Dasar menjumlahkan dan mengurangkan pecahan.
(28)
B. Kajian tentang Hasil Belajar 1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar tidak hanya di lakukan oleh peserta didik saja, namun belajar dapat dilakukan oleh semua manusia dari umur balita hingga tua. Belajar juga tidak hanya dilaksanakan di dalam dunia sekolah namun bisa dilaksanakan di segala lingkungan. Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah tidak hanya menggunakan satu sumber yaitu buku saja namun menggunakan berbagai sumber seperti di luar kelas, di laboratorium, di perpustakaan dll. Seperti dijelaskan oleh Nasution (2006: 18) bahwa “resource – based learning” adalah segala bentuk belajar yag langsung menghadapkan murid dengan suatu atau sejumlah sumber belajar secara individual atau kelompok dengan segala kegiatan belajar yang bertalian dengan itu, jadi bukan dengan cara yang konvensiona dimana guru menyampaikan bahan pelajaran kepada murid.
Menurut Clifford T.Morgan dalam Mustaqim (2012: 33) belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu. Pendapat yang hampir sama mengenai belajar, Slameto (2003: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Bedasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat diambil intinya bahwa belajar merupakan usaha untuk memperoleh pengetahuan dari berbagai
(29)
sumber yang dapat merubah perilaku seseorang yang berasal dari lingkungan sekitarnya.
b. Faktor-faktor Belajar
Menurut uraian H.C Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi dalam Mustaqim (2012: 69-70) faktor-faktor serta kondisi yang mendorong belajar sebagai berikut:
1) Situasi belajar (kesehatan jasmani, kedaan psikis dan pengalaman dasar)
2) Penguasaan alat-alat intelektual 3) Latihan-latihan yang terpancar 4) Penggunaan unit-unit berarti 5) Latihan yang aktif
6) Kebaikan bentuk dan system
7) Efek penghargaan (reward) dan hukuman 8) Tindakan-tindakan pedagogis
9) Kapasitas dasar 2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dilakukan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mata pelajaran tertentu yang dapat diukur secara individu maupun kelompok. Setiap siswa akan mempunyai hasil belajar yang berbeda-beda.
Purwanto (2010: 54) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru seharusnya tidak beda jauh dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Hasil belajar akan sejalan dengan perubahan perilaku yang ditunjukkan siswa.. Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2006: 22). Dari
(30)
pengelaman belajarnya tersebut, siswa akan mempraktekkan hasil belajar yang mereka peroleh sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan.
Menurut Sudjana (2006: 23-30) hasil belajar dibagi menjadi 3 ranah yaitu: 1) Ranah Kognitif
a) Tipe hasil belajar pengetahuan
Tipe ini termasuk ranah kognitif yang paling rendah karena hanya sebatas pengetahuan dasar, misalnya siswa hanya hafalan dalam mengingat suatu rumus tertentu.
b) Tipe hasil belajar pemahaman
Pada tipe ini siswa telah mampu untuk menjelaskan sesuatu dengan kalimat/ bahasanya sendiri.
c) Tipe hasil belajar aplikasi
Penggunaan ide atau teori baru yang lebih dikembangkan namun tetap mengacu pada teori dasar.
d) Tipe hasil belajar analisis
Analisis merupakan bagaimana memahami cara bekerja sesuatu dan memahami suatu proses.Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi.
(31)
Berpikir sintesu adalah berpikir divergen. Berpikir divergen adalah untuk menjadikan orang lebih kreatif. Arti kreatif disini yaitu menemukan atau menciptakan sesuatu hal yang baru.
f) Tipe hasil belajar evaluasi
Evaluasi merupakan pemberian yang diberikan untuk menilai sesuatu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan perilaku. Guru tidak hanya melihat dari ranah kognitif siswa saja melainkan juga harus melihat dari ranah afektif siswa.
3) Ranah Psikomotor
Psikomotor akan tampak pada bentuk ketrampilan dan kemampuaan bertindak pada siswa. Ketrampilan disini dapat berupa ketrampilan berbicara, membaca, menulis, ketampilan dalam menjelaskan dll.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar dikatakan berhasil karena berbagai faktor, berikut faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Dalyono, 2003: 55-60)
1) Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri) a) Kesehatan
Kesehatan dapat berupa kesehatan jasmani dan rohani. Jika siswa terganggu kesehatannya maka ia tidak akan berkeingan untuk belajar sehingga hsil belajarnya pun akan rendah.
(32)
Inteligensi dan bakat sangat dominan dalam keberhasilan siswa. Jika inteligensi siswa tinggi maka hasilnya pun akan bagus dan sebaliknya. Sedangkan bakat dari masing-masing siswa pun berbeda-beda tergantung apakah bakat itu dikembangkan atau tidak.
c) Minat dan Motivasi
Minat adalah daya tarik atau keinginan untuk mencapai/ memperoleh sesuatu. Jika mintanya tinggi maka hasil belajarnya pun akan bagus. Sedangkan motivasi adalah pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan.
d) Cara belajar
Cara belajar harus kita perhatikan, misalnya jika kita belajar setiap hari pagi, siang dan malam maka hal tersebut malah membuat otak kita menjadi rusak. Cara belajar sebaiknya kita jadwal, kita harus memberikan waktu pada otak kita untuk beristirahat. Selain itu teknik belajar juga harus diperhatikan.
2) Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri) a) Keluarga
Dalam keluarga pasti mempunyai kebiasaan belajar masing-masing. Jika orang tua memperhatikan dan mendukung anaknya untuk belajar maka hasil belajar nya pun akan baik. Susana di dalam keluarga harus diatur sedemikian rupa agar mendung susasana yang nyaman untuk belajar. Keluarga adalah salah satu faktor yang paling dominan.
b) Sekolah
(33)
c) Masyarakat
Keadaan masyarakat sangat mempengaruhi hasi belajar siswa. Keadaan masyarakat yang baik pasti akan memperhatikan dan mempunyai aturan dalam jam belajar masyarakat.
d) Lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar berpengaruh pada prestasi belajar. Misalnya jika lingkungan sekitar terdapat di lingkungan perkotaan yang ramai dan terdapat berbagai polusi maka akan mengganggu proses belajarnya.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah menurut Purwanto (2007:107)
Tabel 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar (Purwanto, 2002: 107)
Faktor
Dalam Luar
Fisiologi Psikologi Lingkungan Instrumental 1. Kondisi Fisik
2. Kondisi panca indra
1. Bakat 2. Minat 3. Kecerdasan 4. Motivasi 5. Kemampuan
kognitif
1. Alam
2. Sosial 1. Kurikulum2. Guru 3. Sarana 4. administrasi
Dari tabel tersebut, diketahui ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Berbagai faktor tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.
C. Kajian tentang Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Dalam proses belajar mengajar guru seharusnya dapat menguasai berbagai model pembelajaran, agar proses belajar di kelas lebih nyaman dan menarik.
(34)
Melalui model pembelajaran, siswa akan menguasai berbagai informasi dan ketrampilan. Penjealsan tersebut di dukung dengan pendapat Suprijono (2011: 46) bahwa melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, ketrampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran dilakukan untuk merencanakan aktivitas belajar mengajar di kelas.
Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah pembelajaran dimana didalam proses belajaranya siswa bekerja secara berkelompok. Menurut Trianto (2009: 56) dalam pembelajaran kooperatif siswa dibentuk dalam kelompok-kelompoknya yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu.
Davidson dan Kroll dalam Asma (2006: 11) mendefinisikan belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagai ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka. Siswa dibentuk seccara berkelompok agar semua siswa terlibat aktif dan mendapat kesempatan saat proses berpikir. Sedangkan menurut Suprijono (2011: 54) pembelajaran kooperatif adalah sebagi falsafah mengenai tanggug jawab pribadi dan sikap menghormati sesama.
(35)
demokrasi antar siswa yang dibentuk secara heterogen dan setiap siswa mempunyai tanggung jawab secara individu maupun kelompok.
2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajarn yang lainnya. Menurut Asma (2006: 14) lima prinsip yyang dianut dalam model pembelajaran kooperatif adalah:
a. Belajar Siswa Aktif
Proses pembelajarn berlangsung secara kelompok, antar anggota dalam kelompok saling bertukar pengetahuan mengenai apa yang mereka diskusikan. Disini akan sangat jelas terlihat proses diskusi dan aktivitas dalam kelompok itu sehingga semua siswa akan aktif.
b. Belajar Kerjasama
Proses pembelajaran dilakukan secara bekerjasama dalam kelompok, mereka saling berdiskusi, memecahkan masalah dan menganalisis masalah tersebut secara bersama-sama. Sehingga pemahaman masing-masing siswa akan lebih kuat.
c. Pembelajaran Partisipatorik
Disini siswa melakukan learning by doing yaitu meraka bersama-sama melakukan dan menemumkan pengetahuan agar menjadi tujuan bersama. Dalam proses diskusi pada kelompok besar masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka dan kelompok yang lain mendengarkan serta dapat memberikan pendapat atau masukan pada kelompok tersebut.
(36)
d. Reactive Teaching
Disini guru diharpakan dapat menciptakan motivasi untuk siswa agar siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Misalnya saat awal pembelajaran guru mengkaitakan pelajaran dengan sesuatu yang diketahui dan dipahami siswa atau bisa dengan mencitakan suasana kelas yang menarik bagi siswanya.
e. Pembelajaran yang Menyenangkan
Pembelajarn harus berjalan dengan suasana menyenangkan, tidak ada suasana yang menakutkan atau perasaan tertekan bagi siswa. Guru seharusnya memiliki sifat yang ramah dan menyenagkan saat proses pembelajaran maupun saat di luar kelas.
Prinsip pembelajaran kooperatif juga dijelaskan Slavin dalam Trianto (2009: 61) yaitu:
a. Penghargaan kelompok
Penghargaan diberikan jika terdapat kelompok yang memenuhi syarat/ nilai yang ditentukan.
b. Tanggung jawab individu
Disini setiap individu membantu anggota kelompok yang lainnya agar mereka siap untuk menyelesaikan evaluasi tanpa bantuan yang lain.
c. Kesempatan yang sama untuk sukses
Setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk melakukan sesuatu yang terbaik.
(37)
a. Pencapaian Hasil Belajar
Dalam pembelajaran kooperatif akan meningkatakan penilaian siswa pada belajar akademik. Siswa kelompok atas akan menjadi tutor siswa kelompok bawah. Disini siswa kelompok atas akan meningkat dalam hal akademik karena memberi pelayanan sebagai tutor kepada teman sebayanya.
b. Penerimaan terhadap Perbedaan Individu
Dalam bekerja secara berkelompok akan terdapat latar belakang yang berbeda-beda, mereka akan saling bekerja sama dan yang bergantung satu sama lain serta akan saling menghargai walaupun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda.
c. Pengembangan Ketrampilan Sosial
Tujuan ini akan mengajarkan siswa ketampilan kerjasama dan kolaborasi. Mereka akan saling membantu dalam memahami konsep secara bersama-sama. 4. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
Strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif dibagi menjadi bebrapa tipe, menurut Trianto (2009: 67) sebagai berikut:
a. Tipe STAD
Dalam STAD siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin dan sukunya. Guru memeberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa didalam keompok memastikan bahwa semua anggota itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya meteri tersebut dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain.
(38)
b. Tipe Jigsaw
Tipe Jigsaw diawali dengan adanya pengenalan topic atau materi yang akan dibahas oleh guru. Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi kelompok asli dan kelompok ahli (pakar).Setiap kelompok diberi topik–topik yang berbeda– beda untuk dibaca. Selesai membaca, siswa dari tim–tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu dalam “kelompok pakar” untuk mendiskusikan topik mereka dengan waktu yang telah ditentukan guru. Para pakar kemudian kembali ke tim mereka masing–masing dan bergiliran mengajar teman–teman dalam tim tentang topik mereka. Sebelum pembelajaran berakhir, diskusi seluruh kelas perlu dilakukan sebagai proses umpan balik dari berbagai materi yang telah dibahas. c. TipeTeams Games Turnaments(TGT)
Tipe TGT dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh tambahkan poin untuk skor tim mereka. Dalam tipe ini terdapat empat komponen yaitu: (1) presentasi guru (sama dengan STAD); (2) kelompok belajar; (3) turnamen; dan (4) pengenalan kelompok.
d. TipeThink Pair Share(TPS)
Tipe TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka untuk memikirkan
(39)
berpasang-pasangan.Beri kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi.Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dikenal dengan “Sharing”
e. TipeNumbered Heads Together(NHT)
Pembelajarn kooperatif tipe NHT dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional. Tipe ini dilakukan secara berkelompok untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan yang paling tepat. Tipe NHT digunakan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajarai. Ciri dari NHT adalah guru memanggil nomor-nomor tertentu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Dari beberapa tipe–tipe pembelajaran kooperatif diatas, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together(NHT), karena dalam tipe NHT siswa akan bekerjasama antar anggota kelompok dan membagikan ide-ide meraka secara bersama-sama yang nantinya akan dipanggil nomor-nomor oleh guru untuk mengecek pemahaman mereka. D. Kajian tentang Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together(NHT)
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Pembelajaran tipe NHT ini bisa disebut berpikir secara kelompok. Lie (2004: 59) menjelaskan bahwa teknik NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
(40)
paling tepat. Model pembelajaran tipe NHT dikembangkan oleh Spancer Kagan. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT akan membangun tanggung jawab siswa hal ini dikarenakan setiap siswa mempunyai peran masing-masing setelah proses Heads Together yaitu saat semua anggota kelompok mendiskusikan masalah secara bersama-sama. Saat proses diskusi berlangsung seorang teman seharusnya memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara mengahargai pendapat teman lain tersebut dan mengoreksi kesalahan serta mencari jawaban secara bersama-sama.
Ngatini (2012:153) berpendapat bahwa model pembelajaran NHT mengajarkan kepada siswa agar dapat bekerja sama dan selalu siap untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan guru. Dengan hal ini maka siswa akan menjadi termotivasi dan lebih disiplin dalam mengerjakan tugas dan memperhatikan apa yang diinstruksiskan guru.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan tipe pembelajaran yang menekankan pada pola interaksi antar siswa dan memiliki tujuan yang sama saat proses diskusi berlangsung. Saat proses diskusi akan membangun kesiapan siswa saat akan dipanggil nomor-nomornya oleh guru untuk mengecek pemahaman yang telah mereka diskusikan secara bersama-sama.
2. Tahap-Tahap Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT)
(41)
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f. Kesimpulan.
Suprijono (2009: 92) menjelaskan langkah-langkah tipe NHT yaitu model ini diawali dengan numbering. Dimana guru membagi kelompok-kelompok dalam satu kelas. Satu kelompok terdiri dari 4-5 orang tergantung jumah siswa setiap kelas. Lalu guru membagi nomor sejumlah siswa pada setiap kelompok.
Selanjutnya guru memberikan beberapa pertanyaan yang harus dijawab dan didiskusikan oleh masing-masing kelompok. Dalam kegiatan ini disebut
heads together. Setelah itu guru memanggil siswa yang memiliki nomor sama dari tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Kegiatan ini dilakukan sampai semua siswa mendapatkan giliran. Jawaban yang telah dibacakan oleh siswa lalu dibahas lebih medalam agar siswa dapat menemukan jawaban sebagai pengetahuan yang utuh.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan dalam langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Awal
1) Guru menyiapkan alat dan bahan 2) Guru memberikan motivasi pada siswa
(42)
3) Guru memberikan apersepsi pembelajaran
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari
5) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran tipe NHT kepada siswa b. Kegiatan Inti
1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
2) Siswa dibagikan nomor berjumlah anggota kelompoknya.
3) Siswa menggunakan nomor yang telah dibagi pada kepala mereka.
4) Guru menjelaskan secara singkat materi pecahan (operasi penjumlahan dan pengurangan)
5) Guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok berupa pertanyaan. 6) Setiap kelompok mendiskusikan/ berpikir bersama dan menyatukan
pendapat yang paling tepat.
7) Setiap anggota kelompok diharuskan menyakinkan setiap anggotanya untuk mengetahui dan memahami jawaban tersebut.
8) Setelah selesai, guru memanggil satu nomor tertentu secara acak.
9) Siswa yang dipanggil nomornya mengacungkan jari kemudian menjawab pertnyaan dan mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompok yang lain. 10) Kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat
dan bertanya pada hasil kelompok tersebut.
11) Guru memberikan motivasi kepada kelompok yang belum berhasil dan memberikan reward bagi kelompok yang telah berhasil menjawab dengan
(43)
c. Kegiatan Penutup
1) Guru menyimpulkan isi pembelajaran.
2) Guru memberikan soal evaluasi pada siswa untuk mengecek pemahaman dari masing-masing siswa.
3) Guru memberikan PR pada siswa.
4) Guru mengingatkan kempali untuk membaca materi yang telah dipelajari dan belajar materi selanjutnya.
3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together(NHT)
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut merupakan kelibihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe NHT:
a. Kelebihan
1) Seluruh siswa akan konsentrasi saat guru akan memanggil nomor untuk menjawab.
2) Siswa melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3) Akan terdapat sistem tutor sebaya, siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
4) Siswa berlatih untuk demokrasi mengungkapkan pendapat. b. Kekurangan
1) Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil kembali oleh guru.
(44)
3) Siswa yang kurang pandai hanya akan mendompleng nama dalam kelompok tersebut.
E. Kajian tentang Materi Pecahan di Kelas IV Sekolah Dasar 1. Pengertian Pecahan
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekitar banyak muncul unsur pecahan. Menurut Heruman (2008: 43) menyatakan bahwa
Pecahan diartikan sebagai bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang dianggap sebagai satuan dan dinamakan penyebut. Sa’dijah (1999: 146) mengemukakan bilangan pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan cacah a dan b, ditulis dengan syarat b≠0. Bilangan a merupakan pembilang dari suatu pecahan, sedangkan bilangan b merupakan penyebut dari suatu pecahan. Menurut Subarinah (2006: 80) pecahan adalah bagian-bagian yang sama dari keseluruhan. Pembelajaran konsep pecahan sangat perlu dijelaskan lebih mendalam agar meresap betul pada pemahaman siswa itu sendiri. Guru perlu menggunakan media-media nyata seperti roti, kertas, papan tulis, pensil dll dalam menjelaskan makna pecahan agar siswa melihat secara langsung dan menghayati pemaknaan dari pecahan. Selanjutnya Subarinah (2006: 80) juga menjelaskan beberapa kegiatan yang bisa membantu menanamkan makna pecahan kepada siswa:
a. Pecahan diajarkan sebagai perbandingan yang sama dari suatu benda terhadap keseluruhan benda itu. Disini guru menunjukan berbagai benda kongkret yang
(45)
guru menunjukkan pada siswa selembar kertas berbentuk lingkaran. Pada tahap ini memasuki tahap semi kongkrit.
b. Pecahan diajarkan sebagai perbandingan himpunan bagian yang sama dari suatu himpunan keseluruhan. Misalnya guru menunjukkan mainan berbentuk bintang, mainan bentuk bintang itu terdiri dari 3 bintang berwarna merah dan 1 bintang berwarna biru. Maka banyaknya bintang yang berwarna biru adalah seperempat dari seluruh bintang yang dibawa guru dan banyaknya bintang yang berwarna merah adalah tigaperempat bagian dari seluruh bintang yang dibawa guru.
c. Penelahan pecahan dapat juga menggunakan kertas. Siswa melipat sembarang kertas.
d. Siswa melipat kembali kertas yang telah digunakan dengan jalan melipat garis lipatan sehingga tepat berimpitan dan memotong tepi lembaran yang bukan lipatan (Subarinah, 2006: 81)
empat bintang satu bintang biru tiga bintang merah
(46)
Berdasarkan beberapa definisi pecahan dari para ahli di atas maka dapat ditegaskan bahwa pecahan adalah bilangan yang menyatakan sebagian dari suatu keseluruhan yang menyatakan perbandingan dan dinyatakan dalam bilangan cacah a dan b ditulis dengan syarat b ≠ 0. Bilangan a disebut pembilang dan bilangan b disebut penyebut.
2. Operasi Penjumlahan pada Pecahan Berpenyebut Sama
Penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan menjumlahkan pembilang dengan pembilang sedangkan penyebutnya tidak dijumlahkan (tetap).
a. Penjumlahan Dua Pecahan
Jika terdapat perhitungan pecahan 3 1 +
3
1 maka cara penyelesaiannya
adalah sebagai berikut
3 1 + 3 1 = 3 2
atau
3 1+
3 1=
3 1 1=
3 2 b. Penjumlahan Tiga Pecahan
Jika terdapat perhitungan pecahan 4
1 +
4 1 +
4
(47)
= 4 1 + 4 1 + 4 1 = 4 3 atau 4 1 + 4 1+ 4 1 = 4 1 1 1 =
4 3
3. Operasi Pengurangan pada Pecahan Berpenyebut Sama
Pengurangan pecahan yang berpenyebut sama dilakukan dengan mengurangkan pembilang dengan pembilang sedangkan penyebutnya tidak dikurangkan (tetap).
a. Pengurangan Dua Pecahan
Jika terdapat perhitungan pecahan 5 2
-5
1 maka cara penyelesaiannya
adalah sebagai berikut
5 2 -5 1 = 5 1 Atau 5 2 -5 1 = 5 1 2 =
5 1
b. Pengurangan Tiga Pecahan
Jika terdapat perhitungan pecahan 6 4
-6 1
-6
1 maka cara penyelesaiannya
(48)
6 4 -6 1 -6 1 = 6 2 Atau 6 4 -6 1 -6 1 = 6 1 1 4
= 6 2
4. Operasi Penjumlahan dan Pengurangan pada Pecahan Berpenyebut Sama
Penjumlahan dan pengurangan adalah setingkat, maka operasi yang lebih depan (di sebelah kiri) dikerjakan terlebih dahulu. Jika terdapat perhitungan
pecahan 12 4
+
12 5-12
2 maka cara penyelesaiannya adalah sebagai berikut . . .
12 4
+
12 5
-12 2
= (
12 4
+
12 5
)
-12 2
=
12 7
F. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas IV Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar (SD) merupakan siswa yang mempunyai masa dimana masa kanak-kanaknya mulai berakhir. Usia ini berlangsung dari umur enam atau tujuh tahun sampai sebelas atau dua belas tahun. Siswa SD disini masih masuk pada tahap bermain dan tahap operasional kongkret, dimana siswa SD saat proses pembelajaran masih dengan bermain dan harus menggunakan media kongkret saat proses pembelajaran berlangsung. Penjelasan tersebut didukung dengan pendapat dari Heruman (2008: 1), yang mengungkapkan bahwa
(49)
mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat kongkret.
Suharjo (2006: 35) mengemukakan bahwa siswa pada hakikatnya sebagai makhluk individual, makhluk sosial, dan makhluk susila. Hakikat siswa tersebut, lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut: Sebagai makhluk individual, siswa mempunyai karakteristik yang khas (unik) yang dimiliki oleh dirinya sendiri. Jadi setiap siswa itu memiliki perbedaan-perbedaan individual yang secara alami ada pada diri siswa. Siswa sebagai makhluk sosial berarti makhluk yang harus hidup dalam kelompok sosial sehingga tercapai martabat kemanusiaannya. Siswa hidup di lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat harus saling tolong menolong, menerima, mengisi dan melengkapi. Dengan demikian siswa akan memiliki sifat kooperatif atau dapat bekerja sama dengan siswa yang lainnya. Sebagai makhluk susila siswa mampu membedakan hal-hal yang bersifat positif dan negative maupun dapat membedakan norma-norma tertentu.
Izzaty, dkk (2008: 103) menjelaskan beberapa perkembangan yang terjadi pada anak usia Sekolah Dasar, antara lain:
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik pada usia SD akan sangat terlihat, mulai dari tinggi, berat serta dilihat dari ketrampilan mereka. Pertumbuhan akan lebih cepat pada masa pubertas. Disini siswa perempuan akan lebih berkembang terlebih dahulu daripada siswa laki-laki. Perubahan nyata terihat pada system tulang, otot dan ketrampilan bergerak. Tidak hanya fisik saja namun kegiatan jasmani juga harus
(50)
diperlukan untuk menyempurnakan berbagai ketrampilan untuk keseimbangan tubuh, seperti olahraga dengan teratur dan makan makanan 4 sehat 5 sempurna. 2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif merupakan perkembangan bagaimana pola berpikir siswa tersebut, aakah semakin naik atau semakin turun. Kemampuan berpikir siswa berkembang dari tingkat yang sederhana ke sulit serta kongkret ke abstrak. Semakin tinggi tingkat perkembangan siswa maka siswa akan lebih mudah untuk memecahkan masalah yang ia alami. Kemampuan berpikir ditandai dengan aktivitas mental seperti mengingat, memahami dan memecahkan masalah. 3. Perkembangan Bahasa
Pada tahap ini siswa lebih baik kemampuannya dalam memahami dan menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Dahulu siswa yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak (TK) masih sedikit perbendaharaan kata dan masih sering di bantu oleh guru meraka, namun seiring bertambah umur mereka perbendaharaan katanya pun semakin beragam. Siswa sudah mampu menceritakan kembali apa yang mereka tangkap dalam memorinya dengan menggunakan bahasa mereka sendiri yang tentunya lebih panjang daripada saat usia TK. Prinsipnya disini siswa sudah mampu mengetahui berbagai macam perbendaharaan kata dan tata bahasa yang benar.
4. Perkembangan Bicara
Pada tahap perkembangan bicara siswa sudah mampu berkomunikasi baik dengan orang lain. Saat berkomunikasi dengan orang lain maka kosa kata yang
(51)
orang lain maka aspek percaya diri mereka akan lebih bagus daripada siswa yang jarang berkomunikasi.
5. Perkembangan Moral
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan siswa untuk memahami atauran, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perkembangan ini dipengaruhi bagaimana cara pola asuh orang tua mereka saat di rumah. Jika siswa diberikan pendidikan moral yang baik maka moral mereka saat di sekolah maupun di lingkungan masyarakat juga akan baik. Nilai-nilai agama dalam perkembangan moral sangat penting karena dapat membentuk sikap dan kepribadian siswa itu sendiri.
6. Perkembangan Emosi
Tekanan emosi akan dirasakan siswa saat kondisi batin mereka kurang baik, misalnya saat ada masalah dengan keluarga mereka, saat tidak bahagia, rasa rendah diri dll. Pergaulan yang semakin luas dengan teman-temanya akan lebih menambah tingkat perkembangan emosinya. Siswa akan belajar bagaimana cara mengungakapkan emosi tersebut dengan teman-temannya.
7. Perkembangan Sosial
Perkembangan emosi tidak dapat dipisahkan denga perkembangan sosial, yang sering disebut sebagai perkembangan tingkah laku sosial. Semakin bertambah umur siswa maka perkembangan sosio-emosional akan semakin kompleks dan berbeda. Pemahaman tentang diri dan perubahan perkembangan gender dan moral menandai perkembangan anak selama masa usia SD.
(52)
Sementara itu Izzaty, dkk (2008: 115) juga menyatakan bahwa karakteristik anak pada masa kelas tinggi Sekolah Dasar adalah sebagai berikut:
1. Perhatian tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. 2. Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.
3. Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.
4. Anak memamndang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya disekolah.
5. Anak- anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa karakteristik anak usia Sekolah Dasar kelas IV atau kelas tinggi tertarik pada sesuatu yang bersifat kongkret dalam proses pembelajaran, rasa ingin tahu dan ingin belajar yang tinggi serta merupakan makhluk sosial dimana mereka harus bekerja sama dan saling tolong menolong dengan siswa yang lain. Mereka juga gemar membentuk kelompok sebaya serta belajar bersama dengan teman kelompoknya. Oleh karena itu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat ditepakan untuk anak SD kelas IV dalam pembelajaran Matematika.
G. Kerangka Pikir
Keberhasil proses pembelajaran adalah sesuatu yang sangat didambakan oleh guru, siswa itu sendiri maupun orang tua di dalam pendidikan. Dalam proses pembelajaran peran guru sangat dominan, guru haru menguasai materi yang akan diajarkan serta memahami karakteristik dari siswa itu sendiri. Salah satu karakteristik anak pada masa kelas tinggi yaitu kelas IV SD adalah anak-anak masih suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup, sehingga harapannya
(53)
Dalam pembelajaran matematika di SDN Nomporejo guru belum menerapkan model pembelajaran secara berkelompok. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik tersebut adalah model pembelajaran kooperatif yang salah satunya adalah tipe Numbered Head Together (NHT). Dalam model pembelajaran tipe NHT ini siswa aktif dalam kegiatan berkelompok, dimana dalam setiap kelompok itu akan saling berdiskusi dan salah satu nomor yang dipanggil guru akan memaparkan hasil diskusinya di depan kelas. Saat proses pemanggilan nomor oleh guru siswa dituntut untuk siap dan konsentrasi pada perintah guru. Dalam pembentukan kelompok dibagi secara heterogen berdasarkan perbedaan kemampuan akademik, jenis kelamin dan etnis, sehingga dalam satu kelompok tersebut akan terdapat latar belakang yang berbeda-beda. Pada saat diskusi memecahkan masalah, siswa yang kurang paham akan dibantu dengan siswa yang telah paham sehingga akan terjadi peningkatan prestasi akademik pada setiap siswa.
Kerangka pikir pada penelitian ini akan digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Kondisi Awal
1. Hasil belajar matematika SD N Nomporejo kelas IV rendah.
2. Guru belum menerapkan variasi model pembelajaran kooperatif. Tindakan Menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT Kondisi Akhir Hasil belajar Matematika SD N Nomporejo kelas IV dapat meningkat setelah digunakannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
(54)
Dari skema di atas dapat dijelaskan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar Matematika khususnya materi pecahan pada siswa kelas IV SD N Nomporejo.
H. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ririn Septiana (2014) yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together pada Siswa Kelas V SDN Gantang 2 Magelang. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dengan digunakannya model pembelajaran kooperatif tipeNumbered Head Together(NHT). Pada hasil tes pra tindakan hanya ada 2 siswa atau 12,5% dari seluruh siswa yang mendapatkan nilai di atas nilai KKM (60). Penelitian ini dilakukan dengan 2 siklus, dengan siklus I hasil tes ada 10 siswa atau 62,5% dari seluruh siswa yang mendapat nilai di atas nilai KKM (60) dan pada siklus II hasil tes ada 15 siswa atau 93,75% dari seluruh siswa yang mendapat nilai di atas nilai KKM (60). Dengan demikian nilai rerata hasil tes meningkat dari tiap siklusnya yaitu siklus I reratanya 62 sedangkan siklus II reratanya 77,2.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Maryati (2014) yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas IIIB MIN Kebonagung Imogiri Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar
(55)
dengan prosentase pada pra tindakan sebesar 22,22%, siklus I sebesar 55,56% dan pada siklus II sebesar 96,30%. Peningkatan nilai rata-rata hasil tes pada pra tindakan sebesar 59,26, siklus I 74,82 sedangkan pada siklus II sebesar 92,26%. Dengan demikian setiap siklus mengalami peningkatan pada hasil belajarnya.
I. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir tersebut maka hipotesis penelitian ini adalah hasil belajar Matematika pada materi pecahan siswa kelas IV SD N Nomporejo dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT.
(56)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto, dkk (2015: 124) menjelaskan bahwa PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Sementara itu Akbar (2010: 28) juga menyatakan bahwa
PTK adalah proses investigasi terkendali untuk menemukan dan memecahkan masalah pembelajaran di kelas, proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas tertentu.
Berdasarkan definisi penelitian tindakan kelas di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menghambat proses belajar mengajar serta dilakukan melalui beberapa siklus/ tahap. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan pada pembelajaran Matematika di kelas IV SDN Nomporejo yaitu rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika serta masih belum menggunakan model pembelajaran secara berkelompok. Menanggapi hal tersebut, peneliti bermaksud mengatasi permasalahan dengan cara melakukan perbaikan proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model pembelajara kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran Matematika di kelas IV SDN Nomporejo.
(57)
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas (Action Research Classroom) ini adalah siswa kelas IV SD N Nomporejo tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 15 siswa, terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Di dalam kelas IV ini siswa berasal dari berbagai tingkat akademik yang berbeda-beda dan berasal dari tingkat ekonomi yang beragam. Karakteristik siswa kelas IV SD N Nomporejo sangat dipengaruhi oleh lingkungan daerah pertanian. Objek penelitian ini adalah hasil belajar siswa materi operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan kelas IV SD N Nomporejo tahun ajaran 2016/2017. C. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada semester genap (II) tahun ajaran 2016/ 2017. Penelitian ini dilakukan pada saat jadwal mata pelajaran Matematika di kelas IV SDN Nomporejo berlangsung dan tidak ada jam khusus pada penelitian ini sehingga tidak mengganggu pembelajaran di SDN Nomporejo. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akandilaksanakan pada akhir bulan Februari 2017.
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD N Nomporejo, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. SD N Nomporejo ini terletak di pinggir jalan Jalur Lintas Selatan, sehingga suasana sekolah saat proses pembelajaran agak terganggu dengan suara kendaran yang melewati jalur tersebut. Sekolah ini memiliki halaman yang luas, 6 ruang kelas, ruang Kepala Sekolah, ruang guru, kantin dan mushola.
(58)
D. Model Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang terstruktur. Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada di dalam kelas, maka akan terdapat beberapa model yang dapat diterapkan. Menurut Kusumah dan Dwitagama (2010: 24) bahwa desain yang paling mudah dipahami dan dilaksanakan untuk PTK yaitu model Kurt Lewin dan Model Kemmis & Mc Taggart. Adapun alur pelaksanaan PTK digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Desain Penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 21
(59)
Model penelitian ini terdiri dari bebarapa siklus, dalam siklus terdapat beberapa komponen, yaitu perencanaan (Planning), tindakan
(Action),pengamatan(Observasi) dan refleksi (Reflection). Dalam penelitian ini direncanakan dalam 2 siklus dan setiap siklusnya terdiri dari 2 kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari beberapa tahapan yaitu perencanaan (Planning),
tindakan (Action), pengamatan (Observasi) dan refleksi (Reflection). Siklus berhenti jika peneliti dan guru kelas sepakat bahwa pembelajaran Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan sesuai prosedur yang telah dipilih. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Yang setiap 1 siklus dilakukan sebanyak 2 pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan secara bekerjasama dengan guru kelas IV SDN Nomporejo. Dimana peneliti bertindak sebagai pelaksana pembelajaran dan guru kelas sebagai pengamat terhadap proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini. Disini guru kelas akan mengamati peneliti dan siswa dalam proses pembelajaran. Berikut rincian rencana penelitian dari penelitian ini: 1. Pra Tindakan
Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN Nomporejo dengan melakukan pra kegiatan yaitu:
a. Mencari informasi dengan melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas IV.
(60)
b. Identifikasi permasalahan. c. Menyusun rencana penelitian
d. Memantapkan teknik pengumpulan data. 2. Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan harus terdapat kesepakatan antar guru dan peneliti. Pada tahap ini akan menyusun rancangan tindakan yang akan dilakukan selama proses tindakan.
1) Menyusun Rancana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar materi operasi hitung pecahan yang selanjutnya akan dikonsultasikan dengan guru kelas IV. Dalam RPP tersebut dibuat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai pedoman saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung.
2) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
3) Menyiapkan sarana dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Seperti nomor-nomor yang dipakai setiap siswa, gambar pecahan dan lembar kerja siswa (LKS).
4) Menyiapkan soal tes yang diberikan pada awal dan akhir siklus serta soal tes tersebut telah lulus uji.
5) Menentukan pembagian kelompok dalam kelas tersebut.
(61)
Pada tahap ini mengimplementasikan dari rancangan pembelajaran yang telah dibuat, namun hal tersebut dapat berubah menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi saat pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran dalam penelitian ini adalah: Pada Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Awal
1) Guru menyiapkan alat dan bahan 2) Guru memberikan motivasi pada siswa 3) Guru memberikan apersepsi pembelajaran
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari
5) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran tipe NHT kepada siswa b. Kegiatan Inti
1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
2) Siswa dibagikan nomor berjumlah anggota kelompoknya.
3) Siswa menggunakan nomor yang telah dibagi pada kepala mereka. 4) Guru menjelaskan secara singkat materi pecahan (operasi penjumlahan) 5) Guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok berupa pertanyaan
materi operasi hitung pecahan. (LKS terlampir dalam RPP)
6) Setiap kelompok mendiskusikan/ berpikir bersama dan menyatukan pendapat yang paling tepat. Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab masing-masing.
(62)
7) Setiap anggota kelompok diharuskan menyakinkan setiap anggotanya untuk mengetahui dan memahami jawaban tersebut.
8) Setelah selesai, guru memanggil satu nomor tertentu secara acak.
9) Siswa yang dipanggil nomornya mengacungkan jari kemudian menjawab pertnyaan dan mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompok yang lain. 10) Kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat
dan bertanya pada hasil kelompok tersebut.
11) Guru memberikan kesempatan pada siswa lain dengan memanggil nomor yang berbeda hingga semua siswa menguasai materi tersebut.
12) Guru memberikan motivasi kepada kelompok yang belum berhasil dan memberikan rewardbagi kelompok yang telah berhasil menjawab dengan tepat.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru menyimpulkan isi pembelajaran.
2) Guru memberikan soal postes pertemuan pertama di siklus I pada siswa untuk mengecek pemahaman dari masing-masing siswa.
3) Guru mengingatkan kembali untuk membaca materi yang telah dipelajari dan belajar materi selanjutnya.
Pada Pertemuan Kedua a. Kegiatan Awal
1) Guru menyiapkan alat dan bahan 2) Guru memberikan motivasi pada siswa
(63)
4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari
5) Guru menjelaskan tentang model pembelajaran tipe NHT kepada siswa b. Kegiatan Inti
1) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
2) Siswa dibagikan nomor berjumlah anggota kelompoknya.
3) Siswa menggunakan nomor yang telah dibagi pada kepala mereka. 4) Guru menjelaskan secara singkat materi pecahan (operasi penjumlahan) 5) Guru membagikan LKS pada masing-masing kelompok berupa pertanyaan
materi operasi hitung pecahan. (LKS terlampir dalam RPP)
6) Setiap kelompok mendiskusikan/ berpikir bersama dan menyatukan pendapat yang paling tepat. Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab masing-masing.
7) Setiap anggota kelompok diharuskan menyakinkan setiap anggotanya untuk mengetahui dan memahami jawaban tersebut.
8) Setelah selesai, guru memanggil satu nomor tertentu secara acak.
9) Siswa yang dipanggil nomornya mengacungkan jari kemudian menjawab pertnyaan dan mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompok yang lain. 10) Kelompok yang lain diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat
dan bertanya pada hasil kelompok tersebut.
11) Guru memberikan kesempatan pada siswa lain dengan memanggil nomor yang berbeda hingga semua siswa menguasai materi tersebut.
(64)
12) Guru memberikan motivasi kepada kelompok yang belum berhasil dan memberikan rewardbagi kelompok yang telah berhasil menjawab dengan tepat.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru menyimpulkan isi pembelajaran.
2) Guru memberikan soal postes pertemuan kedua di siklus I pada siswa untuk mengecek pemahaman dari masing-masing siswa.
3) Guru mengingatkan kembali untuk membaca materi yang telah dipelajari dan belajar materi selanjutnya.
c. Tahap Pengamatan/ Observasi
Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran di kelas berlangsung. Observasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP dan aktivitas siswa maupun guru selama proses pembelajaran. Observasi dilakukan oleh observer untuk mengumpulkan data-data, baik data kualitatif maupun data kuantitatif. d. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti dan guru kelas mendiskusikan hasil yang telah dilaksanakan pada siklus 1. Peneliti dan guru menganalisis pelaksanaan pembelajaran, mencari permasalahan dan memikirkan tindakan selanjutnya untuk memperbaiki. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT di siklus 1 akan menjadi pertimbangan untuk membuat perencanaan di siklus 2 selanjutnya.
(65)
Apabila siklus 1 belum terlihat adanya peningkatan hasil belajar yang diharapkan maka akan dilakukan siklus 2. Pada siklus 2 akan dilaksanakn seperti rencana pada siklus 1 hanya saja yang berbeda adalah materi yang diajarkan, pada siklus 1 materi yang diajarkan adalah penjumlahan pecahan maka pada siklus 2 materinya adalah pengurangan pecahan. Siklus dihentikan jika pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai dengan rencana dan telah mampu meningkatkan hasil belajar matematika, dimana 90% siswa telah mendapatkan nilai minimal 72.
F. Teknik Pengumpulan Data
Seluruh jenis penelitian pasti mempunyai teknik pengumpulan data. Untuk mempermudah mendapatkan data dapat menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Riduwan (2007:69) menyatakan metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Riduwan (2007:76), Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis dengan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan saat proses pembelajaran di lokasi penelitian. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model ppembelajaran kooperatif tipe NHT.
(66)
2. Tes
Riduwan (2007:76) mengatakan bahwa Tes sebagai instrumen pengumplan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar yang diperoleh siswa pada mata pelajaran matematika sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Tes ini diberikan pada setiap akhir siklus untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai pada setiap siklusnya yaitu berupa soal isian berjumlah 20 soal.
G. Instrumen Penelitian
Arikunto (2005: 100) berpendapat bahwa intrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan menjadi sistematis dan dipermudah. Pengembangan instrument penelitian yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada:
1. Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Tes
2. Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa 3. Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru
1. Lembar Tes
Arikunto (2006: 150) tes merupakan serentetan pertanyaan atau pelatihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengethuan intelegensi, kemapuan atau bakat yang dimilki oleh individu atau kelompok. Tes diberikan kepada siswa berupa soal secara tertulis dalam bentuk soal uraian dan
(67)
sedangkan jika jawaban salah mendapatkan skor 0. Adapun kisi-kisi soal tes sebagai berikut:
Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Tes Variabel Pokok
Bahasan PokokSub Bahasan
Indikator Jumlah
Soal BentukSoal NomorSoal Skor Hasil
Belajar Operasipada Peahan Penjuml ahan Pecahan 1. Melakukan operasi penjumlahan dua pecahan berpenyebut sama.
3 Uraian 1, 2, 3 1
2. Melakukan operasi penjumlahan tiga pecahan berpenyebut sama.
3 Uraian 4, 5, 6 1
3. Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan penjumlahan pecahan
4 Uraian 7, 8, 9,
10 1 Pengura ngan Pecahan 1. Melakukan operasi pengurangan dua pecahan berpenyebut sama.
3 Uraian 11, 12,
13 1 2. Melakukan operasi pengurangan tiga pecahan berpenyebut sama.
3 Uraian 14, 15,
16 1 3. Melakukan operasi penjumalahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama
2 Uraian 17, 18 1
4. Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan pengurangan pecahan
(68)
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan dan mencatat data selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi bagi guru digunakan untuk mengetahui sejauh mana guru berhasil dalam menggunakan model pembelajaran NHT. Sedangkan lembar observasi untuk siswa ini digunakan untuk melihat sejauh mana tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together(NHT).
a. Lembar observasi proses pembelajaran dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Indikator yang diamati selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Penjelasan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
2) Tahap pembagian kelompok heterogen 3) Penyajian materi
4) Tahap pemanggilan nomor
5) Tahap pemberian pengakuan(reward)
6) Evaluasi
Tabel 4. Kisi Lembar Observasi Guru
Variabel Indikator Jumlah Item Nomor Item Model pembelajaran
kooperatif tipe NHT Menjelaskan modelpembelajaran kooperatif tipe NHT
2 1, 2
Membagi kelompok
secara heterogen 2 3, 4 Menyajikan materi 3 5, 6, 7 Memanggil nomor 1 8 Memberikanreward 2 9, 10
(69)
b. Lembar observasi partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Partisipasi Siswa
No. Komponen NHT Jumlah
Butir NomorButir
1. Penomoran(Numbering) 1 1
2. Bertanya(Questioning) 2 2, 3
3. Berpikir Bersama (Heads
Together) 2 4, 5
4. Menjawab(Answering) 2 6, 7
Adapun rubrik pedoman lembar observasi partisipasi siswa terlampir pada halaman 168
H. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data secara deskripsi kualitatif dan deskripsi kuantitatif. Analisis data deskripsi kualitatif berguna untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan Analisis data deskripsi kuantitatif berguna untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
1. Teknik Analisis Data Hasil Observasi
Data observasi terdiri dari dua bagian, yaitu data observasi aktivitas belajar siswa dan data observasi kegiatan pembelajaran guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Data observasi aktivitas siswa diambil dengan cara pemberian skor dengan mencentang K (Kurang), C (Cukup), B (Baik) dengan penskoran untuk K mempunyai skor 1, C mempunyai skor 2 dan B mempunyai skor 3. Data analisis
(70)
untuk lembar observasi siswa dengan cara deskriptif kuantitatif yaitu dengan data berupa angka.
Penghitungan capaian aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan rumus sebagai berikut
Presentase Skor =
al skormaksim
wa perolehsis skoryangdi
x 100%
Kemudian hasil presentase tersebut ditafsirkan dengan kategori menurut Syah (2003: 221) sebagai berikut:
Tabel 7. Klasifikasi Hasil Observasi
No Presentase Kategori
1. 80% - 100% Sangat Baik (SB)
2. 70% - 79% Baik (B)
3. 60% - 69% Cukup (C)
4. 50% - 59% Kurang (K)
5. 0% - 49% Gagal (G)
Sedangkan lembar observasi kegiatan pembelajaran guru berguna untuk mengamati bagaimana penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan dianalisis secara kualitatif.
2. Teknik Analisis Data Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa diketahui melalui pemberian tes kepada siswa setiap akhir siklus. Tes berguna untuk mengetahui dan mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif. Pada mata pelajaran Matematika di kelas IV SDN Nomporejo, siswa dikatakan tuntas jika mendapatkan skor di atas 72 berdasarkan pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penskoran dilakukan sesuai dengan rubrik penilaian yang telah dibuat penelti.
(71)
Peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika yang dilakukan peneliti, dapat diketahui dengan menghitung capaian ketuntasan belajar berdasarkan KKM di SDN Nomporejo yaitu sebesar 72.
Untuk menghitung capaian ketuntasan belajar setiap siklus, menurut Purwanto (2006: 102) rumus menghitung capaian ketuntasan belajar:
Ketuntasan =
wa luruhansis jumlahkese
paiKKM ayangmenca
banyaksisw x 100%
Selain menggunakan rumus di atas data kuantitatif juga menggunakan rumus untuk mencari nilai rata-rata seluruh siswa di kelas. Untuk mencari rumus rata-rata(mean),Arikunto (2005: 284-285) menuliskan sebagai berikut:
Keterangan:
X = rata-rata kelas (mean) ∑X = Jumlah skor/ nilai siswa N = Banyaknya siswa
Menurut beberapa rumus di atas akan didapatkan data perbandingan nilai rata-rata siklus I dan II, serta persentase siswa yang nilainya diatas KKM. Apabila nilai rata-rata siklus II lebih besar daripada rata-rata nilai siklus I, serta persentase jumlah siswa yang nilainya berada di atas KKM mengalami peningkatan pada siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN Nomporejo meningkat.
(72)
I. Validitas Instrumen
Kusumah dan Dwitagama (2011: 85) menyatakan bahwa validitas adalah Validitas adalah derajat yang menunjukkan sejauh mana hasil tersebut berguna (relevan) sebagai petunjuk untuk guru tertentu, serta kekuatannya untuk memberikan informasi dan argument tentang meningkatkan Pratik pendidikan di masyarakat professional yang lebih luas.
Sugiyono (2009: 173) juga berpendapat bahwa Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validasi instrument dalam peneliti ini menggunakan Validasi Isi(content validity), karena dalam validasi ini instrument disusun berdasarkan isi materi pelajaran yang di evaluasi. Dalam validasi isi ini berbentukexpert judgment.
Expert judgment adalah pendapat dari pakar ahli suatu materi untuk melihat instrument tersebut valid atau tidak. Pakar ahli akan memberikan masukan dan arahan tentang produk instrument tersebut yang nantinya akan direvisi kembali.
J. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila persentase partisipasi siswa mencapai 80%.
2. Sembilan puluh persen (90%) siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 72.
(73)
Apabila kedua kriteria tersebut tercapai maka siklus berhenti dan dapat dilakukan analisis hasil data penelitian.
K. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah 1. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar matematika adalah nilai yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran matematika melalui tes dari siklus I hingga siklus II. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah siswa mampu melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pada pecahan.
2. Metode Pembelajaran Kooperatif TipeNumbered Head Together(NHT) Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan tipe pembelajaran yang menekankan pada pola interaksi antar siswa dan memiliki tujuan yang sama saat proses diskusi berlangsung. Saat proses diskusi akan membangun kesiapan siswa saat akan dipanggil nomor-nomornya oleh guru untuk mengecek pemahaman yang telah mereka diskusikan secara bersama-sama.
(74)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Langkah Sebelum Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan di SD N Nomporejo yang beralamat di Sorogenen 2 Ds 3, Nomporejo, Galur, Kulon Progo. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD N Nomporejo dengan jumlah 15 siswa yang terdiri dari 5 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Data inisial subjek akan ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 8. Inisial subjek penelitian
No Inisial
1 MD
2 BA
3 DP
4 DR
5 FDH
6 IMN
7 IRN
8 KV
9 KJ
10 NAP
11 FA
12 SSN
13 ZH
14 AEP
15 LDR
(sumber: data kelas IV SD N Nomporejo)
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SD N Nomporejo pada tanggal 12 dan 17 November 2016, menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran Matematika di Kelas IV masih kurang hal tersebut didukung dengan
(1)
168 Lampiran 28. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Pembagian Kelompok dan
pembagian nomor siswa Gambar 2. Siswa berdiskusi secaraberkelompok
Gambar 3.Proses diskusi pada Siklus I Gambar 4. Proses diskusi pada Siklus II
Gambar 5. Pemanggilan nomor pada
setiap kelompok Gambar 6. Pemberian kesempatanbertanya pada siswa
Gambar 7. Pemanggilan nomor pada
(2)
169 Lampiran 29. Surat Validator
(3)
(4)
171 Lampiran 30. Surat Ijin Penelitian
(5)
(6)