ProdukHukum BankIndonesia

(1)

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah

Triwulan I Tahun 2009

Triwulan I Tahun 2009

Triwulan I Tahun 2009

Triwulan I Tahun 2009

Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang, untuk menganalisis perkembangan ekonomi Jawa Tengah secara komprehensif. Isi kajian dalam buku ini mencakup perkembangan ekonomi makro, inflasi, moneter, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, dan prospek ekonomi Jawa Tengah. Penerbitan buku ini bertujuan untuk: (1) melaporkan kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Jawa Tengah kepada Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai masukan pengambilan kebijakan, dan (2) menyampaikan informasi kepada external stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.

Kantor Bank Indonesia Kantor Bank Indonesia Kantor Bank Indonesia

Kantor Bank Indonesia SemarangSemarangSemarangSemarang

M. Zaeni Aboe Amin Pemimpin

Mahdi Mahmudy Deputi Pemimpin Bidang Ekonomi Moneter H. Yunnokusumo Deputi Pemimpin Bidang Perbankan

Moh. M. Toha Deputi Pemimpin Bidang Manajemen Intern dan Sistem Pembayaran

Herdiana A.W. Analis Madya Senior Tim Ekonomi Moneter Imam Fauzy Pengawas Bank Madya Senior

Imam Mustiantoko Kepala Bidang Manajemen Intern

Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia)

DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia)

DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia Bank Indonesia Bank Indonesia Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id

http://www.bi.go.idhttp://www.bi.go.id http://www.bi.go.id


(2)

Halaman Ini sengaja dikosongkan


(3)

Kata Pengantar

Kata Pengantar

Kata Pengantar

Kata Pengantar

Dampak krisis keuangan global semakin terasa dalam triwulan I-2009, indikasi perlambatan pada perekonomian Jawa Tengah sudah terlihat pada beberapa indikator ekonomi makro. Perekonomian Jawa Tengah triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 4,29% (yoy), melambat dibandingkan dibandingkan pertumbuhan triwulan 1-2008 walapun sedikit mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008.

Sementara itu, laju inflasi Jawa Tengah dalam triwulan I-2009 tercatat sebesar 6,94% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 9,55%. Laju inflasi Jawa Tengah tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi nasional triwulan I-2009 sebesar 7,92% (yoy). Walaupun masih cukup tinggi, namun laju inflasi di Jawa Tengah sudah mulai menunjukkan tren penurunan.

Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Provinsi Jawa Tengah pada triwulan I-2009 mengalami pelambatan, namun secara tahunan tumbuh dengan baik. Hal tersebut tercermin dari perkembangan indikator-indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun, dan kredit yang diberikan, serta Loan to Deposits Ratio (LDR). Sementara itu kualitas kredit yang disalurkan perbankan menunjukkan penurunan kualitas walaupun masih berada dalam standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Perkembangan ekonomi makro regional tersebut di atas menutut kita untuk menyiapkan langkah-langkah antisipasi dampak lanjutan dari krisis keuangan tersebut. Di sisi lain, Bank Indonesia semakin dituntut untuk meningkatkan kualitas kajiannya. Kajian yang dihasilkan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam pengambilan kebijakan moneter dan perbankan secara nasional, dan diharapkan juga menjadi masukan bagi

externalstakeholders di Jawa Tengah.

Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, kalangan perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya di Jawa Tengah kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Semarang, Mei 2009

KANTOR BANK INDONESIA SEMARANG Ttd

M. Zaeni Aboe Amin Pemimpin


(4)


(5)

Daftar Isi

Daftar Isi

Daftar Isi

Daftar Isi

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GRAFIK ix

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 9

1.1 Analisis PDRB dari Sisi Penggunaan 10

1.1. Konsumsi 10

1.2. Investasi 14

1.3. Ekspor 15

1.2 Analisis PDRB dari Sisi Penawaran 18

2.1. Sektor Pertanian 19

2.2. Sektor Industri Pengolahan 21

2.3. Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran 24 2.4. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 26

2.5. Sektor Lainnya 27

BOKS Ringkasan Eksekutif Penelitian Dampak Penerapan Kebijakan 0% Kelebihan Muatan Terhadap Perekonomian Jawa Tengah

51

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI 35

2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok 37

2.1.1. Inflasi Kuartalan 37

2.1.2. Inflasi Tahunan 42

2.2 Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah 49

2.1.1. Inflasi Kuartalan 49

2.1.2. Inflasi Tahunan 52

BOKS Perkembangan Kegiatan Tim Pemantau dan Pengendalian harga (TPPH) Propinsi Jawa Tengah

56

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN 59

3.1 Fungsi Intermediasi Bank Umum 60

3.1.1 Penghimpunan Dana Masyarakat 61

3.1.2 Penyaluran Kredit 63

3.2 Risiko Kredit 66

3.3 Risiko Likuiditas 68


(6)

3.5 Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek 70 3.6 Perkembangan Bank Umum Yang Berkantor Pusat di Jawa Tengah 71

3.7 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat 72

3.8 Perkembangan Bank Syariah 73

3.9 Kredit UMKM 75

BOKS Penelitian Potensi Pengembangan STA Soropadan di Jawa Tengah 78 BOKS Program Pengembangan Desa Padurenan Menjadi Klaster Bordir dan

Konveksi Terpadu dengan Wisata Religi di Kudus

82

BAB 4 KEUANGAN DAERAH 87

4.1 Pendapatan Daerah 87

4.2 Belanja Daerah 89

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 91

5.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 91

5.1.1. Aliran Uang kartal masuk/ Keluar (Inflow/Outflow) 93 5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar/ PTTB 93

5.1.3. Penukaran Uang Pecahan Kecil 93

5.1.3. Uang Palsu 93

5.2 Transaksi Keuangan Secara Non Tunai 95

5.2.1. Transaksi Kliring 95

5.2.2. Transaksi RTGS 96

BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 97

6.1 Ketenagakerjaan 97

6.2 Tingkat Kemiskinan 100

6.2.1. Kemiskinan 100

6.2.2. Kesejahteraan Petani 101

BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN 103

7.1 Pertumbuhan Ekonomi 103

7.1.1. Sektoral 103

7.1.2. Sisi Penggunaan 106

7.2 Inflasi 108

LAMPIRAN DATA 113


(7)

Daftar Tabel

Daftar Tabel

Daftar Tabel

Daftar Tabel

TABEL 1.1 Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Jenis Penggunaan (yoy, Persen)

10

TABEL 1.2 Perkembangan Realisasi Ekspor Non Migas Menurut Kelompok HS 2 Provinsi Jawa Tengah (USD Ribu)

17

TABEL 1.3 Perkembangan Realisasi Impor Non Migas Menurut Klasifikasi HS 2 Provinsi Jawa Tengah (USD Ribu)

18

TABEL 1.4 Perkembangan PDRB Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha (yoy) 19

TABEL 1.5 Perkembangan Kegiatan Bank (Rp miliar) 26

TABEL 2.1 Inflasi Jawa Tengah Kuartalan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa (Persen, qtq)

39

TABEL 2.2 Sub Kelompok Barang dan Jasa dengan Kenaikan Harga Kuartalan (qtq) Tertinggi

40

TABEL 2.3 Kondisi Harga Beberapa Komoditas Penting 42

TABEL 2.4 Inflasi Jawa Tengah Tahunan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa (Persen, yoy)

44

TABEL 2.5 Sub Kelompok Barang dan Jasa dengan Kenaikan Harga Tahunan (yoy) Tertinggi

45

TABEL 2.6 Beberapa Komoditas Penyebab Inflasi Tiap Bulan Pada Triwulan IV-2008 46

TABEL 2.7 Beberapa Komoditas Yang Mengalami Penurunan IHK (Deflasi) Pada Triwulan IV-2008

47

TABEL 2.8 Inflasi Kuartalan Empat Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa (persen, qtq)

52

TABEL 2.9 Inflasi Tahunan Empat Kota di Jawa Tengah Menurut Kelompok Barang dan Jasa (persen, qtq)

55

TABEL 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan Di Provinsi Jawa Tengah (Bank Umum & BPR)

59

TABEL 3.2 Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Umum Per Sektor Ekonomi 65

TABEL 3.3 Rasio NPLs Per Sektor Ekonomi 67

TABEL 3.4 Rasio NPLs Jenis Kredit Modal Kerja Per Sektor Ekonomi 67 TABEL 3.5 Perkembangan Bank Umum Yang Berkantor Pusat Di Jawa Tengah 72

TABEL 3.6 Perkembangan Beberapa Indikator BPR di Jawa Tengah 73

TABEL 3.7 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah di Provinsi Jawa Tengah 74

TABEL 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah APBD Triwulan I-2009 88 TABEL 4.2 Realisasi Belanja Daerah APBD Triwulan I-2009 89


(8)

TABEL 5.1 Perkembangan Transaksi Kliring Lokal Rata – Rata Per Bulan Di Jawa Tengah (Rp Triliun)

96

TABEL 6.1 Penggunaan Tenaga Kerja Sektoral Di Jawa Tengah 100

TABEL 6.2 Nilai Tukar Petani Bulan Januari 2009 Di Jawa Tengah 102

TABEL 7.1 Estimasi Laju Inflasi Jawa Tengah Menurut Kelompok Barang dan Jasa (yoy, Persen)

112


(9)

Daftar Grafik

Daftar Grafik

Daftar Grafik

Daftar Grafik

GRAFIK 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah dan Nasional Secara Tahunan 9

GRAFIK 1.2 Perkembangan Indeks Kepercayaan Konsumen 11 GRAFIK 1.3 Pertumbuhan Tahunan Indeks Riil Penjualan Kelompok Komoditas

Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

12

GRAFIK 1.4 Perkembangan Kredit Konsumsi, NPL Jenis Kredit Konsumsi dan Pertumbuhan qtq Kredit Konsumsi Bank Umum di Jawa Tengah

13

GRAFIK 1.5 Perkembangan Posisi Giro Milik Pemerintah pada Bank Umum di Wilayah Jawa Tengah

13

GRAFIK 1.6 Penjualan Semen di Jawa Tengah 14

GRAFIK 1.7 Perkembangan Kredit dan NPL Jenis Kredit Investasi Bank Umum di Jawa Tengah

15

GRAFIK 1.8 Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Bulanan 16 GRAFIK 1.9 Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Triwulanan 16

GRAFIK 1.10 Perkembangan Impor Jawa Tengah 16

GRAFIK 1.11 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Jawa Tengah Periode Jan-Feb 2008 dan Jan-Jan-Feb 2009

16

GRAFIK 1.12 Perkiraan Produksi Tabama di Jawa Tengah 20

GRAFIK 1.13 Perkembangan Ekspor Kelompok Komoditas Pertanian 20 GRAFIK 1.14 Indeks Produksi Industri Pengolahan Minyak di Jawa Tengah 22

GRAFIK 1.15 Perkembangan Ekspor Hasil Manufaktur Jawa Tengah Berdasarkan Klasifikasi ISIC

22

GRAFIK 1.16 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Industri oleh Bank Umum di Jawa Tengah

23

GRAFIK 1.17 Hasil SKDU – Sektor Industri Pengolahan 24

GRAFIK 1.18 Perkembangan Indeks Riil Penjual Eceran 25

GRAFIK 1.19 Penyaluran Kredit Sektor PHR oleh Bank Umum di Jawa Tengah 26 GRAFIK 1.20 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Jasa oleh Bank Umum di

Jawa Tengah

27

GRAFIK 1.21 Indeks Produksi Air Bersih di Wilayah Jawa Tengah 28 GRAFIK 1.22 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor LGA oleh Bank Umum di

Jawa Tengah

28

GRAFIK 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Jawa Tengah dan Nasional 36

GRAFIK 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah Secara Kuartalan (qtq) dan Tahunan (yoy)


(10)

GRAFIK 2.3. Beberapa Komoditas Hasil SPH di KBI Semarang 41

GRAFIK 2.4. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Strategis Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Mingguan di Kota Semarang

48

GRAFIK 2.5. Perkembangan Ekspektasi Inflasi Hasil Survei Konsumen dan Inflasi Tahunan Aktual di Jawa Tengah

49

GRAFIK 2.6. Perkembangan Inflasi Kuartalan Empat Kota di Jawa Tengah 50

GRAFIK 2.7. Perkembangan Inflasi Tahunan Empat Kota di Jawa Tengah 53

GRAFIK 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum 61

GRAFIK 3.2. Perkembangan Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank 61 GRAFIK 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum 62

GRAFIK 3.4. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum menurut Kelompok Bank

62

GRAFIK 3.5. Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Bank Umum 62 GRAFIK 3.6. Perkembangan Komposisi Kepemilikan Dana Pihak Ketiga 62

GRAFIK 3.7. Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan 63 GRAFIK 3.8. Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Kelompok Bank 63

GRAFIK 3.9. Perkembangan Kredit Bank Umum dan Rasio NPLs 66 GRAFIK 3.10. Perkembangan Nominal NPLs Kredit Berdasar Jenis Penggunaan 66

GRAFIK 3.11. Komposisi DPK Bank Umum Triwulan I-2009 69 GRAFIK 3.12. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Lokasi Proyek 71

GRAFIK 3.13. Perkembangan Kredit UMKM dan Total Kredit 75 GRAFIK 3.14. Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan 75

GRAFIK 3.15. Komposisi Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi Tw-I 2009 76 GRAFIK 3.16. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha 76

GRAFIK 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Tengah 92

GRAFIK 5.2. Perkembangan PTTB di Jawa Tengah 93

GRAFIK 5.3. Perkembangan Cash Inflow dan PTTB di Jawa Tengah 94 GRAFIK 5.4. Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Tengah 96

GRAFIK 6.1. Komposisi Perusahaan Tutup Menurut Wilayah di Jawa Tengah 98 GRAFIK 6.2. Komposisi Jenis Perusahaan di Jawa Tengah 98

GRAFIK 6.3. Alasan Perusahaan Tutup di Jawa Tengah Triwulan I-2009 99 GRAFIK 6.4. Penggunaan Tenaga Kerja di Jawa Tengah 99

GRAFIK 7.1. Prakiraan Inflasi Hasil Survei Konsumen dan Laju Inflasi Inflasi IHK Aktual (yoy)


(11)

GRAFIK 7.2. Ekspektasi Masyarakat Enam Bulan Ke Depan Berdasarkan Survei Konsumen

111

GRAFIK 7.3. Ekspektasi Pedagang untuk Enam Bulan Ke Depan Berdasarkan Survei Penjualan Eceran

111


(12)

(13)

Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif

Perekonomian Jawa Tengah triwulan ini mengalami pertumbuhan yang sedikit melambat, di tengah-tengah dampak krisis global yang semakin terasa.

Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2009 tumbuh 4,29% (yoy)

A. GAMBARAN UMUM

Dampak krisis keuangan global masih terasa dalam triwulan I-2009, kondisi terlihat dari masih berlanjutnya trend perlambatan pada perekonomian Jawa Tengah, meskipun pada triwulan I-2009 ini angka pertumbuhan sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2008. Tekanan inflasi menunjukkan kecenderungan penurunan yang cukup signifikan, sejalan dengan meredanya imported inflation, serta relative stabilnya pergerakan harga barang dan jasa di dalam negeri.

Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Provinsi Jawa Tengah pada triwulan I-2009 mengalami pelambatan, namun secara tahunan tumbuh dengan baik. Hal tersebut tercermin dari perkembangan indikator-indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun, dan kredit yang diberikan, serta Loan to Deposits Ratio (LDR). Sementara itu kualitas kredit yang disalurkan perbankan menunjukkan penurunan kualitas walaupun masih berada dalam standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan II-2009 diperkirakan akan mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2009, yaitu dalam kisaran 4,0-5,0%. Sedangkan tekanan inflasi Jawa Tengah triwulan II-2009 diperkirakan mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya, dan diproyeksikan akan berada dalam kisaran 5,0%– 6,0% (yoy).

B. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

Secara tahunan pada triwulan I-2009, perekonomian Jawa Tengah diperkirakan tumbuh 4,29% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008 sebesar 5,49% namun sedikit mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 yang mengalami perlambatan cukup signifikan sebesar 3,99% (yoy).

Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masih menjadi pendorong utama pertumbuhan perekonomian walaupun juga mengalami perlambatan. Investasi tumbuh moderat, sementara itu ekspor dan impor diperkirakan


(14)

Krisis keuangan global mulai berdampak pada kinerja ekspor dan impor Jawa Tengah

menunjukkan trend perlambatan.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4,92% dan memberikan kontribusi sebesar 3,11% terhadap pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah. Perlambatan konsumsi rumah tangga diperkirakan disebabkan oleh penurunan konsumsi rumah tangga karena faktor musiman serta pengaruh krisis keuangan global yang membuat masyarakat menurunkan pola pembeliannya,

Konsumsi pemerintah pada triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 7,86% (yoy), melambat dibandingkan posisi triwulan I-2008 maupun posisi triwulan IV-I-2008 diantaranya disebabkan oleh keterlambatan pengesahan APBD 2009 di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah.

Pertumbuhan investasi tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang pada triwulan I-2009 diperkirakan mencapai 5,34% (yoy), mengalami perlambatan apabila dibandingkan posisi triwulan I-2008 sebesar 6,18% maupun pertumbuhan investasi pada triwulan IV-2008 sebesar 7,24%. Perlambatan tersebut diantaranya disebabkan oleh: penundaan rencana investasi karena proyeksi penurunan permintaan akibat krisis keuangan global. Sedangkan bagi perusahaan yang masih melakukan investasi, dilakukan terutama untuk menunjang aktivitas operasional demi tercapainya efisiensi perusahaan

Perkembangan ekspor pada PDRB Jawa Tengah triwulan I-2009 mengalami kontraksi sebesar -8,81% (yoy), demikian pula impor mengalami kontraksi sebesar -10,96% (yoy). Sementara itu berdasarkan data dari Direktorat Statistik dan Moneter Bank Indonesia, pada triwulan I-2009, ekspor luar negeri menunjukkan trend perlambatan, baik dari sisi jumlah maupun dari sisi volume, sebagai akibat krisis ekonomi global yang menyebabkan daya beli masyarakat/buyer di LN menurun, serta perubahan selera pasar untuk jenis meubel terutama segment menengah. Namun, untuk jenis meubel menengah ke atas diperkirakan kondisi permintaan masih relatif stabil.

Kinerja ekspor non migas Jawa Tengah pada triwulan I-2009 (data sampai dengan posisi Februari 2009) tercatat sebesar USD 416,42 juta. Dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama tahun lalu (Januari-Februari 2008), nilai ekspor Jawa Tengah tersebut mengalami kontraksi sebesar -34,67%. Apabila dilihat di sisi volume juga terlihat adanya trend penurunan yang cukup signifikan, yaitu mengalami


(15)

Dari sisi penawaran, sektor pertanian dan PHR

memberikan kontribusi

terbesar terhadap pertumbuhan

Peningkatan Sektor Pertanian terutama

didukung oleh faktor cuaca

kontraksi sebesar -36,2% (Februari 2009 dibandingkan Januari-Februari 2008).

Sementara nilai impor Jawa Tengah periode Januari-Februari 2009 tercatat sebesar USD 304,29 juta, mengalami kontraksi sebesar 22,30% dibandingkan nilai impor pada periode Januari-Februari 2008. Penurunan impor disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dollar Amerika Serikat serta adanya penurunan permintaan baik domestik maupun permintaan luar negeri.

Dilihat dari sisi penawaran, pada triwulan I-2009 seluruh sektor perekonomian diperkirakan mengalami pertumbuhan positif dibandingkan triwulan I-2009 (year on year) kecuali sektor industri pengolahan yang mengalami kontraksi. Berdasarkan tingkat pertumbuhannya, pertumbuhan tertinggi diperkirakan dialami oleh sektor keuangan sebesar 10,31% (yoy) dan sektor pertanian sebesar 9,96% (yoy). Sementara itu, berdasarkan kontribusi terhadap pertumbuhan, sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan ini adalah sektor pertanian, sektor perdagangan,hotel dan restaurant dan sektor jasa

Sektor pertanian dalam triwulan I-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 9.96% (yoy), yang disebabkan musim/ cuaca yang lebih baik dibandingkan triwulan I-08. Selain itu, berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah, bencana banjir yang menerjang wilayah Jawa Tengah tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap produksi pertanian di Jawa Tengah

Sektor Industri pengolahan pada triwulan I-2009 diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -2,38% (yoy) disebabkan karena penurunan permintaan akibat krisis keuangan global, terutama untuk industri TPT (spinning) dan industri meubel (regular product non high

class segment).

Karena sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan perekonomian di Jawa Tengah, maka kontraksi pada sektor ini menyebabkan perekonomian Jawa Tengah secara keseluruhan mengalami perlambatan.


(16)

Inflasi (qtq) dan Inflasi (yoy) menurun cukup signifikan

Kinerja

perbankan Jawa Tengah

menunjukkan perkembangan positif

C. PERKEMBANGAN INFLASI

Berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, laju inflasi Jawa Tengah dalam triwulan I-2009 tercatat sebesar 6,94% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2008 sebesar 9,55%. Laju inflasi Jawa Tengah tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan laju inflasi nasional triwulan I-2009 sebesar 7,92% (yoy). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pergerakan harga barang dan jasa di Jawa Tengah dalam triwulan ini relatif stabil.

Sumber tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan ini berasal dari kelompok perumahan, kelompok makanan jadi dan kelompok bahan makanan. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi penurunan laju inflasi tahunan dalam triwulan ini adalah kelompok transpor yang mengalami penurunan IHK cukup signifikan dan stabilnya IHK kelompok pendidikan dan kelompok kesehatan.

Penurunan IHK kelompok transpor terutama disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang menurunkan harga BBM, yang diikuti oleh penurunan tarif angkutan umum dalam kota dan angkutan umum luar kota pada triwulan I-2009. Selain itu, penurunan harga minyak dunia juga ikut mendorong penurunan harga BBM nonsubsidi, seperti Pertamax dan Pertamax Plus pada triwulan laporan. Sementara itu, stabilnya harga-harga kelompok pendidikan dan kelompok kesehatan antara lain disebabkan oleh turunnya permintaan terhadap kedua kelompok barang dan jasa ini pada triwulan I-2009.

Sementara itu, apabila dihitung secara kuartalan (qtq), inflasi di Jawa Tengah pada triwulan I-2009 adalah sebesar 0,77% (qtq), sedikit naik dari triwulan sebelumnya sebesar 0,28%. Peningkatan inflasi kuartalan di triwulan laporan disebabkan oleh kenaikan IHK kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok perumahan. Adapun kelompok barang dan jasa yang mengalami penurunan IHK secara kuartalan adalah kelompok transpor, kelompok pendidikan dan kelompok kesehatan

D. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Provinsi Jawa Tengah pada triwulan I-2009 mengalami pelambatan, namun secara tahunan tumbuh dengan baik. Indikator- indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun, dan kredit yang diberikan, serta Loan to Deposits Ratio (LDR) mengalami peningkatan yang melambat. Sementara itu kualitas kredit


(17)

yang diberikan menurun, namun masih dalam batas himbauan Bank Indonesia, tercermin dari meningkatnya Non Performing Loans-Gross (NPLs).

Secara triwulanan (qtq), aset, DPK, dan kredit pada triwulan I-2009 tumbuh melambat masing-masing sebesar 1,29%, 4,64%, dan 0,64%, dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2008 yang masing-masing tumbuh 3,87%, 5,75%, dan 2,80%. Pelambatan pertumbuhan kinerja perbankan Jawa Tengah sudah mulai terasa pada triwulan IV-2008 sebagai dampak krisis keuangan global.

Di sisi lain DPK yang dihimpun meningkat sebesar 20,54% sehingga menjadi Rp90.140 miliar. Sementara itu kredit tumbuh lebih besar yaitu 24,66% dari Rp64.040 miliar pada Maret 2008 menjadi Rp79.835 miliar pada maret 2009. Tingginya pertumbuhan kredit dibanding DPK menjadikan LDR perbankan Jawa Tengah meningkat dari 85,63% menjadi 88,57%. Meskipun secara tahunan LDR meningkat, perbankan tetap mampu memperbaiki kualitas kredit yang diberikan, tercermin dari relatif tetapnya NPLs pada posisi 4,13%.

Kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Tengah tumbuh cukup baik. Secara tahunan pertumbuhan kredit pada triwulan I-2009 mencapai 25,01%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008 sebesar 20,43%. Pertumbuhan kredit pada triwulan I-2009 merata di semua jenis penggunaan kredit. Kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 27,73%, 21,22%, dan 21,62%

Namun, secara triwulanan, kredit pada triwulan I-2009 tumbuh sebesar 0,26%, di bawah pertumbuhan kredit pada triwulan sebelumnya sebesar 3,16%. Pelambatan pertumbuhan kredit tersebut tidak terlepas dari dampak krisis keuangan global, terutama mulai dirasakan kalangan dunia usaha sejak triwulan IV-2008. Di samping itu, suku bunga kredit yang masih relatif tinggi dan kondisi perekonomian yang masih belum pulih sepenuhnya, menjadikan sebagian pelaku usaha wait and see.

Risiko kredit bank umum di Jawa Tengah cukup rendah meski meningkat. Pada triwulan I-2009 ini risiko kredit bank umum yang salah satunya diukur dari rasio Non Performing Loans (NPLs)-gross mulai meningkat meskipun masih di bawah angka himbauan Bank Indonesia sebesar 5%.

BPR di Jawa Tengah terus tumbuh sejalan dengan pertumbuhan bank umum. Total aset BPR pada triwulan I-2009 tercatat sebesar


(18)

Penyaluran kredit UMKM tetap meningkat walaupun sedikit melambat sebesar 22,03% (yoy)

Cash outflow menurun sementara cash inflow mengalami peningkatan

Jumlah temuan UPAL menurun dibanding triwulan sebelumnya

Rp8.097 miliar, meningkat sebesar 16,93% dibanding dengan triwulan I-2008, atau meningkat 2,64% dibanding triwulan IV-2008. Peningkatan tersebut banyak di-support oleh peningkatan DPK, yang pada posisi yang sama meningkat sebesar 16,11% (yoy) dan 4,15% (qtq) sehingga menjadi Rp5.686 miliar. Sementara itu kredit yang diberikan tumbuh sebesar 21,04% (yoy) dan 4,86% (qtq), sehingga pada Maret 2009 menjadi Rp6.736 miliar.

Perkembangan perbankan syariah di Jawa Tengah menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Aset perbankan syariah dari triwulan ke triwulan selalu menunjukkan peningkatan meskipun sempat sedikit menurun pada triwulan ke I-2009. Total aset perbankan syariah pada triwulan I-2009 tercatat sebesar Rp2.346 miliar. Aset tersebut meningkat sebesar 44,45% dibandingkan triwulan I-2008 atau menurun -2,95% dibanding triwulan sebelumnya. DPK yang dihimpun perbankan syariah juga meningkat 28,42% (yoy) menjadi Rp1.654 miliar, dan pembiayaan yang disalurkan naik 53,13% (yoy) menjadi Rp1.997 miliar.

Jumlah penyaluran kredit kepada UMKM di Jawa Tengah terus meningkat meski dengan pertumbuhan yang melambat. Penyaluran kredit UMKM pada triwulan I-2009 mengalami peningkatan sebesar 19,09% dibandingkan triwulan I-2008 sehingga menjadi Rp61.734 miliar. Peningkatan kredit UMKM tersebut memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap meningkatnya kredit perbankan, mengingat kontribusinya mencapai 77,63% dari total kredit perbankan (bank umum dan BPR) di Jawa Tengah.

Pada triwulan I-2009, inflow di KBI di wilayah Jawa Tengah mengalami penurunan sebesar 13,76% dibandingkan posisi triwulan IV-2008 (qtq) menjadi Rp6,532 triliun, sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 46,41%(yoy). Demikian pula untuk

cash outflow di KBI di wilayah Jawa Tengah mengalami penurunan

sebesar 69,23% dibandingkan posisi triwulan IV-2008 (qtq) sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 166,02% (yoy).

Selama triwulan I – 2009 ini KBI Semarang telah menemukan uang palsu sebanyak 1517 lembar dengan jumlah nominal Rp96,3 juta. Pecahan yang banyak ditemukan pada triwulan ini adalah pecahan Rp100.000 yang mengambil porsi sebesar 44,17% dari seluruh jumlah uang palsu yang ditemukan, sementara pecahan Rp50.000 mengambil porsi 32,17% dari seluruh jumlah uang palsu yang ditemukan.


(19)

Perekonomian pada triwulan II-2009

diperkirakan akan mengalami perlambatan

E. PROSPEK PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan II-2009 diperkirakan akan mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2009, yaitu dalam kisaran 4,0-5,0%. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor bangunan. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan didorong oleh konsumsi rumah tangga (RT) dan Konsumsi Pemerintah. Pemilu legislatif pada April 2009 dan pemilu presiden pada Juli 2009, tahun ajaran baru serta liburan sekolah diperkirakan akan mendorong pula peningkatan konsumsi masyarakat. Perlambatan pertumbuhan diperkirakan karena dipengaruhi oleh daya beli yang masih relatif lemah dan ekspektasi kondisi perekonomian yang masih pesimis. Di sisi eksternal, krisis keuangan global dan perlambatan pertumbuhan perekonomian dunia diperkirakan cukup berdampak pada ekspor Jawa Tengah, khususnya ekspor komoditas mebel dan TPT (tekstil dan produk tekstil). Dampak krisis ini diperkirakan masih akan terjadi sampai dengan triwulan II-2009, dan akan membaik mulai triwulan III-2009.

Perkembangan 3 sektor ekonomi utama, yaitu sektor pertanian, sektor industri dan sektor PHR menunjukkan perkembangan yang memerlukan perhatian semua pihak. Sektor pertanian pada awal triwulan II-2009 diperkirakan masih berada dalam siklus panen raya, termasuk beberapa daerah di Pantura yang mengalami pergeseran musim tanam akibat bencana banjir. Namun, di beberapa daerah sudah mulai memasuki masa tanam pada akhir triwulan II sehingga produksi sektor pertanian triwulan II-2009 diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan triwulan I-2009.

Sementara itu, sektor industri diperkirakan akan mulai tumbuh positif pada triwulan II-2009, meskipun masih dalam level yang relatif rendah dalam kisaran 1-2% (yoy). Peningkatan sektor industri diperkirakan akan didorong terutama oleh peningkatan permintaan domestik. Sedangkan untuk permintaan luar negeri diperkirakan mulai tumbuh, namun masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Adapun sektor PHR diperkirakan akan tumbuh meningkat dalam kisaran 5%-6% (yoy) pada triwulan mendatang, lebih tinggi dari triwulan I-2009 sebesar 4,57%. Pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu presiden, musim liburan sekolah serta tahun ajaran baru merupakan faktor stimulus pendorong sektor ini.


(20)

Tekanan inflasi triwulan I-2009 diperkirakan sedikit menurun

Tekanan inflasi Jawa Tengah triwulan II-2009 diperkirakan mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya, dan diproyeksikan akan berada dalam kisaran 5,0%–6,0% (yoy). Perkiraan optimis akan berada dalam angka kisaran 5,0% - 5,5%, sedangkan perkiraan pesimis berada dalam kisaran 5,5% - 6,0%. Tekanan inflasi triwulan II-2009 diperkirakan akan semakin menurun sejalan dengan meredanya imported inflation, karena mulai stabilnya harga berbagai komoditas internasional, seperti emas, minyak, besi baja, dan harga berbagai komoditas pangan. Selain itu, pasokan bahan makanan seperti beras diperkirakan cukup memadai hingga 6 bulan ke depan. Meskipun tekanan inflasi bulanan (mtm) pada triwulan II-2009 diperkirakan akan sedikit meningkat pada bulan Juni 2009 seiring dengan masuknya masa liburan dan persiapan tahun ajaran baru, namun angka inflasi tahunan pada triwulan II-2009 diperkirakan akan berada dalam kisaran sesuai proyeksi di atas.

Faktor potensial yang diperkirakan dapat menjadi pemicu tekanan inflasi triwulan II-2009 adalah kemungkinan terjadinya gangguan pasokan beberapa komoditas karena kurang lancarnya distribusi kebutuhan pokok seperti gas elpiji dan pupuk. Faktor lainnya adalah kurangnya pasokan bahan kebutuhan pokok karena faktor musiman, seperti gula pasir, bawang merah dan cabe merah. Di samping itu, tekanan inflasi dari sisi permintaan (demand pull inflation) berupa tingginya pembuatan berbagai atribut untuk pelaksanaan pemilu Presiden pada bulan Juli 2009, serta masuknya masa liburan panjang pada bulan Juni-Juli 2009 diperkirakan juga akan meningkatkan harga.

Berdasarkan Hasil Survei Penjualan Eceran, responden mengekspektasikan bahwa harga di tingkat pedagang pada triwulan II-2009 mendatang diperkirakan relatif stabil dibandingkan dengan triwulan laporan. Hal tersebut sejalan dengan hasil Survei Konsumen yang sebagian besar mengekspektasikan terjadinya penurunan harga barang dan jasa. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan oleh KBI Semarang, mayoritas responden memperkirakan harga secara umum pada 3 bulan dan 6 bulan mendatang akan mengalami penurunan.


(21)

Perekonomian Jawa Tengah triwulan I-2009 masih mengalami perlambatan sebagai dampak lanjutan dari krisis keuangan internasional. Secara tahunan pada triwulan I-20091

, perekonomian Jawa Tengah diperkirakan tumbuh 4,29% (yoy),melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2008 sebesar 5,49% namun sedikit mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 yang mengalami perlambatan cukup signifikan sebesar 3,99% (yoy).

GRAFIK 1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH DAN NASIONAL SECARA TAHUNAN (YOY)

3 4 5 6 7 8

Sumbe r: BPS

%

Jate ng Nasional

Dari sisi permintaan, sama halnya dengan periode yang lalu, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masih menjadi pendorong utama pertumbuhan perekonomian walaupun juga mengalami perlambatan. Investasi tumbuh moderat, sementara itu ekspor dan impor diperkirakan menunjukkan trend perlambatan.

Dari sisi penawaran, kontraksi pada sektor industri pengolahan menjadi faktor utama perlambatan perekonomian Jawa Tengah dalam triwulan laporan ini.

1


(22)

Sementara itu, sektor lain yang diperkirakan masih tumbuh cukup signifikan adalah sektor keuangan, sektor pertanian, dan sektor bangunan.

Berkurangnya permintaan luar negeri dan relatif tetapnya pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restaurant (PHR) merupakan penyebab utama perlambatan perekonomian Jawa Tengah. Sedangkan kondisi cuaca yang cukup baik mendorong sektor pertanian tumbuh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

1. Analisis PDRB dari Sisi Penggunaan

Perekonomian Jawa Tengah triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 4,29%. Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masih menjadi penopang utama pertumbuhan walaupun menunjukkan trend perlambatan.

TABEL 1.1

PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH MENURUT JENIS PENGGUNAAN (YOY, PERSEN)

No Lapangan Usaha I-08 II-08 III-08 IV-08*) I-09**)

Pertumbuhan Year on Year

1 Kons. Rumah Tangga 5.13% 5.11% 6.51% 4.95% 4.92%

a. Makanan 2.37% 2.37% 2.97% 2.77% 2.31%

b. Non Makanan 9.11% 9.02% 11.54% 7.96% 8.44%

2 Kons. LNP 2.65% 2.12% 6.77% 10.27% 11.89%

3 Kons. Pemerintah 14.71% 9.32% 8.88% 8.23% 7.86%

4 P M T B 6.18% 6.14% 7.16% 7.24% 5.34%

5 Ekspor 2.60% -5.75% 1.52% 2.31% -8.81%

6 Impor 16.06% -6.28% -12.51% 13.03% -10.96%

PDRB 5.49% 5.96% 6.39% 3.94% 4.29%

Sumber : KBI Semarang dan BPS Propinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000) Keterangan : *) angka sementara * *) angka sangat sementara(poyeksi KBI Semarang)

1.1. Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4,92% dan memberikan kontribusi sebesar 3,11%

terhadap pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah. Angka pertumbuhan ini

mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triwulan I-2008 maupun triwulan IV-2008. Perlambatan konsumsi rumah tangga diperkirakan disebabkan oleh penurunan konsumsi rumah tangga karena faktor musiman serta pengaruh krisis keuangan global yang membuat masyarakat menurunkan pola pembeliannya,


(23)

menunjukkan bahwa keyakinan konsumen masih berada dalam wilayah pesimis (angka indeks di bawah 100) walaupun telah menunjukkan trend peningkatan. (grafik 1.2). Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih cenderung fluktuatif pada wilayah pesimis selama 2 triwulan terakhir. Demikian pula halnya dengan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) juga masih mencerminkan hasil pesimis. Kondisi ini diperkirakan merupakan salah satu penyebab masyarakat mengurangi konsumsi rumah tangganya. Krisis keuangan global diperkirakan masih menjadi salah satu pertimbangan responden, sehingga menyebabkan IKK dan IKE berada dalam wilayah pesimis.

Namun demikian, hasil survei menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian enam bulan ke depan cenderung meningkat. Proses menjelang pemilu legislatif yang cukup kondusif diperkirakan merupakan salah satu faktor yang menahan indeks hasil survey tidak kembali menurun, namun cenderung membaik. Kondisi ini harus tetap dipertahankan supaya ke depan perekonomian akan kembali bergerak positif ke arah yang lebih baik.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar

2008 2009

(Indeks)

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Ekspektasi Konsumen (IEK)

Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia

Perlambatan konsumsi rumah tangga diantaranya tercermin pula dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Semarang, dimana indeks riil penjualan eceran menunjukkan adanya perlambatan selama triwulan I-2009, dibandingkan kondisi pada triwulan I-2008 maupun triwulan IV-2008. Perkembangan pertumbuhan indeks riil penjualan untuk beberapa kelompok komoditas, seperti kelompok bahan makanan, makanan jadi, minuman dan tembakau, kelompok komoditas perumahan dan bahan bakar serta kelompok


(24)

sandang menunjukkan adanya trend perlambatan (Grafik 1.3.). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kegiatan konsumsi masyarakat diperkirakan mengalami penurunan seiring yang ditunjukkan oleh penurunan indeks SPE. Namun, menjelang akhir triwulan I-2009 mulai terlihat adanya tendensi peningkatan indeks SPE. Diharapkan peningkatan indeks penjualan eceran yang merupakan proksi dari konsumsi masyarakat dapat mendorong pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah ke arah yang positif.

!

" # $ % % $ &'($ ) $*$+) %

, ) # $& $" # $" % & $

+ $- & %. %.'.$%

Sumber : SPE Bank Indonesia Semarang

Dari sisi pembiayaan, perlambatan konsumsi rumah tangga antara lain tercermin pula dari perlambatan pertumbuhan kredit secara triwulanan (quarter to quarter, qtq) untuk jenis kredit konsumsi bank umum di Jawa Tengah (Grafik 1.4). Walaupun posisi kredit konsumsi tetap mengalami peningkatan namun apabila dilihat laju pertumbuhan triwulanannya, terlihat adanya trend perlambatan pertumbuhan. Perlambatan pertumbuhan triwulanan kredit konsumsi ini merupakan salah satu prompt indicator perlambatan konsumsi masyarakat.

Grafik 1.3. Pertumbuhan Tahunan Indeks Riil Penjualan Kelompok Makanan Jadi, Minuman & Tembakau


(25)

0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% 14%

-5,000 10,000 15,000 20,000 25,000

II

I-0

6

IV

-0

6

I-0

7

II

-0

7

II

I-0

7

IV

-0

7

I-0

8

II

-0

8

II

I-0

8

IV

-0

8

I-0

9

Kredit NPL Pertumb.QtQ

Sumber : Bank Indonesia

Konsumsi pemerintah pada triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 7,86% (yoy). Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan posisi triwulan I-2008 maupun posisi triwulan IV-2008. Perlambatan ini diantaranya disebabkan oleh keterlambatan pengesahan APBD 2009 di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah. Sebagai implikasinya, banyak program pembangunan di daerah yang belum dapat terealisir, sehingga konsumsi pemerintah relatif masih kecil realisasinya.

0 1 2 3 4 5 6

R

p

T

ri

ly

u

n

Perkembangan Giro Milik Pemerintah

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Konsumsi, NPL Jenis Kredit Konsumsi dan Pertumbuhan qtq Kredit Konsumsi Bank Umum di Wilayah Jawa Tengah

Grafik 1.5. Perkembangan Posisi Giro Milik Pemerintah pada Bank Umum di Wilayah Jawa Tengah


(26)

Untuk melihat perkembangan konsumsi pemerintah, prompt indicator yang dapat digunakan adalah posisi giro milik pemerintah yang disimpan pada perbankan di Jawa Tengah. Pada Grafik 1.5 terlihat bahwa posisi giro milik pemerintah pada triwulan I-2009 cukup tinggi dibandingkan posisi triwulan IV-2008. Jumlah giro yang cukup tinggi tersebut merupakan indikasi bahwa realisasi pengeluaran pemerintah masih relatif belum terlalu besar.

1.2. Investasi

Pertumbuhan investasi tercermin dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang pada triwulan I-2009 diperkirakan mencapai 5,34% (yoy), mengalami perlambatan apabila dibandingkan posisi triwulan I-2008 sebesar 6,18% maupun pertumbuhan investasi pada triwulan IV-2008 sebesar 7,24%.

Penyebab perlambatan investasi di Jawa Tengah berdasarkan hasil liaison yang dilakukan KBI Semarang disebabkan antara lain karena sebagian besar industri menunda rencana investasi karena proyeksi penurunan permintaan akibat krisis keuangan global. Sedangkan bagi perusahaan yang masih melakukan investasi, dilakukan terutama untuk menunjang aktivitas operasional demi tercapainya efisiensi perusahaan.

Data jenis kredit investasi berdasarkan Laporan Bank Umum (LBU) juga menunjukkan adanya trend perlambatan yang cukup besar pada jenis kredit investasi.

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Prompt indicator perlambatan perkembangan investasi tercermin dari perkembangan penjualan semen di wilayah Jawa Tengah yang menunjukkan

trend penurunan dibandingkan posisi periode yang sama tahun lalu.


(27)

Perkembangan penjualan semen di Jawa Tengah mulai triwulan III-2008 mulai menunjukkan trend penurunan yang terus berlanjut hingga triwulan I-2009. Kondisi ini merupakan salah satu indikasi investasi berupa bangunan baru atau penambahan bangunan relatif berkurang atau melambat. Konsumsi semen untuk kegiatan pembangunan sarana dan prasarana fisik yang dilakukan oleh sektor swasta berkurang karena penundaan investasi seiring dengan krisis keuangan global. Kondisi ini ditambah pula dengan masih kecilnya belanja pemerintah untuk keperluan pembangunan sarana dan prasarana fisik karena masih berada pada awal tahun anggaran.

Dari sisi pembiayaan, perlambatan investasi tercermin dari trend perlambatan penyaluran kredit investasi oleh bank umum di wilayah Jawa Tengah. Dari data Laporan Bank Umum di Jawa Tengah, terlihat pertumbuhan triwulanan penyaluran kredit investasi mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Selain itu kredit non lancer atau Non Performing Loans (NPLs) jenis kredit investasi ini juga mengalami peningkatan rasio (grafik 1.7). Tentunya kondisi ini merupakan peringatan awal yang harus diwaspadai oleh kita bersama.

Kredit NPL Pertumb.QtQ

Sumber : LBU Bank Indonesia

1.3. Ekspor

Perkembangan ekspor2

pada PDRB Jawa Tengah triwulan I-2009 mengalami kontraksi sebesar -8,81% (yoy), demikian pula impor mengalami kontraksi sebesar

2

Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar propinsi

Grafik 1.7. Perkembangan Kredit dan NPL Jenis Kredit Investasi Bank Umum di Wilayah Jawa Tengah


(28)

-10,96% (yoy). Dari konfigurasi data ekspor dalam PDRB, diperkirakan perdagangan luar negeri mempunyai proporsi sebesar 20%-25% dari total angka ekspor PDRB, dan 75%-80% merupakan perdagangan antar provinsi.

Sementara itu dari data impor dalam perhitungan PDRB Jawa Tengah, diperkirakan 50%-55% merupakan impor dari luar negeri, sementara sisanya 45%-50% merupakan impor antar propinsi. Dari konfigurasi tersebut di atas, terlihat bahwa ekspor antar propinsi mempunyai kontribusi yang lebih besar terhadap perkembangan angka ekspor dalam perhitungan PDRB Jawa Tengah dibandingkan ekspor luar negeri. Sementara dari sisi impor, kontribusi impor dari luar negeri maupun dari propinsi lain mempunyai kontribusi yang hampir sama terhadap pembentukan angka impor dalam PDRB Jawa Tengah.

! " " # $% $ & ' $ $% $ ( ! $ ' $% # $% ) * ) + + * * * # * # " # $% $ & ' $ $% $ ( ! $ ' $ $% # $%

Sumber : DSM Bank Indonesia Sumber : DSM Bank Indonesia *Tw I-2009 s.d. posisi Februari 2009

) * " + ) * * * * # * # " # $% $ & ' $ $% $ ( ! $ ' $ $ , # $ , $ $ $ $ $ ) $ * $

&$$ * &$$ &$$ "

( ! $$ ' ' $ $% # $%

Grafik 1.8. Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Bulanan

Grafik 1.9. Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Triwulanan

Grafik 1.11. Perkembangan Nilai dan Vol Ekspor Jawa Tengah Periode Jan-Nov 2007 dan Jan-Jan-Nov 2008

Grafik 1.10. Perkembangan Impor Jawa Tengah


(29)

Pada triwulan I-2009, ekspor luar negeri diperkirakan menunjukkan

trend perlambatan, baik dari sisi jumlah maupun dari sisi volume, sementara

ekspor antar propinsi diperkirakan relatif tetap. Hasil liaison yang dilakukan oleh KBI Semarang menunjukkan bahwa sebagian besar contact liaison yang mempunyai pasar luar negeri menyatakan terjadinya penurunan permintaan. Hal ini terjadi terutama untuk industri TPT (spinning) dan industri meubel (regular produk non high

class segment). Penyebab penurunan permintaan LN adalah krisis ekonomi global

yang menyebabkan daya beli masyarakat/buyer di LN menurun, serta perubahan selera pasar untuk jenis meubel terutama segmen menengah. Namun, untuk jenis meubel menengah ke atas diperkirakan kondisi permintaan masih relatif stabil.

TABEL 1.2.

PERKEMBANGAN REALISASI EKSPOR NON MIGAS MENURUT KELOMPOK HS 2 PROPINSI JAWA TENGAH (USD RIBU)

No Komoditas Tw I-08 Tw II-08 Tw III-08 Tw IV-08 Tw I-09*

1 Pakaian Jadi Bukan Rajutan 157,339 149,901 159,310 154,549 103,568

2 Perabot, Penerangan Rumah 209,793 206,635 147,313 141,033 72,370

3 Kayu, Barang dari Kayu 101,821 124,836 125,324 100,846 45,147

4 Serat Stafel Buatan 101,932 96,325 84,749 54,475 30,533

5 Barang-barang Rajutan 49,265 49,989 51,220 58,340 29,394

6 Filamen Buatan 35,007 38,064 41,211 37,381 19,619

7 Kapas 48,042 42,185 41,047 32,766 15,651

8 Ikan dan Udang 22,664 35,486 36,609 23,585 10,309

9 Plastik dan Barang dari Plastik 13,762 13,826 16,191 11,184 7,508

10 Bulu Unggas 11,948 12,254 12,750 10,641 6,642

11 Mesin / Peralatan Listik 39,680 33,485 43,050 21,906 5,756

12 Berbagai Produk Kimia 7,759 10,406 13,801 10,309 5,484

13 Tembakau 6,476 7,875 9,762 5,689 5,468

14 Kopi, Teh, Rempah-rempah 5,582 8,175 11,806 11,340 5,240

15 Kain Perca 19,237 20,934 18,593 17,105 5,004

16 Lainnya 139,942 137,713 157,088 118,788 48,730

Total 970,248 988,088 969,822 809,935 416,424

Sumber : Kantor Bank Indonesia Semarang (diolah dari PPDI DSM Bank Indonesia) * angka sementara(s.d November 2008)

Sementara itu berdasarkan data ekspor dan impor yang diolah dari Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter (DSM) Bank Indonesia, kinerja ekspor non migas Jawa Tengah pada triwulan I-2009 (data sampai dengan posisi Februari 2009) tercatat sebesar USD 416,42 juta. Dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama tahun lalu (Januari-Februari 2008), nilai ekspor Jawa Tengah mengalami kontraksi sebesar -34,67%. Dari sisi volume juga terlihat adanya trend penurunan yang cukup signifikan, yaitu mengalami kontraksi sebesar -36,2% (Januari-Februari 2009 dibandingkan Januari-Februari 2008).


(30)

Beberapa produk ekspor mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif), diantaranya adalah beberapa produk tekstil dan produk furnitur dan produk kayu, yang merupakan komoditas ekspor utama dari wilayah Jawa Tengah.

Sementara nilai impor Jawa Tengah periode Januari-Februari 2009 tercatat sebesar USD 304,29 juta, mengalami kontraksi sebesar 22,30% dibandingkan nilai impor pada periode Januari-Februari 2008. Penurunan impor disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dollar Amerika Serikat serta adanya penurunan permintaan baik domestik maupun permintaan luar negeri.

Berdasarkan klasifikasi Harmonized System (HS), komoditi impor non migas terbesar di Jawa Tengah adalah mesin/ pesawat mekanik, kapas dan mesin/ peralatan listrik. Selengkapnya bisa dilihat pada tabel 1.3.

TABEL 1.3.

PERKEMBANGAN REALISASI IMPOR NON MIGAS MENURUT KELOMPOK HS 2 PROPINSI JAWA TENGAH (USD RIBU)

No Komoditas Tw I-08 Tw II-08 Tw III-08 Tw IV-08 Tw I-09*

1 Mesin-mesin / Pesawat Mekanik 68,201 84,919 80,761 76,636 49,899

2 Kapas 133,207 116,316 111,315 126,040 38,265

3 Mesin / Peralatan Listik 49,592 51,947 66,500 44,559 27,324

4 Kain Rajutan 18,367 26,450 19,273 24,695 19,140

5 Gula dan Kembang Gula 19,270 8,384 30,066 5,683 18,891

6 Gandum-ganduman 78,267 47,986 50,163 22,317 18,165

7 Plastik dan Barang dari Plastik 36,200 40,309 48,888 28,945 13,306

8 Biji-bijian berminyak 24,395 21,558 39,191 35,167 11,551

9 Serat Stafel Buatan 19,903 22,220 21,307 23,927 11,167

10 Susu, Mentega, Telur 21,077 28,062 14,633 8,207 8,208

11 Binatang Hidup 13,501 902 6,263 0 6,116

12 Bahan Kimia Organik 11,477 14,547 17,344 12,113 5,459

13 Kertas / Karton 8,079 12,279 10,930 8,405 4,887

14 Benda-benda dari Besi dan Baja 7,445 6,518 11,690 11,033 4,729

15 Filamen Buatan 11,074 12,767 10,719 15,823 4,708

16 Lainnya 183,509 165,618 170,223 143,346 62,478

Total 703,562 660,781 709,268 586,895 304,291

Sumber : Kantor Bank Indonesia Semarang (diolah dari PPDI DSM Bank Indonesia) * angka sementara(s.d Februari 2009)

2. Analisis PDRB Sisi Penawaran

Dilihat dari sisi sektoral, pada triwulan I-2009 seluruh sektor perekonomian diperkirakan mengalami pertumbuhan positif dibandingkan triwulan I-2008 (year on year) kecuali sektor industri pengolahan yang mengalami kontraksi. Berdasarkan tingkat pertumqbuhannya, pertumbuhan tertinggi diperkirakan dialami oleh sektor keuangan sebesar 10,31% (yoy) dan sektor pertanian sebesar 9,96% (yoy). Sementara itu, berdasarkan kontribusi terhadap pertumbuhan, sektor yang


(31)

memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan ini adalah sektor pertanian, sektor perdagangan,hotel dan restaurant dan sektor jasa. Sedangkan sektor industri pengolahan merupakan sektor yang terutama menyebabkan terjadinya perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan karena memberikan kontribusi negatif sebesar –0.76% terhadap total pertumbuhan.

TABEL 1.4

PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH MENURUT LAPANGAN USAHA (YOY)

I-08 II-08 III-08 IV-08*) I-09**)

Pertumbuhan Year on Year

1 Pertanian -3.43% 5.89% 7.09% 13.36% 9.96%

2 Pertambangan & Penggalian 1.46% 2.03% 5.54% 5.70% 6.51%

3 Industri Pengolahan 9.51% 5.03% 6.39% -2.37% -2.38%

4 Listrik, Gas & Air Bersih 5.35% 4.83% 4.86% 4.04% 3.06%

5 Bangunan 5.45% 6.04% 6.08% 8.44% 7.61%

6 Perdagangan, Hotel & Restaura 5.46% 5.76% 4.95% 4.26% 4.57% 7 Pengangkutan & Komunikasi 7.10% 6.67% 9.65% 6.67% 7.11% 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Pe11.49% 8.32% 6.77% 4.96% 10.31%

9 Jasa-Jasa 11.20% 8.80% 6.69% 4.46% 7.47%

Total PDRB 5.49% 5.96% 6.39% 3.94% 4.29%

Kontribusi terhadap Pertumbuhan

1 Pertanian -0.78% 1.25% 1.42% 2.16% 2.06%

2 Pertambangan & Penggalian 0.02% 0.02% 0.06% 0.06% 0.07%

3 Industri Pengolahan 2.91% 1.59% 2.04% -0.80% -0.76%

4 Listrik, Gas & Air Bersih 0.04% 0.04% 0.04% 0.03% 0.02%

5 Bangunan 0.30% 0.33% 0.35% 0.51% 0.42%

6 Perdagangan, Hotel & Restaura 1.15% 1.21% 1.05% 0.93% 0.96% 7 Pengangkutan & Komunikasi 0.35% 0.33% 0.48% 0.35% 0.36% 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Pe 0.40% 0.30% 0.25% 0.19% 0.38%

9 Jasa-Jasa 1.10% 0.89% 0.69% 0.50% 0.77%

Total PDRB 5.49% 5.96% 6.39% 3.94% 4.29%

No Lapangan Usaha

Sumber : BI Semarang dan BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000) Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara (proyeksi BI Semarang)

2.1. Sektor Pertanian

Sektor pertanian dalam triwulan I-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 9.96% (yoy). Share of growth atau kontribusi sektor ini terhadap pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah secara keseluruhan adalah sebesar 2,06 atau yang terbesar pada triwulan ini.


(32)

Penyebab utama pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan ini adalah musim/ cuaca yang lebih baik dibandingkan triwulan I-08. Selain itu, berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah, bencana banjir yang menerjang wilayah Jawa Tengah tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap produksi pertanian di Jawa Tengah. Hal tersebut karena luas lahan yang tergenang banjir, relatif sangat kecil dibandingkan total luas lahan pertanian di Jawa Tengah, sehingga hasil panen pada triwulan ini cukup baik pula

Pendorong pertumbuhan sektor ini adalah sub sektor tanaman bahan makanan (tabama), terutama jenis jagung dan ubi kayu di sebagian daerah Jawa Tengah. Selain tabama, produksi sub sektor perkebunan diperkirakan juga cukup baik pada triwulan ini.

Prompt indicator dari pertumbuhan sektor pertanian tercermin pada angka perkiraan produksi tanaman bahan makanan Provinsi Jawa Tengah dari Badan Pusat Statistik. Dari data tersebut terlihat adanya produksi tabama khususnya padi dan jagung pada triwulan ini posisinya lebih tinggi dibandingkan posisi triwulan I-2008 dan posisi triwulan IV-2008. Pertumbuhan produksi padi dan jagung yang cukup tinggi pada triwulan ini disebabkan oleh masa panen dan musim yang mendukung. Selain itu padi dan jagung memiliki bobot yang cukup besar terhadap sub sektor tabama, sehingga pertumbuhan kedua jenis komoditas tersebut akan mendorong pertumbuhan sub sektor tabama dan sektor pertanian.

Perkiraan Produksi Tabama Jawa Tengah

-0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5

! !

J

u

ta

a

n

T

o

n

-10 20 30 40 50 60 70

R

ib

u

a

n

T

o

n

Sb Kiri- Kedelai Sb Kiri- Kacang Tanah

Sb Kiri- Kacang Hijau Sb Kanan- Padi

Sb Kanan- Jagung Sb Kanan- Ubi kayu !

(

!

$

'

$

/ ) %$, ' , ' $*$, %

, '%

Sumber : BPS, diolah Sumber : DSM Bank Indonesia

Prompt indicator lain dari peningkatan sektor pertanian adalah data ekspor kelompok komoditas pertanian berdasarkan klasifikasi ISIC (International Standard

Industrial Classification). Dari data tersebut terlihat bahwa ekspor jenis kelompok

Grafik 1.12. Perkiraan Produksi Tabama Jawa Tengah

Grafik 1.13. Perkembangan Ekspor

Kelompok Komoditas


(33)

komoditas pertanian mengalami peningkatan dibandingkan posisi triwulan I-2008. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa produksi pada sektor pertanian ini mengalami peningkatan.

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi 3 besar penopang perekonomian Jawa Tengah, bersama sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restaurant. Selain hal tersebut, sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbesar di wilayah Jawa Tengah. Sehingga pengembangan sektor pertanian menjadi salah satu poin penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat di Jawa Tengah.

Selama beberapa periode terakhir, perubahan musim/ iklim menjadi salah satu ancaman utama yang menganggu perkembangan sektor ini. Musim kemarau yang panjang maupun sebaliknya curah hujan yang sangat tinggi dan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, menyebabkan gangguan pada produksi pertanian.

Guna meningkatkan kembali pertumbuhan sektor pertanian, maka perlu dilakukan upaya revitalisasi sektor pertanian yang komprehensif, meliputi perbaikan kondisi on-farm sektor pertaniannya sendiri serta peningkatan dukungan pada aktifitas off-farm melalui perbaikan peraturan/kebijakan dan meningkatkan dukungan pembiayaan dari perbankan. Selain itu penyediaan sarana produksi pertanian dan distribusi bahan baku maupun output pertanian merupakan upaya vital pula yang mendesak untuk dilakukan.

2.2. Sektor Industri Pengolahan

Sektor Industri pengolahan pada triwulan I-2009 diperkirakan

mengalami kontraksi sebesar -2,38% (yoy). Angka pertumbuhan ini merupakan

angka pertumbuhan terkecil selama tiga tahun terakhir. Karena sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah, maka kontraksi pada sektor ini menyebabkan perekonomian Jawa Tengah secara keseluruhan mengalami perlambatan. Perlambatan sektor industri ini terutama diakibatkan oleh dampak krisis keuangan global yang menerpa pula negara kita.

Salah satu prompt indikator dari perkembangan sektor industri adalah perkembangan indeks produksi industri pengolahan minyak di Jawa Tengah

(Grafik 1.14). Terlihat bahwa indeks mengalami penurunan yang cukup signifikan mulai triwulan IV-2008 dan berlanjut pada triwulan I-2009. Perlambatan ini merupakan indikasi perlambatan aktivitas industri di Jawa Tengah.


(34)

Indeks Produksi Industri Pengolahan Minyak di Jawa Tengah

115.10 121.20

140.93 140.52

141.70

141.69

121.27

119.86

100 110 120 130 140 150 160

II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah

Prompt indicator lain dari perkembangan sektor industri pengolahan

adalah Perkembangan Ekspor Hasil Manufaktur Jawa Tengah (Grafik 1.15).

Dari data tersebut terlihat bahwa ekspor hasil manufaktur mengalami penurunan dibandingkan triwulan yang lalu maupun triwulan I-2008. Tren penurunan terutama terjadi pada hasil industri furnitur, hasil industri tekstil serta hasil industri kayu dan produk kayu.

) * "

! " "

-'

-'

.$

(

!

$

'

(

!

$

'

/ %0$- & . '$ 1( - & . 0, % ' $ &'

- & . 0$ ' - & . 0$+ %. '

- & . '$/ $*$, &0$/

Sumber : DSM Bank Indonesia

Hal ini selaras dengan hasil liaison (kegiatan survei langsung ke lapangan) yang Grafik 1.14 Indeks Produksi Industri Pengolahan

Minyak di Jawa Tengah

Grafik 1.15 Perkembangan Ekspor Hasil Manufaktur Jawa Tengah Berdasarkan Klasifikasi ISIC


(35)

dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang pada triwulan I-2009. Dari hasil liaison diperoleh informasi bahwa sebagian besar contact liaison yang mempunyai pasar luar negeri menyatakan terjadinya penurunan permintaan. Hal ini terjadi terutama untuk industri TPT (spinning) dan industri meubel (regular product non high

class segment), yang disebabkan penurunan daya beli, serta perubahan selera pasar

untuk jenis meubel terutama segment menengah.

Dari sisi pembiayaan perbankan, perkembangan sektor industri terlihat dari perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit bank umum ke sektor industri. (Grafik 1.16) Secara nominal, posisi baki debet kredit sektor industri yang disalurkan oleh Bank Umum di Jawa Tengah mencapai Rp15,45 trilyun atau mengalami peningkatan dibandingkan posisi triwulan I-2008 sebesar Rp11,07 trilliun atau posisi triwulan IV-2008 sebesar Rp15,54 trilliun. Namun berdasarkan pertumbuhan kredit secara triwulanan, terlihat adanya perlambatan pertumbuhan kredit untuk sektor industri ini (pertumbuhan quarter to quarter, QtQ) pada triwulan I-2009, yang bahkan telah mengalami pertumbuhan negatif. Kondisi ini merupakan salah satu indikasi penurunan kegiatan usaha di sektor industri ini.

-10 -5 0 5 10 15 20 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0 13.0 14.0 15.0 16.0 II -0 6 III -0 6 IV -0 6 I-0 7 II -0 7 III -0 7 IV -0 7 I-0 8 II -0 8 III -0 8 IV -0 8 I-0 9 * N P L & P e rt u m b . Q tQ -% K re d it -R p T ri ll iu n Kred.Industri NPL Kred.Industri Pertumb QtQ

Sumber : LBU, Bank Indonesia

Prompt indicator lain dari perlambatan sektor industri adalah hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I-2009. Secara umum hasil survei menunjukkan realisasi kegiatan usaha di sektor industri pengolahan mengalami penurunan pada triwulan ini dibandingkan dengan hasil SKDU Triwulan IV-2008 dan triwulan I-2008 (Grafik 1.17). Namun dari hasil survei menunjukkan pula terdapat

Grafik 1.16. Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Industri oleh Bank Umum di Jawa Tengah


(36)

ekspektasi positif pelaku usaha terhadap perkembangan sektor ini pada triwulan mendatang.

-10.0 -5.0 0.0 5.0 10.0 15.0

T

w

.1

-0

7

T

w

.2

T

w

.3

T

w

.4

T

w

.1

-0

8

T

w

.2

T

w

.3

T

w

.4

T

w

.1

-0

9

T

w

.2

*

SBT (%)

Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha

Sumber : SKDU , KSS Bank Indonesia

2.3. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

Pada triwulan I-2009 sektor PHR diperkirakan tumbuh sebesar 4,57%(yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2008 yang tercatat sebesar 5,46% (yoy) namun meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008 yang tercatat sebesar 4,26%. Perlambatan pertumbuhan Hal tersebut disebabkan diantaranya karena pengaruh banjir yang menyebabkan terganggunya transportasi dan distribusi orang dan barang di wilayah Jawa Tengah, berkurangnya konsumsi masyarakat dan juga faktor realisasi anggaran pemerintah yang masih relatif kecil.

Perlambatan sektor PHR ini selaras pula dengan hasil Survei Penjualan Eceran Triwulan I-09 yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Semarang. Dari hasil survei terlihat bahwa secara umum indeks penjualan eceran mengalami penurunan apabila dibandingkan posisi triwulan I-2008 dan triwulan IV-2008. Pertumbuhan bulanan indeks hasil survei pada periode triwulan I-2009 mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) demikian pula dengan pertumbuhan tahunan indeks. Kondisi tersebut mencerminkan kondisi perdagangan retail mengalami perlambatan dari sisi volume dan aktifitas. Seperti telah dijelaskan di bagian awal, perlambatan konsumsi rumah tangga yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti pengaruh krisis keuangan global yang mengakibatkan penurunan indeks keyakinan


(37)

konsumen, serta relatif masih kecilnya stimulus fiskal dari belanja pemerintah daerah merupakan beberapa penyebab perlambatan ini. Namun dari pergerakan indeks perdagangan riil hasil Survei Penjualan Eceran terlihat bahwa di akhir triwulan I-2009 mulai terlihat adanya trend peningkatan. Diharapkan peningkatan ini akan berlanjut pada triwulan II-2009.

-50.0 -40.0 -30.0 -20.0 -10.0 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0

60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0

1

2

0

0

6 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2

1

2

0

0

7 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2

1

2

0

0

8 2 3 4 5 6 7 8 9

1

0

1

1

1

2

1

2

0

0

9 2

3

*

(%)

Indeks

Indeks Riil Penjualan Eceran Perubahan Bulanan (% m-t-m) Perubahan Tahunan (% y-o-y)

*) Angka sementara

Sumber : SPE Bank Indonesia Semarang

Prompt indicator lain dari perlambatan sektor PHR adalah melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit oleh bank umum di Jawa Tengah untuk sektor ini (Grafik 1.18). Secara nominal, posisi kredit sektor PHR masih menunjukkan peningkatan, demikian pula kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPLs juga memperlihatkan perbaikan. Namun pertumbuhan triwulanan (qtq) untuk jenis kredit ini menunjukkan adanya perlambatan.


(38)

" " "

N

P

L

&

P

e

rt

u

m

b

. Q

tQ

-%

K

re

d

it

-R

p

T

ri

ll

iu

n

Kredit PHR NPL Kredit PHR Pertumb QtQ

Sumber : LBU Bank Indonesia

2.4. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I-2009 diperkirakan mencapai pertumbuhan sebesar 10,31% (yoy). Pertumbuhan ini sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2008 yang tercatat sebesar 11,49%, namun mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2008. Secara umum, sektor ini masih tumbuh cukup baik dan stabil. Beberapa indikator yang menggambarkan cukup baiknya kondisi sektor keuangan, khususnya dapat dilihat dari indikator kinerja perbankan, seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit , LDR (loan to deposit ratio) serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL (non performing loans) (Tabel 1.5).

TABEL 1.5

PERKEMBANGAN KEGIATAN BANK (RP MILIAR) INDIKATOR

USAHA

2008 2009 PERT. MAR-09 (%)

MAR JUN SEP DES MAR yoy qtq

1. Total Aset 94.342 99.100 107.486 111.811 113.258 20,05 1,29 2. DPK 74.783 78.761 81.185 86.139 90.140 20,54 4,64

a.Giro 12.772 12.971 11.789 12.296 14.035 9,89 14,14

b.Tabungan 33.938 36.219 36.512 40.103 39.129 15,30 -2,43

c.Deposito 28.073 29.571 32.884 33.740 36.976 31,71 9,59

3. Kredit 64.040 71.397 77.110 79.331 79.835 24,66 0,64 4. LDR (%) 85,63 90,65 94,98 92,10 88,57 - -

5. NPLs (%) 4,13 2,80 3,24 2,95 4,13 - -

Sumber : LBU dan LBPR, Bank Indonesia

Keterangan: data BPR posisi Maret 2009 masih bersifat sementara

2.5. Sektor Lainnya

Grafik 1.19. Penyaluran Kredit Sektor PHR oleh Bank Umum di Jawa Tengah


(39)

Sektor jasa-jasa pada triwulan ini diperkirakan tumbuh sebesar 7,47% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2008 namun

meningkat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan IV-2008.

Perlambatan ini diperkirakan disebabkan oleh pertumbuhan sub sektor jasa pemerintah yang sedikit melambat, karena belum banyak dilaksanakan proyek-proyek pemerintah di awal tahun anggaran ini. Sementara itu, perkembangan sub sektor jasa swasta terutama didorong oleh belanja partai politik untuk kepentingan pemilu legislatif.

Dari sisi pembiayaan perbankan, pertumbuhan penyaluran kredit sektor jasa-jasa secara triwulanan oleh bank umum di Jawa Tengah

mengalami perlambatan. Perlambatan pertumbuhan kredit sektor jasa merupakan

salah satu indikator melambatnya perkembangan sektor ini. Krisis keuangan global diperkirakan memberikan dampak pula terhadap perkembangan sektor jasa. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya rasio NPLs sektor ini, yaitu sebesar 6,18% pada akhir triwulan I-2009 yang disebabkan oleh meningkatnya NPLs di sub sektor jasa dunia usaha (Grafik 1.20). Kondisi ini tentunya memerlukan perhatian bagi kita semua. Diperlukan stimulus-stimulus regional yang dapat mendorong perkembangan usaha di daerah, sehingga dampak krisis keuangan global dapat diminimalisir.

-10 -5 0 5 10 15 20 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 II-0 6 III -0 6 IV -0 6 I-0 7 II-0 7 III -0 7 IV -0 7 I-0 8 II-0 8 III -0 8 IV -0 8 I-0 9 * N P L & P e rt u m b . Q tQ -% K re d it -R p T ri ll iu

n Kred Jasa

NPL Kred Jasa Pertumb QtQ

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 7,11% (yoy), merupakan salah satu sektor yang tetap mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2008 dan triwulan IV-I-2008. Peningkatan ini diperkirakan disebabkan oleh berbagai program promosi dari berbagai provider telekomunikasi, terutama telekomunikasi

Grafik 1.20 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Jasa oleh Bank Umum di Jawa Tengah


(40)

seluler. Selain itu, masa kampanye pemilu legislatif diperkirakan memberikan dampak positif terhadap perkembangan sektor ini.

Pada periode triwulan I-2009, sektor bangunan diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 7,61% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2008 namun mengalami perlambatan

dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2008. Pertumbuhan pada sektor

bangunan ini diperkirakan berasal dari beberapa proyek infrastruktur yang masih berjalan, seperti pemeliharaan jalan yang rusak terkena banjir serta beberapa proyek infrastruktur swasta seperti pemasangan kabel serat optik oleh beberapa provider

telekomunikasi swasta yang marak dilakukan di beberapa wilayah di Semarang.

Sektor listrik,gas dan air (LGA) diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 3,06% (yoy). Angka pertumbuhan ini melambat apabila dibandingkan angka pertumbuhan triwulan I-2008 maupun pertumbuhan triwulan IV-2008.

Sub sektor air bersih diperkirakan masih mengalami peningkatan sebesar 7,92% (yoy), sementara sub sektor listrik diperkirakan tumbuh melambat sebesar 2,44% (yoy). Prompt indicator dari pertumbuhan sub sektor air bersih terlihat dari indeks produksi air bersih dan penjualan listrik di wilayah Jawa Tengah yang menunjukkan peningkatan. (Grafik 1.21 dan 1.22).

130 135 140 145 150 155 160 165

I-07 II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 Indeks Produksi Air Bersih

#" # # # # # # #

$

%

&

'

Perkiraan Penjualan Listrik

Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS. diolah

♣♣♣

Grafik 1.20 Indeks Produksi Air Bersih

Wilayah Jawa Tengah

Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Sektor LGA oleh Bank Umum di Jawa Tengah


(41)

BOKS

BOKS

BOKS

BOKS

RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF

PENELITIAN DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN 0% KELEBIHAN

PENELITIAN DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN 0% KELEBIHAN

PENELITIAN DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN 0% KELEBIHAN

PENELITIAN DAMPAK PENERAPAN KEBIJAKAN 0% KELEBIHAN

MUATAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

MUATAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

MUATAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

MUATAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH

Sektor transportasi merupakan sektor vital dalam perekonomian kaitannya dengan arus distribusi barang. Gangguan di sektor transportasi akan berdampak pada kelancaran arus distribusi barang, yang ujungnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga barang karena dorongan biaya (cost push inflation).

Di sisi lain persoalan di sektor transportasi dengan segala kompleksitasnya adalah fenomena yang nampak dan telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat. Jalan yang rusak, pelanggaran terhadap rambu-rambu lalu lintas oleh pengguna jalan, muatan barang yang melebihi batas dan persoalan-persoalan lainnya adalah wajah sehari-hari sektor transportasi kita. Belum lagi pungutan-pungutan tidak resmi jalan yang banyak dikeluhkan oleh sebagian kalangan, telah menjadi sebab ekonomi biaya tinggi (high-cost

economy) yang ujungnya adalah inefisiensi ekonomi.

Di sinilah arti pentingnya penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia Semarang tentang “Dampak Penerapan Kebijakan 0% kelebihan Muatan terhadap Perekonomian

Jawa Tengah”. Penelitian ini dilaksanakan secara berkolaborasi dengan Laboratorium

Studi Kebijakan Ekonomi (LSKE) Fakultas Ekonomi UNDIP.

1.LATAR BELAKANG MASALAH

Rencana penerapan kebijakan 0% kelebihan muatan di Jawa Tengah menimbulkan perdebatan di antara pelaku di sektor transportasi. Dari satu sisi kebijakan ini bertujuan untuk menata lalu lintas khususnya muatan barang dan aspek yang terkait dengannya sesuai dengan ketentuan yang mengaturnya. Namun di sisi lain kebijakan ini ditentang, karena muatan lebih selama ini telah menjadi bagian dalam berlalu lintas dengan mempertimbangkan aspek biaya. Oleh karena itu kebijakan 0% kelebihan muatan ditentang karena kekhawatiran dampak ekonomi yang ditimbulkannya, baik dampak biaya maupun kesejahteraan bagi kelompok rumah tangga.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom berkaitan dengan kewenangan di bidang pengendalian muatan angkutan barang di Jembatan Timbang, maka Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2001 menindaklanjuti dengan menerbitkan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2001 tentang Tertib Pemanfaatan Jalan dan Pengendalian Kelebihan Muatan Angkutan Barang. Penerbitan Perda ini atas dasar pertimbangan bahwa pada saat itu pelanggatan kelebihan muatan tidak dapat dikendalikan secara terarah dan diindikasikan sebagai penyebab kerusakan jalan.


(1)

PERKEMBANGAN BANK UMUM

YANG BERKANTOR PUSAT DI JAWA TENGAH (RP MILIAR)

Sumber : LBU, Bank Indonesia

PERKEMBANGAN BEBERAPA INDIKATOR BPR DI JAWA TENGAH (RP MILIAR)

INDIKATOR USAHA 2008 2009 PERT. MAR-09 (%)

MAR JUN SEP DES MAR yoy qtq

1. Aset 6.864 7.278 7.493 7.889 8.097 16,93 2,64 2. DPK 4.856 5.054 5.127 5.459 5.686 16,11 4,15 a.Tabungan 1.946 2.058 2.085 2.340 2.356 19,79 0,68 b.Deposito 2.910 2.997 3.042 3.119 3.330 13,64 6,76 3. Kredit 5.520 5.991 6.442 6.424 6.736 21,04 4,86 4. LDR (%) 113,66 118,52 125,64 117,66 118,4

6 - -

5. NPLs (%) 11,52 10,36 9,78 9,26 9,27 - -

6. Jumlah BPR 326 311 317 298 290 -10,49 -2,68

Sumber : LBPR Bank Indonesia

Keterangan: data BPR posisi Maret 2009 masih bersifat sementara

INDIKATOR USAHA 2008 2009

PERT. MAR-09 (%)

MAR JUN SEP DES MAR yoy qtq

1. a. Total Aset 12.997 12.908 14.183 13.534 14.863 14,36 9,82 b. Share thd BU Jateng (%) 14,86 14,05 14,18 13,02 14,13 - - 2. a. Dana Pihak Ketiga 11.089 10.683 11.089 9.599 12.805 15,47 33,40 - Giro 4.478 3.706 3.643 3.334 4.976 11,11 49,26 - Tabungan 2.339 2.607 2.773 3.340 2.652 13,37 -20,62 - Deposito 4.272 4.370 4.674 2.925 5.177 21,19 77,0

b. Share thd BU Jateng (%) 15,86 14,49 14,57 11,90 15,16 - - 3. a. Penyaluran Kredit 8.175 9.216 9.791 9.871 9.985 22,14 1,15

b. Share thd BU Jateng (%) 13,98 14,09 13,85 13,54 13,66 - - 4. LDR (%) 73,72 86,26 88,29 102,84 77,98 - - 5. NPL (%) 0,50 0,53 0,47 0,26 0,25 - -


(2)

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN I-2009 117

PERKEMBANGAN INDIKATOR PERBANKAN SYARIAH DI PROVINSI JAWA TENGAH (RP MILIAR)

INDIKATOR USAHA 2008 2009 PERT. MAR-09 (%)

MAR JUN SEP DES MAR yoy qtq

1. Total Aset 1.624 1.866 2.312 2.417 2.346 44,45 -2,95 Share thd tot.perbankan 1.72 1.88 2,15 2,33 2,26 - -

2. DPK 1.288 1.462 1.550 1.701 1.654 28,42 -2,78

Share thd tot. perbankan 1.72 1.85 1,90 2,11 2,05 - - 3. Pembiayaan 1.304 1.620 1.873 2.027 1.997 53,13 -1,47 Share thd tot. Perbankan 2.04 2.26 2,42 2,78 2,74 - - 4. FDR (%) 101.24 110.80 101,24 119,12 120,72 - -

5. NPLs (%) 4.83 4.12 4,83 2,43 2,46 - -


(3)

I-08 II-08 III-08 IV-08*) I-09**) Pertumbuhan Year on Year

1 Pertanian -3.43% 5.89% 7.09% 13.36% 9.96%

2 Pertambangan & Penggalian 1.46% 2.03% 5.54% 5.70% 6.51% 3 Industri Pengolahan 9.51% 5.03% 6.39% -2.37% -2.38% 4 Listrik, Gas & Air Bersih 5.35% 4.83% 4.86% 4.04% 3.06%

5 Bangunan 5.45% 6.04% 6.08% 8.44% 7.61%

6 Perdagangan, Hotel & Restaurant 5.46% 5.76% 4.95% 4.26% 4.57% 7 Pengangkutan & Komunikasi 7.10% 6.67% 9.65% 6.67% 7.11% 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perush. 11.49% 8.32% 6.77% 4.96% 10.31%

9 Jasa-Jasa 11.20% 8.80% 6.69% 4.46% 7.47%

Total PDRB 5.49% 5.96% 6.39% 3.94% 4.29%

Kontribusi terhadap Pertumbuhan

1 Pertanian -0.78% 1.25% 1.42% 2.16% 2.06%

2 Pertambangan & Penggalian 0.02% 0.02% 0.06% 0.06% 0.07% 3 Industri Pengolahan 2.91% 1.59% 2.04% -0.80% -0.76% 4 Listrik, Gas & Air Bersih 0.04% 0.04% 0.04% 0.03% 0.02%

5 Bangunan 0.30% 0.33% 0.35% 0.51% 0.42%

6 Perdagangan, Hotel & Restaurant 1.15% 1.21% 1.05% 0.93% 0.96% 7 Pengangkutan & Komunikasi 0.35% 0.33% 0.48% 0.35% 0.36% 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perush. 0.40% 0.30% 0.25% 0.19% 0.38%

9 Jasa-Jasa 1.10% 0.89% 0.69% 0.50% 0.77%

Total PDRB 5.49% 5.96% 6.39% 3.94% 4.29%

No Lapangan Usaha

Perkembangan PDRB Triwulan Prop. Jateng

(sektoral)


(4)

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN I-2009 119

No Lapangan Usaha I-08 II-08 III-08 IV-08*) I-09**)

Pertumbuhan Year on Year

1 Kons. Rumah Tangga 5.13% 5.11% 6.51% 4.95% 4.92%

a. Makanan 2.37% 2.37% 2.97% 2.77% 2.31%

b. Non Makanan 9.11% 9.02% 11.54% 7.96% 8.44%

2 Kons. LNP 2.65% 2.12% 6.77% 10.27% 11.89%

3 Kons. Pemerintah 14.71% 9.32% 8.88% 8.23% 7.86%

4 P M T B 6.18% 6.14% 7.16% 7.24% 5.34%

5 Ekspor 2.60% -5.75% 1.52% 2.31% -8.81%

6 Impor 16.06% -6.28% -12.51% 13.03% -10.96%

PDRB 5.49% 5.96% 6.39% 3.94% 4.29%

Kontribusi terhadap Pertumbuhan

1 Kons. Rumah Tangga 3.25% 3.24% 4.14% 3.25% 3.11%

a. Makanan 0.89% 0.89% 1.11% 1.05% 0.84%

b. Non Makanan 2.36% 2.36% 3.03% 2.20% 2.27%

2 Kons. LNP 0.04% 0.03% 0.10% 0.15% 0.16%

3 Kons. Pemerintah 1.64% 1.17% 1.16% 1.16% 0.95%

4 P M T B 1.07% 1.07% 1.28% 1.34% 0.93%

5 Ekspor 1.44% -3.11% 0.85% 1.19% -4.74%

6 Impor 7.19% -3.34% -7.01% 5.40% -5.40%

PDRB 5.49% 5.96% 6.39% 3.94% 4.29%

Perkembangan PDRB Triwulan Prop. Jateng

(penggunaan)


(5)

Halaman Ini sengaja dikosongkan


(6)

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH JAWA TENGAH TRIWULAN I-2009 121

Daftar Istilah

Daftar Istilah

Daftar Istilah

Daftar Istilah

administered price

harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.

BI Rate

suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya.

BI-RTGS

Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana.

dana pihak ketiga (DPK)

adalah simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan dan simpanan berjangka.

financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR)

rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional.

fit for circulation

merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.

inflasi IHK

kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.

inflasi inti

inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered prices.

inflow

adalah uang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia.

kredit

adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk :

(1) pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA).

(2) pengambilan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.

M1

uang beredar dalam arti sempit, yaitu kewajiban sistem moneter yang terdiri dari uang kartal dan uang giral.

M2

uang beredar dalam arti luas, yaitu kewajiban sistem moneter yang terdiri dari M1 dan uang kuasi (tabungan dan deposito berjangka dalam rupiah dan valas pada bank umum).

net inflow