PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DIORAMA SISWA KELAS IV SD NEGERI REJOWINANGUN 1.

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DIORAMA SISWA

KELAS IV SD NEGERI REJOWINANGUN 1

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Angger Yogyantoro NIM 12108244099

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKANSEKOLAH DASAR


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

“Yang mengajar (manusia)dengan perantaran qalam (pena).” (Terjemahan QS. Al-Alaq: 4)


(6)

PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Bapak dan ibuku yang selalu memberi dukungan dalam bentuk moril maupun materil.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa, bangsa, dan agama.


(7)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DIORAMA SISWA

KELAS IV SD NEGERI REJOWINANGUN 1 Oleh

Angger Yogyantoro NIM 12108244099

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran, 2) meningkatkan hasil belajar keterampilan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 yang berjumlah 27 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media diorama dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Peningkatan kualitas proses dapat dilihat dari meningkatnya nilai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I 2,98 termasuk dalam kategori baik dan pada siklus II 3,4 termasuk dalam kategori baik. Peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas pada prasiklus 65, pada siklus I 69,25, dan pada siklus II 72,22.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, petunjuk, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA DIORAMA SISWA KELAS IV SD NEGERI REJOWINANGUN 1” ini disusun dalam rangka memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihal skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih setingggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan belajar di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. 3. Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kelancaran kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi motivasi dalam penyusunan


(9)

5. Ibu Septia Sugiarsih, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu guna memberi arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama di bangku perkuliahan sebagai bekal di masa sekarang dan yang akan datang.

7. Bapak Kepala Sekolah serta guru-guru SD Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede Yogyakarta yang telah memberikan izin dan bantuan untuk mengadakan penelitian.

8. Sahabat-sahabat, atas segala dukungan dan segala bantuannya.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak.

Yogyakarta, 7 Oktober 2016


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Operasional... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis ... 10

B. Tujuan Menulis ... 13

C. Manfaat Menulis ... 16

D. Proses Pembelajaran Menulis ... 17

E. Menulis Karangan Deskripsi ... 19

1. Pengertian Menulis Karangan Deskripsi ... 19


(11)

3. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi ... 21

F. Diorama Sebagai Media Pembelajaran ... ... 23

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 23

2. Manfaat Media Pembelajaran ... 24

3. Pemilihan Media Pembelajaran... 27

4. Media Diorama... 30

5. Contoh-Contoh Diorama ... 31

6. Media Diorama Dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi ... 32

7. Tahap-tahap Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Diorama ... 33

G. Penilaian Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi ... 34

H. Kerangka Pikir ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 40

1. Jenis Penelitian ... 40

2. Model Penelitian Tindakan ... 41

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 45

C. Setting Penelitian ... 46

D. Prosedur Penelitian... 46

1. Pratindakan (Prasiklus) ... 46

2. Siklus I ... 47

3. Siklus II ... 49

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

1. Observasi ... 50

2. Tes ... 50

F. Instrumen Penelitian... 51

G. Teknik Analisis Data ... 57

H. Indikator Keberhasilan ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Awal Penelitian ... 60


(12)

2. Keadaan Tempat Penelitian... 60

3. Kondisi Awal Prasiklus ... 60

B. Hasil Penelitian ... 61

1. Prasiklus ... 61

2. Siklus I ... 63

a. Rencana Tindakan ... 63

b. Pelaksanaan Tindakan ... 63

c. Observasi ... 68

d. Refleksi ... 72

3. Siklus II ... 75

a. Rencana Tindakan ... 75

b. Pelaksanaan Tindakan ... 75

c. Observasi ... 78

d. Refleksi ... 83

C. Penilaian Hasil Karangan Siswa ... 87

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

E. Keterbatasan Penelitian ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Ikhtisar Rincian Kecakapan Menulis ... 36

Tabel 2. Pedoman Penilaian Menulis Karangan Deskripsi ... 37

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 52

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 53

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Menulis Karangan Deskripsi ... 55

Tabel 6. Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi ... 56

Tabel 7. Klasifikasi Indeks Prestasi Belajar ... 59

Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ... 69

Tabel 9. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ... 70

Tabel 10. Daftar Nilai Menulis Karangan Deskripsi Siklus I ... 73

Tabel 11. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ... 80

Tabel 12. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ... 81

Tabel 13. Daftar Nilai Menulis Karangan Deskripsi Siklus II ... 84

Tabel 14. Daftar Nilai Menulis Karangan Deskripsi Siswa Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ... 86


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir ... 38 Gambar 2. Tahap Penelitian Tindakan Kelas ... 42 Gambar 3. Denah Tempat Duduk Siklus I ... 68 Gambar 4. Diagram Batang Peningkatan Nilai Rata-rata Prasiklus dan

Siklus I ... 74 Gambar 5. Denah Tempat Duduk Siklus II ... 79 Gambar 6. Diagram Batang Peningkatan Nilai Rata-rata Prasiklus, Siklus I,

dan Siklus II ... 87 Gambar 7. Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri

Rejowinangun 1 Kategori Nilai Cukup Siklus I ... 88 Gambar 8. Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri

Rejowinangun 1 Kategori Nilai Cukup Siklus II ... 90 Gambar 9. Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri

Rejowinangun 1 Kategori Nilai Baik Siklus I ... 92 Gambar 10. Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri

Rejowinangun 1 Kategori Nilai Baik Siklus II ... 94 Gambar 11. Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri

Rejowinangun 1 Kategori Nilai Sangat Baik Siklus I ... 96 Gambar 12. Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV SD Negeri


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 111

Lampiran 2. Surat Keterangan Expert Media ... 113

Lampiran 3. Surat Validasi Instrumen ... 116

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 117

Lampiran 5. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ... 131

Lampiran 6. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru ... 133

Lampiran 7. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa... 134

Lampiran 8. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru ... 136

Lampiran 9. Kisi-kisi Penilaian Karangan Deskripsi ... 137

Lampiran 10. Penilaian Hasil Karangan Deskripsi... 140

Lampiran 11. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 142


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia termasuk dalam mata pelajaran wajib yang harus diajarkan oleh guru dan dikuasai oleh siswa. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu: 1) keterampilan menyimak, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan membaca, dan 4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan berbahasa ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena itu keempat keterampilan ini disebut juga “catur tunggal”. Keempat aspek keterampilan berbahasa ini merupakan fokus tujuan pembelajaran bahasa Indonesia, hal ini berarti bahwa pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan membina keterampilan menggunakan bahasa Indonesia dalam menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi (Mukh Doyin dan Wagiran 2009: 2). Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV A SD Negeri Rejowinangun 1 pada tanggal 9 April 2016 tentang pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan menulis adalah yang paling rendah untuk siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1.

Keterampilan menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Suroso (2007: 37), kecakapan menulis merupakan salah satu aspek kecakapan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan kecakapan menulis, seseorang dapat mengungkapkan ide, pikiran, persasaan, dan kecakapannya kepada orang lain melalui tulisan. Mereka dapat


(17)

berkomunikasi dengan orang lain tanpa harus berhadapan langsung dengan orang yang diajak berkomunikasi.

Melalui keterampilan menulis seseorang dapat merekam, mencatat, meyakinkan, melaporkan, memberitahukan, dan mempengaruhi orang lain. Sabarti Akhadiah (1991: 64) juga berpendapat “dengan memiliki kecakapan menulis, siswa dapat mengkomunikasikan ide, penghayatan, dan pengalamannya ke berbagai pihak, selepas dari ikatan waktu dan tempat. Disamping itu, siswa pun dapat meningkatkan dan memperluas kecakapannya melalui tulisan-tulisan”. Jadi siswa yang memiliki keterampilan menulis yang baik cenderung memiliki presetasi belajar yang baik pula.

Menurut Canale dan Swaim (Rofi’udin, 2001: 193), keterampilan menulis dapat dipandang sebagai salah satu keterampilan bahasa yang kompleks. Kegiatan menulis paling tidak melibatkan aspek penggunaan bahasa dan pengolahan isi, sehingga menulis termasuk dalam bagian kemampuan komunikatif.

Keterampilan menulis merupakan kecakapan yang tidak datang secara tiba-tiba. Kecakapan menulis hanya bisa didapatkan kalau seseorang terus berlatih menulis secara tekun (Nurdin, 2011: 11). Menulis sifatnya bukan hanya teoritis, tetapi praktis. Peran guru untuk membimbing dan melatih siswa dalam menulis sangat penting. Guru mampu merencanakan proses pembelajaran yang efektif. Metode dan media pembelajaran serta strategi belajar mengajar yang dipilih sangatlah berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar peserta didik.


(18)

Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 64) menulis merupakan salah satu kecakapan yang perlu dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar. Menulis di Sekolah Dasar merupakan landasan bagi tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan wajib dikuasai dikuasai oleh siswa. Sebagai kecakapan yang mendasari tingkat pendidikan selanjutnya, menulis perlu mendapat perhatian guru, sebab jika dasarnya tidak kuat pada pendidikan berikutnya siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memperoleh dan memiliki pengetahuan. Dalam pengajaran, kita memiliki asumsi bahwa pembelajar memproses kompetensi tertentu dan kompetensi ini dapat diukur dan diteliti dengan cara mengamati performasi. Dalam bidang linguistik, kompetensi mengacu pada pengetahuan sistem kebahasaan, kaidah-kaidah kebahasaan, dan bagaimana unsur-unsur itu dirangkaikan sehingga dapat menjadi kalimat yang berarti. Soenardi Djiwandono (2008: 122) menyatakan bahwa “sebagaimana hubungannya antara kecakapan menyimak dan kecakapan membaca, yang sama-sama merupakan kecakapan bahasa pasif-reseptif dengan rincian kemapuan yang mirip satu sama lain, demikian juga halnya dengan hubungan antara kecakapan membaca dan menulis. Keduanya merupakan kecakapan bahasa aktif-produktif yang mengasumsikan adanya isi masalah yang hendak disampaikan di samping penataan yang sistematis terhadap isi masalah tersebut agar dapat dipahami dengan baik oleh pendengar atau pembaca.” Jadi menulis termasuk dalam kegiatan yang aktif-produktif sehingga memerlukan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran.


(19)

Pembelajaran menulis di kelas IV Sekolah Dasar dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan yang terdapat dalam kurikulum bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar pada aspek menulis adalah sebagai berikut: 1) menulis dialog sederhana, 2) menulis deskripsi, 3) menulis surat undangan, 4) menulis karangan deskripsi bebas, 5) meringkas isi buku, dan 6) menulis laporan pengamatan. Dari beberapa kompetensi dasar pada aspek menulis tersebut, hasil belajar menulis karangan deskripsi adalah yang paling rendah. Hal ini ditunjukan dengan nilai rata-rata hasil belajar menulis karangan deskripsi siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 adalah 65.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 9 April 2015 dalam kegiatan belajar mengajar di SD Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede, diketahui bahwa keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi rendah yang disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, rendahnya keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi disebabkan oleh kurangnya minat siswa dalam menulis karangan deskripsi. Siswa menganggap menulis merupakan sesuatu yang sulit dan membosankan, terutama dalam menulis karangan. Kondisi tersebut dapat dilihat ketika proses pembelajaran siswa cenderung lebih banyak bercanda dan ngobrol selama kegiatan pembelajaran.

Kedua, siswa kesulitan dalam mengembangkan sebuah tema menjadi sebuah karangan. Kesulitan tersebut diperparah dengan rendahnya pemahaman siswa tentang ejaan. Hal tersebut terlihat dari seringnya terjadi kesalahan pada penggunaan huruf kapital dan penggunaan tanda baca dalam karangan siswa.


(20)

Ketiga, guru kurang memanfaatkan media yang menarik dan bervariasi. Media yang menarik dan bervariasi dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga siswa bisa lebih tertarik dan senang dalam menerima pelajaran menulis karangan deskripsi. Hendaknya dalam pembelajaran guru harus menggunakan berbagai media, salah satu media yang dapat digunakan adalah diorama. Hal ini dikarenakan kecakapan siswa kelas IV SD yang masih berada ditahap operasional konkrit menuju ke semi konkrit serta masih membutuhkan benda nyata ataupun benda yang menyerupai aslinya untuk mengembangkan imajinasinya dalam menulis karangan deskripsi.

Dalam pembelajaran materi menulis karangan deskripsi diperlukan media untuk memudahkan siswa dan guru. Salah satu media yang cocok digunakan untuk materi menulis deskripsi adalah diorama. Media tersebut sangat menarik sehingga bisa meningkatkan minat dan perhatian siswa untuk belajar. Diorama adalah sejenis benda miniatur tiga dimensi untuk menggambarkan suatu pemandangan atau suatu adegan (Wikipedia, diakses 1 Maret 2016). Sejalan dengan pengertian tersebut, menurut Nana Sudjana (1990: 170) diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi mini bertujuan untuk menggambarkan pemandangan sebenarnya. Jadi melalui media diorama, dapat memberikan objek atau benda untuk siswa amati sehingga siswa bisa menggambarkan atau mendeskripsikan yang mereka amati dengan terperinci. Dengan menggunakan media diorama maka pembelajaran berlangsung lebih menarik dan bermakna bagi siswa. Dalam proses pembelajaran yang menarik dan bermakna, siswa dituntut aktif dan kreatif. Untuk itu media diorama dapat memudahkan siswa


(21)

dalam melakukan pengamatan sehingga siswa dapat membuat karangan deskripsi sesuai dengan hasil pengamatan.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan, penelitian ini mengangkat masalah keterampilan menulis karangan deskripsi siswa Sekolah Dasar dalam sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Diorama Siswa Kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1” pada Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Pembelajaran menulis karangan deskripsi di sekolah dasar hanya menitik beratkan pada teori saja.

2. Minat siswa dalam menulis karangan deskripsi kurang. 3. Kurangnya pemahaman siswa tentang ejaan.

4. Kurangnya motivasi siswa dalam menulis karangan deskripsi.

5. Siswa masih kesulitan untuk mengungkapkan yang mereka lihat dari suatu objek melalui tulisan.

6. Media yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi kurang menarik dan bervariasi.


(22)

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang diuraikan dalam identifikasi masalah terlalu luas, sehingga tidak dapat diteliti secara keseluruhan dalam penelitian ini. Oleh karena, itu permasalahan yang diteliti dibatasi pada “Peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi dan peningkatan hasil belajar keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media diorama pada siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 Tahun Ajaran 2015/2016”.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana peningkatan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media diorama siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Seberapa besar peningkatan hasil belajar keterampilan menulis karangan

deskripsi dengan menggunakan media diorama siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dibuat tujuan penelitian sebagai berikut.


(23)

1. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media diorama siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede, Yogyakarta.

2. Untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media diorama siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede, Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dalam kegiatan menulis sehingga meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi dan meningkatkan hasil belajar dalam menulis karangan deskripsi.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan pengalaman bagi guru dalam menggunakan media diorama dan menjadi bahan masukan bagi guru kelas dalam usaha meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa.

3. Bagi kepala sekolah


(24)

G. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, agar diperoleh pemahaman atau presepsi yang sama antara penyusun dan pembaca tentang istilah pada judul penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan istilah. Batasan istilahnya adalah sebagai berikut.

1. Keterampilan menulis karangan deskripsi adalah kecakapan menulis karangan sesuai dengan isi yang relevan, organisasi penulisan yang sistematis, gramatika penulisan, dan penggunaan ejaan yang baik dan benar, sehingga menghasilkan tulisan yang dapat menggambarkan maksud dari penulis atau penyampai informasi kepada pembaca atau penerima informasi setiap kalimatnya.

2. Media diorama adalah media visual yang menyajian suatu pemandangan dalam bentuk miniatur yang di dalamnya dilengkapi dengan benda-benda yang dapat menggambarkan keadaan lingkungan seperti keadaan aslinya yang dikemas dalam suatu wadah. Media diorama yang digunakan berupa bentuk 3 dimensi yang hanya dapat dilihat, dan tidak mengandung unsur audio atau suara. Media diorama dapat berupa kumpulan miniatur lingkungan dan juga benda-benda yang ada di dalam lingkungan tersebut yang dibuat dari sterofoam ataupun kertas. Sebagai contoh diorama perkotaan yang di dalamnya terdapat gedung-gedung, jalan raya, kendaraan-kendaraan, serta benda-benda lain yang menggambarkan suatu perkotaan.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan komunikasi antara penulis dengan pembaca walaupun tidak bertatap secara muka langsung. Menulis berasal dari kata tulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1219) tulis berarti huruf yang dibuat dengan pena. Menulis berarti membuat huruf dengan pena. Sependapat dengan pengertian tersebut, menurut Saleh Abbas (2006: 125) “keterampilan menulis adalah kecakapan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Dalam tulisan terdapat pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Dapat disimpulkan dari pendapat tersebut bahwa pesan merupakan muatan yang terkandung dalam suatu tulisan sedangkan tulisan merupakan sebuah lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati oleh pemakainya.

Dalam komunikasi tulis terdapat empat hal yang terlibat yaitu penulis sebagai penyampai pesan atau pemberi pesan, pesan atau isi dari apa yang disampaikan oleh penyampai pesan atau pemberi pesan, saluran media atau media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan yang disampaikan atau diberikan oleh penulis. Saleh Abbas juga menambahkan “ketepatan pengungungkapan gagasan harus didukung oleh ketepatan bahasa yang digunakan, selain komponen kosa kata dan gramatikal, ketepatan kebahasaan juga sebaiknya didukung oleh konteks dan penggunaan ejaan”.


(26)

Keterampilan berasal dari kata terampil yang artinya cakap. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1180) terampil berarti cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan menurut Muhamad Nurul Ibad (2007: 125) keterampilan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang. Terampil atau cekatan merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan cepat dan benar. Keterampilan lebih ditujukan kepada praktis sehingga terampil lebih dari sekedar memahami. Untuk menjadi terampil diperlukan latihan-latihan secara praktis sehingga membuat seseorang terbiasa dalam melakukan suatu pekerjaan.

Keterampilan berarti kecakapan menggunakan pikiran atau nalar, sedangkan perbuatan yang efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreatifitas. Keterampilan mengandung beberapa unsur kecakapan, yaitu kecakapan olah pikir (psikis) dan kecakapan perbuatan (fisik) (Subana, & Sunarti, 2000: 36). Keterampilan merupakan perpaduan antara kecakapan berfikir dan bertindak dalam mengerjakan suatu pekerjaan sehingga dapat terlaksana dengan cepat dan tepat.

Setiap orang memiliki kesempatan yang sama dalam mengembangkan kecakapan dan keterampilan tergantung seberapa keras untuk berusaha dalam belajar dan berlatih. Keterampilan menulis dapat dilatih sejak dini. Apabila keterampilan menulis dilatih sejak dini maka anak akan terbiasa menulis dan terus mengembangkan keterampilannya dalam menulis sehingga sangat


(27)

berguna untuk masa depannya seperti halnya dalam menulis karangan deskripsi, menulis opini, menulis pidato, dan lain-lain.

Menulis dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya, sebagaimana dikatakan oleh Murray (Saleh Abbas, 2006: 127) bahwa menulis adalah “proses berpikir yang berkesinambungan, mulai dari mencoba sampai dengan mengulas kembali”. Menulis sebagai proses berfikir berarti bahwa sebelum dan atau saat setelah menuangkan gagasan dan perasaan secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berfikir. Proses berfikir menurut Pappas (Saleh Abbas, 2006: 127) merupakan proses yang bersifat aktif, konstruktif dan menuangkan gagasan berdasarkan skemata, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki secara tertulis. Dalam proses tersebut diperlukan kesungguhan mengolah, menata, mempertimbangkan secara kritis dan menata ulang gagasan yang dicurahkan. Hal tersebut diperlukan agar tulisan yang dihasilkan dapat dipahami pembaca dengan baik.

Menurut Rusyana Yus (1988: 191), “menulis merupakan kecakapan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan”. Kecakapan mengungkapkan bahasa dalam bentuk tulisan yang memiliki pola dan arti untuk menyampaikan suatu gagasan atau pesan kepada pembaca atau orang yang dituju. Pola-pola bahasa tersebut tentu harus dapat dipahami oleh pembaca agar pesan dapat diterima dengan baik oleh pembaca.


(28)

Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 104) kegiatan menulis merupakan sebuah proses, artinya kegiatan dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu tahap prepenulisan, tahap penulisan, tahap revisi. Untuk menjadi terampil dalam menulis seseorang memerlukan proses yang tidak singakat dan harus berlatih secara terus menerus.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) keterampilan adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan dengan efektif dan efisien yang diperoleh melalui belajar dan latihan yang dilakukan secara terus-menerus untuk mencapai tujuan tertentu sehingga dapat melakukannya dengan mudah, 2) menulis merupakan salah satu komponen dalam sistem komunikasi atau menulis merupakan salah satu media untuk komunikasi, 3) menulis adalah kecakapan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan, dan 4) menulis dan berfikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang.

Dalam penelitian ini, keterampilan menulis merupakan kecakapan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Tulisan dibuat secara jelas dan terperinci sehingga pembaca dapat memahami maksud dari penulis.

B. Tujuan Menulis

Pembelajaran menulis dapat diartikan sebagai proses membuat siswa belajar melakukan kegiatan menulis dengan benar. Tujuan menulis membantu


(29)

siswa agar dapat menulis atau memanipulasi lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi siswa dalam pembelajaran menulis. Pembelajaran dapat berupa penciptaan serangkaian kegiatan sehingga siswa dengan mudah belajar atau dapat juga dengan kondisi yang sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajaran sehingga dapat dengan mudah untuk belajar.

Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 104), “keterampilan menulis merupakan kecakapan yang kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan sekaligus”. Pembelajaran menulis ini diajarkan dengan tujuan agar siswa mempunyai kecakapan dalam menuangkan ide, gagasan, pikiran, pengalaman, dan pendapatnya dengan benar. Jika siswa sering berlatih dalam menuangkan ide, gagasan, pikiran dan pengalaman serta pendapatnya maka siswa akan terampil dalam menulis.

Seorang penulis memiliki tujuan-tujuan tersendiri sesuai dengan bentuk-bentuk tulisannya. Namun, di sekolah dasar pembelajaran menulis memiliki tujuan tersendiri sesuai dengan tingkatan kelas siswa sekolah dasar yang bersangkutan. Adapun menurut Hugo Hartig (Henry Guntur Tarigan 2008: 25) tujuan penulisan suatu tulisan itu sebagai berikut.

a. Assignment purpose (tujuan penugasan)

Tujuan penugugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.

b. Altruistic purpose (tujuan altruistik)

Penulisan bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.


(30)

Tulisan yang bertujuan menyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d. Informational purpose (tujuan informsional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/penerangan kepada para pembaca.

e. Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f. Creative purpose (tujuan kreatif)

Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman.

g. Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Tujuan dalam tulisan ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan , menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

Pembelajaran menulis berfungsi pula sebagai sarana untuk membantu siswa mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kecakapan analitis dan imajinatif (Depdiknas, 2006).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan menulis karangan deskripsi yaitu memberikan informasi pada pembaca, baik suatu peristiwa, masalah, berita, dan pernyataan yang tujuannya untuk pembaca dan dapat menyalurkan serta mengembangkan kreativitas seseorang. Selain itu tulisan juga dapat digunakan untuk menuangkan ide-ide maupun gagasan untuk dipublikasikan.

Dalam penelitian ini, tujuan menulis adalah untuk memberi informasi kepada pembaca tentang suatu objek yang telah diamati oleh penulis sehingga pembaca dapat seolah-olah melihat dan merasakan objek yang digambarkan


(31)

oleh penulis melalui tulisan. Informasi ditulis secara jelas dan terperinci sesuai dengan pengamatan objek yang dilakukan penulis.

C. Manfaat menulis

Kegiatan menulis banyak manfaatnya, seperti yang diungkapkan Sabarti Akhadiah (1998: 1) yaitu: 1) dapat mengenali kemampuan dan potensi diri yang dimiliki, 2) dapat mengembangkan dan menghubung-hubungkan beberapa gagasan atau pemikiran, 3) dapat memperluas wawasan dan kecakapan berfikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berfikir terapan, 4) melalui kegiatan menulis dapat mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkannya secara tersurat, 5) dapat menilai gagasan sendiri secara objektif, 6) melalui kegiatan menulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan dengan menganalisis permasalahan yang tersurat dalam konteks yang lebih kongkret, 7) melalui kegiatan menulis dapat mendorong penulis untuk terus belajar secara aktif, dan 8) melalui kegiatan menulis dapat membiasakan diri penulis untuk berfikir dan berbahasa secara tertib.

Pembelajaran menulis berfungsi pula sebagai sarana untuk membantu siswa mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kecakapan analitis dan imajinatif (Departemen Pendidikan Nasional, 2006).

Sesuai dengan pendapat di atas, dapat disimpulkan manfaat menulis yaitu mengenali kemampuan dan potensi pribadi, mengembangkan dan


(32)

mempertegas permasalahan, memotivasi diri untuk terus belajar, dan membiasakan diri untuk berbahasa secara tertib. Menulis juga memiliki manfaat untuk mempublikasikan.

Dalam penelitian ini, menulis memiliki manfaat untuk menggambarkan tentang suatu objek yang diamati oleh penulis sehingga pembaca dapat seolah-olah ikut melihat dan merasakan tanpa harus berhadapan langsung dengan objek yang dituliskan. Objek harus dituliskan secara jelas dan terperinci sesuai dengan keadaan sesungguhnya.

D. Proses Pembelajaran Menulis

Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2007: 1.14) tahap menulis ada tiga, yaitu a) tahap prapenulisan atau tahap persiapan menulis, b) tahap penulisan yaitu mengembangkan butir demi butir yang terdapat dalam kerangka cerita, c) tahap pasca penulisan merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan.

Senada dengan pendapat tersebut menurut Sabarti Akhadiah (1991: 104) tahap menulis ada tiga yaitu: a) tahap prapenulisan merupakan tahap persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan, b) tahap menulis yaitu tahap yang membahas butir topik yang ada di dalam kerangka cerita yang sudah disusun, c) tahap revisi maksudnya menulis kembali buram yang telah ditulis, kemudian buram tersebut direvisi. Dalam tahap pramenulis direncanakan hal-hal pokok yang akan mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu. Dalam tahap penulisan atau pengembangan, dilaksanakanlah tindakan yang


(33)

telah direncanakan itu, yaitu mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bagian atau bab. Dalam tahap revisi yang dilakukan adalah membaca dan menilai kembali apa yang sudah ditulis, memperbaiki, bahkan kalau perlu memperluasnya lagi.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulan bahwa tahap-tahap menulis ada tiga yaitu prapenulisan, saat menulis, dan pasca menulis. Tahap-tahap tersebut dilakukan agar proses pembelajaran dan hasil pembelajaran meningkat.

Dalam penelitian ini, penggunaan media yang menarik dan metode pembelajaran yang tepat dapat membantu meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Proses pembelajaran menulis tentu akan menunjang hasil pembelajaran yang baik. Pada tahap prapenulisan guru memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah menulis, contoh-contoh karangan, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tulisan, dll. Pada tahap saat menulis, guru membimbing siswa menulis dan siswa diberi kebebasan dalam mengembangkan tulisannya. Pada tahap pasca menulis, siswa diberikan waktu untuk merevisi baik secara individu maupun dengan bantuan temannya. Setelah itu siswa mempresentasikan tulisannya kepada temannya.


(34)

E. Menulis Karangan Deskripsi

1. Pengertian Menulis Karangan Deskripsi

Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 131), deskripsi merupakan usaha untuk menggambarkan dengan kata-kata wujud atau sifat lahiriah suatu objek. Melalui deskripsi, seorang penulis berusaha memindahkan kesan-kesan hasil pengamatan dan perasaannya kepada pembaca dengan membeberkan sifat dan semua perincian yang ada pada sebuah objek. Dalam deskripsi penulis dapat juga mendeskripsikan perasaan hati penulis terhadap objek, misalnya perasaan takut, cemas, enggan, jijik, cinta, dan sebagainya.

Masnur Muslich (2007: 2) menyatakan bahwa “karangan deskripsi adalah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut”. Deskripsi adalah penggambaran. Dalam menulis karangan deskripsi, hindari jadi otak pembaca dengan menyisipkan kesimpulan dan penafsiran sendiri, sehingga pembaca dapat lebih memahami yang digambarkan oleh penulis. Harus diingat bahwa penulis adalah mata, hidung dan telinga bagi pembaca. Deskripsi adalah tulisan yang bertujuan memberikan perincian dan detail tentang objek sehingga memberi pengaruh pada sensivitas dan amajinasi pembaca atau pendengar.

Sesuai dengan pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian karangan deskripsi sebagai suatu jenis karangan yang melukiskan suatu objek secara detail. Objek dilukiskan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, merasakan, mencium secara imajinatif apa


(35)

yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dicium oleh penulis tentang objek yang dimaksud/dilukiskan tersebut tanpa harus melihat atau merasakannya secara langsung.

Dalam penelitian ini, siswa diberi kebabasan untuk menulis karangan deskripsi sesuai dengan tema ataupun objek yang disediakan oleh guru. Siswa mengembangkan karangan sesuai dengan yang mereka amati sehingga sejelas dan selengkap mungkin sehingga pembaca dapat solah-olah ikut langsung mengamati objek.

2. Jenis-Jenis Deskripsi

Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 131) deskripsi ada dua jenis, yaitu 1) deskripsi tempat, merupakan penggambaran suatu tempat. Tempat merupakan gelanggang berlangsungnya peristiwa-peristiwa. Sebuah kisah akan selalu mempunyai latar belakang tempat.

Menurut Gorys Keraf (1981: 136) cara-cara yang baik dalam deskripsi tempat harus memperhatikan hal-hal berikut: a) Suasana hati, pengarang harus menetapkan suasana hati manakah yang paling menonjol untuk dijadikan landasan, b) penulis deskripsi harus mampu memilih detail-detail yang relevan untuk menggambarkan suasana hati, c) pengarang dituntut pula mampu menetapkan urutan yang paling baik dalam menampilkan detai-detail yang dipilih.

2) Deskripsi orang, menggambarkan kekomplekan manusia yang tidak hanya didukung oleh struktur anatomi dan morpologi tubuh, tetapi juga


(36)

yang memuaskan. Untuk membuat deskripsi orang/tokoh maka harus mengetahui ciri utama kepribadian sang tokoh. Misal mengenai tingkah laku, bentuk tubuh, watak, penampilan, dan sebagainya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan jenis-jenis deskripsi ada 2 yaitu deskripsi tempat dan deskripsi orang. Deskripsi tempat merupakan penggambaran suatu tempat yang digambarkan secara detail meliputi suasana tempat, latar tempat, maupun hal-hal lain yang merupakan ciri tempat yang diamati. Deskripsi orang merupakan penggambaran orang/tokoh meliputi ciri fisik, tingkah laku, penampilan, maupun ciri lain yang menggambarkan orang yang dideskripsikan.

Dalam penelitian ini, siswa diminta mendeskripsikan diorama suatu tempat sehingga termasuk jenis deskripsi tempat. Diorama yang dideskripsikan siswa adalah berupa miniatur sebuah hutan, pedesaan, dan perkotaan. Siswa diberi kebebasan mendiskripsikan sesuai dengan pengamatan mereka terhadap objek secara detail.

3. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi

Deskripsi merupakan sebuah tulisan yang berusaha menggambarkan sesuatu sejelas mungkin. Karena itu deskripsi selalu dimulai dengan pengamatan. Siswa dilatih melakukan pengamatan sedetail mungkin. Menurut Sabarti Akhadiah (1991: 97) langkah-langkah menulis karangan deskripsi adalah sebagai berikut: “1) tentukan dulu objek yang akan dideskripsikan. 2) Siswa diajak mengamati obyek yang telah ditentukan. 3) kemudian suruhlah siswa mendeskripsikan hasil pengamatannya tersebut.”


(37)

Masnur Muslich (2007: 3) juga memaparkan langkah-langkah menulis karangan deskripsi sebagai berikut: ”1) tentukan objek atau tema yang akan dideskripsikan, 2) tentukan tujuan, 3) tentukan aspek-aspek yang akan dideskripsikan dengan melakukan pengamatan, 4) susunlah aspek-aspek tersebut ke dalam arutan yang baik, 5) apakah lokasi, urutan waktu, atau urutan menurut kepentingan, dan 6) mengembangkan kerangka menjadi deskripsi.” Deskripsi termasuk salah satu bentuk tulisan yang menggambarkan suatu objek sehingga pembaca seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan keadaan yang dilukiskan oleh penulis karangan deskripsi yang sukses.

Berdasarkan langkah-langkah menulis karangan deskripsi yang dipaparkan para ahli di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) menentukan tema yang sesuai setelah memiliki gambaran tentang hal yang akan ditulis, 2) mengumpulkan bahan dan data dengan melakukan pengamatan, dalam menulis karangan deskripsi tidak semua hal dari objek dirinci atau diceritakan akan tetapi harus dipilih hal/bagian yang akan dirinci, 3) membuat kerangka karangan untuk menata perincian dengan fakta yang logis, penulis/penggambaran keadaan dari suatu objek harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga tidak melihat unsur rekayasa, dan 4) mengembangkan kerangka menjadi karangan utuh dengan mencermati pemilihan dan pemakaian kata. Kata-kata yang digunakan dalam melukiskan suatu objek dalam bentuk kalimat hendaklah dipilih dengan cermat sehingga kata-kata dalam yang digunakan penuh nilai-nilai sastra yang sudah dipahami.


(38)

Dalam penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan dalam menulis karangan deskripsi adalah menentukan tema. Tema ditentukan sesuai dengan media diorama yang ditampilkan guru untuk diamati siswa. Selanjutnya mengumpulkan bahan melalui pengamatan yang dilakukan siswa secara mandiri dan individu. Setelah melakukan pengamatan siswa membuat kerangka karangan sesuai dengan hasil pengamatan untuk dikembangkan menjadi karangan utuh. Setelah kerangka selesai dibuat siswa mengembangkan menjadi karangan utuh dengan memperhatikan pilihan kata, sistematikan penulisan, gramatika, dan ejaan.

F. Diorama sebagai Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran

Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yaitu metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar. Sedangkan penilaian adalah alat untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya tujuan pengajaran (Nana Sudjana, 1990: 1).

Media merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Menurut Arif Sadiman (2008: 6), kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Media yang dalam bahasa latinnya


(39)

medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Gagne (Arif Sadiman, 2008: 6) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs (Arif Sadiman, 2008: 6) juga berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru untuk meningkatkan rangsangan belajar siswa. Penggunaan media harus disesuaikan dengan materi, tingkatan siswa, dan kecakapan guru untuk menggunakan media dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini, media pembelajaran digunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan proses pembelajaran. Melalui media pembelajaran dapat meningkatkan rangsangan belajar siswa sehingga antusias siswa dalam belajar meningkat yang akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar.

2. Manfaat Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa yang diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Menurut Nana Sudjana (1990: 2) ada beberapa alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses pembelajaran siswa. Alasan tersebut berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa:


(40)

a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran yang lebih baik;

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata melalui komunikasi verbar melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga;

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran, sebab tidak hanya mendengarkan uraian dari guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain.

Arif Sadiman (2008: 17) menyatakan bahwa secara umum media mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti misalnya: 1) objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar,film

bingkai, film atau model;

2) objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar;

3) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau hig-speed photography;


(41)

4) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal; 5) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan

dengan model, diagram, dan lain-lain, dan

c. konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk: 1) menimbulkan kegairahan belajar;

2) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;

3) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

d. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa maka guru banyak mengalami kesulitan jika semua itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat ditangani dengan media pendidikan, yaitu dengan kecakapan guru dalam: 1) memberi perangsang yang sama;

2) mempersamakan pengalaman; 3) menimbulkan persepsi yang sama.


(42)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan manfaat media yaitu untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat diterima oleh siswa. Penggunaan media harus dapat menarik perhatian siswa, memperjelas materi, dan meningkatkan proses pembelajaran.

Dalam penelitian ini, media digunakan untuk memberi rangsangan kepada siswa sehingga meningkatkan interaksi antara siswa dan guru. Melalui media dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Selain itu, media juga digunakan untuk mengatasi keterbatasan ruang sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.

3. Pemilihan Media Pembelajaran

Pemilihan media pembelajaran tentu merupakan salah satu kunci sukses dalam proses pembelajaran. pemilihan media tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran. Pemilihan media pembelajaran sebagai alat bantu kegiatan belajar mengajar harus didasarkan pada kriteria pemilihan yang objektif sebab penggunaan media pembelajaran tidak hanya menampilkan materi pembelajaran di kelas akan tetapi harus mengkaitkan dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai, strategi kegiatan belajar mengajar dan bahan. Oleh sebab itu penggunaan media pembelajaran sangat bergantung pada tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kecakapan guru dalam menggunakannya dalam proses pembelajaran (Nana Sudjana, 1990: 4).


(43)

Menurut Nana Sudjana (1990: 4) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pembelajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran.

a. Guru perlu memiliki pemahaman media pembelajaran antara lain jenis dan manfaat media pembelajaran, kriteria memilih dan menggunakan media pengajaran, menggunakan media sebagai alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media dalam proses belajar siswa.

b. Guru terampil membuat media pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran, terutama media dua dimensi atau media grafis, dan beberapa media tiga dimensi, serta media proyeksi.

c. Pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan media pengajaran penting agar ia bisa menentukan apakah penggunaan media mutlak diperlukan atau tidak selalu diperlukan dalam pengajaran sehubungan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa dan kualitas pengajaran, sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di luar media pengajaran.

Berdasarkan ketiga faktor di atas, maka dalam memberikan prioritas pengadaan media pendidikan perlu adanya pengukuran untuk ketiga faktor tersebut, sesuai dengan jenis dan jenjang pendidikan. Pengetahuan tentang keunggulan dan keterbatasan setiap jenis media menjadi penting, sehingga guru dapat memperkecil kelemahan atas media yang digunakan, sekaligus dapat langsung memilih berdasarkan kriteria yang dikehendaki. Pemilihan


(44)

sekaligus pemanfaat media perlu memperbaiki kriteria sebagai berikut (Nana Sudjana, 1990: 4).

a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan intruksional yang ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran.

b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep, dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.

c. Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. d. Keterampilan guru dalam menggunakannya; apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Media tidak ada artinya jika guru tidak dapat menggunakannya dalam pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran.

e. Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pembelajaran berlangsung.

f. Sesuai dengan taraf berfikir siswa; memilih media untuk penddikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.

Dengan kriteria pemilihan media di atas, tentu akan mempermudah guru untuk menentukan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.


(45)

penggunaan media dalam proses pembelajaran jangan dipaksakan karena akan mempersulit tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran.

Sesuai dengan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan media pembelajaran pada akhirnya adalah keputusan untuk memakai, tidak memakai, atau mengadaptasi media yang bersangkutan. Selain itu menilai keefektifan media pendidikan adalah hal yang penting bagi guru agar ia bisa menentukan penggunaan media mutlak diperlukan atau tidak. Apabila penggunaan media pendidikan tidak mempengaruhi proses dan kualitas pengajaran, sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan mencari usaha lain di luar media pendidikan, metode yang variatif.

Pemilihan media dalam penelitian ini didasarkan pada diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan guru kelas karena keputusan dalam penggunaan media berada ditangan guru. Selain itu, disesuaikan dengan taraf befikir siswa yaitu tahap operasional kongkrit menuju semi kongkrit. Sehingga siswa membutuhkan benda nyata ataupun yang menyerupai benda nyata untuk menunjang proses pembelajaran.

4. Media Diorama

Diorama adalah sebuah pemandangan tiga dimensi mini bertujuan untuk meggambarkan pemandangan sebenarnya. Diorama biasanya terdiri atas bentuk-bentuk sosok atau objek-objek ditempatkan di pentas yang berlatar belakang lukisan yang disesuaikan dengan penyajiannya (Nana Sudjana, 1990:


(46)

pengajaran terutama berguna untuk mata pelajaran ilmu bumi, ilmu hayat, sejarah bahkan dapat diusahakan pula untuk berbagai macam mata pelajaran.

Sesuai dengan pendapat di atas dapat disimpulkan diorama adalah suatu pemandangan tiga dimensi yang digambarkan dalam bentuk kecil di atas panggung kecil sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Pemandangan tersebut digambarkan dengan detail dan terperinci sesuai dengan yang dapat diamati. 5. Contoh-contoh Diorama

Contoh-contoh diorama menurut Nana Sudjana (1990: 171) adalah sebagai berikut.

a. Peristiwa bersejarah: ditemukannya beberapa negara maju, ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan, pertempuran-pertempuran besar, peristiwa politik yang penting dan peristiwa kehidupan penting sastrawan, artis, dan pemusik.

b. Ilmu Bumi: Interior gua, peman dangan suatu padang pasir, hutan dan binatang, tiruan dari sebuah pemandangan hutan, pemandangan sebuah desa pegunungan dan perkotaan.

c. Hasil produksi pabrik dan perindustrian: roda baja, penggergajian, pabrik gelas, penyaringan minyak, pabrik kaleng, industri pembuatan mobil. d. Adegan cerita: peristiwa pokok dari suatu cerita atau sandiwara yang

menggambarkan urutan kejadian dari cerita bisa digambarkan dalam suatu rangkaian diorama.

Dari berbagai contoh-contoh diorama di atas, diorama dibedakan menjadi 4 yaitu peristiwa sejarah, ilmu bumi, hasil produksi pabrik dan


(47)

perindustrian, dan adegan cerita. Dalam penelitian ini contoh diorama yang digunakan adalah diorama Ilmu bumi karena sesuai dengan tema yang diambil yaitu hewan, tumbuhan, desa dan kota. Di dalam diorama yang digunakan juga terdapat miniatur sungai, jembatan, sawah, jalan raya, dan gedung-gedung yang sesuai dengan keadaan sesungguhnya.

6. Media Diorama dalam Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi

Menurut Nana Sudjana (1990: 170) media diorama dapat digunakan untuk berbagai macan mata pelajaran. Diorama dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dengan materi menulis karangan deskripsi tentu akan sangat membantu siswa, terutama untuk melatih siswa menentukan tema penulisan dan melakukan pengamatan.

Dalam langkah-langkah menulis karangan deskripsi, diorama dapat membantu siswa dalam menentukan tema tulisan dan melakukan pengamatan. Dalam keterampilan menulis karangan deskripsi sangat penting untuk menentukan tema dan melakukan pengamatan agar siswa dapat menggambarkan yang mereka amati dengan batasan tema dan hasil pengamatan sehingga pembaca dapat melihat, mendengar, merasakan, mencium secara imajinatif apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dicium oleh penulis tentang objek yang dimaksud/dilukiskan tersebut tanpa harus melihat atau merasakannya secara langsung.


(48)

7. Tahap-tahap Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Media Diorama

Sesuai dengan langkah-langkah menulis karangan deskripsi yaitu Proses pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi menggunakan media diorama dilakukan dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan akhir pembelajaran. Dalam kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa agar siap belajar dan menyampaikan apersepsi. Kegiatan inti dimulai dengan penjelasan guru tentang karangan deskripsi, EYD, dan tahapan dalam menulis karangan deskripsi menggunakan media diorama. Selanjutnya siswa diajak mengamati media diorama sambil menyimak penjelasan dari guru agar siswa dapat menggunakan panca inderanya untuk mengetahui ciri khusus yang menonjol dalam diorama, misalnya pohon, hewan, orang, tempat, dan suasana. Siswa diminta untuk menyebutkan objek apa saja yang ada dalam diorama. Selanjutnya siswa diminta untuk mulai menggunakan imajinasi mereka tentang keadaan yang ada dalam diorama.

Selanjutnya, siswa diminta untuk menulis hasil pengamatan mereka dan mencoba menggambarkan apa yang mereka lihat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media diorama adalah mengamati secara detail sebuah media diorama kemudian menuangkan rincian-rinciannya ke dalam bentuk tulisan dan mengembangkannya menjadi sebuah karangan deskripsi yang baik dan sesuai dengan objek yang diamati, serta sesuai dengan ejaan.

Pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi menggunakan media diorama mampu memancing keaktifan, antusiasme, dan minat siswa


(49)

terhadap pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi. Pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi memang tidak mudah, penggunaan diorama dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi adalah suatu latihan yang baik bagi siswa agar mampu menguasai keterampilan menulis karangan deskripsi. Digunakannya media diorama dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi dapat merangsang siswa untuk aktif menulis. Selain itu bentuknya yang mini dan unik serta warnanya yang menarik dapat meningkatkan antusiasme dan minat siswa terhadap pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi.

G. Penilaian Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi

Bentuk penilaian yang digunakan ada 2, yaitu tes dan non tes. Bentuk penilaian tes meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian bebas, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (permomance) dan portofolio. Sedangkan bentuk penilaian non tes meliputi: wawancara, invintori dan pengamatan (Saleh Abbas, 2006: 147).

Dalam penelitian ini, penilaian dilakukan melalui tes dan observasi. Penilaian tes dilakukan melalui penilaian karangan deskripsi siswa melalui rubrik penilaian yang telah dibuat. Sedangkan observasi digunakan untuk menilai proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Bentuk penilaian tes yaitu melalui unjuk kerja. Unjuk kerja dilakukan dengan siswa menulis karangan deskripsi secara mandiri dan individu.


(50)

Penilaian pengamatan/observasi dilakukan sesuai dengan instrumen yang dibuat sebelumnya oleh peneliti.

Menurut Burns (Saleh Abbas, 2006: 168) ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam penilaian yaitu: bertanya jawab atau berdiskusi, memantau kegiatan siswa pada tiap proses menulis baik pramenulis, penulisan, dan pascapenulisan dengan menggunakan obsevasi catatan lapangan dan ceklis, serta memantau hasil karangan siswa. Cara tersebut cukup tepat karena guru dapat memantau setiap perkembangan keterampilan menulis siswa.

Penelitian ini menggunakan pedoman penilaian menulis karangan deskripsi dengan menggunakan acuan dari buku Tes Bahasa (Soenardi Djiwandono 2008: 122) dan unsur-unsur penilaian dalam menulis menurut Suhendar (1997: 17) yang telah dimodifikasi. Penialaian keterampilan menulis karangan deskripsi ini memiliki keterbatasan pada aspek yang dinilai dan pemberian skor. Penilaian disesuaikan dengan kecakapan siswa tingkat SD khusunya kelas IV. Pedoman penilaian menulis karangan deskripsi siswa dapat dilihat dari tabel berikut.


(51)

Tabel 1. Ikhtisar Rincian Kecakapan Menulis (Soenardi Djiwandono, 2008: 122)

Ikshtisar Rincian Kecakapan Menulis No Unsur Kecakapan Menulis Rincian Kecakapan

1. Isi yang relevan Isi karangan tulis sesuai dan relevan dengan topik yang dimaksudkan untuk dibahas

2. Organisasi yang Sistematis Isi karangan disusun secara sistematis menurut suatu pola tertentu

3. Penggunaan Bahasa yang baik dan benar

Karangan diungkapkan dengan bahasa, dengan susunan kalimat yang gramatikan, penulisan kata yang tepat, serta gaya penulisan yang sesuai

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Suhendar (1997: 17) unsur-unsur dalam penilaian menulis sebagai berikut.

a. Isi karangan, merupakan gagasan atau ide pengarang yang dituangkan dalam keseluruhan karangan atau biasa disebut topik atau tema yang merupakan bahan permasalahan yang menarik. b. Bentuk karangan, berupa surat, laporan, iklan, pengumuman,

petunjuk, dan lain-lain.

c. Gramatika, perangkat kebahasaan yang harus sesuai dengan kaidah yang berlaku, serta memenuhi syarat sebagai bahasa tulis.

d. Ejaan, merupakan perangkat sistem yang mengatur mekanisme pemindahan bahasa lisan ke dalam bahasa tulis. Ketepatan ejaan meliputi (a) cara penulisan huruf, (b) cara penulisan kata, (c) cara penulisan unsur serapan, dan (d) pemakaian tanda baca.

e. Selain keempat unsur di atas, biasanya di sekolah dasar ditambah satu unsur yang umum, yaitu kerapian tulisan. Hal ini penting karena tulisan akan mudah dibaca apabila ditulis dengan rapi, kertas yang bersih, dan tidak sering dihapus.

Mengacu pada kedua teori di atas, pada penelitian ini peneliti menggunakan pedoman penilaian sebagai berikut.


(52)

Tabel 2. Pedoman Penilaian Menulis Karangan Deskripsi

No Aspek penilaian Rincian kecakapan

1 Isi karangan Isi karangan deskripsi ditulis sesuai dan relevan dengan objek yang diamati 2 Organisasi penulisan karangan Karangan deskripti disusun secara

sistematis

3 Gramatika penulisan Perangkat kebahasaan tulisan sesuai dengan kaidah yang berlaku

4 Ejaan tulisan Cara penulisan huruf, cara penulisan kata, cara penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca

H. Kerangka Pikir

Pembelajaran menulis karangan deskripsi untuk siswa di kelas IV SD termasuk jenis pembelajaran menulis lanjutan. Tujuan utamanya adalah menggupayakan siswa dapat memahami cara menulis untuk pemahaman yang lebih tinggi. Umumnya guru mengalami kendala dalam pembelajaran di dalam kelas. Penggunaan diorama sebagai media pembelajaran merupakan salah satu upaya mengurangi kendala dalam pembelajaran sehingga meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi diorama membantu siswa dalam menemukan ide penulisan sehingga siswa dapat mengamati diorama untuk menemukan bahan yang akan dibuat kerangka karangan. Siswa dapat mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan utuh. Penggunaan diorama bermaksud untuk membantu siswa dalam menentukan ide penulisan, pengamatan untuk pengumpulan bahan yang akan buat kerangka dan dikembangkan menjadi karangan deskripsi. Untuk lebih ringkasnya kerangka berfikir ini dapat dilihat dalam bagan berikut.


(53)

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Pada proses pembelajaran menulis karangan deskripsi tidak mudah untuk mencapai hasil maksimal. Umumnya guru hanya memberikan contoh-contoh karangan deskripsi kepada siswa tanpa memberi gambaran-gambaran nyata untuk proses membelajarkan keterampilannya. Siswa hanya mencontoh dan mengikuti apa yang dikatakan gurunya sehingga tampak proses pembelajaran yang pasif, padahal diperlukan kreativitas dan inovasi pada keterampilan menulis. Selain itu, pembelajaran yang hanya bersumber pada buku paket saja bisa membuat siswa menjadi jenuh dan kurang bersemangat. Kendala tersebut muncul diakibatkan kurangnya variasi media pembelajaran yang dipakai oleh guru ketika mengajar keterampilan menulis khususnya

Kondisi awal Tindakan Kondisi akhir Sebelum

menggunakan media diorama

Menggunakan media

diorama dalam

pembelajaran menuliskarangan deskripsi

Melalui media diorama dapat

meningkatkan hasil belajar dan proses pembelajaran menulis karangan deskripsi

Proses pembelajaran

hanya terfokus pada guru dan hasil belajar siswa rendah

Siklus II: Memperbaiki kekurangan pada siklus I Siklus I: siswa terlibat

aktif dalam proses

pembelajaran dan hasil belajar meningkat


(54)

adalah keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kurang dan hasil belajar menulis karangan deskripsi tidak maksimal.

Dalam proses pembelajaran menulis karangan deskripsi seorang guru harus pandai dalam memilih strategi dan media yang digunakan. Hal tersebut penting karena berkaitan dengan ketertarikan siswa terhadap materi dan konsentrasi pembahaman siswa terhadap pembelajaran. Selain itu melalui pemilihan strategi dan media yang tepat dapat meningkatkan kreatifitas siswa. Penggunaan media diorama dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi dapat memberikan gambaran terhadap siswa sehingga siswa dapat menuangkannya dalam bentuk tulisan. Setelah siswa menemukan gambaran terhadap apa yang akan ditulisnya, tentu siswa akan lebih mudah untuk menuangkannya dalam tulisan. Dengan menggunakan media ini diharapkan mampu menarik minat dan perhatian siswa sehingga semangat dalam berlatih menulis karangan deskripsi. Jika siswa dan guru semangat dalam pembelajaran dan didukung oleh pemilihan strategi serta media pembelajaran maka dapat terciptalah pembelajaran yang efektif dan siswa tidak merasa bosan. Melalui media diorama merupakan salah satu media yang cocok digunakan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi atau dengan kata lain dapat berdampak pada peningkatan kecakapan menulis karangan deskripsi siswa secara nyata.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Ciri utama dari penelitian tindakan kelas adalah memperbaiki pelaksanaan praktik pendidikan, khususnya dalam pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian tindakan kolaboratif, penelitian tindakan kolaboratif merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi ia harus berkolaborasi dengan guru. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pelaksana tindakan (pengajar) dan peneliti bertindak sebagai observer serta perancang tindakan.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan pada siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 yaitu keterampilan menulis karangan deskripsi siswa masih rendah. Peneliti bermaksud memecahkan permasalahan tersebut dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research), dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Media Diorama Siswa Kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1, Kota Gede, Yogyakarta.


(56)

2. Model Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan), observasi (pengamatan), dan refleksi. Rencana penelitian merupakan tindakan yang tersusun, dan dari segi definisi mengarah pada tindakan. Rencana disusun berdasarkan hasil pengamatan (observasi) awal yang reflektif. Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali. Tindakan yang dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun secara cermat dan mengandung inovasi. Tujuannya adalah agar proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan yang direncanakan.

Refleksi adalah mengingat atau merenungkan kembali suatu tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam pengamatan. Refleksi ini berusaha memahami proses yang telah berjalan, masalah dalam proses yang telah dijalani, kendala yang terjadi dalam tindakan. Jadi refleksi berusaha memahami persoalan dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu.

Empat tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas tersebut digambarkan dalam bagan (Suharsimi Arikunto, 2007: 16) sebagai berikut.


(57)

Gambar 2. Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Penjelasan dari tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Tahap 1: Perencanaan / Planning (menyusun rancangan tindakan)

Penelitian tindakan yang sebaiknya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan (guru) dan pihak yang mengamati proses jalanya tindakan (pengamat) yang disebut penelitian kolaborasi. Perencanaan dilakukan melalui pengamatan awal untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran. Selain melalui pengamatan awal, diskusi dengan guru kelas perlu dilakukan untuk lebih memastikan permasalahannya. Dari pengamatan awal di lapangan ini dapat diketahui bahwa permasalahannya adalah rendahnya keterampilan menulis karangan deskripsi siswa sehingga hasil belajar kurang maksimal.

Refleksi

Refleksi

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Pelaksanaan


(58)

siswa sehingga dapat diketahui siswa yang mengalami kesulitan untuk ditindak lanjuti.

Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi di lapangan, selanjutnya merencanakan tindakan yang akan dilakukan. Peneliti bersama guru merencanakan tindakan yang akan dilakukan. Pertama, peneliti terlebih dahulu menentukan alternatif tindakan yang akan dilakukan yaitu menggunakan media diorama. Sebelumnya peneliti melakukan tindakan prasiklus dengan memberikan soal pre-tes terkait materi yang disampaikan guru yaitu meminta siswa membuat karangan deskripsi. Selanjutnya peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terkait langkah-langkah pembelajaran pada siklus I yang dikonsultasikan dengan guru kelas. Setelah menyusun RPP selanjutnya menyiapkan instrumen penelitian. b. Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu menerapkan tindakan di kelas. Guru menerapkan pembelajaran menggunakan media diorama di kelas untuk materi menulis karangan deskripsi.

Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun. Garis besar langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.

1) Guru menjelaskan mengenai langkah-langkah menulis karangan deskripsi dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis


(59)

karangan meliputi isi karangan, organisasi penulisan yang sistematis, gramatika, dan ejaan penulisan.

2) Guru menampilkan media diorama untuk diamati siswa. Siswa mengamati diorama secara detail dan mencatatnya sebagai bahan penulisan karangan.

3) Setelah mencatat hasil pengamatan siswa diminta membuat kerangka karangan. Kerangka karangan dibuat berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan siswa.

4) Kerangka yang telah dibuat dikembangkan menjadi karangan utuh.

5) Setelah menjadi karangan utuh siswa diminta mengkoreksi kembali karangan mereka dengan teman sebelahnya.

6) Setelah dikoreksi hasil karangan siswa dikembalikan untuk diperbaiki.

7) Setelah diperbaiki siswa diminta mempresentasikan hasil karangan mereka.

Sementara guru melaksanakan tindakan, peneliti mengamati proses selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sebelumnya.

c. Tahap 3: Pengamatan (Observing)

Pada tahap ke-3 ini sebenarnya dilakukan bersamaan dengan tahap ke-2 yaitu pelaksanaan tindakan. Pengamatan (observasi) dilakukan pada


(60)

mengisi kolom-kolom pada lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya sesuai dengan petunjuk pengisian. Pengamatan bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi pada saat proses pembelajaran sehingga dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya.

d. Tahap 4: Refleksi (Reflekting)

Tahap refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah melaksanakan tindakan. Kolaborasi antara guru dan peneliti sangat penting pada tahap ke-4 ini. Dalam tahap ini, guru melakukan evaluasi diri tentang proses pembelajaran yang telah berlangsung kepada peneliti. Guru memberikan masukan-masukan apakah tindakan berjalan dengan baik dan bagian mana yang belum. Apabila masih ada kekurangan atau kelemahan yang terjadi pada tindakan, maka peneliti dan guru memperbaikinya dengan membuat perencanaan kembali pada siklus selanjutnya.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Rejowinangun 1 Kota Gede, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 27 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Dipilihnya subjek dengan alasan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa masih rendah dibuktikan dengan nilai rata-rata menulis karangan deskripsi adalah 65. Adapun objek dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran dan hasil belajar bahasa Indonesia khususnya dalam materi menulis karangan deskripsi siswa kelas IV SD N Rejowinangun 1 Kota Gede, Yogyakarta.


(61)

C. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di dalam kelas IV SD N Rejowinangun 1 Tahun Ajaran 2015/2016, yang beralamat di Jl. Ki Penjawi No. 12 Kota Gede Yogyakarta. Untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar SD N Rejowinangun 1 memfasilitasi kelas dengan berbagai fasilitas, antara lain papan tulis, white board, kapur tulis, spidol, meja dan kursi, Al-quran, dan beberapa LCD dan sound system yang digunakan secara bergantian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Ajaran 2015/2016, yaitu pada bulan April sampai dengan Mei tahun 2016. Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal pelajaran Bahasa Indonesia di kelas yaitu hari Senin jam pelajaran ke 2-3 atau pukul 07.35-08.45 WIB dan hari Selasa jam pelajaran ke 5-6 atau pukul 09.35-10.45 WIB.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus yang diawali dengan prasiklus.

1. Pratindakan (Prasiklus)

Pada tahap ini peneliti bersama kolaborator dalam hal ini guru, menetapkan alternatif tindakan dalam upaya peningkatan keadaan dan kecakapan siswa dalam pembelajaran praktik menulis karangan deskripsi.


(62)

karangan deskripsi siswa kelas IV. Hal-hal yang didiskusikan menyangkut pelaksanaan pembelajaran praktik menulis karangan deskripsi.

Dari hasil diskusi, dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi, guru masih menggunakan metode tradisional. Guru hanya memberikan contoh dan menggunakan metode penugasan dalam pembelajaran praktik menulis karangan deskripsi. Selain berdiskusi dengan guru, peneliti juga melihat hasil dari pembelajaran menulis karangan deskripsi sebelumnya untuk mengetahui kecakapan awal siswa dalam praktik menulis karangan deskripsi. Setelah mengetahui pelaksanaan pembelajaran dan kecakapan siswa dalam menulis karangan deskripsi, guru dan peneliti merancang skenario pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media diorama yang dianggap efektif dalam upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi.

2. Siklus I

a. Rencana Tindakan

Pada rencana tindakan siklus I, peneliti hanya bertindak sebagai pengamat dan guru sebagai pelaksana tindakan. Ada pun beberapa hal yang perlu dipersiapkan pada siklus I, antara lain:

1) Menyusun RPP

RPP disusun sesuai dengan yang biasa digunakan oleh guru. RPP dibuat oleh peneliti dengan dikonsultasikan kepada guru kelas agar sesuai dengan yang biasa digunakan dan guru dapat menerapkannya dalam pembelajaran.


(63)

2) Menyiapkan media, alat, dan bahan untuk mendukung proses pembelajaran

Media disiapkan oleh peneliti sebelum pelaksanaan tindakan. Sebelum digunakan dalam tindakan, media diujikan terlebih dahulu kepada dosen expert. Selanjutnya peneliti membawa media ke sekolah sehari sebelum pelaksanaan tindakan.

3) Menyusun lembar observasi

Lembar observasi disusun sesuai dengan langkah-langkah menulis karangan deskripsi dan langkah-langkah dalam RPP. Observasi dilakukang dengan tujuan mengetahui seberapa besar kesesuaian aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan peran guru sangat vital karena sebagai pelaksana tindakan. Guru melakukan tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan. Mula-mula guru memberi pemahaman tentang karangan deskripsi, guru mengajak siswa berdiskusi apa saja yang harus dilakukan sebelum menulis, saat penulisan, dan setelah penulisan, serta tahap-tahap untuk menulis. Setelah selesai guru menjelaskan tentang media yang akan digunakan dalam materi menulis karangan deskripsi, yaitu media diorama.

Guru menjelaskan tentang diorama yang digunakan dan langkah-langkah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media tersebut. Kemudia siswa diajak untuk menulis karangan deskripsi dengan


(64)

memperhatikan cara penulisan dan tahap-tahap dalam penulisan lalu mempresentasikannya.

c. Observasi

Pada saat guru melakukan tindakan, mahasiswa sebagai peneliti hanya bertugas sebagai pengamat. Peneliti mengamati dengan seksama proses pembelajaran, perilaku siswa, dan reaksi siswa terhadap penggunaan media diorama dalam praktik menulis karangan deskripsi.

Pengamatan tersebut kemudian didokumentasikan dalam bentuk gambar dokumentasi. Selain dari peneliti, guru juga membuat masukan mengenai proses pembelajaran dan penggunaan media tersebut.

d. Refleksi

Pada tahap refleksi peneliti dan guru akan menganalisis seberapa jauh pengaruh tindakan terhadap menghasilkan perubahan Kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru akan memberikan peranan penting dalam memutuskan seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan dan mendiskusikan mengenai hal-hal yang dirasa masih perlu untuk diperbaiki atau dirasa cukup. Apabila masih terdapat kekurangan atau kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan, maka peneliti dan guru mengatasinya dengan membuat perencanaan kembali pada siklus selanjutnya.

3. Siklus II

Siklus II merupakan tindakan yang dilakukan setelah siklus I. Siklus II dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan pada


(65)

siklus I. Dari segi tahapan-tahapannya sama dengan siklus I tetapi ditambah dengan perbaikan-perbaikan dari kekurangan pada siklus I. Selain itu siklus II disusun lebih matang daripada siklus I dengan memperhatikan hasil refleksi siklus I agar lebih baik.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Obsevasi dilakukan untuk mengamati penerapan tindakan dalam proses kegiatan pembelajaran. Penerapan tindakan dan efek dari tindakan terus dimonitor secara reflektif dengan mengisi lembar observasi yang telah dibuat. Dalam hal ini, fenomena kelas yang dibuat siswa dan guru merupakan informasi yang berharga. Untuk mendapatkan data yang akurat maka perlu disusun suatu instrumen yang valid dan reliabel. Instrumen yang valid merupakan instrumen yang mampu dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan reliabel artinya konsisten, tidak berubah-ubah, dan menyangkut akurasi suatu instrumen.

Selain berpegang pada lembar observasi, diperlukan pendukung lain seperti pengambilan gambar/foto selama peristiwa pembelajaran berlangsung. Pengambilan gambar/foto bertujuan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi.

2. Tes


(66)

yang bersifat kuantitatif yang selanjutnya dapat ditafsirkan dalam tahap evaluasi dengan implikasi subjektif penilai. Tes bahasa digunakan sebagai alat atau prosedur yang digunakan dalam melakukan penilaian dan evaluasi pada umumnya terhadap kecakapan bahasa dengan melakukan pengukuran terhadap tingkat kecakapan bahasa.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis tes bahasa berdasarkan sasaran tes, atau lebih khususnya tes keterampilan menulis. Dalam tes kecakapan menulis, aspek penggunaan bahasa sangat diperhatikan. Selain aspek penggunaan bahasa, masalah gaya penuangan isi masalah yang dijadikan pokok bahasan dalam kegiatan menulis karangan deskripsi ada kalanya perlu dijadikan salah satu rincian kecakapan menulis apabila disertakan dalam menentukan tingkat mutu penulisan sesuai yang ditugaskan. Rincian kecakapan menulis tersebut meliputi kesesuaian isi karangan, organisasi penulisan, gramatika penulisan, dan ejaan tulisan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan, maka instrumen yang dipakai dalam penelitian ini meliputi lembar observasi atau pengamatan dan lembar penilaian keterampilan menulis karangan deskripsi.


(67)

Untuk melakukan observasi dibutuhkan lebar observasi yang disiapkan sebelum melakukan obervasi. Lembar observasi atau pengamatan berfungsi sebagai petunjuk dalam melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dan guru sesuai dengan perencanaan pembelajaran (RPP). Adapun acuan dalam lembar observasi meliputi pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa, sebagai berikut:

Tabel 3. Kisi-kisi Lembar Pengamtan Aktivitas guru

No Aspek yang Amati Skor

Ya Tidak 1 Guru menerangkan langkah-langkah menulis

karangan

2 Guru menampilkan contoh karangan deskripsi 3 Guru menjelaskan cara penggunaan media 4 Guru membimbing siswa untuk menemukan

topik/tema penulisan

5 Guru membimbing siswa melakukan pengamatan 6 Guru meminta siswa mempresentasikan hasil

pengamatan

7 Guru membimbing siswa membuat kerangka karangan

8 Guru membimbing siswa mengembangkan karangan 9 Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya


(68)

Tabel 4. Kisi-kisi Pembar Pengamatan Aktivitas Siswa

No Aspek yang Dinilai Skor

1 2 3 4

1 Siswa mendengarkan penjelasan tentang materi pelajaran dari guru

2 Siswa memperhatikan contoh karangan deskripsi

3 Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang media yang digunakan

4 Siswa menentukan tema/topik penulisan

5 Siswa melakukan pengamatan terhadap media 6 Siswa mempresentasikan hasil pengamatan 7 Siswa membuat kerangka karangan

8 Siswa mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan

9 Siswa mengoreksi hasil karangan mereka

Keterangan skor: 4 = Sangat Baik 2 = Kurang

3 = Baik 1 = Sangat Kurang Keterangan penilaian aspek:

1. Skor 4: Siswa fokus, konsentrasi, dan tertib ketika guru menjelaskan materi

Skor 3: Siswa tertib tetapi kurang fokus dan konsentrasi Skor 2: Siswa terkadang tertib saat guru menjelaskan materi Skor 1: Siswa tidak mau mendengarkan penjelasan dari guru

2. Skor 4: Siswa konsentrasi, fokus, dan tertib saat guru memberikan contoh karangan deskripsi

Skor 3: Siswa tertib tetapi kurang fokus dan konsentrasi Skor 2: Siswa terkadang tertib tetapi kurang fokus Skor 1: Siswa tidak memperhatikan contoh dari guru

3. Skor 4: Siswa antusias, tertarik, dan konsentrasi saat guru menjelaskan media yang akan digunakan

Skor 3: Siswa antusias dan tertarik tetapi kurang konsentrasi Skor 2: Siswa sedikit antusias dan tertarik tetapi kurang konsentrasi Skor 1: Siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru

4. Skor 4: Siswa menentukan tema secara mandiri dengan percaya diri Skor 3: Siswa menentukan tema secara mandiri tetapi ragu-ragu Skor 2: Siswa tidak dapat menentukan tema penulisan


(1)

(2)

Lampiran 12. Dokumentasi

1. Siklus 1

Pertemuan 1

Siswa Melakukan Persiapan


(3)

Pertemuan 2

Siswa Menulis Karangan


(4)

2. Siklus II Pertemuan 1

Guru Menjelaskan Materi

Siswa Melakukan Pengamatan


(5)

Pertemuan 2

Guru Menjelaskan Materi

Siswa Melakukan Pengamatan


(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DALAM TEMA INDAHNYA NEGERIKU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Dalam Tema Indahnya Negeriku Dengan Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kalisoro Ta

0 3 16

“ PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DALAM TEMA INDAHNYA NEGERIKU DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Dalam Tema Indahnya Negeriku Dengan Menggunakan Media Gambar Seri Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Kalisoro

0 2 14

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas VII SMP N 3 Blora.

0 1 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Siswa Kelas VII SMP N 3 Blora.

1 4 15

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA OBJEK LANGSUNG SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 NGERANGAN KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN.

0 0 188

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA DIORAMA DI KELAS IV SD N PULUHAN SEDAYU BANTUL.

3 23 199

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA OBJEK LANGSUNG SISWA KELAS IVA SD NEGERI DERESAN.

0 0 221

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI MODEL CIRC DENGAN MEDIA GAMBAR FOTOGRAFI PADA SISWA KELAS IV SD 1 KALIPUTU KUDUS

0 0 21

PENGARUH MENULIS TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA DI KELAS IV SD

0 1 9

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SISWA SD

1 3 10