ANALISIS PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN MELALUI PENGUKURAN INDEKS PERFORMANSI PERUSAHAAN DAN APC (AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER) PADA PT. AERO CATERING SERVICE (ACS) JUANDA - SIDOARJO.

(1)

ANALISIS PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN MELALUI

PENGUKURAN INDEKS PERFORMANSI PERUSAHAAN

DAN APC

(AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER)

PADA PT. AERO CATERING SERVICE (ACS)

JUANDA – SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jatim

Oleh :

ERNIETA WIDYANINGTYAS 0742010043

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Produktivitas Perusahaan Melalui Pengukuran Indeks Performansi Perusahaan dan APC (American Productivity Center) pada PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo”.

Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada Ibu Ir. Lisa Sulistyawati, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran serta pengarahan sehingga penulisan skripsi penelitian ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Hj. Dra. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si, selaku PLH Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas


(3)

3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun material sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dari segi teknis maupun segi materi penyusunannya, untuk itu penulis senantiasa bersedia dan terbuka menerima saran maupun kritik yang tentunya bersifat membangun dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk bagi kita semua. Amin.

Surabaya, Mei 2011


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAKSI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pengertian Manajemen Produksi ... 6

2.1.1 Fungsi Dasar Manajemen Produksi ... 7

2.1.2 Tujuan Manajemen Produksi ... 8

2.2 Pengertian Produksi ... 8

2.2.1 Fungsi Produksi ... 9

2.2.2 Tipe Proses Produksi ... 9

2.2.3 Pengawasan Produksi ... 10

2.2.3.1 Fungsi Pengawasan Produksi ... 11

2.2.4 Penentuan Letak Fasilitas Produksi dalam Pabrik ... 13

2.2.4.1 Macam – Macam Layout ... 14

2.2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Pabrik ... 15


(5)

2.2.7 Pengendalian Bahan (Material Handling)... 18

2.3 Ruang Lingkup Produktivitas ... 19

2.3.1 Pengertian Produktivitas ... 19

2.3.2 Produktivitas Perusahaan ... 20

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas ... 21

2.3.4 Peningkatan Produktivitas ... 23

2.3.5 Pengukuran Produktivitas ... 24

2.3.5.1 Pengertian Pengukuran Produktivitas ... 24

2.3.5.2 Manfaat Pengukuran Produktivitas ... 25

2.3.5.3 Model - Model Pengukuran Produktivitas ... 26

2.3.6 Siklus Produktivitas ... 31

2.3.7 Ruang Lingkup Produktivitas ... 32

2.3.8 Profitabilitas ... 33

2.4 Input atau Masukan Sistem Produksi ... 34

2.5 Output atau Keluaran Sistem Produksi ... 36

2.6 Definisi Catering ... 38

2.6.1 Catering Penerbangan ... 40

2.7 Kerangka Berpikir ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 47

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 48

3.2.1 Populasi ... 48

3.2.2 Sampel ... 49

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel ... 49

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.3.1 Jenis Data ... 49

3.3.2 Sumber Data ... 50

3.3.3 Pengumpulan Data ... 50

3.4 Teknik Analisis Data ... 51


(6)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 56

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 56

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 57

4.1.3 Lokasi Perusahaan ... 58

4.1.4 Struktur Organisasi ... 59

4.1.5 Wewenang dan Tanggung Jawab ... 60

4.1.6 Tanggung Jawab Manajemen ... 64

4.1.6.1 Komitmen Manajemen ... 64

4.1.6.2 Fokus Terhadap Pelanggan ... 64

4.1.6.3 Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan... 64

4.1.6.4 Sasaran Mutu dan Keamanan Pangan Induk Perusahaan ... 65

4.1.6.5 Sasaran Mutu dan Keamanan Pangan Unit ... 66

4.1.6.6 Perencanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dan Keamanan Pangan ISO 22000 : 2005 (HACCP). ... 66

4.1.7 Tinjauan Manajemen (Management Review)... 66

4.1.7.1 Masukkan Untuk Tinjauan Manajemen ... 67

4.1.7.2 Hasil/Keluaran Dari Tinjauan Manajemen ... 68

4.1.8 Komunikasi ... 68

4.1.8.1 Komunikasi Internal ... 68

4.1.8.2 Komunikasi Eksternal ... 69

4.1.9 Manajemen Sumber Daya ... 69

4.1.9.1 Kompetensi, Kesadaran dan Pelatihan ... 70

4.1.9.2 Infrastruktur ... 71 4.1.10 Panduan Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan . 72 4.1.10.1 Ruang Lingkup Sistem Manajemen Mutu dan


(7)

4.1.11 Proses yang Berkaitan dengan Pelanggan ... 76

4.1.11.1 Tinjauan Terhadap Persyaratan yang Berkaitan dengan Produk ... 76

4.1.11.2 Komunikasi Pelanggan ... 77

4.1.12 Proses Pembelian ... 78

4.1.12.1 Informasi Pembelian ... 78

4.1.12.2 Verifikasi produk yang dibeli ... 79

4.1.13 Withdrawal ... 79

4.1.14 Pengukuran, Analisa dan Perbaikan ... 80

4.1.14.1 Pemantauan dan Pengukuran ... 80

4.1.14.2 Pengendalian Produk yang Tidak Sesuai dan Keluhan Pelanggan ... 81

4.1.14.3 Analisa Data... 81

4.1.14.4 Perbaikan terus menerus ... 82

4.1.15 Jadwal Verifikasi ... 84

4.1.16 Proses Bisnis Aerofood ACS Inflight Catering ... 85

4.1.16.1 Kerangka Pemetaan Proses Bisnis ... 86

4.1.16.2 Proses Pengadaan Barang Operasional ... 87

4.1.16.3 Deskripsi Bahan Baku Catering... 90

4.1.16.4 Order Center ... 95

4.1.16.5 FIFO System ... 96

4.1.16.6 Prosedur Produksi ... 97

4.1.16.7 Handling Catering Supllies and Logistic ... 98

4.1.16.8 Distribution and Limitation Load ... 99

4.1.16.9 Penanganan Limbah Padat dan Cair ... 99

4.2 Penyajian Data ... 101

4.2.1 Data Jumlah Tenaga Kerja ... 101

4.2.2 Data Jumlah Mesin ... 102

4.2.3 Data Jumlah Bahan Baku ... 103


(8)

4.3.1 Analisis Produktivitas Parsial ... 106

4.3.1.1 Produktivitas Tenaga Kerja ... 106

4.3.1.2 Produktivitas Mesin ... 107

4.3.1.3 Produktivitas Bahan Baku ... 108

4.3.2 Analisis Produktivitas Total ... 109

4.3.3 Indeks Produktivitas ... 110

4.3.3.1 Indeks Produktivitas Tenaga Kerja ... 110

4.3.3.2 Indeks Produktivitas Mesin ... 111

4.3.3.3 Indeks Produktivitas Bahan Baku ... 111

4.3.3.4 Indeks Performansi (Output – Input) ... 112

4.3.4 Indeks Profitabilitas ... 112

4.4 Pembahasan ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 115

5.1 Kesimpulan ... 115

5.2 Saran ... 116


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Data Profitabilitas PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda

– Sidoarjo ... 3

Tabel 4.1 Jadwal Verifikasi ... 84

Tabel 4.2 Deskripsi Bahan Baku, Ingredient dan Bahan Kontak dengan Produk ... 90

Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kerja PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo ... 101

Tabel 4.4 Jumlah Mesin PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo ... 102

Tabel 4.5 Jumlah Bahan Baku PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo ... 103

Tabel 4.6 Jumlah Output PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo ... 104

Tabel 4.7 Data Input Output PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo Periode Bulan Februari dan Maret 2011... 105

Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Mengenai Produktivitas Tenaga Kerja ... 106

Tabel 4.9 Rekapitulasi Data Mengenai Produktivitas Mesin ... 107

Tabel 4.10 Rekapitulasi Data Mengenai Produktivitas Bahan Baku ... 108

Tabel 4.11 Rekapitulasi Data Mengenai Produktivitas Total ... 109

Tabel 4.12 Data Input dan Output PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo Selama Dua Periode Bulan Februari dan Maret 2011 ... 110


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Strategi Peningkatan Produktivitas dan Profitabilitas ... 20

Gambar 2.2 Siklus Produktivitas... 31

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 44

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 59

Gambar 4.2 Bagan Diagram Proses Bisnis Aerofood ACS Inflight Catering ... 85

Gambar 4.3 Kerangka Pemetaan Proses Bisnis ... 86

Gambar 4.4 Proses Pengadaan Barang Operasional (0-15 juta) ... 87

Gambar 4.5 Proses Pengadaan Barang Operasional (15-250 juta) ... 88


(11)

Abstraksi

ERNIETA WIDYANINGTYAS, ANALISIS PRODUKTIVITAS

PERUSAHAAN MELALUI PENGUKURAN INDEKS PERFORMANSI PERUSAHAAN DAN APC (AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER) PADA PT. AERO CATERING SERVICE (ACS) JUANDA - SIDOARJO

PT. Aero Catering Service (ACS) adalah salah satu perusahaan catering yang menyediakan jasa makanan dan minuman bagi jasa penerbangan domestik maupun internasional. Salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan perusahaan adalah dengan memperhatikan produktivitas perusahaan yaitu mengendalikan dan menekan banyaknya input yang digunakan seperti tenaga kerja, mesin dan bahan baku untuk memperoleh output yang semaksimal mungkin. Dengan memperhatikan segi kualitas baik harga maupun rasa dari setiap produk yang disajikan kepada costumer airline dapat memberikan prestise tersendiri bagi PT. Aero Catering Service (ACS) sebagai salah satu perusahaan catering jasa penerbangan. Oleh karena itu, dalam kondisi apapun perusahaan selalu menginginkan produktivitasnya tetap tinggi agar diperoleh profitabilitas yang tinggi pula demi kelangsungan hidup perusahaan. Pengukuran produktivitas merupakan suatu cara untuk meningkatkan produktivitas serta menghitung indeks produktivitas agar dapat diketahui indeks profitabilitas yang diperoleh. Dengan menganalisa secara parsial maupun total dari masing – masing input, kita dapat mengetahui penyebab tinggi rendahnya produktivitas perusahaan agar lebih baik di masa mendatang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat produktivitas dari masing – masing input tenaga kerja, mesin dan bahan baku terhadap profitabilitas perusahaan.

Variabel penelitian yang digunakan adalah input tenaga kerja, mesin dan bahan baku terhadap output yang dihasilkan perusahaan dengan menggunakan sampel penelitian yaitu seluruh data masa produksi bulan Februari dan Maret 2011, sumber data diperoleh dari PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo. Teknik analisis yang digunakan adalah model pengukuran produktivitas parsial dan produktivitas total, model pengukuran indeks performansi perusahaan Marvin E. Mundel dan profitabilitas dengan model APC (American Productivity Center).

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat produktivitas parsial dari input tenaga kerja, mesin dan bahan baku mengalami fluktuasi. Produktivitas total mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya yang berpengaruh terhadap meningkatnya profitabiltas perusahaan.


(12)

Abstract

ERNIETA WIDYANINGTYAS, PRODUCTIVITY ANALISYS BY

PERFORMANCE MEASURING INDEX AND APC (AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER) AT PT. AERO CATERING SERVICE (ACS) JUANDA – SIDOARJO

PT. Aero Catering Service (ACS) is one of the catering industry which is food and beverages supply for domestic and international flight. One of the factor to establish for indsutry development is productivity concern with press and handling input as use like labours, machine and materials to get output as useful as possible. With observe price and taste quality side from all of the product offered to costumer airline can give the prestige for PT. Aero Catering Service (ACS) as one of the flight catering industry. Therefore, industry wish for the productivity always high in every condition to get high profit for industry viability. Productivity measurement is one of the way to increase productivity with calculate productivity index to might be find out of profitability index. With partial and total analyzing each of input, we’ll get to know cause of high low industry productivity to be the better one in the future. The research purpose is to find out and productivity level analyzing from each labours, machine and materials input to industry profitability.

Variable as used in research is labours, machine and materials to retained earnings industry output with research sample from all of the data production time in February and March 2011, sources of data get from PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo. Analysis technique as used in is partial and total productivity measuring model, industry performance measuring index model Marvin E. Mundel, and profitability with APC (American Productivity Center) model.

Analysis data result refer that partial productivity level from labours, machine and materials input getting fluctuation. Total productivity getting increase from the previous month which is influential to increase industry profitability.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan merupakan salah satu jenis kebutuhan pokok bagi manusia yang harus terpenuhi. Makanan merupakan prospek bisnis usaha yang menguntungkan. Usaha produksi makanan dapat juga menunjang kelangsungan hidup manusia dan membantu berkembangnya perekonomian negara. Dengan memaksimalkan output perusahaan pada industri makanan dengan menekan input atau sumber daya yang ada, produktivitas perusahaan akan semakin meningkat. Manfaat peningkatan produktivitas bagi usaha industri makanan adalah meningkatkan profitabilitas perusahaan dan mampu bersaing di pasar global.

Usaha catering merupakan perkembangan dari bisnis produksi makanan yang secara umum dapat dibagi dalam beberapa jenis antara lain catering pesta, catering penerbangan dan saat ini telah banyak juga penyedia catering diet. Usaha catering telah berkembang dan merambah hingga ke jasa penerbangan. Dalam jasa penerbangan, pelayanan kebutuhan akan produksi makanan sangat diutamakan. Seperti halnya dengan usaha catering lainnya, produk catering penerbangan ini juga sangat memperhatikan dari segi kualitas maupun kuantitas.

Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah mendapatkan profit yang maksimal, begitu pula dengan PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda - Sidoarjo. Produktivitas diperlukan bagi perusahaan untuk dapat mengetahui seberapa besar output yang dihasilkan dan seberapa besar input yang telah


(14)

2

berhasil dihemat. Secara teknis, produktivitas mengandung pengertian mengenai perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang telah digunakan selama proses produksi berlangsung, seberapa besar output yang dapat dihasilkan dengan input yang sedikit. Oleh karena itu, dalam kondisi apapun perusahaan selalu menginginkan produktivitasnya tetap tinggi, guna memperoleh profitabilitas perusahaan sehingga mampu menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan pengukuran produktivitas pada perusahaan untuk menilai kinerja perusahaan dan juga untuk memperbaiki produktivitas perusahaan itu sendiri.

Perusahaan penerbangan Garuda Indonesia kini memiliki Aerowisata Catering Services, jasa katering terbesar di Indonesia yang mampu memproduksi hingga ribuan porsi per hari. PT. Aero Catering Service (ACS) merupakan salah satu unit usaha dari PT. Aerowisata yang juga anak perusahaan Garuda Indonesia yang bergerak dalam bisnis catering untuk penerbangan. Saat ini, Aerofood ACS memiliki lebih dari 400 karyawan yang melayani jasa boga kepada 9 maskapai penerbangan domestik maupun internasional serta menyediakan berbagai layanan boga lainnya (industrial catering, inflight logistics & distribution services). ACS telah memperoleh sertifikasi standar halal oleh pihak otoritas di Indonesia dan Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 juga Keamanan Pangan ISO 22000 : 2005 (HACCP). Aerofood ACS selalu berupaya memposisikan diri dengan kualitas layanan berstandar internasional yang kreatif, inovatif dan cemerlang sekaligus


(15)

3

Produktivitas PT. ACS mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun dan menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam mengimplementasikan tata kelola perusahaan yang baik. Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan data profitabilitas perusahaan yang diperoleh PT. Aero Catering Service (ACS) pada tahun 2005 – 2010 :

Tabel 1.1 Data Profitabilitas

PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda - Sidoarjo Tahun Profitabilitas (Rp)

2005 860000000

2006 740000000

2007 820000000

2008 910000000

2009 1150000000

2010 1255000000

Sumber : PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda - Sidoarjo

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini ditandai dengan adanya peningkatan profitabilitas perusahaan yang dinilai dari segi efisien dan efektivitas baik dari tenaga kerja, mesin maupun bahan baku selama proses produksi berlangsung. Pada tahun 2009, PT. ACS mampu mendapatkan profit sebesar Rp1,15 miliar dan sempat mengalami penurunan pada tahun 2006 sebesar 740 juta dari tahun produksi 2005 sebesar 860 juta. Dalam meningkatkan produktivitas perusahaan, baik tenaga kerja, mesin maupun bahan baku perusahaan ini selain memiliki jiwa profesional tapi juga mempunyai SDM yang terus mengembangkan kemampuannya sesuai tuntutan pasar.

Kompetensi SDM di perusahaan perlu ditingkatkan untuk bisa memberikan pelayanan yang dari waktu ke waktu terus meningkat. Peningkatan kompetensi


(16)

4

yang sangat bersentuhan dengan aspek manusia dan pelayanan yang diberikannya. Dengan dapur berkelas internasional dan fasilitas serta peralatan penguji makanan yang berteknologi tinggi, Aerofood ACS menyediakan makanan yang disesuaikan dengan standar kualitas yang tinggi dari maskapai domestik dan internasional.

Berdasarkan latar belakang tersebut ditetapkan judul “Analisis Produktivitas Perusahaan Melalui Pengukuran Indeks Performansi Perusahaan dan APC (American Productivity Center) pada PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo”.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah produktivitas parsial dari produktivitas tenaga kerja,

produktivitas mesin, produktivitas bahan baku (beras, sayur dan ikan) pada PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo?

2. Bagaimanakah produktivitas total perusahaan dari penggunaan dari input –

input produksi pada PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo ?

3. Bagaimanakah peningkatan indeks produktivitas perusahaan pada PT. Aero

Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo?

4. Berapa besar tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan pada PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo?


(17)

5

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisis produktivitas parsial perusahaan

berdasarkan produktivitas tenaga kerja, produktivitas mesin, produktivitas bahan baku (beras, sayur dan ikan) pada PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis produktivitas total perusahaan dari

penggunaan input – input produksi pada PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis peningkatan indeks produktivitas

perusahaan pada PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat profitabilitas yang diperoleh

perusahaan pada PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai manajemen produktivitas.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau saran bagi manajemen perusahaan yang akan melakukan keputusan dalam meningkatkan produktivitas perusahaan di masa yang akan datang serta sebagai referensi penelitian yang akan datang dengan materi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen Produksi

Kegiatan-kegiatan manajemen produksi dan operasi tidak hanya menyangkut pemrosesan atau manufacturing berbagai barang saja, akan tetapi dalam kenyataannya berkembang pula perusahaan-perusahaan lain yaitu dibidang jasa seperti asuransi, transportasi, bisnis perbankan dan berbagai bidang jasa lainnya.

Manajemen produksi menurut Sofyan Assauri ( 2004 : 12 ) adalah kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya alat dan sumber-sumber daya dana serta bahan secara efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Dengan pengertian ini, maka dalam istilah manajemen tercakup semua kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut.

Manajemen menurut Handoko ( 2000 : 3 ) merupakan usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan faktor-faktor produksi dalam proses transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk dan jasa.

Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen produksi merupakan proses kegiatan untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordiansian dari produksi serta proses


(19)

7

2.1.1 Fungsi Dasar Manajemen Produksi

Menurut Ahyari ( 2001 : 27 ) membagi empat fungsi dasar manajemen prdouksi, yaitu :

1. Perencanaan (Planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan

sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan tersebut.

2. Pengorganisasian (Organizing) dilaukan dengan tujuan membagi suatu

kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikerjakan dan siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut.

3. Pengarahan (Directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar

semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.

4. Pengevaluasian (Evaluating) adalah proses pengawasan dan pengendalian

performa untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dalam hal ini dituntut untuk dapat memecahkan masalah yang terdapat dalam kegiatan operasional agar tidak semakin besar.


(20)

8

2.1.2 Tujuan Manajemen Produksi

Menurut Sukanto ( 2000 : 2 ) adalah memproduksi atau mengatur produksi barang dan jasa dalam jumlah kualitas harga, waktu serta tempat tertentu sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Sedangkan tujuan manajemen produksi menurut Assauri ( 2004 : 23 ) adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan menggunakan peralatan, sehingga masukan atau input dapat diolah menjadi pengeluaran yang berupa barang atau jasa yang akhirnya dapat dijual kepada para konsumen untuk memungkinkan perusahaan dapat memperoleh keuntungan.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen produksi ialah memproduksi atau mengatur barang dan jasa dalam jumlah kualitas, harga, waktu serta dampak yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

2.2 Pengertian Produksi

Produksi adalah semua kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa, dengan memanfaatkan sumber-sumber produksi yang tersedia.

Produksi adalah setiap kegiatan atau usaha manusia untuk membuat dan mengolah barang atau jasa dagangan untuk mempertinggi kuantitas manusia dan kuantitas suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia (Ms. Encarta Library 2005).


(21)

9

2.2.1 Fungsi Produksi

Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi adalah :

1. Proses pengolahan, merupakan metode atau tekhnik yang digunakan

untuk pengolahan masukan ( input ).

2. Jasa - jasa penunjang merupakan sarana yang berupa pengorganisasian

yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

3. Perencanaan merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisaian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu.

4. Pengendalian atau pengawasan merupakan fungsi untuk menjamin

terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan ( input ) pada kenyataanya dapat dilaksanakan.

2.2.2 Tipe Proses Produksi

Tipe proses produksi ditinjau dari arus bahan mentah sampai menjad barang jadi dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu :

1. Proses produksi terus menerus ( lini / continous process ) atau urutan yang selalu sama dalam pelaksanaan proses produksi, pada umumnya produk yang dihasilkan bersifat homogen ( satu macam ) dan tidak tergantung pada spesifikasi yang diminta pembeli.


(22)

10

2. Proses produksi yang terputus – putus ( intermintent process ) yaitu proses produksi yang arus prosesnya ada dalam perusahaan tidak selalu sama, pada umumnya produk yang dihasilkan bersifat heterogen ( lebih dari satu macam ) dan tergantung pada spesifikasi yang diminta pembeli.

2.2.3 Pengawasan Produksi

Sofyan Assauri ( 2001 : 147 ) menyatakan tentang arti dari pengawasan produksi merupakan untuk mengkoordinasi aktivitas pengerjaan atau pengelolaan agar waktu penyelesaian yang telah ditentukan terlebih dahulu dapat dicapai dengan efektif dan efisien.

Adapun pengawasan yang perlu dilaksanakan didalam pengendalian produksi sebagai berikut :

1. Pengawasan Proses Produksi

Yaitu menentukan kapan waktu terselesaikannya proses produksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Pengawasan Bahan Baku

Merupakan faktor yang sangat penting keterlambatan penyediaan bahan baku mengakibatkan proses produksi perusahaan mengalami kemacetan.

3. Pengawasan Tenaga Kerja


(23)

11

4. Pengawasan Biaya Produksi

Tanpa adanya pengendalian dalam biaya produksi maka akan menjadi

pemborosan yang menyebabkan cost product menjadi tinggi sehingga

pada akhirnya akan mempengaruhi harga penjualan dan menempatkan perusahaan didalam posisi persaingan.

5. Pengawasan Kualitas Produk

Sebelum proses berlangsung produk diteliti terlebih dahulu agar produk yang dihasilkan bermutu tinggi.

6. Pemeliharaan

Peralatan yang setiap hari dipakai untuk proses produksi harus membutuhkan pemeliharaan yang baik ( lebih insentif ) agar tidak mengalami kemacetan dalam proses produksi. Perawatan pada cetakan (matras), pembersihan cetakan, melihat fasilitas dalam proses produksi yang perlu adanya perbaikan.

2.2.3.1 Fungsi Pengawasan Produksi

Sofyan Assauri ( 2001 : 149 ) mengatakan untuk dapat menjalankan pengawasan dengan sempurna dan efektif, maka pengawasan produksi yang dilakukan hendaknya mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Routing

Adalah fungsi yang menentukan dan mengatur urutan kegiatan pekerjaan yang logis, sistematis dan ekonomis melalui urutan nama bahan – bahan


(24)

12

dipersiapkan untuk diproses menjadi barang jadi. Routing ini merupakan dasar dari fungsi scheduling dan dispatching.

2. Loading

Adalah penentuan dan pengaturan muatan pekerjaan ( work load ) pada masing – masing pusat pekerjaan ( work centre ) sehingga dapat ditentukan berapa lama waktu yang diperlukan pada setiap operasi tanpa adanya penundaan atau keterlambatan ( time delay ). Loading merupakan dasar penetuan scheduling.

3. Scheduling

Merupakan pengkoordinasian tentang waktu dalam kegiatan berproduksi sehingga dapat diadakan pengalokasian bahan – bahan baku dan bahan – bahan pembantu serta kelengkapan kepada fasilitas – fasilitas atau bagian – bagian pengolahan dalam pabrik pada waktu yang telah ditentukan.

4. Dispatching

Meliputi pelaksanaan dari semua rencana dan pengaturan dalam bidang routing dan scheduling. Sebagian besar kegiatan dalam dispatching ini terdiri dari penyampaian perintah kepada bagian pengolahan yang dilakukan sesuai dengan schedul dan urutan pekerjaan yang telah ditentukan. Apabila segala sesuatu telah ditentukan dan pemuatan (loading) pekerjaan ke operasi telah dimulai, maka petugas pengawasan produksi bertanggung jawab memberitahukan kepada petugas operasi


(25)

13

b. Waktu penyelesaian yang direncanakan.

c. Laporan penilaian perkembangan dari pekerjaan tersebut.

5. Follow Up

Adalah fungsi penelitian dan pengecekan terhadap semua aspek yang mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi. Follow up ini mencakup usaha - usaha untuk mendapatkan bahan baku yang tidak tersedia tetapi dibutuhkan, mencari supplier yang paling baik untuk mendapatkan bahan - bahan baku tersebut, juga meneliti mesin - mesin dan peralatan yang diperlukan serta mengenai penjualan apakah hasilnya baik atau buruk. Kesemuannya itu dilakukan dengan tujuan agar hal - hal tersebut tidak mengganggu kelancaran didalam produksi.

2.2.4 Penentuan Letak Fasilitas Produksi dalam Pabrik

Layout fasilitas produksi merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas – fasilitas yang diperlukan di dalam proses produksi. Di dalam berproduksi diperlukan peralatan – peralatan, perlengkapan – perlengkapan, mesin – mesin atau fasilitas – fasilitas produksi. Fasilitas – fasilitas tersebut harus diatur sesuai dengan kebutuhan proses produksi sehingga hasil produksi dapat di produksi dengan jumlah dan kualitas yang sesuai, dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan dengan biaya yang minim. Perencanaan layout pabrik merupakan pemilihan secara optimum penempatan mesin – mesin peralatan pabrik, tempat kerja, tempat


(26)

14

penyimpanan dan fasilitas servis, bersama – sama dengan penentuan bentuk gedung pabriknya.

Jadi tujuan pengaturan layout fasilitas yang baik itu adalah :

1. Memaksimimkan pemanfaatan peralatan pabrik.

2. Meminimumkan kebutuhan tenaga kerja.

3. Mengusahakan agar aliran bahan dan produk itu lancar.

4. Meminimumkan hambatan pada kesehatan.

5. Meminimumkan usaha membawa bahan.

6. Memaksimumkan pemanfaatan ruang yang tersedia.

7. Memaksimumkan keluwesan menghindari hambatan operasi dan tempat

yang terlalu padat.

8. Memberikan kesempatan berkomunikasi bagi para karyawan dengan

menempatkan mesin dan proses secara benar.

9. Memaksimumkan hasil produksi.

2.2.4.1 Macam – Macam Layout

Jenis atau macam layout dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Layout proses atau fungsional ( Process / Fungtional Layout )

Dalam layout proses mesin – mesin dan peralatan – peralatan yang mempunyai fungsi yang sama dikelompokkan dan ditempatkan dalam satu tempat atau ruang tertentu.


(27)

15

2. Layout produk atau garis ( Product / Line Layout )

Didalam layout produk mesin – mesin dan perlengkapan – perlengkapan disusun berdasarkan urutan operasi yang diperlukan bagi produk yang dibuat.

3. Layout kelompok ( Group Layout )

Layout kelompok memisahkan daerah serta sekelompok mesin yang membuat serangkaian komponen yang memerlukan pemprosesan yang sama.

2.2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Pabrik

1. Lingkungan Masyarakat

Kesediaan masyarakat suatu daerah dalam menerima konsekuensi baik positif maupun negatif didirikannya suatu pabrik di daerah tersebut.

2. Sumber Daya Alam

Biaya produksi akan sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga bahan. Harga bahan tersebut dipengaruhi oleh pendistribusian bahan ke pabrik, sehingga apabila suatu pabrik terletak jauh dari sumber daya alam maka akan semakin tinggi pula biaya pengangkutan dan pendistribusiannya.

3. Sumber Daya Manusia

Tersedianya tenaga baik terdidik ataupun tenaga terlatih yang cukup banyak merupakan factor yang penting. Didalam penentuan lokasi pabrik harus dipertimbangkan besarnya kebutuhan tenaga kerja terhadap


(28)

16

kemungkinan tersedianya tenaga – tenaga di sekitar daerah yang akan dipilih sebagai alternatif lokasi pabrik.

4. Pasar

Seperti halnya bahan dasar biaya distribusi perlu ditambahkan pula pada harga barang – barang jadi. Apakah produk itu merupakan barang yang harus dijual kepada konsumen yang sangat luas ataukah hanya akan di jual kepada sebagian kecil masyarakat. Pendistribusian dan transportasi barang – barang hasil produksi tersebut dari pabrik pada konsumen perlu diperhatikan lokasi yang tepat.

2.2.6 Manajemen Persediaan Bahan

Menurut Agus Ahyari ( 2002 : 149 ) perlunya persediaan bahan baku di dalam perusahaan digunakan untuk tidak memperlambat pelaksanaan proses produksi. Bahan baku didatangkan dari pabrik. Di dalam pembelian suatu bahan baku tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu per satu dalam jumlah unit yang diperlukan pada saat bahan tersebut akan dipergunakan untuk proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan dalam beberapa waktu tertentu pula.


(29)

17

2.2.6.1 Fungsi Persediaan Bahan

1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku yang

dibutuhkan oleh perusahaan. Seandainya terjadi keterlambatan maka perusahaan dapat memanfaatkan persediaan yang ada sambil menunggu bahan baku y ang dikirim dari pemasok.

2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.

3. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan disimpan dalam gudang,

sebab akan menghindari naiknya harga bahan baku yang mengikuti arus kenaikan valuta asing.

4. Mempertahankan stabilitas produk dan menjamin kelancaran arus

produksi.

5. Mencapai produk yang seoptimal mungkin sesuai keinginan perusahaan

yang dapat diterima konsumen.

2.2.6.2 Jenis – Jenis Persediaan Bahan

1. Batch Stock / Lot Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena

kita membeli atau membuat barang dalam jumlah yang dibutuhkan pada saat itu.

2. Fluctuation Stock yaitu sebagai persediaan yang diadakan untuk

menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk memenuhi konsumen.


(30)

18

3. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat satu tahun untuk menghadapi penggunaan penjualan serta permintaan meningkat.

2.2.7 Pengendalian Bahan (Material Handling)

Material Handling adalah suatu seni dan ilmu untuk memindahkan, membungkus dan menyimpan bahan – bahan dalam segala bentuk.

Tujuan dari pemindahan bahan ini adalah mencapai pemindahan bahan – bahan yang tertib dan teratur dengan memenuhi syarat yang telah ditentukan dan yang lebih penting lagi adalah mencapai biaya yang rendah. Penurunan biaya material handling dapat diusahakan dengan cara :

1. Pengurangan jumlah dan jarak pengangkutan.

2. Pengurangan waktu yang dibutuhkan didalam pengangkutan bahan.

3. Pemilihan alat pengangkutan bahan yang tepat. Keuntungan yang diperoleh :

1. Menekan biaya pengendalian bahan – bahan.

2. Memperlancar perpindahan bahan – bahan.

3. Pemanfaatan luas ruang secara maksimal.

4. Mengurangi kerusakan bahan.


(31)

19

2.3 Ruang Lingkup Produktivitas 2.3.1 Pengertian Produktivitas

Produktivitas menurut Heizer dan Render (2005) adalah perbandingan antara output (barang dan jasa) dibagi input (sumber daya seperti tenaga kerja dan modal).

Menurut Kisdarto Atmosoeprapto (2000 : 1) menyatakan produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang diberikan. Produktivitas juga merupakan hasil dari pengelolaan masukan dan pencapaian sasaran. Efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi pula.

Produktivitas diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil serta perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan pemasukan yang dinyatakan dalam satu-satuan unit.

Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara output/keluaran dibanding input/masukan dengan menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan secara efektif dan efisien.


(32)

20

2.3.2 Produktivitas Perusahaan

Gambar 2.1 Strategi Peningkatan Produktivitas dan Profitabilitas

Produktivitas perusahaan membangun suatu industri yang memperhatikan secara terfokus pada aspek – aspek kualitas, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumber daya (input) dalam memproduksi output. Efektivitas adalah merupakan derajat pencapaian tujuan output dari sistem produksi dan efisiensi adalah ukuran yang menunjuk sejauh mana sumber-sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output. Indikator dari keberhasilan sistem industri dipantau melalui pengukuran produktivitas dan profitabilitas secara terus – menerus, dimana pengukuran produktivitas memberikan informasi mengenai

Peningkatan profitabilitas melalui atraksi dan loyalitas pelanggan

Peningkatan produktivitas melalui siklus produktivitas (efektivitas/efisiensi)

Membangun sistem industri yang memperhatikan aspek-aspek :

1. Kualitas

2. Efektivitas 3. Efisiensi

P

er

ba

ika

n t

er

u

s m

en

er


(33)

21

produk serupa serta meningkatkan daya saing dari produk yang dihasilkan di pasar global yang kompetitif. Dengan membangun aspek-aspek tersebut dapat meningkatkan produktivitas perusahaan serta dapat meningkatkan profitabilitas melalui atraksi dan loyalitas pelanggan.

Vincent Gaspersz menyatakan hubungan antara profitabilitas dan produktivitas. “Jika perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi sedangkan tingkat produktivitasnya rendah, maka yang akan terjadi adalah tingkat profitabilitas tidak akan berlanjut dalam jangka panjang, dalam jangka panjang produktivitas yang rendah akan menggerogoti keuntungan perusahaan”. Profitabilitas merupakan konsep finansial yang diperoleh dengan mengurangi nilai penjualan dengan nilai biaya. Karena dinyatakan dalam nilai (rupiah) maka nilai profitabilitas sangat dipengaruhi oleh variabel harga. Pada umumnya faktor yang menentukan tingkat harga berada diluar kontrol perusahaan.

2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Menurut Vincent Gasperz (2000 : 9) ada 5 faktor produktivitas yang umum yaitu :

1. Tenaga Kerja.

Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi manusia dan orang-orang yang terlibat dalam proses sistem produksi yang dianggap sebagai input tenaga kerja.


(34)

22

2. Modal.

Operasi sistem produksi membutuhkan modal untuk berbagai macam fasilitas peralatan, mesin-mesin produksi, bangunan pabrik, gudang dan lain-lain yang dapat membantu jalannya proses produksi.

3. Bahan baku.

Bahan baku diperlukan agar sistem produksi dapat menghasilkan produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan.

4. Mesin.

Di dalam melakukan produksi untuk menghasilkan output, dibutuhkan mesin-mesin yang dapat memudahkan pekerjaan manusia.

5. Informasi.

Informasi mengenai kebutuhan atau keinginan pelanggan, kuantitas permintaan pasar, harga produk di pasar dan lain-lain sangat dibutuhkan bagi perusahaan dalam mengembangkan produktivitasnya.

Sedangkan menurut Ahmad Tohardi (2002 : 452) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dari perekonomian atau

industri-industri secara keseluruhan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas organisasi, unit-unit usaha


(35)

23

2.3.4 Peningkatan Produktivitas

Menurut Vincent Gasperz (2000 : 85), program peningkatan produktivitas berkaitan dengan gerakan ke arah efisiensi produktif total adalah titik yang memenuhi dua kondisi yang memuaskan seperti :

1. Untuk setiap bauran masukan tertentu dapat menghasilkan keluaran dalam

jumlah tertentu, dalam arti tidak ada kelebihan pemakaian masukan untuk menghasilkan keluaran tersebut meskipun mungkin harga satu unit kondisi ini disebabkan oleh hubungan teknik yaitu technical efficiency.

2. Dengan menggunakan bauran masukan tertentu yang memuaskan

sebagaimana kondisi pertama, bauran dengan banyak yang paling rendah yang dipilih. Kondisi ini disebabkan oleh hubungan relatif harga masukan yaitu price efficiency.

Peningkatan produktivitas menurut Vincent Gasperz (2000 : 89) dapat dicapai melalui :

a. Menggunakan masukan dalam jumlah yang lebih sedikit untuk menghasilkan

keluaran dalam jumlah yang sama.

b. Menghasilkan keluaran yang lebih baik dengan masukan yang sama.

Dari beberapa penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa kenaikan produktivitas tenaga kerja belum tentu akan mempengaruhi kenaikan produksi, produksi bisa saja tetap dan bisa juga meningkat. Peningkatan usaha untuk meningkatkan produktivitas bertujuan meningkatkan hasil dan perbaikan untuk menghasilkan barang dan jasa. Manfaat yang diperoleh melalui peningkatan


(36)

24

produktivitas antara lain : meningkatkan daya saing, profitabilitas, menarik investasi dan menciptakan lapangan pekerjaan.

2.3.5 Pengukuran Produktivitas

2.3.5.1 Pengertian Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting di semua tingkatan ekonomi dan merupakan satu cara untuk meningkatkan produktivitas. Dalam setiap kegiatan, masing-masing mempunyai manfaat pengukuran produktivitas sendiri-sendiri.

Menurut Heizer dan Render (2005) Pengukuran produktivitas dapat dilakukan secara produktivitas faktor tunggal dan produktivitas secara multifaktor. Produktivitas faktor tunggal menggambarkan perbandingan satu

sumber daya (input) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan (output).

Produktivitas multifaktor menggambarkan perbandingan banyak atau seluruh sumber daya (input) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan (output).

Tujuan sistem pengukuran produktivitas adalah untuk menghitung perbaikan produktivitas memungkinkan perusahaan menentukan kemampuan mereka untuk memproduksi output yang sama jumlahnya atau lebih banyak. Adapun menurut Mulyadi (2001 : 466) pengukuran produktivitas dilakukan dengan perubahan produktivitas sehingga dapat dilakukan terhadap usaha untuk memperbaiki produktivitas.


(37)

25

2.3.5.2 Manfaat Pengukuran Produktivitas

Pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan menurut Vincent Gasperz (2000 : 24,25) antara lain :

1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat

meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu.

2. Perencanaan sumber-sumber daya akan lebih efektif dan efisien melalui

pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan

kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas.

4. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat

dimodifikasi kembali berdasar informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang.

5. Strategi untuk meningkatkan produktivitas dapat ditentukan berdasarkan

perbedaan antara tingkat produktivitas yang direncanakan dengan tingkat yang diukur.

6. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang

bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas di antara perusahaan dalam industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas industri pada skala nasional maupun global.


(38)

26

7. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat

dalam mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terus-menerus yang dilakukan perusahaan itu.

8. Pengukuran produkivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang

untuk secara terus-menerus melakukan perbaikan dan juga akan meningkatkan kepuasan kerja.

9. Aktivitas perundingan bisnis secara kolektif dapat diselesaikan secara

rasional apabila telah tersedia ukuran-ukuran produktivitas.

2.3.5.3 Model-Model Pengukuran Produktivitas 1. Produktivitas Parsial

Adalah produktivitas dari salah satu masukan yang secara khusus diukur dengan menghitung rasio dari output terhadap input tunggal.

Produktivitas Parsial =

Input dapat berupa berupa tenaga kerja, produksi, modal dan mesin. Jika output dan input diukur dalam kualitas fisik maka ukuran ini disebut pengukuran produktivitas operasional (operational productivity measure). Sedangkan jika keluaran dan masukan diukur dalam nilai uang maka ukuran ini disebut pengukuran produktivitas keuangan (financial productivity measure).

Kelebihan dari pengukuran produktivitas parsial menurut Mulyadi (2001 : 468) adalah :


(39)

27

b. Ukuran operasional parsial lebih mudah digunakan untuk menilai kinerja

produktivitas karyawan operasional.

c. Untuk kepentingan pengendalian operasional, seringkali standart kinerja yang digunakan bersifat jangka pendek.

Pengukuran produktivitas parsial juga memiliki kelemahan yaitu :

a. Ukuran parsial yang digunakan secara terpisah atau tidak dihubungkan

dengan ukuran-ukuran lainnya dapat menyesatkan.

b. Penurunan produktivitas salah satu jenis masukan kemungkinan diperlukan

untuk menaikkan produktivitas masukan yang lain.

2. Produktivitas Faktor Total

Merupakan rasio output bersih (net output) terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih merupakan selisih dari output total dengan jumlah peralatan dan jasa yang dibeli.

Produktivitas Faktor Total =

= –

Keuntungan pengukuran produktivitas faktor total adalah : 1. Data dari perusahaan relatif mudah diperoleh.

2. Dapat dianalisa dari sudut pandang ekonomi karena menyangkut keadaan


(40)

28

Sedangkan keterbatasan pengukuran produktivitas faktor total adalah : 1. Tidak banyak berpengaruh terhadap input bahan baku dan energi.

2. Sulit bagi pihak manajemen untuk menganlisa hubungan nilai tambah output

dengan efisiensi produktivitas, karena nilai tambah yang dihasilkan bisa saja disebabkan oleh adanya peningkatan biaya produksi.

3. Tidak cocok bila biaya-biaya material merupakan bagian yang cukup besar

dari biaya total produk dimana pengaruh yang besar dari input material tidak langsung ditunjukkan dalam pengukuran produktivitas ini.

4. Hanya input tenaga kerja dan modal yang dipertimbangkan dalam input

faktor total.

3. Produktivitas Total

Menurut Vincent Gasperz (2000 : 33) adalah merupakan rasio dari output total terhadap input total.

Produktivitas Total =

Ukuran produktivitas total dapat digunakan untuk menilai seluruh masukan. Adapun kelebihan dari pengukuran produktivitas total adalah :

a. Memperhitungkan semua output dan faktor-faktor input yang kuantitatif.

b. Mudah dihubungkan dengan total biaya.


(41)

29

b. Baik pengukuran produktivitas parsial maupun produktivitas total tidak

mempertimbangkan keberadaan faktor input maupun output yang tidak tampak.

4. Model Produktivitas Mundel.

Model ini dikemukakan pertama kali oleh Marvin E. Mundel pada tahun 1978. Mundel ini merupakan salah satu model pengukuran produktivitas total yang memakai pendekatan angka indeks. Yaitu :

a. IP =

b. IP =

Dimana :

IP = indeks produktivitas.

AOMP = output agregat untuk periode yang diukur. AOBP = output agregat untukperiode dasar.

RIMP = input-input periode yang diukur. RIBP = input-input untuk periode dasar.

5. Model Produktivitas APC (The American Productivity Center Model). Model APC biasanya digunakan untuk mengukur produktivitas total perusahaan. Pusat produktivitas Amerika (The American Productivity Center = APC) telah mengemukakan ukuran produktivitas yang didefinisikam melalui kerangka kerja berikut :


(42)

30

Profitabilitas =

=

=

Dalam pengukuran produktivitas model APC (The American Produvtivity Center), kuantitas output dan input untuk setiap periode waktu digunakan dengan harga-harga periode dasar agar memperoleh indeks produktivitas. Setelah mengetahui indeks produktivitas dan indeks perbaikan harga, indeks profitabilitas dapat ditentukan dengan menggunakan formula berikut :

IPF = IP Dimana :

IPF = indeks profitabilitas

IP = indeks produktivitas

IPH = indeks perbaikan harga

Dalam model APC, biaya-biaya per unit tenaga kerja, material dan energi ditentukan berdasarkan penyudutan (depresiasi) total ditambah keuntumgan relatif terhadap aset total (aset total + modal kerja) yang digunakan. Dengan demikian input modal untuk suatu periode waktu tertentu dihitung berdasarkan formula berikut :


(43)

31

2.3.6 Siklus Produktivitas

Perusahaan yang ingin meningkatkan produktivitasnya memerlukan beberapa usaha secara formal. Program produktivitas formal dalam perusahaan harus didasarkan pada suatu konsep yang disebut Siklus Produktivitas.

Gambar 2.2 Siklus Produktivitas

Sumber : Productivity Engineering and Management, Vincent Gasperz. 2000

Sebuah perusahaan memulai program produktivitas dengan pengukuran tingkat produktivitas. Setelah tingkat produktivitas diketahui, akan dievaluasi sejauh mana hasil yang telah dicapai sampai saat ini dan dari evaluasi ini akan dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas. Dari hasil evaluasi tersebut akan direncanakan langkah-langkah untuk mencapai tingkat produktivitas yang lebih baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mencapai sasaran itu, perbaikan produktivitas perlu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Siklus ini berlangsung terus-menerus selama program produktivitas dalam perusahaan.

Pengukuran

Perencanaan


(44)

32

2.3.7 Ruang Lingkup Produktivitas

Ada 4 ruang lingkup produktivitas yaitu :

1. Ruang Lingkup Nasional.

Memandang negara secara keseluruhan. Disini diperhitungkan faktor-faktor secra sederhana seperti buruh, kapital, manajemen bahan mentah dan sumber-sumber lainnya sebagai keluaran yang memperngaruhi barang.

2. Ruang Lingkup Industri.

Disini faktor-faktor yang mempengaruhi dan berhubungan dikelompokkan dalam kelompok industri yang sama. Misalnya baja, minyak, pendidikan dan sebagainya.

3. Ruang Lingkup Perusahaan atau Organisasi.

Dalam suatu perusahaan ada pengaruh antar faktor. Produksi yang dibuat atau dihasilkan dapat diukur / dihubungkan dengan perusahaan lainnya untuk mengetahui efisiensi perusahaan tersebut.

4. Ruang Lingkup Perorangan.

Ditentukan oleh lingkungan serta ketersediaan alat, proses dan perlengkapan. Disini timbul faktor baru yang tidak dapat dikelompokkan dimana individu termasuk pengaruh dengan kelompok lain dan alasan mengapa seseorang bekerja.


(45)

33

2.3.8 Profitabilitas

Brigham dan Houston (2001 : 197) menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Sartono (2001 : 119) berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisa profitabilitas ini. Rasio profitabilitas merupakan perbandingan antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakin tinggi efisiensi perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan (John . 2005).

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Dari sini permasalahannya menyangkut efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti yang tercatat dalam neraca. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih – yang didefinisikan dengan berbagai cara – terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Hubungan seperti itu merupakan salah satu


(46)

34

analisis yang memberikan gambaran lebih, walaupun sifat dan waktu dari nilai yang ditetapkan pada neraca cenderung menyimpangkan hasilnya. Bentuk paling mudah dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca.

2.4 Input atau Masukan Sistem Produksi

Untuk melaksanakan proses produksi dalam perusahaan, diperlukan adanya beberapa input atau masukan untuk sistem produksi dalam perusahaan yang bersangkutan. Menurut Ahyari (2002 : 98) beberapa input atau masukan yang diperlukan untuk sistem produksi dalam perushaan antara lain adalah bahan baku yang dipergunakan perusahaan tersebut, tenaga kerja yang diperlukan, dana yang tersedia untuk modal kerja, terutama dalam hal ini adalah guna pembiayaan bahan baku serta tenaga kerja dan hal-hal lain yang diperlukan dalam sistem produksi termasuk bahan pembantu, perlengkapan/peralatan serta mesin mesin yang digunakan selama proses produksi berlangsung.

Sedangkan menurut Lalu Sumayang (2000 : 11), input atau masukan sistem produksi disebut juga sumber-sumber daya sebagai faktor-faktor produksi yang dapat berupa bahan baku, tenaga kerja, modal, mesin, peralatan, perlengkapan, fasilitas dan informsi. Bahkan pada produksi jasa, pelanggan dapat juga berfungsi sebagai input perusahaan. Beberapa cara menurunkan input :


(47)

35

4. Menyederhanakan proses.

Input yang diperlukan dalam meningkatkan produktivitas perusahaan antara lain :

1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dimaksud adalah seluruh karyawan yang bekerja selama proses produksi berlangsung antara lain karyawan bagian pembelian bahan baku, karyawan pada saat proses pengolahan produk, karyawan pada bagian perawatan peralatan, dan beberapa karyawan/tenaga kerja yang ikut serta dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. Setiap tenaga kerja dituntut untuk dapat memaksimalkan hasil keluaran/output dengan penggunaaan bahan baku yang tersedia dan meminimalisasi waktu sedikit mungkin. Semakin banyak keluaran/output yang dihasilkan oleh setiap tenaga kerja dengan waktu yang singkat, maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh perusahaan.

2. Mesin

Penggunaan mesin di dalam setiap proses produksi sangat perlu diperhatikan. Karena mesin dapat membantu atau mempermudah tenaga kerja manusia dalam proses pembuatan produksi. Agar mesin dapat berfungsi dengan selama proses produksi berlangsung, harus dilakukan perawatan agar tidak menyebabkan terjadinya kerusakan bahkan pengkaratan pada mesin tersebut. Jam kerja mesin harus disesuaikan dengan proses produksi yang akan dilakukan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien, serta dapat


(48)

36

memproduksi suatu barang dalam jangka waktu yang pendek dengan jumlah yang dihasilkan lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.

3. Bahan Baku

Bahan baku merupakan salah satu input dalam proses produksi. Bahan baku merupakan salah satu sistem produksi agar dapat menghasilkan suatu produk atau output. Kualitas bahan baku harus tetap dijaga agar tidak merusak hasil/output yang diproduksi oleh perusahaan. Selain itu harus diperhatikan dari segi berat, warna dan bau pada setiap pembelian bahan baku hingga proses produksi berlangsung. Pengolahan bahan baku harus sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan agar dapat memberikan hasil yang terbaik hingga dapat membantu meningkatkan produktivitas perusahaan. Bahan baku yang digunakan antara lain beras, sayur dan ikan yang merupakan bahan baku utama dalam usaha catering.

2.5 Output atau Keluaran Sistem Produksi

Pada umumnya, keluaran (output) dari sistem produksi adalah barang dan jasa yang merupakan hasil dari kegiatan produksi dalam perusahaan. Produk dan jasa dalam perusahaan tersebut tidak menyimpang dari produk dan jasa yang telah direncanakan dalam sistem produksi perusahaan, sehingga pelaksanaan dari kegiatan yang sudah mempunyai pola tertentu dimana pola tersebut sudah terdapat dalam sistem produksi perusahaan. Ahyari (2002 : 103)


(49)

37

2. Menambah tenaga kerja atau jam kerja dengan asumsi penambahan biaya

kurang dari penambahan tenaga kerja atau jam kerja. 3. Memperbaiki proses (mesin atau alat).

4. Mempercepat proses dengan peningkatan metode.

Sedangkan menurut Lalu Sumayang (2000 : 11), output atau keluaran sistemproduksi dapat berupa produk yang dihasilkan oleh proses konversi juga dapat berupa barang atau jasa pelayanan. Secara umum produk barang dan jasa dapat dibedakan melalui beberapa kriteria berikut ini :

1. Barang adalah suatu yang nyata, sehingga dapat disimpan, dipindahkan dan

diubah-ubah, sedangkan jasa pelayanan adalah sesuatu yang tidak nyata, hanya dapat dirasakan oleh orang/konsumen yang menikmatinya.

2. Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan.

3. Produk jasa mudah basi sehingga mempersulit perencanaan kapasitas dan

inventory.

4. Mutu pada produk jasa hanya dapat dibuktikan setelah pelanggan

menggunakan jasa tersebut.

5. Pada produk barang, terdapat jarak yang jauh dimana antara bagian pemsaran denganbagian operasi sehingga diperlukan usaha-usaha koordinasi diantara dua fungsi ini.


(50)

38

2.6 Definisi Catering

Istilah katering berasal dari bahasa Inggris yaitu catering. Kata cater mengandung pengertian menyajikan makanan, sedangkan orang yang menyajikan makanan disebut caterer. Istilah katering merupakan istilah khusus yang digunakan untuk bisnis yang menawarkan jasa dan penyedia makanan dan minuman dalam jumlah banyak. Jasa katering biasanya banyak diperuntukkan dalam berbagai acara besar, antara lain perkawinan, pesta, atau sekadar arisan keluarga. Definisi tentang katering juga dijelaskan pada beberapa literatur, yaitu:

1. Peraturan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 715/Menkes/SK/V/2003.

Katering (jasa boga) adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan dengan tetap memperhatikan tingkat penyehatan makanan. Kegiatan pengelolaan makanan yang dilakukan meliputi: penerimaan bahan mentah atau makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk (misalnya dari padat menjadi cair), pengemasan dan pewadahan. Sedangkan tingkat penyehatan makanan yang dimaksud adalah upaya untuk mengendalikan faktor masakan, orang serta semua perlengkapan yang dapat atau mungkin menimbulkan penyakit atau mengganggu kesehatan.

2. Menurut Badan Pusat Statistik (2006)

Katering (jasa boga) adalah kegiatan usaha yang mencakup penjualan makanan jadi (siap dikonsumsi) yang terselenggara melalui pesanan-pesanan


(51)

39

sejenisnya berikut pramusaji yang akan melayani tamu-tamu tersebut. Dalam hal ini, kelompok jasa boga yang melayani pesawat angkutan udara, tempat pengeboran minyak, dan lokasi penggergajian kayu termasuk di dalamnya.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, secara umum dapat dijelaskan bahwa katering hadir dengan tujuan untuk menjawab tuntutan masyarakat akan kepraktisan. Mereka yang tidak mau direpotkan dalam urusan makanan, penataan hidangan, hingga setting lokasi acara akan langsung meminta bantuan dari jasa katering. Katering skala kecil memang hanya menyediakan makanan, tetapi katering skala menengah atau besar sudah pasti menambahkan pelayanan lain dari paket kateringnya. Katering pun hadir dalam berbagai format yaitu katering yang khusus menyediakan kebutuhan makanan dan minuman untuk pesta pernikahan, acara kantor, arisan, bahkan sekadar permintaan individu.

Menurut sumber Departemen Kesehatan RI sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 industri jasa boga dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan utama yaitu :

1. Golongan A atau biasa disebut juga dengan industri jasa boga skala kecil. Industri jasa boga kecil (golongan A) adalah industri jasa boga yang melayani kebutuhan masyarakat umum (pesta) pernikahan, ulang tahun dan hajatan lainnya dengan skala relatif kecil. Jasa boga golongan A dibedakan menjadi golongan A1, A2 dan A3 yang masing-masing dibedakan atas ukuran kemampuan menyediakan makanan (porsi), bangunan dapurnya serta penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga.


(52)

40

2. Golongan B (industri jasa boga skala besar). Industri jasa boga golongan B (skala besar) adalah jasa boga yang melayani kebutuhan khusus seperti jasa boga haji, perusahaan, pertambangan, pengeboran minyak, rumah sakit dan lain-lain. Golongan B ini bisa disebut juga dengan corporate catering.

3. Golongan C (industri jasa boga skala besar sekali atau yang dikenal dengan industri jasa boga yang melayani angkutan udara (penerbangan). Industri jasa boga golongan C adalah jasa boga berskala sangat besar yang melayani kebutuhan alat angkutan umum internasional dan pesawat udara.

2.6.1 Catering Penerbangan

Catering penerbangan merupakan catering makanan pada yang disajikan kepada penumpang pesawat komersial. Makanan ini disusun oleh layanan penerbangan catering. Makanan ini sangat bervariasi dalam kualitas dan kuantitas di perusahaan penerbangan dan kelas perjalanan. Peralatan makanan yang digunakan berbahan dasar plastik dan logam. Dalam penyajian makanan, disediakan serbet, pada penumpang kelas pertama diberikan handuk panas dilengkapi dengan garam dan merica. Sarapan yang biasanya disajikan untuk penerbangan jarak dekat adalah sereal, kopi atai coklat panas, kue muffin serta buah – buahan. Sedangkan untuk penerbangan jarak jauh disediakan makanan seperti pancake, telur goreng, serta makanan tradisional sesuai dengan perusahaan catering yang digunakan.


(53)

41

Jenis dan jumlah makanan yang disediakan dalam suatu penerbangan sangat bervariasi antar maskapai penerbangan. Variasi ini biasanya berkorelasi dengan harga tiket dan jarak penerbangan. Makanan yang dihidangkan dalam penerbangan telah disiapkan dalam bentuk siap saji di darat, sehingga dalam perjalanan pramugari hanya bertugas menghidangkan langsung atau memanaskan terlebih dahulu sebelum dihidangkan kepada penumpang. Persiapan makanan di darat dilakukan oleh perusahaan katering yang telah dipilih oleh masing-masing maskapai. Perusahaan katering tersebut ada yang merupakan perusahaan dalam grup maskapai penerbangan yang dimaksud atau ada juga yang merupakan perusahaan lepas yang dikontrak oleh maskapai penerbangan. Kualitas produk makanan yang dihasilkan pihak katering tentunya menjadi tolok ukur penilaian maskapai udara sebagai pengguna yang tentunya mencakup rasa, cara menghidangkan dan keawetan makanan yang dihasilkan.

Ada dua macam penerbangan yaitu :

1. Penerbangan domestik

Kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan dengan wilayah yang sangat luas menyebabkan transpor udara menjadi sangat penting. Kondisi ini menyebabkan jumlah lapangan udara komersial yang ada di wilayah Indonesia jumlahnya cukup banyak dan bervariasi besarnya tergantung lokasi daerahnya. Oleh karena itu di setiap kota maskapai penerbangan bekerja sama dengan perusahaan katering lokal dalam penyediaan makanan untuk penerbangan yang berasal dari kota yang dimaksud. Sampai saat ini, perusahaan katering penyedia makanan di pesawat udara yang telah


(54)

42

mendaftarkan diri untuk disertifikasi halal masih sangat terbatas jumlahnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jumlah lapangan udara yang ada di Indonesia, maka persentasenya menjadi kecil sekali. Kenyataan ini menunjukkan bahwa konsumen Muslim belum mendapatkan haknya mendapatkan jaminan kehalalan produk yang dikonsumsinya. Konsumen masih harus mencermati apakah makanan ada di hadapannya perlu diragukan kehalalannya atau tidak. Rendahnya kesadaran perusahaan katering untuk mensertifikasi produknya disebabkan oleh rendahnya kesadaran bahwa sertifikat halal merupakan hal penting yang dibutuhkan untuk menjamin kehalalan produknya, serta didukung rendahnya kesadaran konsumen untuk menuntut hak mendapatkan jaminan kehalalan atas produk yang dikonsumsinya. Oleh karena itu perlu adanya dorongan dari konsumen kepada pihak maskapai penerbangan untuk mensertifikasi katering yang mensuplai makanan untuk penerbangannya.

2. Penerbangan internasional

Sistem yang dianut dalam penerbangan internasional dalam menyediakan makanan tidak jauh berbeda dengan penerbangan domestik. Masing-masing maskapai pada umumnya memilih partner kerjasama di setiap lapangan udara yang disinggahinya di negara yang berbeda. Kondisi seperti ini dengan sendirinya menyebabkan kehalalan makanan yang dihidangkan menjadi sangat perlu dipertanyakan. Pada penerbangan internasional, maskapai udara


(55)

43

sebelum tanggal penerbangan. Maskapai penerbangan internasional umumnya mencantumkan pilihan khusus yang disediakannya pada website resmi perusahaannya. Sayangnya national flag carrier kita Garuda Indonesia dalam website resminya tidak memberikan penjelasan tentang makanan yang

dimilikinya. Jenis menu khusus yang disediakan dikategorikan sebagai

special meals/diets yang umumnya minimal terdiri dari tiga kelompok pilihan

yaitu religious meals/diets, medical meals/diets dan infant children

meals/diets. Kelompok religious meals/diets biasanya menawarkan kelompok makanan untuk Hindu, Muslim, Kosher, dan vegetarian, di mana kelompok vegetarian masih dibagi lagi pilihannya berdasarkan jenis kelompoknya.

Kelompok medical meals/diets menawarkan berbagai jenis pilihan untuk

penumpang yang memiliki penyakit tertentu seperti diet rendah gula untuk penderita diabetes, rendah garam untuk penderita hipertensi atau diet rendah kalori. Sedangkan kelompok infant & children meals/diets menawarkan pilihan-pilihan makanan khusus untuk bayi dan anak-anak.


(56)

44

2.7 Kerangka Berpikir

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

PT. Aero Catering Service (ACS) selaku penyedia jasa catering makanan dan minuman penerbangan menyediakan makanan yang berkualitas dengan mutu serta cita rasa yang tinggi. Menyajikan yang terbaik bagi para konsumen mulai dengan memperhatikan hingga menjadi sebuah produk yang mampu bersaing dengan usaha catering penerbangan lainnya hingga dapat memenuhi permintaan dan memuaskan pelanggan, serta memberikan prestise tersendiri bagi pelanggan akan kenikmatan makanan dan minuman yang disajikan agar dapat meningkatkan

Produktivitas Total Produktivitas Parsial

Indeks Produktivitas

Profitabilitas 1. Tenaga Kerja

2. Mesin


(57)

45

Beberapa variabel perusahaan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur peningkatan produktivitas perusahaan antara lain produktivitas total, produktivitas parsial (meliputi tenaga kerja, mesin, beras, sayur dan ikan) dan indeks produktivitas adalah sebagai berikut :

1. Produktivitas Parsial meliputi :

a. Tenaga Kerja

Produktivitas tenaga kerja diukur dalam bentuk orang yang terlibat selama proses produksi berlangsung untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi.

b. Mesin

Produktivitas mesin merupakan sarana peralatan yang dapat membantu tenaga kerja di dalam kegiatan proses produksi sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

c. Bahan Baku antara lain :

a) Beras

Produktivitas beras diukur dalam bentuk olahan yang dihasilkan per jam oleh tenaga kerja serta mesin yang digunakan selama proses produksi berlangsung.

b) Sayur

Produktivitas sayur diukur dengan satuan per kg setiap jamnya yang mampu dihasilkan oleh setiap tenaga kerja dan mesin yang digunakan.

c) Ikan

Produktivitas ikan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam industri makanan, sehingga dalam pengelolaanya harus efektif dan efisien.


(58)

46

2. Produktivitas Total

Produktivitas total merupakan hasil dari keseluruhan produktivitas tenaga kerja, mesin, bahan baku (beras, sayur dan ikan) yang diolah.

3. Indeks Produktivitas

Indeks Produktivitas perusahaan diperlukan guna mengetahui tingkat perkembangan dari setiap periode yang diperhitungkan.

4. Profitabilitas

Profitabilitas perusahaan berfungsi untuk mengetahui kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Bahwa penelitian ini tidak menetapkan hipotesis karena tidak menguji kebenaran, tetapi hanya menganalisis secara deskriptif.


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah produktivitas parsial (X1) meliputi tenaga kerja, mesin, bahan baku (beras, sayur dan ikan),

produktivitas total (X2), indeks produktivitas (X3), profitabilitas (X4). Adapun

definisi operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Produktivitas Parsial (X1)

Yaitu perbandingan jumlah output yang dihasilkan dari beberapa input tunggal yang diperlukan dalam proses produksi selama satu bulan, meliputi :

a. Tenaga Kerja

Yaitu jumlah tenaga kerja yang secara langsung maupun tidak langsung yang terlibat dalam setiap proses produksi per hari selama satu bulan (orang/bulan).

b. Mesin

Yaitu jumlah mesin yang digunakan dalam rangka mengolah bahan baku menjadi barang jadi selama proses produksi diukur dengan satuan per jam (jam/bulan).

c. Bahan Baku

Yaitu volume jumlah beras, sayur dan ikan yang digunakan dalam proses produksi selama satu bulan diukur dengan satuan kilogram per bulan (Kg/bulan).


(60)

48

2. Produktivitas Total (X2)

Yaitu perbandingan antara keseluruhan makanan yang dihasilkan dengan seluruh sumber daya produksi yang diperlukan dalam proses produksi meliputi tenaga kerja, mesin, beras, sayur dan ikan selama satu bulan.

3. Indeks Produktivitas (X3)

Yaitu jumlah yang dihasilkan dari perhitungan pada perbandingan periode dasar dengan periode yang diukur dengan satuan rupiah per bulan (Rp/bulan). 4. Profitabilitas (X4)

Yaitu jumlah laba/keuntungan yang diperoleh perusahaan pada setiap penjualan output yang dihasilkan diukur dengan satuan rupiah per bulan (Rp/bulan).

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualiatas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007 : 90).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan penggunaan data-data input dan output di dalam PT. Aero Catering Service (ACS) mengenai jumlah tenaga kerja, jumlah mesin, jumlah bahan baku meliputi beras, sayur dan ikan, jumlah output serta produktivitas perusahaan. Dimana periode dasar yang


(61)

49

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2005 : 73).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series mingguan yaitu perbandingan seluruh data masa produksi bulan Februari 2011 dan masa produksi bulan Maret 2011, karena diawal bulan Februari sempat mengalami penurunan produktivitas dari bulan Januari 2011.

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling kuota yaitu teknik untuk menentukan sampel secara bebas dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan selama satu bulan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari arsip-arsip atau dokumen serta catatan perusahaan seperti data tenaga kerja, mesin, beras, sayur, dan ikan serta produktivitas perusahaan dan data mengenai sejarah perusahaan, struktur organisasi dan sebagainya.


(62)

50

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sumber data internal yaitu data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu organisasi secara internal yang diperoleh dari PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo.

3.3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dengan metode historis melalui pencatatan - pencatatan. Metode observasi yaitu metode pengamatan dan pencatatan langsung aktivitas yang dilakukan. Cara atau metode ini ditandai pada umumnya dengan pengamatan apa yang benar-benar dilakukan oleh individu dan membuat pencatatan-pencatatan secara obyektif mengenai apa yang diamati.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif yang merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian yang didasarkan atas satu sampel. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh.


(63)

51

3.4 Teknik Analisis Data

3.4.1 Pengukuran Produktivitas Parsial

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisa atau mengukur produktivitas masing-masing input yang

digunakan dalam proses produksi pada PT. Aero Catering Service (ACS) yang meliputi :

a. Produktivitas Tenaga kerja =

b. Produktivitas Mesin =

c. Produktivitas Bahan Baku =

Kriteria keputusan :

Bahwa setiap satuan input dapat digunakan mengukur

besaran/nilai/banyaknya output yang dihasilkan.

2. Untuk menganalisis produktivitas total pada PT. Aero Catering Service

(ACS) dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Produktivitas Total =

Kriteria keputusan :

Bahwa setiap satuan penggunaan input total : tenaga kerja, mesin, beras, sayur dan ikan dapat digunakan mengukur besaran/nilai/banyaknya output yang dihasilkan.


(64)

52

3.4.2 Pengukuran Produktivitas Perusahaan

Pengukuran produktivitas perusahaan ini digunakan untuk mengukur perkembangan dengan membandingkan periode saat ini (produktivitas yang diukur) dengan periode masa lalu (produktivitas periode dasar). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Marvin E. Mundel. Model ini sangat tepat untuk mengukur tingkat produktivitas yang secara teknis menggunakan waktu standart penyelesaian suatu produk. Marvin E. Mundel memperkenalkan penggunaan angak indeks produktivitas pada tingkat perusahaan berdasarkan dua bentuk pengukuran, yaitu :

1. IP (Indeks Performansi Perusahaan)

= {(AOMP / RIMP) / (AOBP / RIBP) x 100

= (Indeks Performansi Periode Pengukuran / Indeks Performansi Periode Dasar) x 100

Beberapa indeks produktivitas meliputi :

a. Indeks Produktivitas Tenaga Kerja

Kriteria penilaian :

1) Apabila indeks produktivitas tenaga kerja positif, maka produktivitas

mengalami peningkatan.

2) Apabila indeks produktivitas tenaga kerja negatif, maka produktivitas


(65)

53

b. Indeks Produktivitas Mesin

IP = {(AOMP / RIMP) / (AOBP / RIBP) x 100 Kriteria penilaian :

1) Apabila indeks produktivitas mesin positif, maka produktivitas mengalami

peningkatan.

2) Apabila indeks produktivitas mesin negatif, maka produktivitas mengalami

penurunan.

c. Indeks Produktivitas Bahan Baku

IP = {(AOMP / RIMP) / (AOBP / RIBP) x 100 Kriteria penilaian :

1) Apabila indeks produktivitas bahan baku positif, maka produktivitas

mengalami peningkatan.

2) Apabila indeks produktivitas bahan baku negatif, maka produktivitas

mengalami penurunan.

Dimana :

IP = indeks produktivitas.

AOMP = output agregat untuk periode yang diukur.

AOBP = output agregat untuk periode dasar.

RIMP = input-input untuk periode yang diukur.

RIBP = Input-input untuk periode dasar.


(66)

54

2. IP (Output – Input)

IP = {(AOMP / AOBP) / (RIMP / RIBP) x 100 = (Indeks Output / Indeks Input) x 100 Dimana :

IP = indeks produktivitas.

AOMP = output agregat untuk periode yang diukur.

AOBP = output agregat untuk periode dasar.

RIMP = input-input untuk periode yang diukur.

RIBP = Input-input untuk periode dasar.

Kriteria pengukuran :

Membandingkan indeks produktivitas yang diukur dengan periode dasar, bila

a. Menunjukkan negatif (-), maka produktivitas periode yang diukur mengalami

penurunan.

b. Menunjukkan positif (+), maka produktivitas periode yang diukur mengalami

peningkatan.

(Gasperz, 2000 : 39)

Sedangkan untuk mengukur profitabilitas perusahaan maka digunakan model APC (The American Productivity Center Model). Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui keuntungan perusahaan setelah melakukan proses produksi dan pada saat memasarkan hasil produksi tersebut, karena laba itu sangat menentukan


(67)

55

Profitabilitas =

=

=

Bahwa setiap satuan penggunaan dapat mengukur profitabilitas yang dihasilkan perusahaan.


(1)

112

4.3.3.4 Indeks Performansi (Output – Input)

Untuk menghitung indeks performansi perusahaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

IP (Indeks Performansi Perusahaan)

= {(AOMP / AOBP) / (RIMP / RIBP) x 100

= (Indeks Performansi Periode Pengukuran / Indeks Performansi Periode Dasar) x 100

= {(499500000 / 486000000) / (306109750 / 302546500)} x 100 = (1.03/1.01) x 100

= 1.01 x 10 = 101

IP periode 1 = 100 ; IP periode 2 = 101, maka :

IP tenaga kerja = (101 – 100) / 100 x 100% = (+) 1%, mengalami peningkatan.

4.3.4 Indeks Profitabilitas

Untuk mengukur profitabilitas perusahaan maka penjabaran rumus yang digunakan sebagai berikut :

Profitabilitas =

No Total Output Total Input Harga per

Unit

Biaya per

Unit Profit

1 486000000 302546500 27000 22200 1.96 2 499500000 306109750 27000 22250 1.97


(2)

113

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa besarnya profitabilitas pada periode II adalah sebesar 1,97 yang berarti mengalami peningkatan yaitu sebesar 1.97 – 1.96 = 0.01 x 100 = 1% dibandingkan dengan periode I.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa tinggi rendahnya input yang digunakan mempengaruhi besarnya tingkat produktivitas, indeks produktivitas maupun profitabilitas perusahaan. Dari data – data input yang diperoleh mengenai jumlah tenaga kerja, jam mesin hingga bahan baku yang digunakan selama proses produksi telah diketahui produktivitas secara parsial dari masing – masing input dan menunjukkan hasil dimana produktvitas tenaga kerja pada bulan Februari mengalami fluktuasi dari minggu ke minggu dan mengalami peningkatan produktivitas pada bulan Maret.

Produktivitas dari jam mesin yang digunakan selama proses produksi pada waktu penelitian juga mengalami peningkatan dari setiap minggunya dan mengalami penurunan yang signifikan pada minggu ketiga di bulan Maret. Sedangkan pada produktivitas bahan baku yang digunakan mengalami penurunan dari bulan Februari ke bulan Maret, hal ini juga dipengaruhi oleh tingginya jumlah input yang digunakan selama proses produksi pada bulan Maret.

Dari analisis produktivitas total yaitu menghitung secara keseluruhan dari jumlah output yang dihasilkan dibagi dengan jumlah input yang digunakan, dapat


(3)

114

tingkat output yang tinggi dibanding dengan penggunaan dari ketiga input. Indeks produktivitas perusahaan pada periode dasar mengenai tenaga kerja mengalami peningkatan yang dikarenakan jumlah input tenaga kerja yang digunakan pada bulan Februari dan Maret 2011 tetap yaitu sebanyak 378 orang dalam sebulan, tetapi mampu menghasilkan output yang tinggi pada bulan bulan berikutnya.

Pada indeks produktivitas jam mesin mengalami peningkatan dari bulan Februari hingga Maret 2011 sebesar 2%, hal ini disebabkan karena penggunaan jam mesin digunakan secara efektif dan seefisien mungkin. Sedangkan indeks produktivitas bahan baku mengalami peningkatan karena penggunaan jumlah input yang tinggi pada bulan Maret dibanding dengan bulan Februari dalam setiap minggunya mampu menghasilkan output yang tinggi pula. Indeks output / input secara keseluruhan yaitu mengukur peningkatan maupun penurunan dengan membandingkan antara periode yang diukur yaitu pada bulan Maret dibandingkan dengan periode dasar yaitu pada bulan Februari mengalami peningkatan sebesar 1%.

Dari beberapa analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat dilihat bahwa tingkat profitabilitas perusahaan dari bulan Februari ke bulan Maret 2011 mengalami peningkatan sebesar 1% yang didukung adanya penggunaan jumlah tenaga kerja yang efektif dan efisien selama masa proses produksi dengan penggunaan jam mesin dan bahan baku yang telah tersedia.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarakan hasil analisis menunjukkan bahwa produktivitas parsial selama

proses produksi dari masing – masing input yang digunakan baik dari tenaga kerja, mesin dan bahan baku mengalami fluktuasi pada setiap minggunya . 2. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa produktivitas total perusahaan

pada bulan Maret mengalami peningkatan dari periode sebelumnya yaitu bulan Februari yang didukung dengan penggunaan input secara efektif dan efisien.

3. Berdasakan hasil analisis menunjukkan bahwa indeks produktivitas perusahaan dari masing – masing input yang digunakan mengalami peningkatan dari periode sebelumnya.

4. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa indeks profitabilitas perusahaan mengalami peningkatan karena mampu menekan penggunaan input dan mampu menghasilkan output yang tinggi.


(5)

116

5.2 Saran

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikemukakan saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, antara lain :

1. Bagi PT. Aero Catering Service (ACS) hendaknya lebih bijaksana dalam penggunaan input baik tenaga kerja, mesin dan bahan baku secara efektif dan efisien dalam setiap proses produksi agar mampu menghasilkan output yang lebih tinggi dari periode – periode sebelumnya sehingga mampu meningkatkan profitabilitas perusahaan.

2. PT. Aero Catering Service (ACS) hendaknya lebih memperhatikan dari segi harga, kualitas dan kuantitas dari input – input yang digunakan terutama tenaga kerja, mesin dan bahan baku guna membantu perusahaan agar mampu menghasilkan output yang berkualitas bagi para costumer (airline).


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus, 2002, Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produkis, Edisi Ke 4, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Assauri, Sofyan, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Penerbit FE, Universitas Indonesia Jakarta, 2001

Atmosoeprapto, Krisdarto, 2000, Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan, Penerbit PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. Duncan, Tom, Advertising & IMC, 2nd Ed, McGraw-Hill, 2005

Gasperz, Vincent, 2000, Manajemen Produktivitas Total, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama Utama, Jakarta.

Handoko, T. Hani, 2000, Dasar – dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi satu, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sinungan, Muchdarsyah, 2003, Produktivitas Apa dan Bagaimana, Penerbit Bumi Aksara.

Sumayang, Lalu, 2000, Dasar – Dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit Salemba Empat.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Kesembilan, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.

(http://www.google.co.id/search.org.mozilla/penjelasan mengenai catering/.html diakses 20 Januari 2011)

(http://www.google.co.id/search.org.mozilla/bisnis catering/.html diakses 20 Januari 2011)


Dokumen yang terkait

Pengukuran Dan Perbaikan Produktivitas Dengan Menggunakan Model APC (American Productivity Center) Di PT. Pantja Surya

11 123 135

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC)DI PD.SURABRAJA FOOD INDUSTRY.

1 4 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC)DI PD.SURABRAJA FOOD INDUSTRY.

2 20 5

TUGAS AKHIR PENERAPAN THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC) METHODS DALAM ANALISA TINGKAT PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN (Studi Kasus pada PT. PANJI DANANJAYA, Sragen).

0 1 6

ANALISA PRODUKTIVITAS BERDASARKAN INDEKS HARGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC) DI UD. SUMA, SIDOARJO.

1 1 125

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN PENDEKATAN METODE APC (AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER)DI PT. PANCA WANA INDONESIA KRIAN – SIDOARJO.

2 20 110

Analisis Produktivitas PT. Perkebunan Nusantara V (PKS) Sei Galuh Dengan Menggunakan Metode American Productivity Center (APC)

0 1 10

ANALISIS PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN MELALUI PENGUKURAN INDEKS PERFORMANSI PERUSAHAAN DAN APC (AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER) PADA PT. AERO CATERING SERVICE (ACS) JUANDA - SIDOARJO

0 1 17

ANALISA PRODUKTIVITAS BERDASARKAN INDEKS HARGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC) DI UD. SUMA, SIDOARJO

0 0 21

PENERAPAN MODEL AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC) DALAM ANALISIS TINGKAT PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN (Studi Kasus pada PT. Indoplastik Kawasan Industri Terboyo, Semarang) - Unissula Repository

0 0 12