Menurut Daradjat 1983: 38 trans disosiatif akibat dari emosi yang sangat menekan, seperti rasa tersinggung, tertekan perasaan, penyesalan, sedih dan
sebagainya. Berdasarkan penjelasan diatas dinamika psikologis penderita disosiatif
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor emosional dan pembawaan diri. Trans disosiatif merupakan manifestasi dari ekspresi elemen yang di tekan karena
setiap konflik yang dihadapi tidak teratasi dengan baik dan selalu dirasa terlalu berat secara subyektif. Sehingga hal ini menimbulkan kecemasan yang begitu
intens, lalu jalan keluar dari penderita yang awalnya sudah mempunyai potensi atau rentan mengalami trans karena pembawaan yaitu dengan mengalami trans
disosiatif, ini untuk mengurangi atau melepas ketegangan dan kecemasan yang dialami untuk menjaga ego diri.
2.1.1.6 Gejala-gejala Trans Disosiatif
Frigerio 2007 menjelaskan gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat, badan dan kedua kaki lemas,
penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan mengantuk. Perubahan ini biasanya masih disadari oleh penderita, tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak mampu
mengendalikan dirinya. Melakukan sesuatu diluar kemampuan dan beberapa diantaranya merasakan seperti ada kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya.
Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah dirinya lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan dirinya di luar. Keadaan saat
kesurupan ada yang menyadari sepenuhnya, ada yang menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali. Dalam keadaan kesurupan penderita
melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas. Saat itu merupakan kesempatan untuk
mengekspresikan hal-hal yang terpendam melalui jeritan, teriakan, gerakan menari seperti keadaan hipnotis diri. Setelah itu fisik mereka dirasa lelah tetapi,
mental mereka mendapat kepuasan
http:itha.wordpress.com
diakses 1 Juni 2012.
Kuntjojo 2009 menjelaskan trans disosiatif merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk
mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa
dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara tiba- tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi
emosional yang berat
http:ebekunt.wordpress.com
diakses 1 Juni 2012. Menurut Hasanudin 2006 Ciri trans disosiatif ini adalah kejang-kejang
menggelepar, jatuh ke tanah, atau berbaring seakan mati. Seseorang juga biasanya menangis, berteriak, mengaduh, atau mengeluarkan caci maki semaunya, menjadi
histeris, dan mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri atau memukul orang lain atau melemparkan barang-barang. Hal ini berlangsung tiba-tiba atau bertahap. Jadi
lebih banyak
fenomena yang
bersifat gerak
motorik http:www.suaramerdeka.com
. diunduh pada tanggal 1 juni 2012. Menurut Daradjat 1983: 38 gejala-gejala yang sering muncul saat orang
mengalami trans disosiatif adalah badan seluruhnya menjadi kaku, tidak sadar akan diri, kadang-kadang sangat keras, disertai dengan teriakan-teriakan dan
keluhan-keluhan, tapi air mata tidak keluar. Kejang-kejang ini biasanya terjadi pada siang hari selama beberapa menit saja, tapi mungkin pula sampai beberapa
hari lamanya. Diantara tanda-tanda kejang hysteria adalah, dalam pandangan matanya terlihat kebingungan. Setelah kejadian itu, biasanya penderita mengalami
kebingungan, tidak mau bicara atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya. Orang yang terserang biasanya berusaha memegang, atau
menarik apa saja yang dapat dicapainya. Menurut Maramis 1998: 264 Gejala-gejala gangguan saraf pusat dikira
sebagai reaksi konversi, oleh karena itu di perlukan pemeriksaan intern, yang ditunjang dengan pemeriksaan psikologis dengan adanya hal-hal sebagai berikut:
a. „La belle indifference‟ Sikap tidak peduli atau tidak menunjukkan perhatian
terhadap penyakitnya. b.
Bermacam-macam penyakit sekaligus, mungkin dengan pembedahan, tetapi tidak ditemukan gangguan organik.
c. Ciri-ciri kepribadian histerik.
d. Gejala paralisa dan anesthesia.
e. Gejala neurotik yang nyata seperti kecemasan, depresi, obsesi, dan fobia.
f. Gangguan seksual.
Menurut Kartono 1981: 89 stigmata atat ciri-ciri khas, sering ada gejala- gejala sebagai berikut:
a. Anaesthesia, tidak bisa merasa apa-apa. Ada gangguan pada alat pernafasan.
b. Paralysa kelumpuhan-kelumpuhan dan catalepsy yaitu badan dan anggota
badan menjadi kaku, lumpuh dan tidak bisa merasa apa-apa.
c. Ada tics dan tremor gemetar, kejang-kejang dan sering merasa mau muntah.
d. Sangat suggestible egosentris dan emosinya tidak stabil. Kadang-kadang
merasakan depresi, atau justru merasa bahagiaeuphoris. e.
Sering merasa pusing. Dapat juga mengalami stupor seperti terbius, tidak merasa apa-apa, seperti dalam keadaan trance, tidak sadar.
f. Seringkali ada symptom-symptom somnabulisme, fugue, atau pribadi majemuk
multiple personality. Sangat pelupapikun. g.
Ada kalanya timbul “kesakitan-kesakitan hysteris”, walaupun tidak ada kesakitan organis. Ini disebabkan oleh sugesti sendiri dan adanya ide-ide yang
melekat tentang perasaan sakit. Bisa juga berupa symptom kelumpuhan, buta, tuli atau invalidisme lain-lainnya, yang semuanya bersifat sementara.
Gejala disosiasi yang akut kadang-kadang sulit dibedakan dari katatonia atau mania Maramis, 1998: 266.
Menurut Maramis 1998: 263 ciri gangguan disosiatif berupa kesurupan antara lain
Tabel 2.1 Ciri Gangguan Disosiatif Berupa Kesurupan Ciri-ciri
Gejala Tempat serangan
Bila ada orang lain Lamanya serangan
5-15 menit atau lebih lama Keadaan selama serangan:
Kesadaran Sering selama serangan masih bersuara
atau berbicara tidak jelas
Reflek patologik Negatif
Reflek cahaya pada pupil Positif
Extremitas Sering flexi, tangan menggenggam
Inkontinensia Negatif
Keluar buih dari mulut Negatif
Kejang Mungkin opistotonis atau kejang tak
teratur atau diam saja Sesudah serangan:
Kesadaran Pulih kembali pelan-pelan
Amnesia Sebagian
Penyebab Stres psikologik
Pengobatan Psikoterapi dan obat-obat psikotropik
bila perlu Lanjutan tabel 2.1 Ciri Gangguan Disosiatif Berupa Kesurupan
Berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa III gejala umum untuk seluruh tipe gangguan disosiatif Maslim, 2002: 82, meliputi:
a. Hilang ingatan amnesia terhadap periode waktu tertentu, kejadian dan orang.
b. Masalah gangguan mental meliputi, depresi dan kecemasan.
c. Persepsi terhadap orang dan benda disekitarnya tidak nyata derealisasi,
d. Identitas yang buram,
e. Depersonalisasi.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipaparkan gejala trans disosiatif sebagai berikut: a.
Terdapat kecemasan yang hebat. b.
Terdapat perubahan fisik yang masih disadari oleh penderita. c.
Terjadi reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali. d.
Fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki. e.
Melakukan sesuatu diluar kemampuan. f.
Merasa ada suatu kekuatan yang mengendalikan dari luar. g.
Melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas.
h. Mengekspresikan hal yang terpendam melalui jeritan, teriakan, gerakan
menari seperti keadaan hipnotis diri. i.
Merasa lelah secara fisik, akan tetapi secara psikologis mendapatkan kepuasan
2.1.1.7 Kecenderungan Kepribadian Penderita Trans Disosiatif