Metode dan Alat Pengumpulan Data

dijelaskan dengan sisi seorang psikiater. Hal ini diharapkan peneliti mendapat informasi mengenai fenomena kesurupan yang lebih mendalam dari segi medis.

3.4 Metode dan Alat Pengumpulan Data

Salah satu kegiatan yang penting dalam penelitian adalah pengumpulan data. Alat pengumpulan data dalam penelitian kualitatif disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian dan sifat objek yang diteliti. Pada proses penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen kunci interaksi. Interaksi peneliti dengan narasumber diharapkan memperoleh informasi yang mampu mengungkap permasalahan secara lengkap dan tuntas. Pengumpulan data merupakan langkah penting dalam rangkaian penelitian. Pengumpulan data akan berpengaruh pada langkah-langkah berikutnya sampai dengan tahapan penarikan kesimpulan. Oleh karena itu dalam proses pengumpulan data diperlukan metode yang benar untuk memperoleh data- data yang akurat, relevan dan dapat dipercaya kebenarannya. Ciri khas dari penelitian kualitatif adalah tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta. Hal tersebut dimana adanya peranan peneliti yang merangkap sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya sebagai pelapor hasil penelitiannya. Hal ini menunjukkan bahwa peneliti adalah instrumen penelitian yang utama, serta sebagai alat pengumpul data dalam suatu penelitian Moleong, 2006: 163-164. Berhubungan dengan hal-hal di atas, cara yang digunakan dalam proses pengumpulan data antara lain teknik wawancara sebagai metode utama dan observasi sebagai metode pendukung serta dokumentasi untuk memperkuat kebenaran data yang diambil. Sedangkan beberapa perlengkapan yang dipersiapkan antara lain alat perekam berupa sebuah handphone. Alat perekam digunakan sebagai bukti adanya proses pencarian informasi sebagai data penelitian. Selain itu alat perekam dapat digunakan untuk membantu proses pengolahan data dengan lebih mudah. 1 Wawancara Moleong 2006: 186 menjelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Pendapat lain diutarakan oleh Hadi dalam Rahayu dan Ardhani dan Ardani, 2004: 63 yang mengemukakan pengertian wawancara sebagai sebuah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Sepihak yang dimaksud menerangkan perbedaan tingkat kepentingan antara kedua belah pihak. Wawancara berupa percakapan langsung dan tatap muka face to face dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh kedua pihak yakni pewawancara interviewer dan yang diwawancarai interviewee. Penulis menggunakan metode wawancara antara lain karena topik yang diukur bersifat pribadi, individual dan rahasia. Situasi tersebut membutuhkan pendekatan yang lebih bersifat personal yang dapat diperoleh melalui metode wawancara. Penelitian ini menggunakan wawancara bebas terpimpin dimana pewawancara menggunakan interview guidepedoman wawancara yang dibuat berupa daftar pertanyaan, tetapi tidak berupa pertanyaan yang mengikat permanen. Bentuk kebebasan yang dimaksud dicapai dengan catatan-catatan pokok yang masih memungkinkan variasi-variasi penyajian pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi yang ada Rahayu dan Ardhani, 2004: 79. Catatan-catatan pokok sangat diperlukan agar jalannya proses tanya jawab tidak menyimpang dari garis-garis yang telah diletakkan oleh persiapan-persiapan yang seksama. Hal ini menjadi pengontrol relevan atau tidaknya isi interview sedangkan kebebasan memberi kesempatan bagi pewawancara untuk mengontrol kekakuan dan kebekuan yang dapat terjadi selama proses wawancara berlangsung. Dalam kerangka pertanyaaninterview guide yang disiapkan, pewawancara memiliki kesempatan untuk menggali alasan dan dorongan dengan probing yang tidak kaku. Dengan demikian arah wawancara masih terletak di tangan pewawancara. Langkah-langkah yang dilakukan penulis agar data yang diperoleh sesuai dengan harapan antara lain: 1. Mencari informasi dari berbagai sumber mengenai hal-hal yang akan diungkap dalam proses wawancara mengenai gambaran trans disosiatif pada mahasiswi. Informasi diperoleh melalui studi pustaka maupun wawancara awal dengan pendamping sehingga terbentuklah suatu daftar pertanyaan sebagai pedoman dalam mengumpulkan data dari narasumber penelitian. 2. Menciptakan hubungan yang baik rapport dengan narasumber yang akan diwawancarai. Rapport dengan narasumber menjadi penting dengan tidak menanyakan secara langsung permasalahan yang dihadapi sehingga dapat mengetahui kesiapan dan penerimaan narasumber terhadap peneliti. Tujuan menjalin rapport adalah untuk menciptakan suasana saling menghargai, mempercayai, memberi dan menerima, bekerja sama, memberi rasa aman dan perhatian. Tugas peneliti tidak hanya terbatas untuk mendapatkan informasi, melainkan membuat suasana wawancara yang sebaik-baiknya. Peneliti dibantu oleh pendamping sebagai tokoh pengantar kehadiran peneliti dan menerangkan perlu dan pentingnya memberikan informasi-informasinya kepada peneliti. 3. Menciptakan kerjasama yang baik dengan narasumber. Pada awal wawancara peneliti melakukan pembicaraan-pembicaraan yang sifatnya ramah tamah kemudian mengemukakan tujuan dari penyelidikan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan menciptakan suasana bebas agar subjek tidak merasa tertekan sehingga subjek bersedia bekerjasama dan peneliti dapat dengan mudah menggali informasi dari subjek. 4. Peneliti menggunakan alat perekam hasil wawancara penelitian terhadap subjek untuk mengurangi resiko adanya hasil wawancara yang terlewatkan oleh peneliti dan tidak dicatat. 5. Melakukan pencatatan terhadap hasil wawancara taking note agar peneliti dapat mencatat ekspresi subjek ketika menjawab pertanyaan. Wawancara pada masing-masing narasumber dilakukan peneliti beberapa kali pertemuan sesuai kebutuhan guna memperdalam data penelitian. Wawancara pada semua narasumber dilakukan di lokasi kegiatan masing-masing narasumber dan di tempat yang disepakati bersama dengan narasumber untuk menjamin kerahasiaan sesuai dengan permintaan narasumber. Wawancara dilakukan secara berkala dan berkelanjutan continues. Wawancara dilakukan terlebih dahulu kepada narasumber utama sebagai penghasil informasi utama penelitian. Wawancara dilakukan pada narasumber sekunder setelah diperoleh data yang lengkap dari narasumber utama. Hal ini dilakukan karena, narasumber sekunder digunakan sebagai cross check data dari narasumber utama. 2 Observasi Observasi berarti pengamatan yang bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasiketerangan yang diperoleh sebelumnya Rahayu dan Ardhani, 2004: 1 . Guba dan Lincoln dalam Moleong, 2006: 174, menyatakan bahwa observasi adalah teknik pengamatan yang memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi dalam keadaan sebenarnya. Hal-hal yang diamati oleh peneliti dalam kehidupan narasumber penelitian antara lain : 1. Kondisi umum narasumber penampilan fisik dan kondisi lingkungan tempat hidup atau lokasi kegiatan 2. Aktivitas narasumber kegiatan belajar di kampus, kegiatan ekstrakurikuler narasumber, aktivitas sehari-hari di luar jam kampus 3. Dinamika psikologis narasumber karakter narasumber, kecenderungan perilaku yang tampak atau kebiasaan responden, dan sikap yang ditampilkan responden pada saat wawancara 4. Interaksi sosial narasumber hubungan responden dengan sesama teman kampus, dan hubungan responden dengan teman kos Observasi dilaksanakan ketika peneliti berinteraksi dengan narasumber, baik sebelum wawancara, saat proses wawancara, setelah wawancara maupun waktu khusus untuk mengamati keseharian narasumber di lokasi kegiatan. Penelitian ini menggunakan jenis observasi non-partisipan dimana observer tidak turut ambil bagian sepenuhnya dalam kehidupan observee Rahayu dan Ardhani, 2004: 11. Alat observasi yang digunakan adalah catatan lapangan, di mana peneliti mencatat secara deskriptif hal-hal yang dianggap penting saat observasi. Dalam hal ini, peneliti bebas membuat catatan. Pencatatan tidak dilakukan langsung pada saat di lapangan karena dapat mempengaruhi perilaku alamiah narasumber sehingga pencatatan dilakukan segera mungkin setelah peneliti meninggalkan lapangan. Bodgan dan Biklen dalam Moleong 2006: 209 mengartikan Catatan Lapangan sebagai catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Penemuan pengetahuan ataupun teori harus didukung dengan data yang kongkret dan bukan ditopang oleh yang berasal dari ingatan observer saja. 3 Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk mendukung dan menunjang teknik wawancara dan observasi dalam mengumpulkan data. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perekam. Peneliti menggunakan alat bantu perekam untuk merekam wawancara dengan responden dan informan. Rekaman merupakan bukti audio dalam pengumpulan data yang digunakan sebagai pendukung dan penguat data yang telah diambil oleh peneliti.

3.5 Keabsahan Data