menderita gangguan identitas disosiatif untuk mengungkapkan dan belajar mengatasi trauma-trauma masa kecil dengan cara membangun kontak langsung
dengan alur kepribadian-kepribadian. Dengan memisahkan sebagian kepribadian dari kesadaran atau dengan membuat identitas baru, yang dibentuk dengan
hypnosis diri Bliss dalam Liftiah, 2009: 87.
2.1.1.5 Dinamika Psikologi Penderita Trans Disosiatif
Gangguan trans disosiatif dinamakan demikian karena adanya keyakinan psikodinamika bahwa gangguan tersebut mencerminkan penyaluran konversi dari
energi seksual ke simptom fisik Nevid, Rathus dan Greene. 2005: 217. Jadi reaksi yang abnormal ini terjadi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan
kecemasan yang timbul karena suatu konflik yang tidak dapat diatasi dengan baik, sehingga reaksi manusia adalah berusaha menghilangkan kecemasan itu dengan
mekanisme pertahanan diri. Diagnosa psikodinamik ini bertujuan untuk mencari pertahanan yang digunakan penderita Maramis, 1998: 266.
Adanya kelemahan pribadi yang berupa pembawaan, hal ini menimbulkan fiksasi yang keliru dan bermacam-macam perasaan yang ekstrim yaitu: rasa malu,
merasa bersalah dan berdosa, mincomplex, sex delinquency, rasa kegagalan, perasaan dan pikiran yang ditekan. Hal itu menimbulkan konflik internal antara
elemen yang ditekan tersebut, yang diperkuat oleh insting dan dorongan lain. Akhirnya, elemen yang ditekan diekspresikan oleh ego secara tidak langsung
melalui tingkah laku motorik. Maka symptom ini merupakan ekspresi yang di kamuflasekan dari fiksasi dan elemen yang ditekan Kartono, 1981: 87.
Menurut Daradjat 1983: 38 trans disosiatif akibat dari emosi yang sangat menekan, seperti rasa tersinggung, tertekan perasaan, penyesalan, sedih dan
sebagainya. Berdasarkan penjelasan diatas dinamika psikologis penderita disosiatif
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor emosional dan pembawaan diri. Trans disosiatif merupakan manifestasi dari ekspresi elemen yang di tekan karena
setiap konflik yang dihadapi tidak teratasi dengan baik dan selalu dirasa terlalu berat secara subyektif. Sehingga hal ini menimbulkan kecemasan yang begitu
intens, lalu jalan keluar dari penderita yang awalnya sudah mempunyai potensi atau rentan mengalami trans karena pembawaan yaitu dengan mengalami trans
disosiatif, ini untuk mengurangi atau melepas ketegangan dan kecemasan yang dialami untuk menjaga ego diri.
2.1.1.6 Gejala-gejala Trans Disosiatif