Tes HTP menunjukkan bahwa ada gambar dinding, jendela bertirai dan ada pintu, ini menunjukkan adanya kecenderungan membatasi diri untuk berinteraksi
dengan lingkungan. Pada gambar orang nampak kakinya tidak digambar ini menunjukkan tidak bisa memfungsikan penompang dirinya dan diperkuat dengan
ukuran orang yang tidak proporsional Secara kesuluruhan IA menunjukkan bahwa ego tidak bisa berfungsi dalam
menghadapi realita maka terjadilah trans disosiatif. Tes grafis menunjukkan bahwa IA ada kecenderungan mempunyai kepribadian dependen, hal ini dilihat
dari tes BAUM pohon digambar dari tengah kertas yang mengindikasikan pencemas, ragu, ragu dan takut. Relasinya personal dan bersifat mendalam namun
hanya dengan beberapa orang. Gambar rambut terlihat ada masalah afek dengan seksual.
4.6. Pembahasan Hasil Penelitian Secara Umum
4.6.1 Dinamika Psikologi Trans disosiatif Subyek Satu FF
Berdasarkan kriteria DSM-IV kesurupan yang dialami FF termasuk dalam kategori trans disosiatif. Dari hasil pembahasan temuan penelitian menunjukkan
bahwa FF mengalami perubahan keadaan kesadaran atau hilangnya rasa identitas pribadi yang terjadi secara sementara, Perilaku atau gerakan stereotipik yang
dirasakan di luar kendali yaitu berupa Ia menjerit-jerit dengan suara tanpa makna, selain itu badannya menegang, ada kecenderungan menyakiti diri sendiri dengan
tangannya, giginya menggigit keras dan kejadiannya bukan karena praktek budaya dan agama. Kemudian trans disosiatif yang dialami FF di dasari karena faktor
internal yang berpengaruh secara langsung yaitu stres secara emosional bahkan
sampai frustasi yaitu karena masalah hubungan cinta, namun FF juga mengaku pernah mempunyai masalah pertemanan yang membuat dia merasa stres. Selain
itu juga ada faktor internal lainnya adalah kelelahan secara fisik. Kemudian ada faktor eksternal yang juga mempengaruhi secara langsung terjadinya trans
disosiatif yaitu masalah pertemanan dan masalah percintaan remaja yaitu FF di putus pacarnya yang sudah dipacari selama empat tahun, lalu masing-masing
faktor internal dan eksternal ini secara tidak langsung juga saling mempengaruhi. Kemudian ada latar belakang FF yang melatar belakangi kenapa FF rentan
mengalami trans disosiatif yaitu kecenderungan kepribadian histrionik danpola asuh orang tua yang terlalu longgar. FF juga ada kecenderungan memiliki
kepribadian histrionik, dari tes grafis yang di dapat gambaran secara umum FF ada kecenderungan mencari perhatian, mengutamakan emosi dan orangnya
energitic. Gangguan kepribadian histrionik melibatkan emosi yang berlebihan dan kebutuhan yang besar untuk menjadi pusat perhatian Barlow dan Durand, 2005:
282. Selain itu dari hasil observasi di dapatkan bahwa dalam segi berpenampilan FF selalu terlihat sangat flamboyan, gaya bicaranya yang sering mendominasi tapi
tak pernah membahas mengenai kehidupannya sendiri, hal ini sama dengan kriteria gangguan kepribadian menurut DSM IV TR 2002 yaitu secara terus
menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada dirinya
dan memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki perincian. Ketertarikannya pada tari yang membuat dia selalu menjadi
pusat perhatian, Orang dengan gangguan histrionik kemungkinan tertarik pada profesi seperti modeling atau acting dimana mereka dapat mendominasi perhatian
banyak orang. Meski tampak sukses diluar, sebenarnya mereka memiliki self- estem atau harga diri yang kurang dan sedang memberi kesan pada orang lain
dengan tujuan meningkatkan self-worth atau rasa bernilai Barlow dan Durand, 2005: 283.
Saat mengalami stresor berupa putus dengan pacar dan ada hubungan tidak baik dengan temannya FF merasa stres dan frustasi secara psikis dan
kecenderungan Ia tertutup dengan masalahnya dan mekanisme pertahanan diri yang di lakukan FF adalah dengan mengalami trans disosiatif, pertahanan utama
orang dengan gangguan kepribadian histrionik adalah r epresi dan disosiasi Kaplan, Sadock dan Grebb, 2010: 275-276. Setelah mengalami trans disosiatif
FF merasakan kalau secara fisik badannya terasa sakit semua, badan pegal-pegal, kepala dan kaki terasa sakit, jempol kaki gemetar. Namun secara psikis FF
mengaku merasa ayem seperti sudah ada yang terlepas, Chiu menjelaskan keadaan trans disosiatif adalah pelepasan impuls yang ditekan dan perasaan
marah, dan katarsis yang dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan 2000: 17. Hal ini seperti apa yang di rasakan FF, karena sebelum mengalami trans
disosiatif FF mengaku merasa stres yang amat sangat kemudian setelah mengalami trans disosiatif Ia mengaku lebih ayem. Setelah kejadian, orang-orang
disekitar FF lebih perhatian dan hal itu membuat FF lebih senang. Setelah beberapa kali FF mengalami trans disosiatif saat SMA orang tua
FF membawa FF ke pengobatan alternatif untuk di rukyah, hal ini karena di pengaruhi oleh predisposisi nilai kepercayaan dan kebudayaan bahwa saat
seseorang mengalami kesurupan adalah selalu masalah dengan hal-hal ghaib,
padahal ada kemungkinan mengalami trans disosiatif seperti yang dialami FF, maka setelah FF di rukyah FF masih sering mengalami trans disosiatif yang
dianggap sebagai kesurupan. Teman-teman kos FF juga lebih mempercayai bahwa FF di masuki makhluk ghaib dan mereka pun lebih memilih memanggil orang
pintar yang mengetahui hal ghaib daripada mencoba membawa FF ke psikiater atau psikolog.
Gambar 4.1 Dinamika Psikologis Trans Disosiatif Subyek Satu FF
4.6.2 Dinamika Psikologi Trans disosiatif Subyek Dua IA