Faktor Internal Faktor-faktor Terjadinya Trans disosiatif

orang lain atau melemparkan barang-barang. Hal ini berlangsung tiba-tiba atau bertahap. Jadi lebih banyak fenomena yang bersifat gerak motorik. Namun yang gejala yang muncul pada FF hanyalah berteriak dan mencoba menyakiti diri sendiri saja.

4.4.1.4 Faktor-faktor Terjadinya Trans disosiatif

4.4.1.4.1 Faktor Internal

Maramis 1998: 262 menyebutkan bahwa sebab terjadinya gangguan disosiatif berupa kesurupan adalah adanya konflik dan menimbulkan kecemasan, kemudian perasaan itu direpresi dan diubah atau dialihkan pada fungsi somatosensorik atau somatomotorik. Teori ini benar karena sebelum mengalami kesurupan FF mengaku kalau dia sedang ada masalah yang sangat membebani pikirannya sehingga membuatnya merasa stres secara emosional. Dan saat bulan Februari kemarin FF sedang ada suatu masalah, yaitu dia putus dengan pacarnya. Lalu masalahnya ini sampai membuat FF merasa lelah secara fisik. Selain mengalami stres secara emosional FF juga mengaku kalau dia juga merasakan kelelahan secara fisik, karena aktifitasnya yang sering ada kuliah dari pagi sampai malam. Kartono 1989: 86 menyebutkan penyebab gangguan disosiatif berupa kesurupan salah satunya adalah karena kondisi fisikorganis yang tidak menguntungkan; misalnya sakit, lemah, lelah, fungsi-fungsi organik yang lemah, gangguan pikiran dan badan. Hal ini sama dengan apa yang dirasakan oleh Fufu sesaat sebelum mengalami kesurupan. Setiap mengalami kesurupan FF mengaku mempunyai masalah-masalah yang berbeda, dia pernah ada masalah dengan temannya. Tapi FF mengaku sampai merasa stres akibat masalah dengan temannya itu dan FF sendiri juga tidak mengatakannya pada temannya itu. Saat FF sedang mengalami suatu masalah Ia selalu nampak stres bahkan sampai nampak frustasi. Perubahan emosi yang begitu kontras terlihat, karena dalam kesehariannya saat keadaan biasa FF selalu nampak ceria dan cenderung periang. Namun tiba-tiba bisa menjadi sangat pendiam dan nampak selalu terlihat lemah. Namun FF cenderung tertutup dengan masalahnya, ia tak pernah menceritakan setiap masalah yang ia alami kepada teman-temannya yang lain. Selain masalah stres emosional FF juga mengaku kalau Ia mempunyai pengalaman atau cerita yang tidak menyenangkan waktu kecil, yaitu saat Ia kelas lima SD Bapaknya meninggal dunia, sejak itu subyek lebih menutup diri dengan orang sekitar dan FF juga merasa besar sendiri. Dulu FF cenderung lebih dekat dengan Bapaknya daripada Ibunya. Dan FF menjadi anak kesayangan bapaknya. Dalam penelitian During et al menjelaskan beberapa etiologi utama dalam mengidentifikasi trans disosiatif salah satunya adalah stressor psikologis, termasuk kematian seorang kerabat atau anggota keluarga, atau disebut berkabung secara patologis During et al, 2011: 238. Hal ini juga hampir mirip dengan apa yang telah di alami oleh FF. Kejadian kesurupan yang paling parah dialami oleh FF adalah saat kira-kira bulan februari 2013. FF sampai mengalami pingsan tak sadarkan diri tiga kali dalam kurun waktu satu hari. Saat itu FF baru di putus oleh pacarnya yang sudah di pacari FF selama empat tahun. Namun yang menarik disini adalah ada semacam pembiasaan yang salah, karena selama FF menjalin hubungan dengan pacarnya itu. Kalau sedang ada masalah pasti pacarnya mengancam untuk putus, kemudian FF merasa stres bahkan nampak depresi, lalu FF mengalami kesurupan kemudian pacarnya tahu dan tidak tega melihat kondisi FF yang sering mengalami kesurupan yang menurut pacarnya itu sangat menyiksa FF kemudian akhirnya balikan lagi, itu terus berulang sampai teman-teman kos hafal. Lalu kejadian terakhir begitu lagi, ada masalah lagi dengan pacarnya tapi tidak berakhir balikan, jadi FF sampai mengalami pingsan tiga kali dalam sehari. Hal ini hampir sama dengan teori dari Kartono 1989: 86 menyebutkan penyebab gangguan disosiatif berupa kesurupan salah satunya adalah disiplin dan kebiasaan hidup yang salah. Hal ini mengakibatkan kontrol pribadi yang kurang baik, atau memunculkan integrasi kepribadian yang sangat lemah.

4.4.1.4.2 Faktor Eksternal