5. Lama Perawatan
Faktor yang menyebabkan pasien harus melakukan rawat inap yaitu karena banyak keluhan kesehatan baik keluhan utama maupun komplikasinya
yang dianggap serius atau tidak ada anggota keluarga yang merawat pasien. Lamanya perawatan pasien hipertensi di rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih
sangat beragam. Bila kondisi penyakit pasien parah maka pasien tersebut akan lebih lama menginap dibanding pasien dengan kondisi penyakit yang ringan.
Tabel VI. Distribusi Lama Menginap Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Tahun 2005
No Lama menginap hari
Jumlah pasien Persentasi
1 1
1 1,2
2 2
7 8,6
3 3
8 9,9
4 4
6 7,4
5 5
8 9,9
6 6
7 8,6
7 7
12 14,8
8 8
4 4,9
9 9
6 7,4
10 10
3 3,7
11 11
7 8,6
12 12
1 1,2
13 13
2 2,5
14 14
1 1,2
15 17
3 3,7
16 18
1 1,2
17 19
1 1,2
18 20
1 1,2
19 21
2 2,5
Total 81
100
Dari tabel VI dapat dilihat bahwa jangka waktu perawatan yang paling lama adalah 21 hari 2,5, sedangkan jangka waktu perawatan yang paling cepat
adalah 1 hari 1,2 . Lama perawatan yang paling banyak adalah 7 hari 14,8 dan rata-rata lama perawatan adalah 9 hari. Hasil data di atas menunjukkan bahwa
pada umumnya lama perawatan pasien geriatri lebih dari satu hari yang mungkin dikarenakan kondisi pasien yang mulai melemah dan membutuhkan penanganan
khusus sehingga kebanyakan dokter menyarankan agar pasien menjalani rawat inap lebih dari 1 hari.
B. Profil Peresepan Obat
Profil peresepan obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005 dilihat berdasarkan
golongan dan jenis obat antihipertensi, golongan dan jenis obat non antihipertensi, jumlah obat antihipertensi yang digunakan, kesesuaian pemilihan obat dengan
diagnosis, cara pemberian obat antihipertensi.
1. Golongan dan Jenis Obat Antihipertensi yang Digunakan
Terapi hipertensi digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah komplikasi penyakit lain yang terkait dengan tingginya tekanan darah.
Menurut JNC VII obat antihipertensi yang disarankan adalah diuretik, angiotensin converting enzyme ACE inhibitor, antagonis reseptor angiotensin II, beta-bloker,
dan obat yang bekerja di sentral, serta vasodilator. Golongan dan jenis obat antihipertensi yang digunakan oleh pasien hipertensi geriatri di Instalasi Rawat
Inap Rumah Sakit Panti Rapih ditunjukkan pada tabel VII. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel VII. Distribusi Golongan dan Jenis Obat Antihipertensi yang Digunakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
Tahun 2005
No Golongan Obat
Jenis Obat Jumlah
Kasus Persentasi
Total Persentasi
kaptopril 25
19,1 perindopril
1 0,8
ramipril 4
3,1 1.
ACE inhibitor imidapril
8 6,1
28,5
amlodipin 18
13,7 nifedipin
12 9,2
2. Antagonis Ca
diltiazem HCl
2 1,5
24,6
karvedilol 7
5,3 3
Beta- bloker bisoprolol
fumarat 3
2,3 7,7
furosemid 18
13,7 4
Diuretika indapamida
3 2,3
16,2 5
Antihipertensi bekerja di sentral
klonidin 13
9,9 10,0
valsartan 13
9,9 6
Antagonis reseptor
angiotensin II losartan
4 3,15
13,1
Total 131
100 100
Pada tabel VII dapat dilihat antihipertensi yang banyak digunakan adalah ACE inhibitor, diikuti antagonis Ca, diuretika, antagonis reseptor angiotensin II,
antihipertensi bekerja disentral, beta-bloker. Jika dibandingkan dengan penelitian- penelitian terdahulu, penelitian Lidia 2005 menunjukkan bahwa ACE inhibitor
lebih sering diberikan pada pasien lanjut usia, diikuti antagonis Ca, diuretik, antihipertensi bekerja sentral, antagonis reseptor angiotensin II, vasodilator, beta-
bloker. Penelitian Prasetyo 2005 juga menyebutkan bahwa ACE inhibitor lebih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
banyak digunakan, diikuti antagonis Ca, diuretik, antagonis reseptor angitensin II, antihipertensi bekerja sentral.
Sama seperti penelitian Lidya 2005 dan Prasetyo 2005, pada penelitian ini antihipertensi yang banyak digunakan adalah ACE inhibitor sebanyak 28,5.
Golongan ACE inhibitor yang banyak digunakan adalah kaptopril sebesar 19,1. Tentu saja hal ini berbeda dengan JNC VII dan standar pengobatan Rumah Sakit
Panti Rapih yang merekomendasikan diuretik sebagai obat hipertensi pilihan pertama. Angiotensin Converting Enzyme ACE inhibitor bermanfaat dan aman
digunakan oleh pasien lanjut usia terutama pada dosis yang rendah serta efektif mengurangi resiko stroke Saseen dan Carter, 2005. Menurut Massie 2002,
keuntungan penggunaan ACE inhibitor relatif memiliki sedikit efek samping dibandingkan dengan antihipertensi lain. Angiotensin converting enzyme inhibitor
juga dianjurkan pada pasien dengan nefropati diabetes karena dapat mengurangi proteinuria dan dapat menstabilkan fungsi ginjal.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selain ACE inhibitor, antihipertensi yang banyak digunakan adalah antagonis kalsium sebesar 24,6.
Pedoman pengobatan RSPR dan JNC VII menyebutkan antagonis kalsium sebagai salah satu golongan antihipertensi tahap pertama. Antagonis kalsium dapat
mengurangi kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada pasien lanjut usia dengan hipertensi sistolik Saseen dan Carter, 2005. Menurut Harvey dan
Woorward 2001 antagonis kalsium terbukti memiliki efektifitas, keamanan, dan dapat ditoleransi oleh pasien lanjut usia. Selain itu pemilihan antagonis sebagai
antihipertensi didasarkan pada keefektifannya menurunkan tekanan darah dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI