Pengobatan Rasional PENELAAHAN PUSTAKA
kepatuhan. Polifarmasi merupakan problem utama dalam kelompok pasien ini. Semakin banyak jumlah obat yang diterima pasien maka makin besar pula resiko
efek samping obat, interaksi obat dan interaksi obat-penyakit. Pemakaian obat pada lansia didasarkan pada perubahan farmakokinetik serta farmakodinamik,
karena hal tersebut akan berkaitan dengan perubahan fisiologik pada organ dan sistem tubuh yang mempengaruhi respon tubuh terhadap obat Sumartono, 2003.
1. Farmakokinetika lansia Obat harus berada pada tempat kerjanya dengan konsentrasi yang tepat
untuk mencapai efek terapeutik yang diharapkan. Perubahan-perubahan farmakokinetik pada pasien lanjut usia memiliki peranan penting dalam
bioavailbilitas obat tersebut Prest, 2003. Perubahan farmakokinetik yang dialami orang lanjut usia antara lain
terjadi pada mekanisme absorpsi. Bertambahnya usia kemungkinan dapat mengakibatkan perubahan kecepatan sejumlah obat yang diabsorsi. Absorbsi obat
di lambung dan di usus secara keseluruhan tidak mengalami perubahan yang berarti. Penurunan aliran darah dan motilitas usus tidak mengurang jumlah obat
yang diabsorbsi. Tetapi bila obat yang diabsorbsi mengalami metabolisme lintas maka obat yang masuk ke sirkulasi darah akan semakin kecil Martono, 2004.
Dengan bertambahnya usia, faktor-faktor yang menentukan distribusi obat termasuk komposisi tubuh, ikatan plasma, dan aliran organ akan mengalami
perubahan. Pada usia lanjut komposisi tubuh total air dalam tubuh akan menurun sehingga menyebabkan penurunan volume distribusi obat yang larut air.
Akibatnya konsentrasi obat dalam plasma akan meningkat. Jumlah albumin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menurun dengan bertambahnya usia. Obat-obat yang akan terikat dengan protein, sehingga konsentrasi obat bebas akan meningkat. Perubahan aliran darah organ
akan mengakibatkan penurunan perfusi pada anggota gerak, hati, otot jantung dan otak. Obat- obat yang mempunyai daya kelarutan dalam lemak yang tinggi akan
terdistribusi lebih luas sehingga kerja obat akan menjadi lebih lambat Prest, 2003.
Penderita lanjut usia biasanya mengalami penurunan metabolisme yang menyebabkan meningkatnya bioavailabilitas obat dalam darah. Perubahan
tersebut disebabkan adanya gangguan metabolisme lintas pertama sehingga menurunkan kapasitas metabolisme obat di hati. Kapasitas fungsi hepar pada
lansia juga menurun, sehingga massa dan aliran darah sudah berkurang . Metabolisme obat di hepar berlangsung dengan katalis atau aktivitas enzim.
Aktivitas enzim ini dapat dirangsang oleh obat inducer seperti rimpafisin, diazepam dan dapat dihambat oleh inhibitor seperti alupurinol, simetidin
Martono, 2004. Perubahan paling berarti yang terjadi pada usia lanjut ialah berkurangnya
fungsi ginjal. Dengan bertambahnya umur aliran darah, filtrasi glomerulus dan sekresi tubuli ginjal teraus mengalami reduksi. Hal ini menyebabkan ekskresi obat
berkurang, akibatnya terjadi perpanjangan intensitas kerja obat. Selain itu, perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah penurunan aliran darah ke ginjal
sehingga kecepatan filtrasi glomerulus berkurang, akibatnya konsentrasi obat dalam jaringan meningkat. Pada pasien lanjut usia perlu penyesuaian dosis
terutama obat-obat yang mempunyai indeks terapi sempit seperti digoksin dan aminoglikosida Bustami, 2001.
Tabel IV. Perubahan Fisiologis yang Mempengaruhi Proses Kinetika pada Lanjut Usia Martono, 2004
Perubahan Fisiologi pada Lansia Perubahan dalam Proses
Farmakokinetika
Penurunan permukaan absorsi Penurunan aliran darah
Penurunan pH saluran cerna Perubahan motilitas saluran cerna
absorbsi Penurunan cairan tubuh total
Penurunan massa tubuh tidak berlemak
Penurunan albumin serum distribusi
Penurunan aliran darah hepar Penurunan aktivitas enzim
Penurunan induksi enzim metabolisme
Penurunan aliran darah ginjal Penurunan aliran glomerulus
Penurunan sekresi tubulus ekskresi
2. Perubahan farmakodinamik usia lanjut Perubahan farmakodinamik pada lansia dapat mengubah respon terhadap
obat. Respon seluler pada lansia akan mengalami penurunan. Penurunan kemampuan menjaga keseimbangan hameostatis terkait penurunan endokrin dan
respon organ, perubahan pada reseptor dan tempat perubahan respon jaringan sasaran itu sendiri dapat menyebabkan perubahan respon terhadap obat Prest,
2003. Pada umumnya obat-obat yang cara kerjanya merangsang proses biokimia seluler intesitas pengaruhnya akan menurun, misanya agonis beta untuk
mengobati asma diperlukan dosis yang lebih besar. Sebaliknya obat yang bekerja dengan menghambat proses biokimia seluler maka efek farmakologik obat akan
meningkat sehingga menyebabkan efek toksik Martono, 2004. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI