Golongan dan Jenis Obat Antihipertensi yang Digunakan

dapat menetralkan efek metabolik. Golongan antagonis kalsium yang banyak digunakan pada penelitian ini yaitu amlodipin sebesar 13,7. Golongan obat ketiga yang banyak digunakan adalah diuretik sebanyak 16,2. Hal ini dikarenakan diuretik berkhasiat menurunkan tekanan darah terutama pada penderita lanjut usia dan efek antihipertensi berlangsung lebih lama serta efektif dalam dosis yang rendah Saseen dan Carter, 2005. Golongan diuretik yang paling banyak digunakan adalah furosemid sebanyak 18 kasus 13,7. Keadaan ini tidak sesuai dengan JNC VII yang merekomendasikan diuretik tiazid sebagai antihipertensi pilihan pertama dalam terapi hipertensi. Furosemid termasuk dalam golongan diuretik kuat. Antagonis reseptor angiotensin II yang banyak diresepkan adalah valsartan sebesar 9,9 13 kasus. Walaupun bukan antihipertensi pilihan pertama, tapi antihipertensi golongan ini masih banyak diresepkan. Efek samping antagonis reseptor angiotensin II kurang lebih sama dengan ACE inhibitor. Obat-obat golongan ini dapat digunakan sebagai alternatif pada pasien yang harus menghentikan terapi dengan ACE inhibitor akibat batuk kering. Penggunaan antagonis kalsium lebih sedikit dibandingkan dengan ACE inhibitor karena menurut Massie 2002, antagonis reseptor angiotensin II memiliki harga yang lebih mahal dan pengalaman penggunaan jangka panjang masih terbatas. Obat antihipertensi yang paling sedikit digunakan dalam terapi hipertensi pada geriatri di RSPR adalah beta-bloker yaitu sebesar 7,7. Penggunaan beta- bloker pada penderita hipertensi yang disertai gagal ginjal kronik dapat memperburuk fungsi ginjal. Beta-bloker lebih efektif diberikan pada populasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan aktivitas renin yang tinggi seperti pasien muda Massie, 2002. Menurut Mycek 2001, adanya komplikasi penyakit pada usia lanjut dapat menurunkan efektifitas beta-bloker. Penyakit yang dapat mengurangi efek terapeutik penggunaan beta-bloker, misalnya penyakit ginjal, asma dan gagal jantung.

2. Golongan dan Jenis Obat Non antihipertensi yang Digunakan

Pada penelitian ini pasien geriatri juga menerima obat lain selain obat antihipertensi. Penggolongan obat non antihipertensi dilakukan dengan mengacu pada Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000. Dari data yang ada dapat kita ketahui bahwa terdapat 88 macam obat non antihipertensi yang diberikan pada pasien hipertensi geriatri. Tabel VIII. Distribusi Golongan dan Jenis Obat Non Antihipertensi Berdasarkan Kelas Terapi yang Digunakan pada Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap RSPR Tahun 2005 Obat Kelas Terapi Golongan Jenis Obat Jumlah Kasus Persentasi Antiangina Nitrat isosorbit dinitrat 12 13,6 simvastatin 6 6,8 Statin atorvastatin 4 4,5 Antihiperlipi demia Resin penukar ion falterol 1 1,1 Antikoagul an Antifibrinolitik asam traneksamat 2 2,3 Kardiovaskuler Inotropik Positif Glikosida jantung digoksin 1 1,1 diazepam 3 3,4 klobazam 2 2,3 Antiepilepsi pirasetam 1 1,1 Antidepresan sentralin 1 1,1 Psikofarm aka Antihipnotik estazolam 3 3,4 metoklopra mid 1 1,1 domperindo n 1 1,1 Susunan Saraf Pusat Obat Mual dan Vertigo betahistin hidroklorida 5 5,7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Lanjutan Tabel VIII Teofilin aminopilin 1 1,1 Antiasma Stimulan adr enoresepto r salbutamol 1 1,1 Saluran Nafas Obat batuk dan ekspektoran ekspektoran deks trometor fan 3 3,4 Antagonis reseptor H 2 ranitidin 7 8,0 Saluaran Cerna Antitukak Khelator sukralfat 2 2,3 dipiron 4 4,5 Analgesik Non Opioid asam mefenamat 1 1,1 Analgesik Analgesik Opioid tramadol 1 1,1 Vitamin asam folat 4 4,5 Gizi d an darah Mineral Seng garam seng 1 1,1 Obat Gout alupurinol 7 8,0 ketoprofen 5 5,7 Penyakit otot dan sendi Obat untuk penyakit reumatik dan gout AINS diklofenak 4 4,5 Hormonal Antidiabetik Antidiabetik oral gli benklamid 4 4,5 Total 88 100 Dari data tabel VIII obat non antihipertensi yang paling banyak diberikan adalah antiangina sebanyak 12 kasus 13,6 dan antihiperlipidemia sebanyak 11 kasus 12,4. Kelas terapi antiangina yang digunakan adalah golongan nitrat yang bekerja dengan merelaksasi otot polos pembuluh vena sehingga tekanan darah menurun. Obat golongan ini juga dapat memperbaiki sirkulasi koroner pada penderita aterosklerosis koroner dengan cara dilatasi pembuluh darah koroner. Obat antihiperlipidemia pada penderita hipertensi dibutuhkan untuk mengurangi kadar lipid dalam pembuluh darah sehingga dapat meningkat elastisitas pembuluh darah. Pada penelitian ini, obat antihiperlipidemia yang banyak digunakan adalah golongan statin sebanyak 11 kasus. Dari data tabel VIII, obat untuk penyakit otot dan sendi yang banyak digunakan adalah golongan AINS sebanyak 9 kasus sedangkan golongan antigout sebanyak 7 kasus. Menurut IONI 2000, AINS memiliki efek analgesik yang bertahan lama sehingga efektif pada pengobatan nyeri berulang akibat radang. Biasanya serangan gout akut diobati dengan AINS sedangkan alupurinol tidak efektif dalam mengatasi serangan akut.

2. Jumlah Obat

Antihipertensi yang ideal adalah antihipertensi yang memenuhi kriteria seperti efektif lebih dari 24 jam dengan dosis rendah, mempunyai respon yang tinggi untuk semua kelompok penderita hipertensi, tidak memiliki efek samping dan harganya murah. Kriteria obat antihipertensi yang ideal sulit dicapai dengan monoterapi. Oleh karena itu dilakukan percobaan untuk mencapai terapi obat antihipertensi yang ideal dengan mengkombinasikan obat antihipertensi tambahan dalam dosis rendah Neutel, 2002. Variasi jumlah obat untuk penderita hipertensi dapat dilihat pada tabel IX. Tabel IX. Distribusi Jumlah Obat Antihipertensi yang Digunakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Tahun 2005 No Jumlah Antihipertensi Jumlah kasus Persentasi 1 Tunggal 45 55,5 2 2 kombinasi 25 30,9 3 3 kombinasi 11 13,6 Total 81 100 Dari data tabel IX, dapat dilihat pemberian obat tunggal sebanyak 45 kasus 55,5, pemberian 2 macam kombinasi sebanyak 25 kasus 30,9 sedangkan pemberian 3 macam kombinasi antihipertensi sebanyak 11 kasus 13,6. Jumlah obat antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah pemberian tunggal. Pada pasien lanjut usia sebaiknya diberi terapi kombinasi obat antihipertensi. Pemberian tunggal kurang efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien lansia dengan beragam patologi. Penggunaan Obat Antihipertensi secara Tunggal 33,3 8,9 15,6 31,1 11,1 5 10 15 20 25 30 35 Antihipertensi Bekerja di Sentral ACE Inhibitor β-bloker Antagonis Ca Antagonis reseptor angiotensin II Obat Antihipertensi Pr os en ta se Gambar 8. Distribusi Jumlah Penggunaan Obat Antihipertensi Secara Tunggal di Instalasi Rawat Inap RSPR Yogyakarta Tahun 2005. Menurut Neutel 2002, terapi kombinasi sangat efektif menurunkan tekanan darah pada lanjut usia. Terapi kombinasi memiliki dosis yang lebih kecil sehingga efek samping yang terjadi relatif lebih rendah. Keuntungan lain dari terapi kombinasi adalah biaya terapi yang lebih murah dibandingkan dosis monoterapi. Data pada gambar 8 memperlihatkan bahwa penggunaan ACE inhibitor secara tunggal mempunyai persentasi paling besar yaitu 15 kasus 33,3, diikuti antagonis Ca secara tunggal sebanyak 14 kasus 31,1, beta-

Dokumen yang terkait

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari-Juni 2016.

0 12 56

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul.

0 1 50

Kajian interaksi obat pada peresepan pasien Hipertensi Geriatri di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari Juni 2016

0 0 54

Evaluasi drug related problems pada pengobatan pasien stroke di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005.

0 5 127

Profil peresepan obat antihipertensi pada pasien pre-eklampsia di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005.

0 1 110

Kajian interaksi obat pada pasien penyakit jantung koroner di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005.

1 20 96

Kajian interaksi obat pada pasien penyakit jantung koroner di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode 2005 - USD Repository

0 0 94

POLA PERESEPAN OBAT PENYAKIT ASMA BRONKIAL PADA PASIEN PEDIATRI DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2006

0 0 106

PROFIL PERESEPAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN PRE-EKLAMPSIA DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

0 0 108

PROFIL PERESEPAN DAN EVALUASI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

0 0 127