Lama Perawatan Karakteristik Pasien Hipertensi Geriatri
banyak digunakan, diikuti antagonis Ca, diuretik, antagonis reseptor angitensin II, antihipertensi bekerja sentral.
Sama seperti penelitian Lidya 2005 dan Prasetyo 2005, pada penelitian ini antihipertensi yang banyak digunakan adalah ACE inhibitor sebanyak 28,5.
Golongan ACE inhibitor yang banyak digunakan adalah kaptopril sebesar 19,1. Tentu saja hal ini berbeda dengan JNC VII dan standar pengobatan Rumah Sakit
Panti Rapih yang merekomendasikan diuretik sebagai obat hipertensi pilihan pertama. Angiotensin Converting Enzyme ACE inhibitor bermanfaat dan aman
digunakan oleh pasien lanjut usia terutama pada dosis yang rendah serta efektif mengurangi resiko stroke Saseen dan Carter, 2005. Menurut Massie 2002,
keuntungan penggunaan ACE inhibitor relatif memiliki sedikit efek samping dibandingkan dengan antihipertensi lain. Angiotensin converting enzyme inhibitor
juga dianjurkan pada pasien dengan nefropati diabetes karena dapat mengurangi proteinuria dan dapat menstabilkan fungsi ginjal.
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selain ACE inhibitor, antihipertensi yang banyak digunakan adalah antagonis kalsium sebesar 24,6.
Pedoman pengobatan RSPR dan JNC VII menyebutkan antagonis kalsium sebagai salah satu golongan antihipertensi tahap pertama. Antagonis kalsium dapat
mengurangi kematian akibat penyakit kardiovaskuler pada pasien lanjut usia dengan hipertensi sistolik Saseen dan Carter, 2005. Menurut Harvey dan
Woorward 2001 antagonis kalsium terbukti memiliki efektifitas, keamanan, dan dapat ditoleransi oleh pasien lanjut usia. Selain itu pemilihan antagonis sebagai
antihipertensi didasarkan pada keefektifannya menurunkan tekanan darah dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat menetralkan efek metabolik. Golongan antagonis kalsium yang banyak digunakan pada penelitian ini yaitu amlodipin sebesar 13,7.
Golongan obat ketiga yang banyak digunakan adalah diuretik sebanyak 16,2. Hal ini dikarenakan diuretik berkhasiat menurunkan tekanan darah
terutama pada penderita lanjut usia dan efek antihipertensi berlangsung lebih lama serta efektif dalam dosis yang rendah Saseen dan Carter, 2005. Golongan
diuretik yang paling banyak digunakan adalah furosemid sebanyak 18 kasus 13,7. Keadaan ini tidak sesuai dengan JNC VII yang merekomendasikan
diuretik tiazid sebagai antihipertensi pilihan pertama dalam terapi hipertensi. Furosemid termasuk dalam golongan diuretik kuat.
Antagonis reseptor angiotensin II yang banyak diresepkan adalah valsartan sebesar 9,9 13 kasus. Walaupun bukan antihipertensi pilihan pertama, tapi
antihipertensi golongan ini masih banyak diresepkan. Efek samping antagonis reseptor angiotensin II kurang lebih sama dengan ACE inhibitor. Obat-obat
golongan ini dapat digunakan sebagai alternatif pada pasien yang harus menghentikan terapi dengan ACE inhibitor akibat batuk kering. Penggunaan
antagonis kalsium lebih sedikit dibandingkan dengan ACE inhibitor karena menurut Massie 2002, antagonis reseptor angiotensin II memiliki harga yang
lebih mahal dan pengalaman penggunaan jangka panjang masih terbatas. Obat antihipertensi yang paling sedikit digunakan dalam terapi hipertensi
pada geriatri di RSPR adalah beta-bloker yaitu sebesar 7,7. Penggunaan beta- bloker pada penderita hipertensi yang disertai gagal ginjal kronik dapat
memperburuk fungsi ginjal. Beta-bloker lebih efektif diberikan pada populasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI