yang bersifat dapat menginduksi reaksi hipersensitivitas maka menyebabkan reaksi sensitivitas berat Tatro, 2001.
Secara teoritis onset yang ditimbulkan interaksi ini adalah onset tertunda, dimana efek klinis dari interaksi obat yang timbul dalam beberapa hari atau
beberapa minggu setelah pemberian. Pemberian kombinasi ini sebaiknya hati-hati karena mempunyai tingkat keparahan mayor yang dapat membahayakan jiwa
pasien atau dapat menyebabkan kerusakan permanen. Tingkat kepercayaan interaksi ini bersifat possible yaitu efek dari interaksi mungkin terjadi tetapi data
yang ada sangat terbatas. Penatalaksanaan interaksi ini dapat dilakukan dengan cara monitoring penggunaan atau dengan memberi terapi hipersensitivitas
Stockley, 1994. Pada penelitian interaksi angiotensin converting enzyme inhibitor dan alupurinol sebanyak 4 kasus 19,1.
e. loop diuretik dan NSAIDs Dengan adanya NSAIDs akan menghambat sintesis prostaglandin renal,
sehingga tekanan darah renal akan meningkat. Akibatnya efektivitas furosemid akan berkurang Stockley, 1994. Secara teoritis onset yang ditimbulkan interaksi
ini adalah onset cepat, dimana efek klinis muncul dalam waktu 24 jam setelah pemberian. Efek klinis dari interaksi ini bersifat minor yaitu efek yang timbul
biasanya ringan atau tidak timbul dan tidak dibutuhkan terapi tambahan. Kombinasi ini juga mempunyai tingkat kepercayaan probable yaitu interaksi yang
timbul sangat mungkin terjadi tetapi belum terbukti secara klinis Tatro, 2001. Penatalaksanaan interaksi ini dapat dilakukan dengan cara monitoring penggunaan
dan bila perlu dosis furosemid ditingkatkan Stockley, 1994. Persentasi interaksi loop diuretik dan NSAIDs dalam penelitian ini sebanyak 1 kasus 4,8.
f. loop diuretik dan kolestiramin Kombinasi ini menyebabkan absorbsi furosemid berkurang.
Kolesterotiramin merupakan resin penukar ion yang dapat mengikat furosemid dalam usus sehingga menyebabkan efek furosemid berkurang Stockley, 1994.
Secara teoritis onset yang ditimbulkan interaksi ini adalah onset cepat dan mempunyai tingkat keparahan moderat, dimana efek yang timbul menyebabkan
memperburuk kesehatan pasien. Tingkat kepercayaan interaksi ini dikategorikan suspected yaitu efek dari interaksi ini mungkin terjadi, tetapi butuh penelitian
lebih lanjut Tatro, 2001. Untuk menghindari efek samping ini sebaiknya furosemid diberikan 2-3 jam sebelum pemberian kolestiramin Stockley, 1994.
Dari hasil penelitian, interaksi loop diuretik dan kolestiramin sebanyak 1 kasus 4,8.
g. beta bloker dan antasida Mekanisme interaksi ini belum pasti, akan tetapi ada pendapat yang
mengatakan kemungkinan berhubungan dengan tertundanya pengosongan lambung yang disebabkan oleh antasida, akibatnya absorbsi beta-bloker
berkurang. Penatalaksanaan interaksi ini perlu dilakukan penyesuaian dosis Stockley, 1994. Dari hasil penelitian, interaksi beta-bloker dan antasida
sebanyak 1 kasus 4,8. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
h. beta bloker dan NSAIDs Kombinasi ini menyebabkan efek beta-bloker berkurang. Mekanisme
interaksi ini adalah NSAIDs akan menghambat sintesis prostaglandin ginjal sehingga menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.
Penatalaksanaan interaksi ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan dosis frusemid dan monitoring tekanan darah Stockley, 1994. Secara teoritis
kombinasi ini mempunyai onset tertunda dimana efek klinis dari interaksi obat timbul dalam beberapa hari atau beberapa minggu setelah pemberian. Interaksi ini
juga mempunyai tingkat keparahan moderat sehingga mungkin dibutuhkan rawat inap di rumah sakit atau terapi tambahan. Tingkat kepercayaan interaksi ini
dikategorikan probable jika efek dari interaksi sangat mungkin terjadi tetapi belum terbukti secara klinis Tatro, 2001. Persentasi interaksi beta-bloker dan
NSAIDs dalam penelitian ini sebanyak 1 kasus 4,8.
D. Rangkuman Pembahasan
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman profil peresepan dan evaluasi interaksi antihipertensi pada pasien geriatri di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional dengan rancangan deskriptif non analitik.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pengambilan data dan tahap penyelesaian data. Bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medik atau
kartu permintaan obat pasien geriatri Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2005.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa bila ditinjau dari karakteristik pasien, jenis kelamin pasien hipertensi geriatri yang paling banyak adalah wanita
sebesar 61,7 sedangkan pasien pria sebesar 38,3. Kelompok umur yang paling banyak terjadi hipertensi adalah kelompok umur 65 -
≤75 tahun yaitu sebesar 66,7. Menurut JNC VII klasifikasi hipertensi yang paling banyak terjadi adalah
hipertensi tingkat 2 yaitu sebesar 67,9, sedangkan hipertensi tingkat 1 sebanyak 24,7 dan prehipertensi sebesar 7,4. Dilihat dari penyakit penyerta yang paling
banyak diderita oleh pasien hipertensi geriatri adalah stroke sebesar 41,8. Prosentase menginap terbanyak yakni 7 hari 14,8.
Dilihat dari profil peresepan, golongan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan oleh pasien geriatri adalah ACE inhibitor sebesar 28,5.
Golongan dan jenis obat non antihipertensi yang banyak digunakan adalah obat untuk penyakit reumatik dan gout sebesar 18,2. Jumlah obat antihipertensi yang
banyak digunakan yaitu tunggal sebesar 55,5, kombinasi dua obat sebesar 30,9, sedangkan kombinasi tiga obat sebesar 13,6. Kesesuaian pemilihan
antihipertensi berdasarkan penyakit penyulit yang sesuai dengan JNC VII sebanyak 38 kasus, sedangkan yang tidak sesuai sebanyak 6 kasus. Cara
pemberian obat secara oral sebesar 90,9, sedangkan injeksi sebesar 9,1. Evaluasi interaksi obat antihipertensi yang terjadi antara obat
antihipertensi dengan antihipertensi lain yang paling sering terjadi adalah interaksi diuretik dan ACE inhibitor yaitu sebesar 25,9. Interaksi obat antihipertensi
dengan obat lain yang paling banyak terjadi yaitu ACE Inhibitor dan antasida sebesar 28,6.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal-hal sebagai berikut ini.
1. Karakteristik pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005, meliputi jenis kelamin pasien hipertensi geriatri yang
paling banyak adalah wanita sebesar 61,7. Kelompok umur yang paling banyak terjadi hipertensi adalah kelompok umur 65-
≤75 tahun sebanyak 54 kasus 66,7. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII yang paling banyak
adalah pasien hipertensi tingkat 2 sebanyak 55 kasus 67,9 sedangkan penyakit penyerta yang banyak diderita pasien adalah stroke sebanyak 23
kasus 28,4 sedangkan rata-rata pasien menginap selama 9 hari. 2. Profil peresepan antihipertensi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005, meliputi golongan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan oleh pasien geriatri adalah ACE
inhibitor sebesar 28,5. Golongan obat non antihipertensi yang banyak digunakan adalah obat untuk penyakit reumatik dan gout sebesar 18,2.
Jumlah obat antihipertensi yang banyak digunakan yaitu tunggal sebanyak 45 kasus 55,5. Kesesuaian pemilihan obat antihipertensi berdasarkan JNC VII
sebanyak 38 kasus. Cara pemberian obat yang banyak digunakan adalah secara oral sebanyak 120 kasus 90,9.
3. Evaluasi interaksi obat antihipertensi yang terjadi pada pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta tahun 2005,
meliputi interaksi yang paling sering terjadi adalah interaksi diuretik dan ACE inhibitor sebanyak 15 kasus 25,9 yang memiliki onset tertunda dan tingkat
keparahan interaksi bersifat minor. Interaksi obat antihipertensi dengan obat lain yang paling banyak terjadi yaitu ACE Inhibitor dan antasida sebanyak 6
kasus 28,6 dengan onset cepat dan tingkat keparahan bersifat minor.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberi saran sebagai berikut ini.
1. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai drug related problem dan melihat kondisi subyek secara keseluruhan seperti data laboratorium.
2. Perlu diteliti lebih lanjut mengenai evaluasi interaksi obat antihipertensi secara prospektif.